You are on page 1of 15

RESUME TENTANG

RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Resiko
Yang dibina oleh Bapak xxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Oleh :
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
November 2009
A. DEFINISI RESIKO

1. Resiko
Ketidakpastian→sumber dari risiko
2. Penyimpangan dari sesuatu yang diharapkan dengan senyatanya yang ia
terima
Risiko ada yang bersifat:
 Murni : Risiko yang hanya berpotensi menimbulkan kerugian
 Spekulatif : Risiko yang berpotensi menimbulkan keuntungan maupun
kerugian
3. Probabilitas
Kemungkinan timbulnya kerugian

Defenisi konseptual mengenai risiko : (Robert Charette)


o Risiko berhubungan dengan kejadian di masa yg akan datang.
o Risiko melibatkan perubahan (spt. perubahan pikiran, pendapat, aksi,
atau tempat)
o Risiko melibatkan pilihan & ketidakpastian bahwa pilihan itu akan
dilakukan.
Pengertian lain resiko:

1. Resiko adalah ketidak pastian akan terjadinya peristiwa yang menimbulkan


kerugian ekonomis.
2. Resiko adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi, di mana kadangkala
kenyataan yang terjadi berbeda dengan hasil-hasil prediksinya.
3. Resiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan.
4. Resiko adalah kemungkinan kerugian (Risk is the chance of Loss).
5. Resiko adalah kombinasi dari berbagai keadaan yang mempengaruhinya (Risk
is the combination of hazards),dan lain-lain.

Pengertian resiko dalam kaitan dengan asuransi, dapat dirumuskan sebagai


berikut: ”Resiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti. Ketidakpastian yang dominan
adalah ketidakpastian akan selalu dihadapi semua manusia dalam seluruh aktivitas
kehidupannya, baik kehidupan pribadi (Personal) maupun kegiatan usaha (Business)”.
Ketidak pastian yang dominan adalah ketidak pastian akan terjadinya peristiwa dan
ketidak pastian akan dialaminya kerugian (Uncertainty of Occurrence & Uncertainty
of Loss).

Definisi Resiko:
Potensi terjadinya suatu PERISTIWA atau KEJADIAN baik yang
DIPERKIRAKAN maupun TIDAK DIPERKIRAKAN, yang langsung maupun
tidak langsung menimbulkan KERUGIAN KEUANGAN maupun Non-
KEUANGAN dan atau menyebabkan organisasi memiliki KETERBATASAN atau
KENDALA dalam mencapai TUJUAN yang telah ditetapkan.
Definisi Dan Pengertian Manajemen Resiko

• Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang


dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai
perusahaan.
• Manajemen risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap, yang
dipunyai organisasi, untuk mengelola, memonitor, dan mengendalikan
eksposur organisasi terhadap risiko (SBC Warburg, The Practice of Risk
Management, Euromoney Book, 2004)
• Enterprise Risk Management adalah kerangka yang komprehensif,
terintegrasi, untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar, modal ekonomis,
transfer risiko, untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Lam, James,
Enterprise Risk Management, Wiley, 2004)

Manajemen risiko organisasi mempunyai elemen-elemen berikut ini:


– Identifikasi Misi: Menetapkan Tujuan manajemen risiko
– Penialaian Risiko dan Ketidakpastian: Mengidentifikasi dan mengukur
risiko
– Pengendalian Risiko: Mengendalikan risiko melalui diversifikasi,
asuransi, hedging, penghindaran, dll
– Pendanaan Risiko: Bagaimana membiayai manajemen risiko
– Administrasi program: Administrasi organisasi, seperti manual, dsb
(Williams, Smith, Young, Risk Management and Insurance, McGraw Hill, 1998)

Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Risiko


Manajemen Risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi
dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan
mengelola risiko secara lebih transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh,
Manajemen Risiko menyentuh hampir setiap aspek aktivitas sebuah entitas bisnis,
mulai dari proses pengambilan keputusan untuk menginvestasikan sejumlah uang,
sampai pada keputusan untuk menerima seorang karyawan baru.
Berdasarkan konsep dasar di atas salah satu paradigma penting yang
ditawarkan oleh Manajemen Risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko
dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka pikir yang sangat rasional. Hal
ini dimungkinkan berkat berkembangnya teori probabilitas dan statistik yang
memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, meng-quantify dan mengukur
risiko. Asumsi yang mendasari hal ini adalah bahwa statistik mengandung
didalamnya “ingatan numerik” (numerical memory) yang bertitik tolak dari hal itu
kita dapat membaca suatu alur tertentu yang memungkinkan kita memproyeksikan
kemungkinankemungkinan yang akan kita hadapi di masa mendatang.
Bagaimanapun, Manajemen Risiko tetaplah hanya alat bantu bagi manajemen
dalam proses pengambilan keputusan. Manajemen Risiko bukanlah sekedar angka
statistik, teknik ataupun teknologi. Wujud penerapan terbaik Manajemen Risiko
merupakan suatu proses membangun kesadaran tentang Risiko di seluruh komponen
organisasi, suatu proses pendidikan bagaimana menggunakan alat dan teknik yang
disediakan oleh Manajemen Risiko tanpa harus dikendalikan olehnya, dan
mengembangkan naluri pengambilan keputusan yang kuat (khususnya terhadap
risiko).
Bertitik tolak dari hal-hal di atas, terdapat beberapa prinsip yang harus
dipatuhi di dalammengembangkan dan menerapkan suatu model Manajemen Risiko.
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Transparansi
Prinsip ini mensyaratkan agar seluruh potensi risiko yang ada pada suatu
aktivitas, khususnya transaksi, dibeberkan secara terbuka. Risiko yang
tersembunyi/disembunyikan akan menjadi sumber permasalahan terbesar dan, per
definisi, tidak akan dapat dikelola dengan baik.
2. Pengukuran yang Akurat
Prinsip ini mewakili sisi sains dari konsep Manajemen Risiko, dan
mensyaratkan investasi berkesinambungan untuk berbagai teknik dan alat yang akan
digunakan sebagai syarat dari proses Manajemen Risiko yang kuat.
3. Informasi Berkualitas yang Tepat Waktu
Prinsip ini akan turut menentukan akurasi pengukuran dan kualitas keputusan
yang diambil. Sebaliknya tidak terpenuhinya prinsip ini bisa membawa manajemen
pada suatu keputusan yang berisiko fatal.
4. Diversifikasi
Sistem Manajemen Risiko yang baik menempatkan konsep diversifikasi
sebagai sesuatu yang penting untuk dicermati. Hal ini menuntut pola pemantauan
yang konstan dan konsisten. Asumsinya adalah bahwa konsentrasi (Risiko) dapat
muncul setiap saat seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di dunia.
5. Independensi
Berdasarkan prinsip independensi, keberadaan suatu kelompok Manajemen
Risiko yang independen makin dianggap sebagai suatu keharusan. Prinsip ini tidak
sekedar berbicara tentang kewenangan dan level tanggung jawab dari kelompok
Manajemen Risiko dan kelompok/unit lainnya dalam perusahaan, melainkan juga
tentang tentang visi perusahaan dan kualitas interrelasi antara kelompok Manajemen
Risiko dengan kelompok/unit lainnya, dan juga antar kelompok/unit yang
melaksanakan transaksi dengan mengambil risiko tertentu.
6. Pola Keputusan yang Disiplin
Porsi sains dalam konsep Manajemen Risiko memang telah memberikan
banyak kontribusi bagi kemampuan Manajemen Risiko dalam melakukan pengukuran
risiko namun kualitas keputusan tetap saja tergantung pada bagaimana manajemen
memutuskan cara terbaik untuk menggunakan alat/teknik tertentu dan memahami
keterbatasan yang dimiliki oleh alat/teknik tersebut.
7. Kebijakan
Prinsip ini mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi Manajemen Risiko suatu
perusahaan harus dirumuskan dalam sebuah Policy, Manual & Procedure yang jelas.
Policy harus secara jelas menjabarkan dan mendefiniskan filosofi Manajemen Risiko
perusahaan dan menyediakan keseluruhan pendekatan yang digunakan serta
organisasi dari proses pengambilan Risiko. Tujuan utama dari hal tersebut adalah
untuk memberikan kejelasan mengenai proses Manajemen Risiko, baik untuk pihak
internal maupun untuk pihak eksternal seperti regulator dan para analis.

Prinsip-prinsip tersebut di atas akan menjadi penentu arah dalam menyusun


suatu kerangka kerja, suatu model Manajemen Risiko yang handal. Lebih jauh,
prinsip-prinsip tersebut juga akan menjadi penentu keberhasilan dari penerapan model
Manajemen Risiko dalam suatu perusahaan. Tanpa pemahaman mendalam serta
konsistensi dalam menggunakan prinsip-prinsip tersebut, maka penyusunan dan
penerapan suatu model Manajemen Risiko tidak akan memberikan nilai tambah yang
seharusnya dapat diperoleh.

Proses dalam Manajemen Risiko

Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam


menganalisa hal-hal tidak pasti yang akan terjadi masa yang akan datang. Manajemen
risiko memanfaatkan informasi tersebut untuk memusatkan perhatian pada masa depan
apabila terdapat ketidakpastian dan kemudian mengembangkan rencana yang sesuai untuk
mengatasi isu-isu potensial tersebut dari dampak yang merugikan.
Tahapan dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)
Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang
terorganisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan
penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian
risiko yang kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan
sumberdaya yang memenuhi.

2. Penilaian (assesment)
Terdiri atas proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-proses
teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai
sasaran biaya, kinerja / performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.

a. Identifikasi (identifying)
Merupakan proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang
memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentifikasi dan didokumentasi.

b. Analisa (analyzing)
Merupakan proses menggali informasi / deskripsi lebih dalam terhadap
risiko yang telah diidentifikasi, yang terdiri atas:
- kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek
biaya, waktu, dan teknis proyek
- penyebab risiko
- keterkaitan antar risiko
- saat terjadinya risiko
- sensitivitas terhadap waktu

3. Penanganan (handling)
Merupakan prases identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi
penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program,
yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko,
mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko.

4. Pemantauan / monitoring risiko


Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil
kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.
B.KONSEP RISIKO

Hazard→Peril→Losses(kerugian)

Hazard :Faktor pendorong terjadinya peril yang menyebabkan kerugian


Peril :Sebuah kejadian yang melahirkan kerugian

C,PEMILAHAN RESIKO
1. Murni
 Statis :Penyebab adanya kerugian itu adalah sesuatu yang
sama, tidak berubah (tetap)
 Dinamis :Perubahan budaya masyarakat→lingkungan
2. Spekulatif
 Statis :(ex:keterlambatan bahan baku)
 Dinamis :Perubahan daya ekonomi masyarakat
Ada yang bersifat objektif (kemungkinan timbulnya kerugian bisa diukur) dan
subjektif (tidak bisa mengukur timbulnya kerugian).

Bisa juga dinyatakan dengan bentuk-bentuk resiko:

Resiko Murni (Pure Risk):


Bentuk resiko yang kalau terjadi akan menimbulkan kerugian (Loss) atau tidak
menimbulkan kerugian (No Loss/Breakeven).
Contoh: Resiko Kebakaran, Resiko Kecelakaan.

Resiko Spekulatif (Speculative Risk):


Resiko kalau terjadi dapat menimbulkan kerugian (Loss), tidak menimbulkan
kerugian (No Loss) atau mendatangkan keuntungan (Gain).
Contoh: Resiko Produksi, Resiko Moneter (Kurs Valuta Asing).
 
Resiko Fundamental (Mendasar):
Resiko-resiko yang kalau terjadi dampak kerugiannya bisa sangat luas atau bersifat
catastrophic. 
Contoh:  Resiko Perang, Gempa Bumi, Polusi Udara.
 
Resiko Khusus (Particular):
Resiko yang kalau terjadi, dampak kerugiannya bersifat lokal, tidak menyeluruh atau
non catastrophic.
Contoh: Resiko Kebakaran, Resiko Kecelakaan, Pencurian.s

Ada beberapa Kategori resiko yaitu :

1.       Resiko Proyek

Resiko proyek mengancam rencana proyek. Yaitu bila resiko proyek menjadi nyata,
ada kemungkinan jadwal proyek akan mengalami slip dan bahwa biaya menjadi
bertambah. Resiko proyek mengidentifikasi hal potensial yang berhubungan dengan
pembiayaan, jadwal, personil, sumber-sumber daya, pelanggan dan masalah
persyaratan serta pengaruhnya terhadap proyek perangkat lunak.

2.       Resiko Teknis

Resiko teknis mengancam kualitas dan ketepatan waktu perangkat lunak yang akan
dihasilkan. Bila resiko teknis menjadi kenyataan, implementasinya menjadi sangat
sulit atau tidak mungkin. Resiko teknis mengidentifikasi desain potensial,
implementasi, interfecing, verifikasi dan masalah pemeliharaan.

3.       Resiko Bisnis

Resiko bisnis mengancam viabilitas perangkat lunak yang akan dibangun. Resiko
bisnis membahayakan proyek atau produk. Adapun lima resiko bisnis utama yaitu :

 Pembangunan produk atau system yang baik sekali yang sebenarnya tidak
pernah diinginkan oleh setiap orang (resiko pasar).
 Pembangunan sebuah produk yang tidak lagi sesuai dengan keseluruhan
strategi bisnis bagi perusahaan (resiko strategi)
 Pembangunan sebuah produk di mana bagian pemasaran tidak tahu bagaimana
harus menjualnya
 Kehilangan dukungan manajemen senior sehubungan dengan perubahan pada
focus atau perubahan pada manusia (resiko manajemen)
 Kehilangan hal-hal yang berhubungan dengan biaya atau komitment personal
(resiko manajemen)

Sedangkan resiko yang diusulkan oleh Charette adalah :

1.       Resiko yang sudah diketahui adalah resiko yang dapat diungkap setelah 
dilakukan evaluasi secara hati-hati terhadap rencana proyek, bisnis, dan lingkungan
teknik dimana proyek sedang dikembangkan dan sumber informasi reliable lainnya.

2.       Resiko yang dapat diramalkan diekstrapolasi dari pengalaman proyek


sebelumnya.

3.       Resiko yang tidak diharapkan dapat benar-benar terjadi, tetapi sangat sulit
untuk diidentifikasi sebelumnya.

HAZARD
a. Physical Hazard :Karena factor/kondisi fisik yang menyebabkan PERIL
terjadi
ex→rumah yang dekat dengan pom bensin lebih besar beresiko kerugian
daripada rumah yang jauh dari pom bensin.
b. Moral Hazard :Hazard yang bersifat karakter, watak, sifat, perilaku
individu/masyarakat yang mendorong terjadinya PERIL.
c. Morale Hazard :Sikap mental yang ceroboh karena resiko sudah di
transfer kepihak lain.
d. Legal Hazard :hukum(kecerobohan orang yang menyampingkan
hukum).
D.SUMBER RESIKO
a. Sosial masyarakat→perubahan perilaku/paradigma/selera masyarakat.
b. Fisik/alam
c. Ekonomi→(tingkat bunga, inflasi, apresiasi)
d. Legal hukum→memilikidaya paksa yang kuat (aturan hukum yang berlaku)
e. Politik dan keamanan

Bahaya atau resiko adalah kejadian atau peristiwa yang mungkin atau tidak
mungkin terjadi (may and may not happen). Kalau perils atau bahaya tersebut terjadi,
akibatnya dapat menimbulkan kerugian, atau tidak menimbulkan kerugian atau
keuntungan apa-apa (Breakeven/ Statusquo). Wujud kejadian atau peristiwanya
bisabermacam-macam, yang semuanya bersumber dari:
 Alam (Nature) :
Bencana Alam (Act of God) sepeni Petir, Gempa Bumi, Angin Topan, Banjir,
Letusan Gunung Api.
 Manusia (Human) :
Kelalaian, Kejahatan (Pencurian, Perampokan. Penganiayaan).
 Peralatan/Harta Benda yang dimiliki, dipergunakan, disimpan, disewa,
misalnya :Kecelakaan Mobil, Korsluiting Listrik, Kompor Meledak dan lain
sebagainya.

E.IDENTIFIKASI RESIKO/DIAGNOSA
 Tahapan pertama dari proses manajemen resiko.
 Identifikasi resiko merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis
(terus-menerus berkesinambungan untuk menemukan dan memetakan potensi
resiko)→memerlukan system, prosedur, pendekatan-pendekatan.
 Tujuan: menemukan dan memetakan potensi resiko.
 Kerugian:Asset Losses
-Langsung
-Tak Langsung
 Leability Losses :Kerugian yang dipertanggungjawabkan untuk pihak
pertama
Personal Losses :Kerugian yang terjadi pada asset diri
sendiri/pribadi/SDM.
Identifikasi Risiko.
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:
· Brainstorming
· Survei
· Wawancara
· Informasi historis
· Kelompok kerja, dll.
Pekerjaan identifikasi adalah pekerjaan awal manajemen risiko yang paling
mudah dilaksanakan, tetapi bila petugas/pelaksana identifikasi tidak punya
kompetensi/kemampuan yang memadai, akan menghasilkan identifikasi risiko yang
salah dan berakibat pada mitigasi yang salah pula. Pekerjaan awal ini akan
menghasilkan output daftar risiko.
Bagaimana melakukan identifikasi risiko?
 Pekerjaan ini dimulai dengan melakukan analisis pihak berkepentingan
(stakeholder), yang meliputi pemegang saham, kreditur, pemasok, karyawan,
pemain lain dalam industri yang sama, pemerintah, manajemen itu sendiri,
masyarakat dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya perusahaan.
 Langkah berikutnya adalah analsis internal, yang dapat dilakukan dengan
menggunakan 7S dari McKenzie, meliputi shared value, strategy, structure,
staff, skill, system dan style.

Metode yang biasa digunakan dalam identifikasi risiko adalah analisis data
historis, pengamatan&survei, benchmarking, dan pendapat ahli. Namun
metode ini bisa juga didukung dengan tehnik lain yang dipandang perlu,
misalnya analisis kontrak saat kita hendak melakukan transaksi dengan pihak
ketiga. Analisis kontrak bertujuan untuk melihat risiko yang muncul karena
kontrak tertentu.
PROYEKSI RISIKO/ PERKIRAAN RISIKO
 Dua cara melakukan proyeksi risiko :
 Probabilitas di mana risiko adalah nyata
 Konsekuensi masalah yang berhubungan dengan risiko
 Perencanaan proyek bersama dengan manajer & staf teknik melakukan 4
aktifitas proyeksi risiko :
 Membangun suatu skala yang merefleksikan kemungkinan risiko yang
dirasakan
 Menggambar konsekuensi risiko
 Memperkirakan pengaruh risiko pada proyek dan produk
 Memcatat keseluruhan akurasi proyeksi proyek risiko sehingga akan
tidak ada kesalahpahaman

Evaluasi Resiko (Evaluation)

1. Frekwensinya jarang, dampak kerugiannya rendah/kecil


Resiko ini tidak perlu diasuransikan karena jarang terjadi, dan jika terjadi
dampaknya juga rendah/kecil.
2. Frekwensinya jarang, dampak kerugiannya tinggi/besar.
Resiko ini perlu diasuransikan dan perusahaan Asuransi juga masih bersedia
menutup/cover resiko ini
3. Frekwensinya sering, dampak kerugiannya rendah/kecil.
Resiko ini identik dengan klasifikasi 1, yang perlu dilakukan adalah
pencegahan supaya tidak sering terjadi.
4. Frekwensinya sering, dampak kerugiannya tinggi/besar.
Dalam resiko ini terdapat pola pikir yang berseberangan antara Nasabah dan
Perusahaan Asuransi. Nasabah ingin resiko ini dapat di asuransikan, tetapi
Perusahaan Asuransi tidak mungkin menerima karena frekwensi kejadiannya
sering, dan dampak kerugiannya juga tinggi.

Solusi terbaiknya : membuat perbaikan dan mengadakan program-program


pencegahan agar tidak sering terjadi.
MENILAI PENGARUH RISIKO

Tiga factor yg mempengaruhi konsekuensi jika suatu risiko benar-benar terjadi :


 Sifatnya ; risiko yang menunjukkan masalah yg muncul bila ia terjadi
 Ruang lingkupnya; menggabungkan kepelikannya (seberapa
seriusnya masalah ini ? ) dengan keseluruhan distribusi ( berapa
banyak proyek yg akan dipengaruhi atau berapa banyak pelanggan
terganggu ? )
 Timingnya; mempertimbangkan kapan dan untuk berapa lama
pengaruh itu dirasakan.

F.METODE/TEKNIK UNTUK MELAKUKAN IDENTIFIKASI


RESIKO
a. Risk Analys Quesionere (kuisioner analisis resiko)
Cocok untuk organisasi yang besar, ada bagian-bagian/divisi-divisi. Kuisioner
dibagikan ditiap-tiap lini. Identifikasi resiko dilakukan oleh masing-masing
divisi organisasi.
b. Laporan Keuangan
Terkait dengan financial dan operasional
c. Flow Chart (skuensial bagan alir)
Berdasarkan tahapan
d. Catatan Statistik
Identifikasi resiko berdasarkan data masa lalu, dievaluasi kembali.
e. Inspeksi Langsung
Terjun ke proses organisasi
Ex: moral hazard
f. Analisis Lingkungan
(lingkungan eksternal) mengidentifikasi resiko menggunakan aspek: pesaing,
pemasok, kebijakan pemerintah.
g. Interaksi
Melakukan diskusi secara berkesinambungan dengan divisi-divisi→kebijakan
manajemen resiko disusun atau disepakati bersama.

G.UKURAN RESIKO (RISK SIZE)


1. Probabilitas
Ukuran resiko yang mendasarkan pada kemungkinan terjadinya resiko.
*Seberapa besar resiko akan muncul
*Seberapa sering resiko akan muncul
Menggunakan data historis (rentan0%-100%).
NB:
 Semakin tinggi probabilitas semakin tinggi resiko
 Analisis probit:analisis yang mempelajari probabilitas
2. Dampak/impact/akibat
Rentan >Rp 0-Rp∞
3. Trend/kecenderungan
Ada dua cara
a) Kualitatif→jauh dari angka-angka(rasional)
b) Kuantitatif→menggunakan data histories
 Y=a+bx
 Moving average
Bisa juga keduanya digabungkan.

H.MENGUKUR BESAR KECILNYA RESIKO

Bagaimana mengukur Risiko?


Setelah risiko teridentifikasi, proses berikutnya adalah mengukur risiko. Jika
risiko telah diukur, kita bisa melihat besar kecilnya risiko, sekaligus dampak bagi
perusahaan dan melakukan prioritisasi risiko (risiko mana yang paling relevan).
Pengukuran/perhitungan risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara yang bisa
dipilih, tergantung pada kemudahan dan kecocokan. Proses pengukuran risiko ini
akan menghasilkan output berupa peta risiko.
Pengukuran risiko selalu mengacu pada ukuran kualitas dan kuantitas risiko, yaitu
frekuensi, tingkat kemungkinan, likelihood atau seberapa sering terjadi dan dampak,
impact, severity atau besarnya kerugian. Disamping kedua acuan tersebut, ada juga
yang memasukkan unsur kecenderungan/trend dalam mengukur risiko.
Pengukuran risiko akan sangat tergantung pada jenis risiko atau karakteristik
risiko tersebut, misal risiko pasar dengan risiko kredit akan menghasilkan teknik
kuantifikasi yang berbeda dan dengan demikian pengukurannya juga berbeda. Risiko
pasar diukur dengan VAR (value at risk) dan stress-testing, sedangkan risiko kredit
diukur dengan credit rating dan creditmetrics. Begitupun risiko operasional akan
diukur dengan teknik berbeda lagi misalnya menggunakan matrik frekuensi &
signifikansi kerugian dan VAR operasional.
Metode-metode mengukur besar kecilnya resiko:
a. Metode Notional
Batas atas/batas maksimal dari resiko yang mungkin muncul.
b. Metode Sensitifitas
Resiko diukur berdasarkan seberapa besar faktor lain (factor eksternal) yang
mempengaruhi resiko itu muncul.

 Menggunakan β (beta)
Rit=α=βi.Rnt+
c. Metode Volatilitas
Mengukur resiko dengan cara membandingkan batas atas dengan batas bawah
dengan standar baku
d. Metode Value At Risk (VAR)
e. Metode Decision Tress

Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu risiko, maka kita dapat
mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko kita dapat
menggunakan skala dari 1-5 sebagai berikut seperti yang disarankan oleh JISC
infoNet:
Skala Probabilitas Dampak:
1 Sangat rendah : hampir tidak mungkin terjadi dampak kecil
2 rendah : kadang terjadi dampak kecil pada biaya, waktu dan kualitas
3 sedang : mungkin tidak terjadi dampak sedang pada biaya, waktu dan kualitas
4 Tinggi : sangat mungkin terjadi dampak substansial pada biaya, waktu dan
kualitas
5 sangat tinggi : hampir pasti terjadi mengancam kesuksesan proyek
I.KEBIJAKAN MANAJEMEN RESIKO

1) Biarkan
Tetap dipantau terus-menerus.
2) Transfer resiko
Resiko kita alihkan /pindahkan ke pihak lain
Ex:Asuransi
 Hanya menerima resiko murni
 Probabilitas besar dan dampak besar
 Probabilitas kecil dan dampak kecil
Keriteria Kemungkinan Kerugian Yang Dapat Diasuransikan
Sekelompok besar unit-unit exposures yang Homogen
a. Adaya kerugian tertentu yang tidak dapat dipalsukan
b. Kerugian yang bersifat tidak terduga
c. Kerugian yang diakibatkan besar
d. Biaya premi seekonomis mungkin
e. Kemungkinan kerugian dapat diperhitungkan
f. Kerugian tidak terjadi bersamaan dalam satu waktu.

3) Resiko diambil/dikelola

Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
1. Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko
sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan
potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
2. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang
mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak
kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
3. Risk transfer
Yatu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak
(asuransi) maupun hedging.
4. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu
proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
5. Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun
mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian
penting dari aktivitas.

Bagaimana cara penanganan risiko?


Proses berikutnya setelah risiko berhasil diidentifikasi dan diukur adalah
mengelola risiko. Jika perusahaan gagal mengelola risiko, maka dampak yang
diterima akan cukup serius, misalnya kerugian yang cukup besar, demo mogok dari
karyawan, demotivasi karyawan. Output dari proses penanganan risiko adalah
rekomendasi pengelolaan risiko.
Pengelolaan risiko secara klasik bisa dilakukan dengan 4 cara yaitu
penghindaran risiko (risk avoidance), pengurangan risiko yang bisa dilakukan dengan
metode pencegahan, diversifikasi atau lindung nilai alamiah (natural hedging),
pemindahan risiko (risk transfer) dan penahanan risiko (risk retention). Kegiatan lain
yang erat kaitannya dengan manajemen risiko adalah pengendalian risiko (risk
control) dan pendanaan risiko (risk financing).
Penanganan risiko
 High probability, high impact : risiko jenis ini umumnya dihindari ataupun
ditransfer.
 Low probability, high impact : respon paling tepat untuk tipe risiko ini adalah
dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi risiko serta
kembangkan contingency plan.
 High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan contingency
plan.
 Low probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun
biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini 
mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut.
 Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan
contingency plan seandainya benar-benar terjadi.
Contingency plan haruslah sesuai dan proporsional terhadap dampak risiko
tersebut. Dalam banyak kasus seringkali lebih efisien untuk mengalokasikan
sejumlah sumber daya untuk mengurangi risiko dibandingkan
mengembangkan contingency plan yang jika diimplementasikan akan lebih
mahal.
Pengendalian Resiko (Mengontrol Resiko)
a. Pengendalian Finansial
Membeli Proteksi Asuransi dengan membayar Premi Asuransi (Transfer
Resiko dari Nasabah ke Perusahaan Asuransi)
Menanggung dengan biaya Sendiri resiko tersebut, Kelemahannya jika
dampak kerugiannya cukup tinggi dapat mengancam kegiatan usaha.
b. Pengendalian Fisik
Meniadakan Resiko; Namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena resiko
akan selalu ada dan mungkin terjadi.
c. Minimisasi Resiko;
maksudnya memperkecil resiko dengan menyediakan peralatan pencegah
kejadian dan peralatan penanggulangan yang lengkap untuk mengatasi resiko
yang ada.

Implementasi Manajemen Risiko


Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka
saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan
tersebut.
Monitoring Risiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko
tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya
kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan
mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses
dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui
keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang
baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih
akan sesuai dan  diimplementasikan secara efektif.

J.RESIKO YANG TERKAIT DENGAN SUMBER DAYA


MANUSIA
Seberapa optimal Sumber Daya yang dimilki perusahaan untuk mencapai tujuan
organisasi(efektif, efisien)
Ex: Rekruitmen, pelatihan
Faktor yang mempengaruhi:
1) Factor eksternalitas(factor dari luar)
Sangat mempengaruhi munculnya resiko SDM
 Berkembangnya teknologi dan industrialisasi
 Perubahan kebijakan
-Undang-undang(perburuhan)
 Pesaing di pasar kerja
 Gaya kepemimpinan
2) Faktor Internalitas
 Disiplin pekerja
 Produktivitas
 Job description yang jelas
 Pemberian bonus, jenjang karir, insentif,dll yang fair.
PROSES MANAJEMEN
RISIKO
ORGANISASI:
1. PERENCANAAN:
Penetapan tujuan, misi,
PRASARANA LUNAK: Penetapan target,
Budaya Risiko penyusunan kebijakan,
Dukungan Manajemen prosedur.
2. PELAKSANAAN:
Identifikasi dan
Pengukuran Risiko
Manajemen Risiko: MAKSIMISASI
asuransi, diversifikasi, NILAI
Hedging, penghindaran, PERUSAHAAN
dsb
PRASARANA KERAS: Organisasi Manajemen
Teknologi Informasi Risiko: struktur
Prasarana fisik lainnya organisasi, staffing,
insentif, etc.
3. PENGENDALIAN:
Evaluasi, pelaporan,
komunikasi
umpan-balik

You might also like