You are on page 1of 4

Hari/ tanggal : Selasa/ 31 Agustus 2010

Praktikum ke 1
Masalah Pendidikan
Nama : Sondang Fitriani Pakpahan

NIM : I34090018

Kelompok ke : 9

Asisten : Mahmudi Siwi

Dosen : Pudji Mulyono


 Artikel ilmiah
Dewasa ini, tingkat pendidikan adalah hal yang terpenting baik bagi
bangsa Indonesia ataupun bangsa yang lain. Semakin maju tingkat pendidikan
yang ada pada bangsa-bangsa lain sehingga membuat kita tertinggal jauh
seharusnya mampu memotivasi kita untuk berbenah diri. Banyaknya masalah
yang timbul adalah bentuk dari pendidikan di Indonesia yang tidak baik. Hal ini
baik bagi siswa serta calon pendidik merasakan ketimpangan-ketimpangan
pendidikan seperti : kurikulum, biaya, tujuan pendidikan,kontroversi
diselenggarakannya UN, dan kerusakan fasilitas sekolah.
Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan, dengan sistem pendidikan yang
kurikulum selalu berubah-ubah membuat kita tidak mampu untuk mencapai
tujuan pendidikan yang efektif, selain itu akibat pergantian menteri pendidikan
maka kurikulum yang berlaku akan berubah diakibatkan menteri pendidikan ingin
eksis dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan cara mengubah
kurikulum. Dalam hal praktiknya hal ini kurang dipahami yang membedakan
hanyalah bukunya. Pemerintah seakan menginginkan hasil yang baik tetapi lupa
dengan elemen-elemen dasar dalam pendidikan. Sehingga mengakibatkan
kegagalan, kegagalan dalam pendidikan diakibatkan oleh kurangnya pelatihan
skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Sementara
elemen dasar inilah yang akan menentukan dalam keberhasilan dalam pendidikan.
Selain itu, biaya yang cukup mahal membuat masyarakat memiliki
persepsi bahwa pendidikan itu mahal yang lebih buruk adalah banyak pula para
pejabat mengatakan bahwa jika ingin mendapat pendidikan yang berkualitas
sebagai konsekuensinya harus bayar mahal. Pendidikan saat ini seakan di perjual-
belikan bagi kapitalis pendidikan sementara pememrintah seolah membiarkan dan
lepas tangan. Meski telah digalakkannya sistem belajar 9 tahun dengan bantuan
Bos, akan tetapi bagaimana dengan daerah-daerah yang terpencil yang jauh
disana? Sementara sebagai WNI mereka berhak mendapat pendidikan yang layak.
Sedangkan untuk tujuan pendidikan belum mampu dicapai, disebabkan masih
adanya ijazah yang dijual dengan mudahnya dan banyak juga yang membeli,
betapa memalukannya. Belum lagi tentang kontroversi dilakukannya UN yang
menimbulkan empat penyimpangan yaitu : aspek pedagogis, aspek yuridis, aspek
sosial dan psikologis, dan aspek ekonomi. Ditambah dengan kerusakan fasilitas
sekolah yang membuat para siswa tidak nyaman belajar dengan kondisi sekolah
yang tidak baik, diharapkan proyek perbaikan infrastuktur sekolah oleh Bank
Dunia, agar mengucurkan dana Bank Dunia dengan komite sekolah, kerusakan
bangunan pendidikan jelas akan memepengaruhi kualitas pendidikan karena hal
ini dilihat dari segi psikologis.( sumber : Masalah Pendidikan di Indonesia, Rini
setyowati, 2007)

 Artikel non ilmiah


Novel berjudul “laskar pelangi” menceritakan tentang dimensi kehidupan
yang multi kompleks. Ketajaman serta kepekaan penulisnya dalam menangkap
momen-momen kehidupan masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa melahirkan
karya yang memberi pencerahan yang berhubungan dengan dunia modernisasi
dan globalisasi. Novel laskar pelangi ini secara spesifik membahas tentang
masalah-masalah pendidikan yang cenderung klise di negeri ini. Di dalam novel
ini sekolah SD Muhammadiyah merupakan sekolah kampung paling miskin di
Belitong.
Ada tiga alasan mengapa orangtua mendaftarkan anaknya di SD
Muhammadiyah. Pertama, karena sekolah Muhammadiyah tidak menetapkan
iuran dalam bnetuk apapun, para orangtua hanya menyumbang sukarela semampu
mereka. Kedua, karena firasat, anak-anak mereka dinaggap mudah disesatkan iblis
sehingga sejak usia dini harus mendapat pendadaran Islam yang tangguh. Ketiga,
karena anaknya tidak diterima di sekolah manapun. Secara fisik bangunan
sekolah muhammadiyah sangat tidak layak untuk menerima ilmu bagi generasi
muda. Satu-satunya benda yang menandakan bangunan itu sekolah adalah
sebatang tiang bendera dari bamboo kuning dan sebuah papan tulis hijau yang
bergantung miring di dekat lonceng.
Walaupun bangunan sekolah tidak layak, tetapi adanya dua orang guru di SD
Muhammadiyah tersebut yaitu Ibu N.A.Muslimah Hafsari serta Bapak K.A.
Harfan Effendy Noor yang memiliki dedikasi, loyalitas, dan profesionalisme
tinggi. Kedua sosok guru ini benar-benar bertahan dalam keterbatasan bahkan
ketiadaan sarana, mereka adalah guru yang memberikan hati serta hidup mereka
untuk kecerdasan anak didiknya. Tidak hanya memberikan instruksi atau
komando. Melainkan yakin bahwa setiap anak memiliki potensi unggul yang akan
tumbuh menjadi prestasi cemerlang apabila diberi kesempatan dan keteladanan
oleh orang-orang yang mengerti akan makna pendidikan yang sesungguhnya.
Fenomena yang juga terjadi pada novel ini ialah adanya ketidakpedulian sosial,
hal ini tergambar dari PN.
Timah yang memiliki lisensi tunggal tanpa batas untuk mengekspolarasi timah
di daerah itu yang tidak memberi kepedulian kepada kehidupan sosial di
sekitarnya. Hal ini menunjukkan betapa arrogant individu yang ada di
lingkungan PT. Timah dengan mengeluarkan kebijakan untuk membentengi diri
dengan membangun tembok pembatas untuk hunian staff PN Timah. Akibat
ketidak pedulian PN Timah di masa lalu menimbulkan rasa dendam di hati warga
sekitar sehingga mereka menjarah rumah-rumah Victoria mewah di kawasan
prestisius. Selain itu dalam novel ini adanya nasib serta takdir yang tidak terduga
seperti halnya Lintang yang cerdas ternyata menjadi penghuni sebuah bedeng kuli
berbeda halnya dengan syahdan yang bercita-cita menjadi aktor sungguhan, yang
dianggap sangat tidak realistis. Membuat dia tidak menyerah dan terus berjuang
sehingga ia mendapat beasiswa short course di bidang computer network di Kyoto
University, Jepang. Kembali ke Indonesia ia manduduki posisi sebagai
Information Technology Manager di sebuah perusahaan multinasional terkemuka
yang berkantor di Tangerang. Hal ini membuat syahdan berhasil dikarenakan
adanya sisi lain dari novel ini yaitu cinta yang memberi spirit. Walaupun tidak
happy ending akan tetapi novel ini sangat baik untuk dijadikan motivasi untuk
meraih cita-cita, selain itu mengajarkan kita untuk mensyukuri kehidupan.
Sekalipun novel ini menceritakan tentang ironisnya dunia pendidikan negeri ini,
potensi sumber daya hancur karena lilitan kemiskinan structural, ketamakan serta
ketidak pedulian akan berakhir pada kehancuran, nasib dan takdir manusia yang
tidak dapat diprediksi serta sebuah cinta yang melandasi ketulusan sehingga
memberi spirit bagi kehidupan yang lebih baik namun novel ini menjadikan kita
untuk berbenah diri dan selalu berjuang dalam mengejar tujuan.(sumber : Laskar
Pelangi, Andrea Hirata,2008)

 Pembahasan
Pada artikel pertama membahas tentang masalah pendidikan yang
ada di Indonesia, artikel ini merupakan artikel ilmiah dikarenakan
kesimpulan yang dihasilkan tidaklah bersifat asli, serta diterapkan
pada objek-objek material yang dapat di indera serta artikel ilmiah
tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk ke
dalam kelompok ilmu demikian halnya dengan bidang sastra yang
termasuk dengan humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode
ilmiah, jadi tidak dapat dikatakan karangan ilmiah pada artikel yang
pertama, sebaliknya pada artikel kedua merupakan novel yang
menceritakan tentang pendidikan yang berakhir tidak dengan yang
diharapkan pembaca.
Pada artikel kedua merupakan non ilmiah disebabkan penulis novel
membuat novel berdasarkan pengalaman, serta kesimpulan bersifat
dugaan jadi tidak melakukan eksperimen, akan tetapi novel tersebut
dibuat atas hasil realita yang tampak, sehingga membuat si penulis
untuk menciptakan novel. Walaupun kesimpulan bersifat dugaan,
yang mengandung kemungkinan salah. Akan tetapi, kesimpulan yang
ada tetap merupakan pemikiran yang tepat hingga terbukti
kesalahannya. Hal ini yang membuat perbedaan antara artikel pertama
dikatakan ilmiah sementara pada artikel kedua merupakan non ilmiah.
Pada artikel pertama menceritakan masalah pendidikan yang
kesimpulannya tidak pasti, serta didasarkan atas objek-objek material
yang dapat di indera misalnya masalah ketimpangan dalam kurikulum
yang dirasakan para calon pendidik dan siswa,serta biaya, kerusakan
fasilitas sekolah yang diamati serta menggunakan metode ilmiah,
berbeda dengan artikel kedua yang lebih kepada dugaan yang
walaupun salah maka dapat dibuktikan kesalahannya.

You might also like