You are on page 1of 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, petunjuk
serta bimbingan-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Perjalanan ini sebagai
salah satu syarat memenuhi Ujian Praktik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Menengah Atas 1 Mojotengah. Dengan seluruh daya upaya, dengan pikiran, tenaga dan waktu
penulis bisa menyelesaikan karya tulis ini.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Drs. Karyono selaku Kepala Sekolah SMA I
Mojotengah yang telah mengijinkan kepada penulis untuk melakukan observasi. Kepada Bapak
Bambang Suwarno sebagai Direktur Mebel bambu Tunas Bambu Jaya, yang telah mengijinkan
penulis untuk melakukan observasi di perusahaannya. Kepada Ibu Tanti Susiana, S.Pd selaku
guru pembimbing dalam menyelesaikan Laporan Perjalanan ini sehingga dengan jasa beliau
penulis dapat menyelesaikan Laporan Perjalanan ini. Dan seluruh aspek yang membantu dalam
penulisan Laporan perjalanan ini.

Sungguh, penulis menyadari bahwa Laporan Perjalanan ini masih jauh dari sempurna,
bak kata pepatah “tak da gading yang tak retak”. Penulis akan sangat berlapang dada dan
berbesar hati, apabila para pembaca berkenan memberikan saran-saran perbaikan
menyempurnakan Laporan Perjalanan ini.

Semoga Laporan Perjalanan ini bermanfaat bagi kita semua khususnya Keluarga Besar
SMA I Mojotengah.

Wonosobo, 31 Maret 2010

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………….
B. TUJUAN……………………………………………………………………………
C. MANFAAT………………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..

A. MENGENAL BAMBU……………………………………………………………
B. MENGOLAH BAMBU……………………………………………………………
C. PEMBUATAN KURSI BAMBU………………………………………………….
D. ALAT – ALAT ATAU PERKAKAS……………………………………………...
E. PENGAWETAN DAN PENGAWETAN BAMBU……………………………….
F. PENGEMASAN DAN PENJUALAN……………………………………………..
G. PELAKSANAAN…………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………...

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………….
B. SARAN……………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………

LAMPIRAN – LAMPIRAN……………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

Alam telah dijadikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan segala kesempurnaannya. Setiap
makhluk yang diciptakan mempunyai manfaat dalam kehidupan. Berbagai jenis binatang dan
tumbuhan semuanya diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan. Karena keterbatasan
kemampuan manusia, kadang kita tidak sadar bahwa hasil alam yang melimpah dan sangat dekat
dengan kita sangat bermanfaat dalam kehidupan, salah satun ya adalah bambu.

A. Latar Belakang

Pendidikan keterampilan merupakan salah satu saran untuk mewujudkan bangsa


yang bertaqwa dan berjiwa membangun. Akan tetapi sering denagan perkembangan
zaman, keterampilan telah banyak dilupakan oleh masyarakat khususnya kaum muda.
Keterampilan yang sangat erat hubungannya dengan kerajinan sering diremehkan oleh
masyarakat khususnya anak muda sekarang ini. Dengan keadaan seperti ini penulis
berusaha menyajikan salah satu keterampilan yang semoga akan mampu menggugah
semangat masyarakat untuk berjiwa kreatif, inovatif yang menjadikan hidup ini lebih
baik. Dalam hal ini penulis menyajikan kerajinan yang berbahan baku bambu.

B. Tujuan Penulisan

Dengan karya tulis ini penulis berharap agar masyarakat pada umumnya lebih
aktif dan kreatif dalam meningkatkan usaha kerajinan khususnya kerajinan mebel bambu.
Mudah – mudahan karya tulis yang sederhana ini dapat merupakan sumbangsih dalam
mengembangkan usaha kerajinan dari bahan yang telah tersedia di masing – masing
daerah di Indonesia. Dengan Laporan Perjalanan ini penulis berharap dapat memenuhi
syarat Ujian Praktik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menenengah Atas tahun
Pelajaran 2009 / 2010.
BAB II

PEMBAHASAN

A. MENGENAL BAMBU

Bambu termasuk tumbuhan berumpun. Tumbuhan ini banyak terdapat di dataran


rendah dan dataran tinggi seperti pegunungan yang tingginya lebih dari 1500 meter dpl.
Batang bambu terdiri dari serat memanjang yang membentuk batang dan beruas –
ruas serta bagian tengahnya berlubang. Waktu bambu masih muda batangnya terbungkus
ruas dan bagian luarnya terdapat miang menempel pada pembungkus atau celumpring.
Umumnya celumpring lepas sendiri setelah bambu mencapai umur kurang lebih 8 bulan.
Pada tiap ruas terdapat mata bambu, dari mata bambu itu keluar ranting dan daun.
Daerah tempat tumbuh bambu sangat berpengaruh terhadap kesuburan bambu itu
sendiri. Di dataran rendah bambu dapat tumbuh subur, tetapi di dataran tinggi
pertumbuhannya kurang subur. Sehingga batangnya tidak begitu besar. Ditinjau dari
kegunaan bambu dapat digolongkan sebagai bahan pokok untuk kerajinan tangan dan
industri rakyat. Dalam hal ini Jepang sudah maju daripada negara – negara lainya.
Jenis bambu yang digunakan sebagai bahan baku industri berbeda – beda. Hal ini
karena adanya pengaruh perubahan iklim dan mutu bambu itu sendiri.

a. Jenis – jenis bambu

Jenis bambu dari kecil sampai yang besar untuk pertumbuhannya memerlukan
tanah yang subur. Tetapi ada juga bambu yang dapat tumbuh di tanah kering, misalnya
bambu Duri. Kumpulan – kumpulan bambu yang berasal dari satu rumpun pada
umumnya berbeda – beda. Hal ini tergantung dari jenis bambu itu. Bambu ada juga yang
dapat berumur sampai 30 tahun. Tetapi ini juga tergantung pula dari cara mengambil atau
memotong bambu sewaktu akan diperlukan.

Cara memotong hasil panen itu juga nmempengaruhi umur dari rumpun bambu –
bambu. Susunan buluh dengan buku – bukunya yang pendek ditambah serat – serat yang
padat merupakan bambu yang kokoh. Jadi bambu yang seperti ini dapat menggantikan
tugas kayu. Di Indonesia dikenal beberapa jenis bambu antara lain :

 Bambu Wulung
Bambu Wulung banyak terdapat di Pulau Jawa. Bambu jenis ini dapat digunakan
sebagai bahan baku kerajinan. Bagian luar atau kulitnya baik untuk ukiran. Sifat
Bambu Wulung yaitu apabila dalam keadaan basah, maka kulitnya tidak begitu
keras. Tetapi setelah kering bambu ini sangat keras dan warnanya menjadi hitam
kecokelat – cokelatan.

 Bambu Apus
Bambu Apus umumnya ditanam oleh banyak masyarakat. Kegunaan Bambu Apus ini
sangat banyak, terutama untuk keperluan kerajinan dan alat – alat rumah tangga.
Bambu Apus ini mempunya kekuatan keawetan dan daya lentur tinggi. Sifat Bambu
Apus ini apabila dalam kedaan basah berwarna hijau dan tidak keras, namun jika
sudah kering warnanya putih kekuning – kuningan.

 Bambu Betung
Di Indonesia Bambu Betung ini mempunyai ukuran yang besar. Tetapi penanamannya
lebih sulit karena membutuhkan tanah yang sangat subur dan perawatan yang lebih
sulit. Sifat Bambu Betung antara lain keadaaan kulitnya berwarna cokelat muda,
bukunya tebal dan sedikit keras.

 Bambu Tutul
Dinamakan Bambu Tutul, karena pada kulit bambu terdapat bintik – bintik atau tutul –
tutul hitam, cokelat tua dengan warna dasar kuning. Bambu ini sangat cocok untuk
hiasan dan perabotan rumah tangga. Rumpun Bambu Tutul tidak rapat dan tidak
teratur. Sifat bambu tutul keras dan bagian dindingnya tipis.

 Bambu Gading
Bambu jenis ini hampir sama dengan Bambu Tutul, tetapi ada sedikit perbedaan pada
warna kulitnya. Pada bambu Gading tidak terdapat tutul – tutul melainkan garis –
garis berwarna hijau dan kuningnya lebih mengkilap. Sifat bambu Gading keras dan
dindingnya tipis.
Sebenarnya masih banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dan ditemukan di Indonesia.
Akan tetapi sesi pembahasan adalah mengenai kerajinan mebel bambu atau kursi bambu, maka
jenis – jenis bambu hanya disampaikan lima jenis bambu, seperti yang disebut diatas.
B. MENGOLAH BAMBU

Dari pembahasan pada Bab I kita telah mengetahui beberapa jenis bambu. Jenis – jenis
bambu tersebut merupakan jenis bambu yang tepat dan berkualitas untuk pembuatan mebel
bambu atau kursi bambu daripada jenis bambu yang lainnya yang tidak disebutkan pada Bab I.
karena dalam pembuatan berbagai jenis kerajinan dari bambu, terutama mebel bambu tidak
hanya memperhatikan desain, model dan warna yang menarik, maka dalam mengolah bambu
agar mencapai hasil yang memuaskan kita juga harus memperhatikan bagaimana cara mengolah
bambu yang benar.

Sebelum kita membuat bambu atau kursi bambu dan jenis – jenis kerajianan yang lain,
diperlukan beberapa syarat antara lain sebagai berikut :

- Bambu harus sudah benar – benar tua


- Jenis bambu cocok digunakan untuk dapat digunakan sebagai bahan kerajinan
- Bambu harus bersih
- Bambu harus benar – benar kering

Setelah kita mengetahui syarat bambu yang akan digunakan, kita harus memenuhi syarat
tersebut sehingga hasil kerajinan memuaskan.

a. Cara Memilih Bambu


Bambu yang digunakan untuk kerajinan harus sudah benar – benar tua. Untuk memilih
bambu yang tepat ada beberapa cara yang perlu diperhatikan :
- Celumpring pada tiap – tiap buku sudah mengelupas
- Ranting – ranting bambu sudah banyak dan keras
- Tingginya kira - kira minimal 10 m
- Warna bambu sudah benar – benar sempurna.

Agar bambu yang telah dipilih tersebut tidak mengalami kerusakan, selayaknya kita
memperhatikan dalam penebanganserta pembawaan bambu. Bambu ditebang dengan golok atau
kampak pada satu arah. Setelah bambu agak condong, bambu dipotong dari arah berlawanan.
Setelah bambu roboh, kemudian ranting – ranting dan cabang – cabang bambu dipotong. Dalam
memotong cabang / ranting harus hati – hati agar kulit bambu tidak mengelupas. Bambu dibawa
sesuai dengan kebutuhan. Jika ditentukan ukurannya lebih baik bambu dipotong sesuai dengan
ukurannya, lebih baik bambu tidak dipotong terlebih dahulu.

b. Cara Membersihkan Bambu


Kebanyakan bambu mjempunyai sembiluh ( Jawa: Lugut ). Sembiluh ini biasanya menempel
pada kulit bambu. Sembiluh sifatnya merugikan, karena mengakibatkan gatal. Agar dalam proses
pembuatan kerajinan tidak terganggu, akan lebih abik jika sembiluh dibersihkan. Adapun cara
membersihkannya adalah sebagai berikut :
- Bambu dipotong agar mudah dibersihkan.
- Untuk membersihkan bambu yang kasar permukaan sembiluhnya maka gosoklah
permukaan itu dengan dedak yang telah di rendam dalam air. Gosok bambu tersebut
menggunakan kain atau sarung tangan agar tidak merusak telapak tangan. Untuk
mengetahui bersih tidaknya hasil gosokan, sewaktu – waktu dapat dibersihka dengan air.
Kadang – kadang dedak dicampur dengan pasir halus, jika ternyata dengan menggunakan
dedak saja tidak bersih.
- Jemurlah hinggsa kering, kemudian cara lain adalah menggosok bambu dengan abu yang
telah dicampur sedikit air. Palailah kain untuk menggosoknya.

c. Cara Mengeringkan Bambu

Sesuai syarat – syarat yang diperlukan dalam membuat kerajinan yang berbahan dasar
bambu. bambu harus benar - benar kering. Ada dua cara mengeringkan bambu yaitu :

- Bambu yang masih utuh di belah atau di potong, kemudian belahan atau potongan bambu
tersebut di keringkan dengan cara disandarkan di tempat teduh selama tiga sampai empat
bulan. Balahan bambu tersebut disandarkan dengan posisi pangkalnya di bagian atas.
- Bambu yang telah dipotong atau dibelah dikeringkan dengan cara diikat dulu. Kemudian
bambu tersebut digantung atau ditegakkan di tempat yang teduh dalam jangka waktu satu
minggu tetapi dapat juga bambu tersebut dijemur.
C. PEMBUATAN KURSI

Kursi bambu diminati oleh masyarakat bukan hanya karena bermanfaat untuk tempat duduk,
namun juga memiliki nilai artistik / keindahan. Pembuatan kursi bambu yang nyaman dan indah
memerlukan keterampilan tersendiri. Teknik dasar pembuatan bambu mencakup aspek desain,
konstruksi yang memenuhi syarat, sampai dengan detail pelaksanaannya. Dengan menguasai
teknik dasar ini, pengrajin kursi bambu dapat mengembangkan bentuk kursi bambu dan
menciptakan model - model baru yang relevan dengan perkembangan zaman.

a. Pengembangan Desain

Rancangan atau desain pembuatan kursi bambu sangat diperlukan. Perkembangan kursi
bambu hingga diminati masyarakat dari berbagai lapisan adalah karena adanya keindahan
desain / model dengan desain terbaru tercipta yang akhirnya akan terseleksi oleh selera
konsumen.

Model – model kursi bambu yang kreatif dan lebih inovatif banyak diminati oleh banyak
orang. Pada kurun waktu tertentu orang menginginkan desain dan model terbaru, karena
dianggap model – model dahulu yang populer mulai ketinggalan zaman. Oleh karan itu, usaha
pembuatan kursi bambu membutuhkan daya kreasiyang dinamis. Tiga faktor penting yang perlu
dipegang dalam merancang kursi bambu yaitu keindahan bentuk, kekuatan konstruksi dan
kenyamanan saat dipakai. Ketiga faktor ini harus terpenuhi dan tidak boleh diabaikan.

Setiap orang sebenarnya bisa menciptakan bentuk yang indah. Pengrajin dapat menciptakn
model dan desain yang indah karena terbiasa melihat dan mengamati model yang telah ada. Dari
seringnya melihat dan mengamati ini kepekaan oran akan semakin berkembang. Sehingga akan
sanggup menciptakan desain yang lebih bagus.

Selain itu kita juga dapat mengembangkan desain dengan cara belajar atau studi banding ke
berbagai daerah. Hal ini sudah biasa dilakukan oleh Bapak Bambang Suwarno, seorang manajer
dari sebuah industri mebel bambu Tunas Jaya, desa Sedari, Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.
Dalam mengembangkan desainnya, beliau melakukan studi banding keberbagai daerah sep[erti
Bali, Lenteng Agung, Borobudur dan daerah – daerah lainnya. Dengan melakukan banyak studi
banding ini para pengrajin dapat mengembangkan desainnya dari motif – motif yang sederhana
sampai pada motif yang modern.
Keindahan bentuk kursi bambu cukup dominan untuk dapat menarik pembeli. Namun tidak
berarti kedua faktor lainnya diabaikan. Bentuk yang indah tetapi tidak nyaman dipakai dan
mudah rusak maka tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu, dalam pengembangan desain
ketiga faktor tersebut harus saling melengkapi, tidak boleh ada satupun faktor yang tertinggal.

Pedoman kursi tamu adalah sebagai berikut ( menurut ukuran orang Indonesia ) : lebar kursi
seukuran pantat 40-50 cm, tinggi kursi setinggi lutut 30-35 cm, panjang tempat duduk sepanjang
paha sekitar 50 cm dan kemiringan sandaran 15°. Untuk kursi Garuda perubahan ukuran hanya
pada lebar kursi, untuk dua orang sekitar 80 cm dan tiga orang sekitar 120 cm.

Tinggi meja tamu sekitar 40-45 cm, atau lebih tinggi sedikit daripada pasangan kursinya.
Lebarnya dapat dibuat dengan lebar kursi, sedangkan panjangnya sekitar 45-80 cm, tergantung
modelnya.

b. Teknik Pembuatan

Kerangka merupakan konstruksi utama kursi bambu dan menjadi kunci kekuatannya. Kursi
bambu intinya adalah rangkaian potongan bambu bulat sebagai kerangkanya. Untuk
menghubungkan bagian - bagiannya dipergunakan sambungan sistem pantek. Yaitu
menyambung bagian satu dengan yang lainnya dengan cara menyusupkan bambu yang lebih
kecil ke yang lebih besar. Untuk mendapatkan sambungan yang kuat dan rapi diperlukan
keterampilan dan ketepatan membuat lubang sesuai dengan bagian kerangka bambu yang
disusupkan.

Secara garis besar pembmuatan kerangka ini meliputi kegiatan pemotongan, pembuatan
lubang, penyambungan dan akhirnya pemantekan sebagai pengokoh sambungan. Dengan sistem
sambungan yang demikian maka diperlukan bagian – bagian kerangka bambu dengan garis
tengah yang berbeda – beda. Umumnya untuk kerangka kaki kursi di pakai bambu yang
berdiameter paling besar. Sedangkan kaki – kaki kursi dihubungkan dengan potongan bambu
paling kecil dimanfaatkan untuk penahan bilah – bilah sandaran dan dudukan.

 Bilah Sandaran

Selain sebagai penahan punggung saat duduk, bilah sandaran juga memiliki nilai hias. Oleh
karena itu, selain harus kuat menahan beban juga perlu memiliki daya tarik. Ada tiga variasi
bilah sandaran yang diterapkan dalam kursi bambu yaitu :

 Susunan bilah membujur


 Susunan bilah tegak
 Susunan bilah pagar ( diagonal )
Cara membuat sandaran :

1. Untuk membuat batang sandaran, siapkanlah bambu bergaris tengah sekitar 5 cm


sepanjang 100 cm. batang bambu tersebut digergaji menjadi dua potongan sama panjang,
masing – masing berukuran 50 cm. selanjutnya setiap potongan dibuat alur 7 cm atau
setebal bilah sandaran. Panjang alur 40 cm dengan jarak 5 cm dari kedua ujungnya.
2. Untuk membuat bilah sandaran, siapkan 2 potong bambu bergaris tengah sekitar 8 cm,
masing – masing panjang 34 cm. tiap batang di belah menjadi 8 bilah, sehingga diperoleh
16 bilah selebar 25 mm. bilah – bilah tersebut dihaluskan kedua sisinya dan ketebalannya
dibuat seragam berukuran 7 mm atau sesuai dengan alur bilah yang dibuat.
3. Selanjutnya gabunglah bilah – bilah tersebut dengan kedua batang sandaran.

 Bilah Dudukan

Bilah dudukan adalah bilah – bilah yang dipasang pada tempat yang diduduki . umumnya
hanya ada dua variasi bilah dudukan, yaitu susunan membujur dan susunan melintang. Susunan
bilah dudukan ini biasanya diterapkan untuk menutup daun meja bambu. Penutup dudukan atau
meja, kedua bentuk susunan bilah trsebut sama – sama popular diterapkan.

Cara membuat dudukan :

1. Untuk membuat bilah dudukan, siapkanlah 3 batang bambu bergaris tengah sekitar 7 cm
masing – masing 40 cm. belahlah ketiga batang bambu tersebut menjadi 8 bilah tiap
batang, sehingga diperoleh 24 bilah dengan lebar sekitar 20 m. semua bilah dihaluskan
tiap –tiap sisi memanjangnya dan ketebalannya dibuat seragam berukuran 6 mm.
2. Untuk membuatr penopang bilah, siapkan batang bambu kecil bergaris tengah 3-4 cm
panjang 120 cm. potonglah bambu tersebut menjadi 2 masing – masing 60 cm. bilah –
bilah tersebut nantinya dirangkaikan dengan kedua penopang dengan ikatan silang
menggunakan tali rotan. Pelaksanaan perangkaian ini dilakukan pada tahap akhir
perakitan.
 Membuat Kerangka

1. Untuk membuat kaki kerangka, siapkan bambu bambu terbesar bergaris tengah sekitar
10 cm. buatlah 2 potongan untuk kakidepan masing – masing panjangnya 55 cm.
kemudian potongan utnuk kaki belakang masing – masing panjangnya 75 cm.
2. Lengan dan bialh dudukan samping, siapkan bambu sebesar garis dengan bvagian dalam
kaki kerangka atau sekitar 8 cm. buatlah 4 potongan masing - masing panjang 60 cm.
3. Membuat batang dudukan depan dan belakang, penahan sandaran serta penguat kaki,
siapkan bambu sebesar bhan lengan atau dudukan samping bergaris tengah 8 cm. buatlah
5 potongan masing – masing sepanjang 60 cm.
4. Menggabungkan kaki depan dan belakang dengan lengan dan batang dudukan samping.
Caranya adalah membuat lubang pada tiap kaki sebanyak masing – masing 2 buah
lubang. Tinggi lubang dudukan 35 cm, sedangkan tinggi lubang lengan 52 cm.
pembuatan lubang harus sebesardengan ujung batang bambu yang akan disambungkan.
Cara pembuatan lubang, pertama ukurlah garis tengah batang bambu yang akan
disambungkan kemudian buat lubang sesuai ukuran tersebut dengan menggunakan tatah,
kemudian dirapikan dengan pisau khusus pelubang. Setelah semua lubang selesai dibuat
rangkailah batang – batang bambu tersebut sehingga diperoleh 2 rangkaian kaki kiri dan
kanan.
5. Setelah 2 rangkaian kaki selesai dikerjakan, keduanay digabungkan menjadi satu.
Sedangkan sebagian penyambungnya adalah batang dudukan, penahan sandaran dan
penguat kaki. jumlah penghubung 5 batang masing - masing sepanjang 60 cm. cara
mengerjakannya sama dengan merangkai kaki samping. Pertama mengukur garis tengah
batang penghubung, membuat lubang dan merangkainya.

 Merakit

1. Rangkaian kaki samping dikerjakan terlebih dahulu. Setelah posisinya di cek ulang,
setiap sambungan diberi lem kayu dan dipantek dengan batang bambu. Selanjutnya
buatlah lubang untuk menempelkan batang penyangga bilah dudukan.
2. Gabunglah sandaran dengan batang dudukan belakang dan penahan sandaran. Caranya
dengan membuat lubang di kedua batang tersebut sesuai dengan garis tengah batang
sandaran, lalu keempat ujung sandaran diselipkan kedalam lubang – lubang tersebut.
3. Rakitlah semua bagian dengan di lem kayu dan diperkuatr dengan pantek.
4. Untuk variasi dan sekaligus memperkokoh konstruksi antar batang dudukan depan dan
batang penguat, diberi batang penyatu. Batang penyatu ini dapat menggunakan bambu
sepanjang 18 cm dan bergaris tengah 6 cm. letak batang penyatu ini tepat di tengah –
tengah kedua batang tersebut.
5. Satu – persatu bilah disatukan pada kedua penopangnya dengan menggunakan rotan tali.
Kedua ujung tiap – tiap bialh dipotong miring dan posisinya menumpang pada kedua
batang dudukan.

 Penyelesaian

1. Variasi penutup ruas bambu, menggunakan bilah – bilah bambu yang disusun tepat
menutupi lingkaran bambu. Pemasangan bilah ini menggunakan lem kayu kemudian
dililit rotan sebanyak 4 putaran.
2. Pada setiap sambungan diperindah dengan melilitkan rotan sesuai dengan selera atau
pada smabungan tertentu saja.
3. Melapisi semua bagian permukaan kursi dengan vernis, dengan cara menguaskannya.

c. Membuat Kursi Ganda

Pada pembuatan kursi ganda cara pembuatannya sama dengan pembuatan kursi tunggal, hanya
perbedaannya ukuran lebih panjang daripada kursi tunggal.

 Kerangka
Bagian yang berbeda ukuran antara lain adalah batang dudukan depan dan
belakang, penahan sandaran dan batang penguat kaki. Jumlah bagian tersebut adalah 5
batang, bila pada kursi tunggal masing – masing berukuran panjang 60 cm dan pada kursi
ganda berukuran 105 cm. selisih antara tunggal dan ganda adalah 45 cm. Maka ukuran
jadi kursi ganda adlah 110 cm sedang kursi tunggal panjangnya 65 cm.

 Sandaran
Pembuatan sandaran sama dengan pembuatan sandaran pada kursi tunggal tetapi
pada kursi ganda ada dua sandaran.

 Dudukan
Karena pada kursi ganda ukurannya lebih panjang maka ukuran penyangga lebih
panjang sekitar 105 cm. Dan bilahnya sebanyak 48 buah, sedangkan ukuran besar bambu
sama yaitu 4-5 cm.

 Merakit dan menyelesaikan


Cara merakit dan menyelesaikan kursi ganda sama dengan urutan perakitan dan
penyelesaian kursi tunggal.
d. Membuat Meja

Ada dua model bentuk meja, yaitu pendek dan panjang. Namun dalam karya tulis ini hanya
menyampaikan pembuatan meja pendek saja. Untuk model meja panjang penulis berharap agar
pembaca bisa mengembangkan dan mencari sendiri agar lebih kreatif.

 Kerangka

1. Kaki meja: siapkan bambu besar bagian tengah kurang lebih 10 cm, sebanyak 4 potong
dengan panjang 43 cm.
2. Batang daun meja dan penguat kaki: siapkan bambu berdiameter 6-8 cm sebanyak 8
potong dengan ukuran 60 cm.
3. Batang penghubung kaki pada bagian bawah: membutuhkan bambu yang berdiameter 5
cm sebanyak 2 batang dan berukuran 65 cm.
4. Gabungkan sepotong kaki dengan satu bilah daun meja dan penguat kaki. Jarak penguat
kaki adlah 20 cm dari ujung kaki bawah. Sedangkan batang daun meja dipotong berjarak
3 cm dari ujung atas. Cara penggabungannya adalah dengan membuat lubang sesuai
dengan garis tengah batang bambu yang akan digabung.
5. Gabungkan pula kedua penguat kaki hingga dengan kedua penghubungnya. Posisi
penghubung dipasang 10 cm dari salah satu ujung p[enguat kaki, jarak kedua
penghubung tersebut 15 cm.
6. Gabungkan rangkaian kaki dengan rangkaian penguat.

 Daun Meja

1. Siapkan 3 potong bambu berdiameter 7 cm, panjang 50cm. potongan bambu tersebut
dibelah dengan ukuran 2 cm sehingga menjadi 25 buah bilah.
2. Untuk membuat penyangga bilah, digunakan bambu berdiameter 5 cm sebanyak 2 batang
dan panjangnya masing – masing 60 cm.

 Merakit

1. Siapkan penyangga bilah pada kedua batang dan meja berjarak 15 cm dari ujung batang
daun.
2. Semua bagian meja dirakit dengan menggunakan lem kayu pada setiap sambungannya.
3. Setelah disetel dengan baik, semua sambungannya dipantek dengan pantek bambu.
4. Bilah dipotong pada batang penyangga dengan posisi miring dandiikat dengan rotan tali
dengan ikatan silang.

 Penyelesaian

1. Lingkaran bagian atas, kaki meja ditutup dengan menggunakan bilah yaitu dengan di lem
kemudian di balut dengan rotan.
2. Setiap sambungan pada daun meja ( bagian atas meja ) dibuat dengan rotan secara di lem
dan di paku.
3. Yang terakhir melapisi seluruh bagian dengan Vernis.
D. ALAT – ALAT ATAU PERKAKAS

Tanpa menggunakan alat atau perkakas itu akan sulit melakukan apapun. Itulah sebabnya jika
akan membuat sesuatu relebih dahulu persiapkan alat – alat yang diperlukan.

a. Macam – macam Alat


 Pisau penyerut, pisau potong dan golok. Pisau danh golok digunakan untuk memotong
dan membelah bambu.
 Palu besar dan palu kecil. Digunakan untuk menancapkan paku pada bagian yang di lem
atau di lekatkan.
 Bor tangan, digunakan untuk melubangi kayu.
 Pahat / tatah, digunakan untuk membuat lubang dengan ukuran besar dan untukmengukit
bambu.
 Meteran dan pensil, digunakan untuk membuat ukitan – ukiran.
 Gergaji kayu. Digunakan untuk memotong bambu.

Setiap perlengkapan apapun akan menjadi awet dan lebih tahan lamaapabila di dapatkan
perhatian dan perawatan dengan baik dan benar.

Peralatan dan alat Perkakas.

 Alat di buatkan tempat atau wahah khursus untuk melewatinya, seperti dibuatkan kotak
atau dengan dibuatkan papan sebagai tempat penyimpanan. Pada papan tersebut
ditancapkan paku untuk menggantungkan alat. Akan lebih baik apabila pada setiap paku
diberi gambar alat yang disimpan tersebut. Maksudnya agar lebih mudah yaitu
menyimpan alat sesuai gambar yang ada.
 Alat atau perkakas akan mudah berkarat jika disimpan ditempat yang lembab. Alat – alat
yang berkarat bukan hanya akan cepat rusak tetapi juga akan sulit atau kurang baik untuk
digunakan. Oleh karena itu, maka sebelum disimpan sebaiknya alat tersebut diolesi
minyak pelumas atau oli.
E. PENGAWETAN dan PEWARNAAN BAMBU

a. Pengawetan Bambu

Proses pengawetan bambu berarti menghilangkan getah dan minyak bambu. Manfaat
pengawetan ini adalah untuk menambah daya lenting atau lentur agar jika bambu diikat tidak
mudah patah. Selain itu maksud pengawetan ini supaya bambu tidak bubuk dimakan kutu atau
insekta. Cara pengawetan bambu antara lain :

i. Direndam
Bambu yang sudah direndam dipotong dalam keadaan utuh direndam dalam air
mengalir. Batang diletakkan terbalik dan berlawanan dengan arus air. Biasanya
perendaman ini dilakukan di sungai – sungai. Bambu diikat satu dengan yang lain agar
tidak hanyut. Cara ini biasa dilakukan di daerah dataran rendah. Sedangkan di daerah
pegunungan biasanya direndam di kolam – kolam tepi sungai, atau pinggir – pinggir
sawah. Semakin lama waktu perendaman semakin baik pula keawetannya.

ii. Diangin – anginkan


Diangin – anginkan di tempat yang teduh, penghilangan minyak bambu dengan
cara ini sangat sederhana walaupun agak memakan waktu lama. Karena membutuhkan
waktu sekitar setengah bulan. Cara pelaksanaannya yaitu: bambu diletakkan bersandar di
pohon - pohon yang teduh atau di samping rumah.

iii. Direbus
Cara ini dilakukan oleh perusahaan pengolahan dan kerajinan bambu. Teknik
merebus bambu ini dikerjakan secara besar -besaran, yaitu dengan membuat
dapurperebus yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan. Biasanya bak tersebut
mampu menampung 10 sampai 15 batang bambu yang panjangnya kurang lebih 7 meter.
Panjang dapur dapat dibuat sampai 10 meter. Tabung perebus diisi air kemudian dipanasi
sampai mendidih, sesudah mendidih maka pintu tabung ditutup. Api dijaga agar tetap
selalu menyala. Setelah 30-35 menit bambu dikeluarkan dalam kedaan panas.
iv. Pengeringan
Batang bambu yang akan dikeringkan terlebih dahulu dibersihkan kemudian
bambu dijemur pada panas matahari yang suhunya tidak lebih dari 35° C. pengeringan
bambu ini dilakukan selama 3-4 hari. Sebelum abbmu kering diusahakan jangan sampai
terkena air hujan.

v. Penyimpanan
Untuk menyimpan bambu – bambu yang kering biasanya dilakukan di tempat
yang terlindungi. Bambu – bambu tersebut diletakkan membentang setinggi 40-45 cm
diatas permukaan tanah, hal ini dilakukan untuk menjaga jangan sampai terkena
penguapan dan kelembapan.

b. Pewarnaan Bambu

Agar model - model yang dihasilkan lebih menarik maka dibutuhakan pewarna, baik secara
alami maupun sintetis. Dengan pewarnaan ini diharapkan akan menambah nilai jual mebel atau
menarik perhatian. Ada dua cara pewarnaan yaitu dengan menggunakan bahan alami dan
dengan pewarna sintetis.

a) Pewarna Alami

Untuk warna dapat digunakan pewarna alami, misalnya jelaga dicampur dengan kulit pohon
salam ditambah air, akan menghasilkan warna hitam. Adapun cara – caranya sebagai berikut:

1. Kulit pohon slam yang masih basah ditumbuk sampai lumat sebanyak 1 gelas.
2. Tumbukan tersebut diberi air dingin sebanyak 1 gelas.
3. Selanjutnya diaduk dan di diamkan selama satu malam. Kemudian campuran itu
diletakkan pada kain penyaring dan diperas.
4. Siapkan jelaga, kemudian ditumbuk pada piring atau tempat yang lain sampai halus.
5. Buatlah kuas dari kain yang berbentuk bulat, kemudian celupkan pada campuran kulit
pohon salam dan air, kemudian oleskan pada bagian yang akan diwarnai.
6. Buatlah satu kuas lagi, kemudian oleskan pada serbuk jelaga dan oleskan pada bagian
yang sudah diolesi campuran tadi.
7. Ulangi kegiatan “e” dan “f” sehingga mencapai warna yang diinginkan.
8. Keringkan bagian yang sudah diberi warna dengan cara diangin – anginkan.
b) Pewarna sintetis

Pewarna sintetis yaitu pewarna yang dibuat dari bahan kimia seperti cat, plitur, vernis,
dan lain sebagainya. Biasanya mebel dari bambu tutul lebih diminati para pelanggan
daripada mebel dari jenis bambu yang lain. Akan tetapi karena keterbatasan bambu tutul,
maka biasanya dibuat bambu tutul secara sintetis dengan jenis bambu yang lain. Cara
pewarnaan sintetis biasa digunakan pada teknik ini.

Ada beberapa cara pemberian warna yaitu : dengan asam, nepthol dengan garamnya dan
dengan soda ergan.

a. Pewarna Dengan Asam

1. Asam Nitrat
asam nitrat 15% diperlukan pada bambu dengan menggunakan kuas. Agar timbul
warna, bambu dipanaskan diatas kompor atau anglo. Asam nitrat ini hanya bagus
digunakan pada bambu yang telah dikupas. Warna yang timbul adalah cokelat.
2. Asam Sulfat
Asam sulfat 15% diperlukan pada bambu dengan mengguanakan kuas. Agar timbul
warna, bambu dipanaskan. Warna yang timbul adalah hitam dan terlihat jelas pada
bambu yang dikupas maupun tidak dikupas.

b. Pewarna Dengan Nepthol Dengan Asamnya

Nepthol 15gr ditambah 15cc TRO dan 300cc air panas, kemudian diaduk sampai rata lalu
ditambah 30cc NaOH ( 43gr/lt ). Kemudian encerkan dengan air dingin sampai 1 liter.
Larutan yang diencerkan dipercikkan pada bambu kemudian diangin – anginkan. Agar
timbul warna, bambu yang telah kering dicelupkan kedalam garam Diazo ( 5gr/lt ). Setelah
itu bambu dikeringkan, selanjutnya dicuci dengan air dan terakhir dikeringkan kembali
untuk di vernis. Garam yang digunakan tergantung warna yang diinginkan. Sebagai contoh
dapat digunakan garam merah B, garam biru B atau garam oranye GC.
c. Pewarna Dengan Soge Ergon

Soga eron dilarutkan pada air panas sebanyak 15 gr/lt. obat hijau dilarutkan dalam air
dingin sebanyak 15gr/lt. campur keduanya dengan perbandingan 1:1. Kemudian larutan
tersebut dipercikkan pada bambu dan bambu dikeringkan. Agar timbul warna dan tidak
luntur, bambu yang telah kering dicelupkan pada air kapur 50gr/lt ( disareni ). Warna yang
timbul bermacam – macam tergantung jenis soga ergan yang digunakan. Bambu yang telah
berwarna dikeringkan kembali, lalu dicuci dengan air, sekali lagi dikeringkan dan terakhir
di vernis.
F. PENGEMASAN dan PENJUALAN

Telah menjadi kebiasaan, bahwa setiap hasil produksi dikemas sebelum dijual. Pengemasan
mempunyai tujuan agar barang hasil produksi lebih terjaga kualitas maupun kondisinya.

Agar mebel bambu terjaga kondisinya, maka dalam pengiriman mebel dikemas dengan baik.

a. Pengemasan
Dalam pengemasan mebel bambu ada beberapa langkah. Sebelum membuat kemasan kita
harus menyediakan alat dan bahan, antara lain:
- Paku
- Palu
- Tripleks
- Reng
- Kertas karton
- Paku pines

Setelah mengetahui bahan dan alatnya, maka cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

1) Mebel yang kan dikemas diukur panjang, lebar dan tingginya kemudian reng
dipotong sesuai ukuran mebel tersebut. Kemudian buat kerangka dengan reng yang
dilekatkan dengan paku menggunakan palu.
2) Tempelkan tripleks pada 5 sisi kerangka dengan ukuran yang telah disesuaikan
dengan kerangka dan dilekatkan dengan paku.
3) Langkah terkhir, pasang kertas karton di bagian luar dengan paku pines. Kemudian
mebel dimasukkan dari bagian sisi yang belum ditutup. Selanjutnya tutup dengan
tripleks dan dilapisi kertas karton.

Sesuai tahapan dalam proses penjualan hasil kerajinan. Mebel dikirim kepada konsumen
dengan berbagai cara. Selengkapnya akan dibahas pada sub- bab berikutnya.
b. Penjualan

Tujuan yang paling utama dari pembuatan mebel bambu ini adalah dapat menghasilkan
nilai komersil. Untuk itu penulis memberikan gambaran seberapa besarnya nilai penjualan,
tempat pemasaran dan kendala-kendalanya.

Nilai penjualan mebel bermacam-macam, tergantung pada kualitas dan modelnya.


Meskipun demikian harga mebel bambu berkisar dari Rp 250.0000,00 sampai Rp
900.000,00 setiap satu set. Jumlah penjualan tergantung dari kondisi pasar ( ramai atau sepi )
tetapi dapat dipastikan untuk penjualan di daerah sendiri atau lokal berkisar sekitar 11 set,
dan untuk penjualan di luar daerah atau luar negeri ( interlokal ) bisa mencapai 1 container
yang berisi tidak kurang dari 60 set. Dalam penjualan mebel bambu ada daerah pemasokan
atau penjualan. Untuk penjualan lokal tidak ada daerah khusus yang dituju, sebab biasanya
pembeli datang sendiri ke perusahaan dengan memesan model yang diinginkan. Tetapi ada
beberapa cabang untuk memasoknya. Salah satunya adalah kalimantan, yaitu Kota
Samarinda dan Balikpapan. Sedangkan untuk penjualan interlokal bisa sampai ke Negara
antara lain: Jerman, Perancis, Italia, Swedia, Jepang dan hongkong.

Kualitas model bambu yang diperdagangkan di dalam negeri dan luar negeri biasanya
dibuat berbeda. Hal ini bertujuan agar par pelanggan terus percaya pada produsen. Kualitas
untuk interlokal barangnya biasanya mampu bertahan sampai 8 atau 10 tahun. Dengan
dipilihkan bambu yang paling baik dan model paling baik pula. Sedang untuk daerah sendiri
barang hanya bertahan sekitar 4 tahun.

Ada waktu-waktu penjualan yang sangat ramai yaitu sekitar dua bulan sebelum Lebaran
untuk daerah sendiri. Dan untuk luar negeri dari bulan Juni sampai sebelum Natal. Selain
waktu-waktu tersebut penjualan biasa-biasa saja. Kendala yang biasa dihadapi oleh pebisnis
mebel adalah kurangnya modal usaha untuk perkembangan perusahaannya, namun kendala
paling berat adalah ketika mengalami kemerosotan atau merugi.
G. PELAKSANAAN

Perjalanan kami tempuh dari Wonosobo menuju Sleman, Jogjakarta dlam waktu 3 jam.
Perjalanan dimulai dari pukul 08.00 WIB dan smpai tujuan pada pukul 10.00 WIB.
Menggunakan kendaraan pribadi.

Sesampainya di Jogjakarta, kami segera menuju Sleman. Lokasi tempat kerajinan mebel
bambu. Kemudian kami segera mencari tahu tentang proses pembuatan mebel tersebut secara
langsung . informasi kami dapat dari Bapak Bambang Suwarno, selaku pemilik perusahaan
kerajinan mebel bambu tersebut.

Dengan hasil wawancara yang kami lakukan sudh memenuhi. Kami diijinkan untuk
melihat-lihat bagaimana cara proses pembuatan kerajinan mebel bambu dan sebagian dari kami
mempunyai waktu untuk mengambil gambar hasil pembuatan kerajinan mebel bambu tersebut.
Setelah selesai melakukan observasi, kamipun segera kembali ke Wonosobo pada pukul 17.00
WIB dengan menempuh rute perjalanan yang sama. Dan akhirnya kami smapi di Wonosobo pada
pukul 19.00 WIB.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bambu yang merupakan tanaman berumpun dan bisa tumbuh di daerah pedesaan
ternyata mempunyai manfaat yang sangat besar. Ada banyak jenis bambu yang terdapat di
Indonesia yang mempunyai manfaat yang berbeda-beda. Misalnya Bambu Betung untuk
bangunan, Bambu Apus untuk kerajian rumah tangga dan Bambu Wulung untuk mebel.

Agar bambu mencapai hasil yang memuaskan, ada banyak proses yang harus
dilakukan. Dari penebangan, pembersihan, pemotongan perancangan danh perangkaian
serta penyelesaian. Selain itu, ada satu hal yang sangat penting dalam pembuatan mebel
bambu ini, yaitu alat-alat atau perkakas. Peralatan sederhana yang bias digunakan adalah
seperti pisau, golok, gergaji kayu, pemahat / tatah dan palu.

Mebel abbmu merupakan hasil kerajinan tangan manusia yang sangat bagus. Dengan
kekreatifan, kita akan dapat menciptakan mebel bambu yang lebih bermutu dan berkualitas
serta berkuantitas yang unggul. Bambu yang semula merupakan bahan yang tradisional
dapat diubah menjadi produk yang lebih modern. Namun demikian dalam proses
pengolahannya, ada banyak kendala baik dari luar maupun dari dalam. Untuk mengatasi
kendala-kendala tersebut ada banyak hal dapat ditempuh diantaranya adalah dengan
keuletan dan kekreatifan kita sendiri.

Dalam rangka peningkatan produk bambu, pemerintah melakukan berbagai cara.


Dengan menambah lahan untuk pembudi-dayaan bambu dan penyuluhan kepada
masyarkat. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa produk kerajinan bambu semakin
meningkat.
B. SARAN

Melalui karya tulis ini, penulis memberikan saran kepada :

1. Pembaca,
Agar setiap bentuk usaha di dasari dengan keuletan, ketekunan dan kekreatifan.
Kendala yang dialami dalam berusaha harus dihadapi dengan tenang dan tidak mudah
putus asa dan dengan semangat yang tinggi.

2. Industri mebel bambu Tuans Bambu Jaya,


agar selalu meningkatkan produktifitasnya yang lebih modern, lebih banyak melakukan
study banding agar lebih kreatif dalam menciptakan suatu model baru.
Perusahaan sebaiknya lebih terorganisir, lebih berhati-hati dalam memproduksi dan
agar selalu memberikan pendidikan kerajianan tersebut kepada generasi muda.
KERAJINAN MEBEL BAMBU MODERN
SLEMAN, JOGJAKARTA

LAPORAN PERJALANAN INI DI SUSUN UNTUK MEMENUHI


TUGAS PRAKTIK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH ATAS 1 MOJOTENGAH
TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

Disusun Oleh:

1. Desti Surmisyani
2. Muharti
3. Sri Asih

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO


DINAS PENDIDIKAN , PEMUDA DAN OLAHARAGA
SMA 1 MOJOTENGAH
2009 / 2010

You might also like