You are on page 1of 43

Manajemen Kepemimpinan

Richard H.Y – 6092817


Ang Martin A.L – 6092822
Agnes. R -6092826
Pendahuluan
• Kepemimpinan adalah subjek penting bagi
manajer karena peran penting yang dimainkan
pemimpin untuk efektivitas kelompok dan
organisasi.
Definisi
• Kepemimpinan manajerial sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas
yang berkaitan dengan tugas dari para
anggota kelompok.
Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut, yaitu :
1. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain.
2. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang
tidak sama di antara pemimpin dan anggota
kelompok.
3. Di samping secara sah mampu memberikan
bawahan atau pengikutnya perintah atau
pengarahan, pemimpin juga dapat mempengaruhi
bawahan dengan berbagai cara lain.
Efektivitas Pemimpin
Tiga pendekatan utama terhadap telaah
kepemimpinan, yaitu :
1. Pendekatan ciri
2. Pendekatan perilaku
3. Pendekatan kontingensi
Pendekatan Ciri
Dalam pencarian ciri kepemimpinan yang dapat
diukur, para peneliti mengambil 2 pendekatan:
1. Mereka berusaha membandingkan ciri-ciri
orang yang tampil sebagai pemimpin dengan
ciri-ciri orang yang tidak.
2. Mereka berupaya membandingkan ciri
pemimpin yang efektif dengan ciri pemimpin
yang tidak efektif.
• Kebanyakan telaah mengenai ciri kepemimpinan ada
dalam kategori pertama.
• Dan telaah ini gagal untuk menemukan ciri-ciri yang
secara jelas dan tetap membedakan pemimpin dari
pengikut.
• Pemimpin sebagai suatu kelompok dianggap lebih
tinggi, lebih cemerlang, lebih terbuka, dan lebih
percaya diri daripada yang bukan pemimpin.
• Kenyataannya banyak pemimpin yang telah mapan
tidak dan belum memiliki ciri-ciri ini.
Contoh : Napoleon (bertubuh pendek), Abraham
Lincoln (murung dan tertutup).
• Pendekatan ciri ternyata tidak bermanfaat,
karena tak satu pun kombinasi ciri selalu
membedakan pemimpin dari yang bukan
pemimpin atau membedakan pemimpin yang
efektif dan yang tidak efektif.
Pendekatan Perilaku
• Pendekatan perilaku memusatkan perhatian
pada fungsi dan gaya kepemimpinan.
• Para peneliti memusatkan perhatiannya pada
dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu :
1. Fungsi Kepemimpinan
2. Gaya Kepemimpinan
Fungsi dan Gaya Kepemimpinan
1. Fungsi Kepemimpinan
• Aspek ini mengalihkan pusat perhatian dari
pemimpi perseorangan ke fungsi yang dilakukan
pemimpin di dalam kelompoknya.
• Agar sebuah kelompok beroperasi secara efektif,
seseorang harus melakukan dua fungsi utama :
- Fungsi pemecahan masalah atau fungsi yang
“bertalian dengan tugas”
- Fungsi sosial atau fungsi “pembinaan
kelompok”
• Fungsi yang bertalian dengan tugas dapat
mencakup fungsi-fungsi memberi saran
pemecahan dan memberi informasi serta
pendapat.
• Fungsi pembinaan kelompok meliputi segala
sesuatu yang membantu kelompok beroperasi
secara lebih lancar.
Misalnya : menyetujui atau memberi pujian
pada anggota lain dalam kelompok, menengahi
ketidak-sepakatan kelompok, atau bahkan
memperhatikan jalannya diskusi kelompok.
2. Gaya Kepemimpinan
• Pandangan kedua mengenai perilaku
kepemimpinan memusatkan perhatian pada
gaya yang digunakan seorang pemimpin dalam
menghadapi bawahannya.
• Para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya
kepemimpinan :
- Gaya yang berorientasi pada tugas
- Gaya yang berorientasi pada karyawan
• Manajer yang berorientasi pada tugas
mengarahkan dan mengawasi secara ketat
bawahan untuk menjamin agar tugas
dilaksanakan secara memuaskan.
• Manajer yang berorientasi pada karyawan
berusaha lebih memotivasi daripada
mensupervisi bawahan.
• Beberapa penelitian menemukan bahwa
efektivitas suatu gaya tertentu tergantung
pada situasi di mana gaya itu digunakan.
• Gaya Kepemimpinan yang ditelaah di
Universitas Ohio
 Jaring Manajerial
• Jaring Manajerial Blake dan Mouton disusun
berdasarkan dua pendekatan terhadap manajemen
yang efektif.
• Jaring Manajerial mengidentifikasi suatu rentang
perilaku manajemen yang didasarkan pada berbagai
cara sehingga gaya yang berorientasi pada tugas dan
gaya yang berorientasi pada karyawan dapat
berinteraksi satu dengan yang lain.
• Dengan demikian, gaya manajemen 1,1 adalah
manajemen yang jatuh miskin (impoverished
management)
• Manajemen gaya 1,9 adalah manajemen
perkumpulan (country club management) :
perhatian karyawan tinggi, perhatian produksi
rendah.
• Manajemen gaya 9,1 adalah manajemen
otoriter atau manajemen tugas : perhatian
produksi tinggi, perhatian karyawan rendah.
• Manajemen gaya 9,9 adalah manajemen tim
atau manajemen demokratik : perhatian
produksi dan karyawan tinggi.
 Manajemen Sistem
• Rensis Linkert menggabungkan kategori gaya
dasar orientasi pada tugas dan orientasi pada
karyawan kemudian menyusun sebuah model
efektivitas empat tingkat.
• Manajemen sistem 1 membuat semua keputusan
yang berkaitan dengan pekerjaan dan
memerintahkan bawahannya untuk
melaksanakannya.
• Manajemen sistem 2 tetap mengeluarkan perintah,
namun bawahan mempunyai kebebasan untuk
memberikan komentar pada perintah tersebut.
• Manajemen sistem 3 menetapkan tujuan dan
mengeluarkan perintah umum setelah
membahasnya bersama bawahan.
• Manajemen sistem 4 Likert adalah sistem ideal yang
seharusnya diterapkan oleh organisasi.
 Pengaruh terhadap Pilihan Gaya
Kepemimpinan
• Robert Tannenbaum dan Warren . Schmidt termasuk
diantara para teorisi pertama yang memberikan
bermacam-macam faktor yang menurut mereka akan
mempengaruhi pilihan mana
• Mereka mengusulkan agar seorang manajer harus
mempertimbangkan tiga perangkat “kekuatan” sebelum
memilih gaya kepemimpinan :
- kekuatan yang ada dalam diri manajer itu sendiri
- kekuatan yang ada dalam bawahan
- kekuatan yang ada dalam situasi
• Karakteristik bawahan juga harus dipertimbangkan sebelum
manajer dapat memilih gaya kepemimpinan yang tepat
• Menurut Tannenbaum dan Schmidt, seorang manajer dapat
membiarkan peran serta dan kebebasan yang lebih besar
apabila bawahan :
- Sangat membutuhkan kemandirian dan kebebasan
bertindak.
- Ingin memperoleh tanggungjawab pengambilan
keputusan.
- Mendukung tujuan organisasi.
- Cukup berpengetahuan dan berpengalaman untuk
menyelesaikan masalah secara efisien.
- Berpengalaman dengan manajer sebelumnya yang
membuat mereka mengharapkan manajemen yang
partisipatif.
 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas
Kepemimpinan
• Kepribadian, pengalaman masa lampau, dan
harapan dari pemimpin yang bersangkutan
• Harapan dan perilaku atasan
• Karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan
• Persyaratan tugas
• Kultur dan kebijaksanaan organisasi
• Harapan serta perilaku rekan kerja
Pendekatan Kontingensi
• Pendekatan kontingensi terhadap
kepemimpinan berupaya :
(1) mengidentifikasi yang mana dari faktor-
faktor ini paling penting dalam suatu
rangkaian keadaan tertentu
(2) meramalkan gaya kepemimpinan yang
akan paling efektif dalam keadaan tersebut.
Gaya Kepemimpinan dan Situasi Kerja :
Model Fiedler
• Asumsi dasar Fiedler ialah bahwa sangat sulit bagi
manajer untuk mengubah gaya manajemen yang
telah membantunya mengembangkan karirnya
secara berhasil.
• Menurut model Fiedler,
- hubungan pemimpin-anggota
- struktur tugas
- dan kekuasaan posisi pemimpin
adalah variabel situasi yang penting.
• Fiedler mengukur gaya kepemimpinan pada
sebuah skala yang sederhana yaitu : LPC (Least
Preferred Co-worker)
• Model ini meramalkan tipe pemimpin yang mana
(LPC tinggi atau LPC rendah) paling efektif dalam
delapan kemungkinan kombinasi dari variabel-
variabel tersebut.
- LPC tinggi : hubungan dengan bawahan penting
untuk efektivitas
- LPC rendah : gaya keras tidak segan dilakukan
untuk mempertahankan produksi
• Setelah mengetahui situasi kepemimpinan, maka
perlu mencocokkan situasi dengan pemimpin.
• Ada delapan kombinasi yang mungkin dari tiga
variabel ini dalam situasi kerja : Hubungan
pemimpin-anggota dapat baik atau buruk, tugas
dapat terstruktur atau tidak terstruktur, dan
kekuasaan posisi dapat kuat atau lemah.
• Dengan menggunakan delapan kategori situasi
kepemimpinan ini dengan dua tipe pemimpinnya
(LPC tinggi atau LPC rendah), maka Fiedler
melakukan telaah dan menggambarkannya.
Pendekatan Alur-Tujuan dalam
Kepemimpinan
• Model ini dirumuskan oleh Martin G. Evans dan Robert J.
House.
• Pendekatan alur-tujuan memusatkan perhatian pada
kemampuan manajer untuk memberikan imbalan.
• Gaya kepemimpinan yang digunakan seorang manajer
akan mempengaruhi jenis imbalan yang ditawarkan dan
persepsi bawahan mengenai apa yang harus mereka
lakukan untuk memperoleh imbalan tersebut.
• Evans berupaya meramalkan bagaimana jenis imbalan
yang berbeda dan gaya kepemimpinan yang berbeda
mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan bawahan.
Variabel Kontingensi Alur-Tujuan

• Karakteristik pribadi bawahan


• Tekanan lingkungan dan tuntutan di tempat
kerja yang harus dihadapi bawahan.
Tiga faktor lingkungan yang membantu
menentukan gaya kepemimpinan yang lebih
disukai bawahan, menurut Robert J. House :
• Sifat tugas bawahan akan mempengaruhi gaya
kepemimpinan dengan banyak cara. (melakukan
tugas yang terstruktur)
• Sistem wewenang formal organisasi biasanya
menjelaskan kepada bawahan tindakan mana
yang akan mendapat celaan atau imbalan.
• Kelompok kerja bawahan juga mempengaruhi
sifat gaya kepemimpinan dengan berbagai cara.
Teori Kepemimpinan Situasional
• Teori ini mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan akan
berbeda-beda sesuai dengan kematangan atau kedewasaan
bawahan.
• Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa hubungan antara
seorang manajer dan bawahan bergerak melalui empat tahap.
- Tahap 1 : ketika bawahan pertama kali masuk organisasi, maka
gaya yang sangat berorientasi pada tugas adalah yang paling
tepat.
- Tahap 2 : Jika bawahan mulai mempelajari tugasnya, manajer
mulai dapat menggunakan perilaku yang berorientasi pada
karyawan.
- Tahap 3 : kemampuan dan motivasi serta prestasi
bawahan meningkat, manajer tidak perlu bersikap
otoriter lagi.
- Tahap 4 : Manajer mengurangi jumlah dukungan dan
dorongan karena bawahan “sudah dapat berdiri
sendiri”
Tambahan :
• Gaya Kepemimpinan
Dalam menjalankan proses interaksi sebagai
seorang pemimpin, ada baiknya mengenal
lima gaya kepemimpinan dan mengetahui
keunggulan serta keterbatasannya, seperti
disajikan pada Tabel dibawah ini:
1) Otoriter Murni

Deskripsi: Pimpinan membuat keputusan dan melakukan


pengarahkan pada bawahan

Keunggulan: Hemat waktu,Keputusan tegas, jelas dan


final,Kontrol pada Pimpinan

Keterbatasan: Tidak peduli dengan saran bawahan, Staf


kurang peduli,Kerjasama tidak tercipta
2) Otoriter Semu

Deskripsi: Pimpinan membuat keputusan dan melakukan


pengarahan setelah menerima masukan dari staf

Keunggulan: Keputusan dibuat dengan pertimbangan,Relatif


cepat, Keputusan jelas dan final

Keterbatasan: Bila Pimpinan tidak memimta masukan maka


keputusan dibuat tanpa pertimbangan, Staf kurang kooperatif,
Saran yang bagus mungkin tidak menjadi pertimbangan
3) Konsensus

Deskripsi: Keputusan dibuat berdasarkan konsensus tetapi


otoritas tetap pada Pimpinan

Keunggulan:Keterlibatan dan dukungan seluruh Staf, Tanggung


jawab bersama, Besar kemungkinan berjalan lancar saat
pelaksanaan

Keterbatasan: Menyita waktu, Pertemuan berulang-


kali,Keputusan tidak jelas, Konsensus sulit dicapai
4) Demokratik

Deskripsi: Semua Staf/Petugas mempunyai suara untuk


membuat/mengubah suatu keputusan

Keunggulan: Keterlibatan Staf sangat besar, Dukungan dalam


membuat keputusan, Berjalan lancar saat pelaksanaan

Keterbatasan: Sangat menyita waktu, Keputusan mayoritas


mungkin bukan hal yang terbaik, Yang merasa tidak terwakili
akan menjadi oposisi
5) Delegasi

Deskripsi: Pimpinan menugaskan Staf atau kelompok


untuk membuat keputisan

Keunggulan: Kesempatan untuk kaderisasi, Kemungkinan


berjalan lancar saat pelaksanaan

Keterbatasan: Pimpinan lepas kontrol, Menyita waktu,


Bila Staf/kelompok tidak diberi bimbingan maka
keputusan yang dibuat menjadi kurang bermutu
• Strategi kepemimpinan yang perlu dikembangkan dalam
menjalankan fungsi pembinaan sebagai
berikut:
1) Strategi mengarahkan

2) Membangun Rasa Saling Percaya

3) Menempatkan diri sebagai mediator

4) Penghubung dengan Pendukung/Mitra Eksternal


SEKIAN

TERIMA KASIH

You might also like