You are on page 1of 155

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN

MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA

SMA 4 NEGERI PALU

TESIS

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

KAIMUDDIN

3301402014

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Muhsin, M.Si Drs. Widiyanto, MBA.MM

NIP. 130818770 NIP. 132208714

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen

Drs. Sugiharto, M.Si

NIP. 131286682

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi fakultas
Ekonomi, Universiatas Negeri Semarang pada:

Hari :
Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Marimin, M.Pd


NIP. 130818769

Anggota I Anggota II

Drs. Muhsin, M.Si Drs. Widiyanto, MBA. MM


NIP. 130818770 NIP. 132208714

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si


NIP. 13165823

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, April 2007

Laeli Kurniati

NIM. 3301402014

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

• Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain (Q.S. Al Insyiroh 6-7)

• Ketika menyerahkan suatu pekerjaan kepada orang yang bukan ahlinya

(bukan bakatnya) maka tunggulah saat kehancurannya (H.R. Buchori

Muslim)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada nama Allah SWT,

Karya ini kupersembahkan untuk:

¾ Ayah dan ibu, terima kasih tak terhingga atas

segala yang telah diberikan.

¾ Almamaterku

v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kekuatan lahir dan batin, sehingga penulis memiliki kemampuan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ”Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah

dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri I Purbalingga Tahun

Ajaran 2006/2007”, dalam rangka menyelesaikan strata I untuk mencapai gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah menerima banyak bimbingan,

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya. Jasa baik

mereka tentu tidak saya lupakan begitu saja. Dan pada kesempatan ini saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroadmodjo, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut

ilmu di UNNES

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang telah

memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

3. Drs. Sugiharto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan

penelitian.

4. Drs. Muhsin, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Drs. Widiyanto, MBA. MM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

vi
6. Drs. Marimin, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan

saran terhadap penyusunan skripsi ini.

7. Drs. Sukamto, selaku Kepala SMK Negeri I Purbalingga yang telah memberikan

ijin dan fasilitas kepada penulis selama mengadakan penelitian.

8. Drs. Yosep Win Puji Punarwa, selaku Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri I

Purbalingga bidang Sarana dan Ketenagaan yang telah banyak membantu dalam

pelaksanaan penelitian.

9. Seluruh guru SMK Negeri I Purbalingga yang telah bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini.

10. Mas Afid, atas doa, bantuan, dan dukungan selama ini.

11. Teman-teman kost Trisanja dan Anak AP’ 02, memberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini

12. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis

terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas

keikhlasan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca maupun pihak yang

berkepentingan.

Semarang, April 2007

Penulis

vii
SARI

Laeli Kurniati. 2007. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Purbalingga. Skripsi. Jurusan Manajemen.
Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Muhsin, M.Si,
Pembimbing II. Drs. Widiyanto, MBA, M.M. 100 hal.

Kata Kunci: Supervisi, Motivasi Kerja, Kinerja.


Hasil temuan awal menunjukkan adanya kendala atau persoalan yang
berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kepala sekolah, frekuensi kunjungan kelas
oleh kepala sekolah masih tergolong rendah, disisi lain guru memandang perlunya
supervisi kepala sekolah dalam rangka pembinaan sehingga perlu dikaji
pengaruhnya terhadap kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Permasalahan
penelitian ini: adakah pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap
kinerja guru? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala
sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
Populasi penelitian ini 60 guru di SMK Negeri 1 Purbalingga. Populasi ini
sekaligus sebagai sampel. Variabel yang diteliti meliputi supervisi kepala sekolah
dan motivasi kerja sebagai variabel bebas sedangkan kinerja guru sebagai variabel
terikatnya. Data diambil dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan regresi
ganda.
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan supervisi kepala sekolah dan
motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja, ditunjukkan dari p value = 0,001 <
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi supervisi kepala sekolah dan
motivasi kerja akan diikuti dengan tingginya kinerja guru, begitu sebaliknya.
Besarnya pengaruh supervisi dan motivasi kerja terhadap kinerja mencapai 20,7%.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa secara simultan supervisi kepala
sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMK Negeri 1
Purbalingga Tahun 2007. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah menurut persepsi
sebagian besar guru tergolong cukup. Oleh karena itu disarankan kepada kepala
sekolah untuk meningkatkan kualitas supervisi, seperti meningkatkan kunjungan
kelas dalam rangka supervisi klinis, observasi perbaikan, memotivasi semangat kerja
guru, meninjau rencana pembelajaran, kesesuaian antara perangkat pembelajaran
dengan pelaksanaan pembelajaran, observasi metode pembelajaran. Diharapkan
dengan meningkatkan frekuensi kunjungan kelas akan menumbuhkan kinerja
guru.Motivasi kerja guru tergolong baik sehingga perlu dipertahankan dan
ditingkatkan terutama dalam hal kemandirian dalam bekerja, mempertahankan
pendapat dan memecahkan masalah. Diharapkan dengan meningkatnya motivasi
kerja guru akan tumbuh kinerja yang lebih baik.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii

PERNYATAAN .............................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

PRAKATA....................................................................................................... vi

SARI................................................................................................................. viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Permasalahan ................................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7

1.5 Sistematika Skripsi......................................................................... 8

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Supervisi Kepala Sekolah .............................................................. 9

2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah .................................. 9

2.1.2 Karakteristik Supervisi ......................................................... 10

2.1.3 Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pengajaran ...... 12

ix
2.1.4 Teknik-teknik Supervisi ....................................................... 13

2.2 Motivasi ......................................................................................... 16

2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja .................................................... 16

2.2.2 Teori Motivasi ...................................................................... 17

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Motivasi

Kerja .................................................................................... 23

2.2.4 Ciri-ciri Motivasi Kerja ....................................................... 23

2.3 Kinerja Guru ................................................................................. 24

2.3.1 Pengertian Kinerja ............................................................. 24

2.3.2 Unsur Kinerja .................................................................... 25

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ....................... 26

2.3.4 Penilaian Kinerja................................................................ 26

2.4 Kerangka Berpikir.......................................................................... 28

2.5 Hipotesis......................................................................................... 31

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian ........................................................................ 32

3.2 Variabel Penelitian ......................................................................... 32

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 33

3.4 Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 34

3.4.1 Validitas ............................................................................. 34

3.4.2 Reliabilitas ......................................................................... 37

3.5 Metode Analisis Data..................................................................... 38

3.5.1 Analisis Deskriptif Persentase ........................................... 38

3.5.2 Uji Asumsí Klasik.............................................................. 39

x
3.5.2.1 Uji Normalitas Data .............................................. 39

3.5.2.2 Uji Linieritas ......................................................... 40

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas .......................................... 41

3.5.2.4 Uji Multikolinieritas .............................................. 41

3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................ 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 43

4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri I Purbalingga.................. 43

4.1.2 Gambaran Umum Variabel Penelitian .............................. 45

4.1.2.1 Supervisi Kepala Sekolah ..................................... 45

4.1.2.2 Motivasi Kerja Guru ............................................. 58

4.1.2.3 Kinerja Guru ......................................................... 72

4.1.3 Uji Prasyarat....................................................................... 86

4.1.3.1 Uji Normalitas Data .............................................. 86

4.1.3.2 Uji Linieritas ......................................................... 88

4.1.3.3 Uji Multikolinieritas .............................................. 88

4.1.3.4 Heteroskedastisitas ................................................ 89

4.1.4 Hasil Uji Hipotesis ............................................................. 90

4.1.4.1 Uji Simultan .......................................................... 90

4.2 Pembahasan ................................................................................... 92

4.2.1 Supervisi Kepala Sekolah ................................................. 92

4.2.2 Motivasi Kerja Guru ......................................................... 93

4.2.3 Kinerja Guru ...................................................................... 94

4.2.4 Pengaruh Supervisi Terhadap Kinerja Guru ...................... 96

xi
4.2.5 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Guru ........................ 97

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 99

5.2 Saran............................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 101

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 103

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Uji Validitas Instrumen..................................................................... 36

2. Kriteria Presentase .................................................................................... 39

3. Persepsi Guru Terhadap Supervisi Kepala Sekolah................................... 45

4. Persepsi Guru Terhadap Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala

Sekolah....................................................................................................... 46

5. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas oleh kepala

sekolah ....................................................................................................... 46

6. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas dalam Rangka

Observasi Perbaikan Cara Mengajar Guru ................................................ 47

7. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas terhadap

Perbaikan Pengajaran ................................................................................. 48

8. Persepsi Guru Terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Memberi

Semangat ................................................................................................... 48

9. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Memberi Evaluasi untuk

Memotivasi Semangat Kerja Guru ............................................................ 49

10. Persepsi Guru Terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan

Kelas terhadap Semangat Kerja ................................................................. 50

11. Persepsi Guru Terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam

Membimbing Guru Berkaitan dengan Kurikulum ..................................... 51

12. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Peninjauan Kepala Sekolah

terhadap Rencana Pembelajaran Guru ...................................................... 51

xiii
13. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Peninjauan Kepala Sekolah

terhadap Kesesuaian Perangkat Pembelajaran dengan Pelaksanaan

Pembelajaran ............................................................................................. 52

14. Persepsi Guru Terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan

Kelas terhadap Pemahaman Kurikulum ................................................... 52

15. Persepsi Guru Terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam

Pengembangan Metode dan Evaluasi ....................................................... 53

16. Persepsi Guru Terhadap Frekuesi Bimbingan Kepala Sekolah tentang

teknik –teknik Evaluasi dan Pengembangan Metode Pembelajaran ......... 54

17. Persepsi Guru terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan

Kelas terhadap Pengembangan Teknik Evaluasi dan Metode

Pembelajaran ............................................................................................. 54

18. Persepsi Guru Terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Rapat-Rapat

Upaya Pembinaan ..................................................................................... 55

19. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Rapat-Rapat Evaluasi KBM .............. 56

20. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Pelaksanaan Pembinaan

Administrasi ............................................................................................... 56

21. Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Memberi

Kesempatan Guru Mengikuti Kegiatan di luar Pembelajaran ................... 57

22. Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kegiatan MGMP ................................. 57

23. Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kegiatan Pendidikan dan Diklat ........ 58

24. Motivasi Kerja Guru ................................................................................. 59

25. Ketekunan Menghadapi Tugas .................................................................. 59

26. Usaha Mengoreksi Hasil Ulangan Siswa ................................................... 60

xiv
27. Menyelesaikan Hasil Ulangan Siswa ........................................................ 60

28. Menyelesaikan Tugas dari Kepala Sekolah .............................................. 60

29. Ulet Menghadapi Kesulitan ....................................................................... 61

30. Menghadapi Kegaduhan dalam Kelas........................................................ 61

31. Tingkat Tanggung Jawab Menyelesaikan Tugas ...................................... 62

32. Minat terhadap Bermacam-Macam Masalah ............................................ 62

33. Tingkat Kemauan Memperbaiki dan Mengembangkan Kemampuan

Siswa ......................................................................................................... 63

34. Tindakan Guru Ketika Siswanya Mengalami Penurunan Prestasi ............ 63

35. Tingkat Kesenangan Guru untuk Bekerja Mandiri ................................... 64

36. Tindakan Guru terhadap Tugas yang diperintah Kepala Sekolah ............. 64

37. Tindakan Guru ketika Mendapat Kesempatan Seminar............................. 65

38. Tindakan Guru dalam Menghadapi masalah tugas ................................... 66

39. Tingkat Kebosanan terhadap Tugas-Tugas Rutin ..................................... 66

40. Penggunaan Metode Pembelajaran dalam KBM ....................................... 67

41. Penggunaan Media Pembelajaran dalam KBM ........................................ 68

42. Tingkat Kebosanan terhadap Tugas-tugas Rutin ...................................... 68

43. Mempertahankan Pendapat dalam mengikuti rapat evaluasi KBM........... 69

44. Mempertahankan Pendapat dalam Mengikuti Rapat tentang Kebijakan

Sekolah ...................................................................................................... 69

45. Tidak Melepaskan Hal-hal yang diyakini ................................................. 70

46. Senang Mencari dan Memecahkan Masalah ............................................. 70

47. Membantu Memecahkan Masalah Rekan Guru dalam Pergaulan ............ 71

48. Membantu Rekan Guru yang Mengalami Kesulitan ................................. 71

xv
49. Kinerja Guru ............................................................................................. 72

50. Kinerja Guru dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran ......................... 73

51. Kemampuan Guru dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran ................ 73

52. Penyusunan Rencana Pembelajaran........................................................... 74

53. Kemampuan Guru dalam Perencanaan Media Pembelajaran .................. 74

54. Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar ................... 75

55. Kemampuan Guru dalam Berinteraksi ...................................................... 75

56. Kemampuan Guru dalam Menyampaikan Materi ..................................... 76

57. Kemampuan Guru dalam Memotivasi ...................................................... 77

58. Kinerja Guru dalam Penilaian Prestasi Belajar Peserta Didik .................. 78

59. Pelaksanaan Ulangan Harian...................................................................... 78

60. Kemampuan Guru dalam Menganalisa dan Mengolah Hasil Penilaian .... 79

61. Kemampuan Guru dalam Menyusun Laporan Penilaian .......................... 79

62. Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Tindak Lanjut ...................................... 80

63. Kemampuan Menyusun Program Tindak Lanjut Hasil Penilaian ............. 80

64. Pelaksanaan Remedial ............................................................................... 81

65. Mengklasifikasikan Kemampuan Siswa ................................................... 81

66. Kinerja Guru dalam Pengembangan Profesi ............................................. 82

67. Kinerja Guru dalam Pemahaman Wawasan Pendidikan ........................... 83

68. Kemampuan Memahami Hubungan Pendidikan dan Pengajaran ............ 83

69. Kemampuan Memahami Fungsi Sekolah ................................................ 84

70. Kinerja Guru dalam Penguasaan Bahan Kajian Akademik ...................... 84

71. Persiapan Materi yang akan disajikan kepada siswa ................................. 85

72. Penguasaan terhadap Bahan Kajian .......................................................... 85

xvi
73. Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov Smirnov ..................... 86

74. Hasil Uji Linieritas .................................................................................... 88

75. Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................................ 88

76. Hasil Uji Simultan (Uji F).......................................................................... 90

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir...................................................................................... 30

2. P-P Plot Pengujian Normalitas Model Regresi ......................................... 87

3. Uji Heteroskedastisitas............................................................................... 89

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Penelitian ..................................................................................... 103

2. Daftar Nama Responden Guru ................................................................... 117

3. Uji Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah ....................................... 119

4. Uji Validitas Angket Motivasi Kerja ......................................................... 120

5. Uji Validitas Angket Kinerja Guru ............................................................ 121

6. Reliability Angket Supervisi Kepala Sekolah............................................ 122

7. Reliability Angket Motivasi Kerja ............................................................ 123

8. Reliability Angket Kinerja Guru................................................................ 124

9. Uji Normalitas............................................................................................ 125

10. Uji Linearitas Data Y * X1 ........................................................................ 126

11. Uji Linearitas Data Y * X2 ....................................................................... 127

12. Regression ................................................................................................. 128

13. Histogram................................................................................................... 129

14. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ............................ 130

15. Tabel Uji Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah ............................. 132

16. Perhitungan Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah ......................... 133

17. Perhitungan Reliability Angket Supervisi Kepala Sekolah ...................... 134

18. Tabel Uji Validitas Angket Motivasi Kerja ............................................... 135

19. Perhitungan Validitas Angket Motivasi Kerja ........................................... 136

20. Perhitungan Reliability Angket Motivasi Kerja ........................................ 137

21. Tabel Uji Validitas Angket Kinerja Guru ................................................. 138

22. Perhitungan Validitas Angket Kinerja Guru ............................................. 139

xix
23. Perhitungan Reliability Angket Kinerja Guru ........................................... 140

24. Data Hasil Penelitian ................................................................................. 141

25. Analisis Regresi Ganda ............................................................................. 142

26. Daftar Kritik r Product Moments ............................................................... 145

27. Daftar Kritik Uji T ..................................................................................... 146

28. Daftar Kritik Uji F ..................................................................................... 147

29. Surat-Surat Penelitian ............................................................................... 148

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, Bangsa dan Negara.

Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, guru sebagai profesi menyandang

persyaratan tertentu sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam

pasal 39 (1) dan (2) dinyatakan bahwa:

Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,


pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.

Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab diatas, seorang guru

dituntut memiliki beberapa kemampuan dan ketrampilan tertentu. Kemampuan

dan ketrampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru.

Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar

tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.

1
2

Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia

melalui sektor pendidikan, oleh karena itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan

mutu guru untuk menjadi tenaga profesional. Agar peningkatan mutu pendidikan

dapat berhasil. Sebagaimana dikemukakan oleh Tilaar (1999:104) peningkatan

kualitas pendidikan tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya.

Untuk menjadikan guru sebagai tenaga professional maka perlu diadakan

pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru

sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya.

Untuk membuat mereka menjadi professional tidak semata-mata hanya

meningkatkan kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan

maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi namun perlu juga

memperhatikan guru dari segi yang lain seperti peningkatan disiplin, pemberian

motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif, gaji yang

layak dengan keprofesionalnya sehingga memungkinkan guru menjadi puas dalam

bekerja sebagai pendidik.

Kepuasan kerja bagi guru sebagai pendidik diperlukan untuk

meningkatkan kinerjanya. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara

harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan. Kepuasan kerja guru

berdampak pada prestasi kerja, disiplin, kualitas kerjanya. Pada guru yang puas

terhadap pekerjaannya maka kinerjanya akan meningkat kemungkinan akan

berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Kinerja guru atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang


3

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan,

2001:94). Kinerja guru akan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang

terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai

dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas

lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua

warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang

baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap

tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku manager adalah melakukan

penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat

fungsinya sebagai alat motivasi bagi pimpinan kepada guru maupun bagi guru itu

sendiri.

Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kinerja guru, namun

penulis mencoba mengkaji masalah supervisi yang diberikan oleh kepala sekolah

dan motivasi kerja guru. Supervisi dalam hal ini adalah mengenai tanggapan guru

terhadap pelaksanaan pembinaan dan bimbingan yang diberikan oleh kepala

sekolah yang nantinya berdampak kepada kinerja guru yaitu kualitas pengajaran.

Supervisi pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan

bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam

melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan

efisien (Bafadal, 2004:46). Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala

sekolah diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap professional

guru. Sikap professional guru merupakan hal yang amat penting dalam

memelihara dan meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu berpengaruh


4

pada perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku profesional akan lebih

diwujudkan dalam diri guru apabila institusi tempat ia bekerja memberi perhatian

lebih banyak pada pembinan, pembentukan, dan pengembangan sikap profesional

(Pidarta, 1996:380)

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan

dan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam psikologi sebagai pendorong

semangat kerja (Anoraga, 1998:35). Guru menjadi seorang pendidik karena

adanya motivasi untuk mendidik. Bila tidak punya motivasi maka ia tidak akan

berhasil untuk mendidik/mengajar. Keberhasilan guru dalam mengajar karena

dorongan/motivasi ini sebagai pertanda apa yang telah dilakukan oleh guru telah

menyentuh kebutuhannya. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru yang

diminatinya karena sesuai dengan kepentingannya sendiri. Guru yang termotivasi

dalam bekerja maka akan menimbulkan kepuasan kerja, karena kebutuhan-

kebutuhan guru yang terpenuhi mendorong guru meningkatkan kinerjanya.

Kegiatan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru akan

berpengaruh secara psikologis terhadap kinerja guru, guru yang puas dengan

pemberian supervisi kepala sekolah dan motivasi kerjanya tinggi maka ia akan

bekerja dengan sukarela yang akhirnya dapat membuat produktivitas kerja guru

meningkat. Tetapi jika guru kurang puas terhadap pelaksanaan supervisi kepala

sekolah dan motivasi kerjanya rendah maka guru dalam bekerja kurang bergairah,

hal ini mengakibatkan produktivitas guru menurun.


5

“Berdasarkan laporan Balitbang depdiknas tahun 2002, dari 1.054.859

guru SD di Indonesia ternyata hanya sekitar 30% yang layak mengajar dikelas

dihadapan para siswa dan yang selebihnya tidak layak. Untuk guru SLTP, SMU,

dan SMK angkanya hampir sama”.(www.suaramerdeka.com/harian.htm)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru di

SMK Negeri I Purbalingga ditemukan bahwa masih banyak kendala atau

persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Secara

umum persoalan tersebut meliputi: kualitas supervisi dari kepala sekolah yang

masih tergolong rendah. Padahal tujuan supervisi untuk membantu guru-guru

melihat dengan jelas tujuan pendidikan dan berusaha mencapai tujuan pendidikan

itu dengan membina dan mengembangkan metode-metode dan prosedur

pengajaran yang lebih baik.

Selain itu banyak guru kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan

mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga berdampak terhadap

menurunnya produktivitas/kinerja guru.Untuk itu diperlukan peran kepala sekolah

untuk memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya.

Sarni dalam tesisnya berjudul”Pengaruh Kreativitas kepemimpinan Kepala

Sekolah dan Supervisi Pengajaran oleh Pengawas Sekolah terhadap Kinerja Guru

di 29 SMP Negeri kabupaten Batang” menyimpulkan ada pengaruh yang


6

signifikan antara kreatifitas kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi

pengajaran terhadap kinerja guru di 29 SMP N dikabupaten Batang. Namun untuk

penelitian tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru berdasarkan kajian pustaka yang saya telusuri belum ada yang melakukan

oleh karena itu topik tersebut perlu diteliti.

Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja

Guru Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri I Purbalingga Tahun Ajaran

2006/2007”.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru SMK Negeri I Purbalingga?

2. Seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru

terhadap kinerja guru SMK Negeri I Purbalingga ?


7

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan

penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh supervisi kepala sekolah dan

motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMK Negeri I Purbalingga.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah dan

motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMK Negeri I Purbalingga.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan secara teoritis

1. Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai supervisi kepala sekolah,

motivasi kerja serta kinerja.

2. Untuk mengembangkan wawasan mengenai supervisi kepala sekolah,

motivasi kerja serta kinerja guru SMK Negeri I Purbalingga.

1.4.2 Kegunaan secara praktis

1. Sebagai bahan masukan atau input bagi SMK Negeri I Purbalingga agar

mampu mengambil langkah-langkah tepat dalam upaya meningkatkan kinerja

guru melalui supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru.

2. Memberi dorongan para guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan melalui

supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja yang nantinya dapat

meningkatkan mutu pendidikan.


8

1.5 Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang isi skripsi maka

secara garis besar sistematikanya dibagi menjadi tiga kelompok:

1. Bagian awal skripsi yang berisi: sampul, lembar berlogo, halaman judul,

persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan

persembahan, prakata, sari, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar serta

daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi terdiri atas:

Bab I PENDAHULUAN

Diuraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II LANDASAN TEORI PENELITIAN

Membahas landasan dan konsep-konsep serta teori-teori yang dijadikan

landasan dalam penelitian

Bab III METODE PENELITIAN

Membahas tentang populasi penelitian, variabel, metode pengumpulan

data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data.

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran kepada pihak yang terkait

3. Bagian akhir Skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Supervisi Kepala Sekolah

2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan

mereka secara efektif (Purwanto, 2003:32)

Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155), supervisi merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan

terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang

berhubungan tugas-tugas utama pendidikan.

Menurut carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam

memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki

pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan

perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan

pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran (Sahertian, 2000:17)

Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial

yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi tersebut

maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai

meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan

bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu

semaksimal mungkin dapat tercapai.

9
10

Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah

dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya

dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata

serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha

meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.2 Karakteristik supervisi

Menurut Mulyasa (2004:112) Salah satu supervisi akademik yang populer

adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap

berada di tangan tenaga kependidikan.

2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala

sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala

sekolah.

4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan

interpretasi guru.

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor

lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada

memberi saran dan pengarahan.

6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,

pengamatan, dan umpan balik.

7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor

terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.


11

8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan

dan memecahkan suatu masalah.

2.1.3 Faktor yang mempengarui berhasil tidaknya supervisi

Menurut Purwanto (2004:118) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:

1. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu di kota

besar, di kota kecil, atau pelosok. Dilingkungan masyarakat orang-orang kaya

atau dilingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu.

Dilingkungan masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan lain-lain.

2. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah

sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan

muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.

3. Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang di pimpin itu SD atau

sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan sebagainya semuanya

memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.

4. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah

itu pada umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial-ekonomi,

hasrat kemampuannya, dan sebagainya.

5. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Di antara faktor-faktor

yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya

situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak

mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan

ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh
12

kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang

mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.

2.1.4 Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran

Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah

sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain:

1. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam

menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.

2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah

termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan

keberhasilan proses belajar-mengajar.

3. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan

metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang

sedang berlaku.

4. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai

sekolah lainnya.

5. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai

sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,

menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk

mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-

masing.

6. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau komite

sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.


13

2.1.5 Teknik-teknik supervisi

Menurut Purwanto (2004:120-122), secara garis besar cara atau tehnik

supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan teknik

kelompok.

1. Teknik perseorangan

Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang

dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan

antara lain :

a. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition)

Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-

waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah) untuk

melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya

untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi

syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk

melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu

diperbaiki.

b. Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk

melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-

cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan

alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan

metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi

panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.

c. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan


atau mengatasi problema yang dialami siswa
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak
14

dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami


perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya.
Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh
siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu
sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang
mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.
d. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain :
1) Menyusun program catur wulan atau program semester
2) Menyusun atau membuat program ssatuan pelajaran
3) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas
4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran
5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar
6) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang
ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.
2. Teknik kelompok
Ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan antara lain :
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya
berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam
perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik
dengan guru-guru.
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-
kelompok guru bidang studi sejenis. Kelompok-kelompok yang telah
terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna
15

membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan


dan peranan proses belajar-mengajar.
c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-
penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru
bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan
penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-
penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau
wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan
membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran,
agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
Menurut Gwynn, dalam Bafadal (2004 :48-50), teknik supervisi
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik
kelompok. Teknik supervisi individual meliputi : 1) kunjungan kelas, 2)
percakapan pribadi, 3) kunjungan antarkelas, 4) penilaian sendiri. Sedang
teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3)
laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6)
perjalanan staf, 7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi
profesional, 10) bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13)
pertemuan guru.
Dari beberapa pendapat dan uraian tersebut diatas dapat diambil

kesimpulan, bahwa supervisi kepala sekolah adalah proses pembinaan kepala

sekolah kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar.

Adapun teknik yang biasa digunakan adalah kunjungan kelas, pertemuan baik

formal maupun informal serta melibatkan guru lain yang dianggap berhasil

dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa teknik yang biasa digunakan
16

kepala sekolah dalam mensupervisi gurunya, namun dalam penelitian ini

hanya indikator : kunjungan kelas, semangat kerja guru, pemahaman tentang

kurikulum, pengembangan metode dan evaluasi, rapat-rapat pembinaan, dan

kegiatan rutin diluar mengajar yang kami teliti sedangkan indikator lain tidak

kami teliti karena kurang mengungkap masalah yang kami teliti

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan

dan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam psikologi sebagai pendorong

semangat kerja (Anoraga, 1998:35). Menurut Hasibuan (2005:65), motivasi

adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang,

agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya

untuk mencapai kepuasan.

Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2005:145), motivasi adalah keinginan

yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan

tindakan-tindakan.

Meurut As’ad (1995:45), motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja. Motivasi merupakan pemberian atau penggerak

yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama bekerja

secara efektif dan terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.

Motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang

atau pegawai untuk melaksanakan usaha atau kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi maupun tujuan individual.


17

Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul

pada diri seseorang yang menyebabkan ia melakukan sesuatu tindakan tertentu

untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi motivasi kerja merupakan kondisi psikologis

yang mendorong pekerja melakukan usaha menghasilkan barang atau jasa

sehingga dapat tercapai suatu tujuan.

2.2.2 Teori Motivasi

Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang

mendorong ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan yang mendorong perbuatan

kea rah tujuan tertentu adalah motivasi.

Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan,

pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada

dasarnya di dorong oleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan akan menimbulkan

motivasi seseorang untuk berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Orang mau

bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil

pekerjaannya.

Abraham H. Maslow dalam Need Hierarchy Theory menyatakan bahwa

kebutuhan dan kepuasan manusia bersifat jamak yaitu kebutuhan psikologis dan

biologis berupa material. Maslow menggolongkan adanya lima kebutuhan

manusia. (Hasibuan, 2003:104).


18

Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk

bekerja menurut Maslow adalah:

a. Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan,

papan. Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang

baik, keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.

b. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan

Jika kebutuhan psikologis sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan

ini dapat menjadi motivasi. Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari

kecelakaan dan keselamatan dalam melaksankan pekerjaan. Kebutuhan ini

mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di

tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam

tertentu.

c. Kebutuhan Afiliasi

Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman,

mencintai serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia

pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun

manusia ingin hidup menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari :


19

1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di tempat ia bekerja.

2) Kebutuhan akan perasaan dihormati. Karena manusia merasa dirinya

penting. Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang

tetap merasa dirinya penting.

3) Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak sanggup menyenangi

kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan

kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.

4) Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa

senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan

saran atau pendapat pada pimpinan.

d. Kebutuhan akan penghargaan diri/status

Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise

dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul

karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan

kecakapan, kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai

prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai

orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri ini berbeda dengan kebutuhan lain

dalam dua hal. Kebutuhan aktualisasi diri hanya dapat dipenuhi atas usaha

individu itu sendiri. Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan


20

individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan

dengan meningkatnya jenjang karier seorang individu.

Kimbal willes dalam Bafadal (2004:101-102) menegaskan ada delapan hal

yang diinginkan guru melalui kerjanya, yaitu adanya rasa aman dan hidup layak,

kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikutsertakan, perlakuan yang wajar dan

jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan atas sumbangan, ikut ambil

bagian dalam pembentukan kebijakan sekolah, dan kesempatan mempertahankan

self respect.

1. Rasa aman dan hidup layak

Hidup layak bukan berarti mewah, tetapi adanya jaminan ketercukupan

akan makan, pakaian, dan perumahan bagi guru maupun keluarganya sehingga

mereka bisa hidup sebagaimana orang lain hidup secara layak. Sedangkan rasa

aman berkenaan dengan kebebasan dari tekanan-tekanan batin, rasa takut akan

masa depannya, serta adanya jaminan kesehatan.

2. Kondisi kerja yang menyenangkan

Suasana kerja meliputi tempat kerja, perlengkapan kerja, dan

kepemimpinankerja. Kondisi kerja yang menyenangkan, misalnya tempat

kerja yang menarik, bersih, rapi, perlengkapan yang cukup, serta adanya

bimbingan. Oleh karena itu, walaupun gedungnya sederhana hendaknya selalu

dibersihkan dan diatur rapi sehingga membuat orang senang bekerja di

dalamnya.
21

3. Rasa diikutsertakan

Sebagai manusia, apapun jabatannya, baik sebagai guru, pegawai tata

usaha maupun lainnya, semuanya ingin merasa dirinya termasuk dalam

anggota kelompoknya dimana ia bekerja dan berhasrat untuk bergabung

mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus

memberi kesempatan kepada anggotanya untuk memperbaiki serta menjalin

hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya.

4. Perlakuan yang wajar dan jujur

Seorang pemimpin bertugas membina persatuan antara anggotanya.

Perlakukan setiap anggota dengan wajar dan adil. Janganlah sekali-kali pilih

kasih, dimana hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan perhatian. Jika

kelompok merasa bahwa hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan

perhatian, lenyaplah semangat kerja kelompok.

5. Rasa mampu

Setiap anggota kelompok menginginkan agar prestasi mereka diakui

oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin mengakui bahwa setiap anggota

kelompoknya mampu menunaikan tugasnya dan mengakui setiap anggota

kelompoknya memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam mencapai

tujuan kelompok. Sehubungan dengan pembinaan moral kerja guru, kepala

sekolah harus selalu menghargai dan mengakui setiap hasil kerja guru.

6. Pengakuan dan penghargaan atas sumbangan

Setiap orang yang bekerja ingin diakui oleh orang lainnya. Begitu pula

setiap guru menginginkan agar segala jerih payahnya, yang ia lakukan demi
22

kesuksesan sekolah, diakui oleh kepala sekolah maupun guru-guru lainnya.

Apabila keinginan untuk diakui tersebut terpenuhi maka guru akan merasa

gembira dalam bekerja.

7. Ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah

Semua guru ingin ikut mbil bagian dalam membuat kebijakan sekolah.

Hasrat ini merupakan hasrat asasi manusia. Jika semua guru diikutsertakan

dalam membuat policy sekolah mereka merasa dipentingkan dalam sekolah.

Pengalaman membuktikan bahwa jika tujuan ditetapkan bersama oleh

kelompok maka semua anggota kelompok ikut bertanggung jawab atas

pelaksanaannya.

8. Kesempatan mengembangkan ”self respect”

Rasa harga diri setiap guru perlu dikembangkan agar dapat melakukan

apa yag harus dilakukan tanpa harus dididik pimpinan. Berilah kesempatan

merencanakan bersama, jangan banyak diperintah, tetapi sebaliknya,

memberikan rangsangan serta menunjukkan harapan yang positif.

Sedang Claude S. George dalam Hasibuan (2005:163) mengemukakan

bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan

suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu 1) upah yang adil dan layak, 2)

kesempatan untuk maju/promosi, 3) pengakuan sebagai individu, 4) keamanan

kerja, 5) tempat kerja yang baik, 6) penerimaan oleh kelompok, 7) perlakuan yang

wajar, 8) pengakuan atas prestasi.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi kerja


Frederich Hersberg dalam Sedarmayanti (2001:67) menyatakan pada
manusia berlaku faktor motivasi dan faktor pemeliharaan dilingkungan
23

pekerjaannya. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan ada enam faktor motivasi


yaitu (1) prestasi, (2) pengakuan, (3) kemajuan/kenaikan pangkat, (4) pekerjaan
itu sendiri, (5) kemungkinan untuk tumbuh, (6) tanggung jawab. Sedangkan untuk
pemeliharaan terdapat sepuluh faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (1)
kebijaksanaan, (2) supervisi teknis, (3) hubungan antar manusia dengan atasan, (4)
hubungan manusia dengan pembinanya, (5) hubungan antar manusia dengan
bawahannya, (6) gaji dan upah, (7) kestabilan kerja, (8) kehidupan pribadi, (9)
kondisi tempat kerja, (10) status
2.2.4 Ciri-ciri motivasi kerja
Menurut Sardiman (2005:83) dalam buku interaksi dan motivasi belajar
mengajar bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai)
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
3. Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah.
4. Lebih senang bekerja sendiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memilik
motivasi kerja, memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Apabila seseorang memiliki ciri-
ciri tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri
motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau gurunya tekun melaksanakan
pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri.
24

guru yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Selain itu,
juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau memang yakin dan
rasional. Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum dan
berfikir bagaimana cara pemecahannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari motivasi kerja guru adalah dorongan
bagi seorang guru untuk melakukan pekerjaan dalam kegiatan belajar mengajar
tercapai agar tercapai tujuan sesuai rencana.
Indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi kerja guru adalah :
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas yang rutin
6. Dapat mempertahankan pendapatnya
7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini
8. Senang mencari dan memecahkan masalah

2.3 Kinerja Guru


2.3.1 Pengertian Kinerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990:503) kinerja
berarti sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan atau kemampuan kerja. Dalam
sebuah artikel yang diterbitkan oleh lembaga administrasi negara (1992:12)
merumuskan kinerja merupakan terjemahan bebas dari istilah Performance yang
artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau
hasil kerja.
Menurut Simamora (1997:327) kinerja adalah tingkat pencapaian standar
pekerjaan. Sementara Nawawi (1997:235) menegaskan bahwa kinerja yang
diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik fisik /
material maupun non material.
25

Menurut Anwar (1986:86) memberikan pengertian kinerja sama dengan

performance yang esensinya adalah berapa besar dan berapa jauh tugas-tugas

yang telah dijabarkan telah dapat diwujudkan atau dilaksanakan yang

berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang menggambarkan pola

perilaku sebagai aktualisasi dan kompetensi yang dimiliki. Dalam kajian yang

berkenaan dengan profesi guru, Anwar (1986: 22) memberikan pengertian kinerja

sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada

waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia

melaksanakan interaksi belajar-mengajar dikelas termasuk persiapannya baik

dalam benmtuk program semester maupun persiapan mengajar.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat dan teori kinerja guru

diatas, bahwa kinerja guru adalah persiapan, pelaksanaan, dan pencapaian guru

dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar dikelas.

2.3.2 Unsur Kinerja

Berdasarkan pengertian diatas kinerja mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu:

1. Unsur waktu, dalam arti hasil-hasil yang dicapai oleh usaha-usaha tertentu,

dinilai dalam satu putaran waktu atau sering disebut periode. Ukuran periode

dapat menggunakan satuan jam, hari, bulan maupun tahun.

2. Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil tersebut merupakan hasil rata-rata pada

akhir periode tersebut. Hal ini tidak berarti mutlak setengah periode harus

memberikan hasil setengah dari keseluruhan.

3. Unsur metode, dalam arti seorang pegawai harus menguasai betul dan bersedia

mengikuti pedoman yang telah ditentukan, yaitu metode kerja yang efektif dan

efisien, ditambahkan pula dalam bekerjanya pegawai tersebut harus bekerja

dengan penuh gairah dan tekun serta bukan berarti harus bekerja berlebihan.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja


26

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, baik yang berasal

dari dalam diri maupun yang berasal dari luar. Tiffin dan Mccormick (1975: 79)

menyatakan ada 2 (dua) macam faktor yang dapat mempengaruhi kinerja

seseorang yaitu:

1. Faktor Individual

Yaitu faktor-faktor yang meliputi sikap, sifat-sifat kepribadian, sifat fisik,

keinginan atau motivasinya, umur, jenis kelamin, pendidikan,pengalaman

kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel personal lainnya.

2. Faktor Situasional

Faktor sosial dan organisasi, meliputi : kebijaksanaan organisasi, jenis latihan

dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

3. Faktor fisik dan pekerjaan, meliputi : metode kerja, desain dan kondisi alat-

alat kerja, penataan ruang kerja dan lingkungan kerja (seperti penyinaran,

kebisingan dan fentilasi).

2.3.4 Penilaian Kinerja

Tugas manajer (Kepala Sekolah) terhadap guru salah satunya adalah

melakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini mutlak dilaksanakan untuk

mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai

setiap guru baik, sedang, atau kurang. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan

berguna bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya.

Penilaian kinerja menurut Simamora (1997: 415) adalah alat yang

berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga

untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan. Sejalan dengan


27

pendapat Hasibuan (2000: 87) penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk

mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan

selanjutnya.

Sehubungan dengan hal diatas maka penilaian kinerja guru berdasarkan

Standar Kompetensi Guru. Dalam bukunya Suparlan yang berjudul Guru sebagai

Profesi, standar kompetensi guru dapat diartikan sebagai ”suatu ukuran yang

ditetapkan atau dipersyaratkan”. Lebih lanjut dinyatakan bahwa Standar

Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam

bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar

berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas,

kualifikasi dan jenjang pendidikan. Berdasarkan pengertian tersebut, standar

kompetensi guru dibagi dalam tiga komponen yang saling mengait, yakni: 1.)

pengelolaan pembelajaran, 2.) pengembangan profesi, dan 3.) penguasaan

akademik.

Ketiga komponen SKG tersebut, masing-masing terdiri atas beberapa

kompetensi, komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua

memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga terdiri atas dua kompetensi.

Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara keseluruhan meliputi 7 (tujuh)

kompetensi dasar, yaitu:

1. Penyusunan rencana pembelajaran

2. Pelaksanaan interaksi belajar- mengajar

3. Penilaian prestasi belajar peserta didik

4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik


28

5. Pengembangan profesi

6. Pemahaman wawasan kependidikan

7. Penguasaan bahan kajian akademik (sesuai dengan mata pelajaran yang

diajarkan. (Standar Kompetensi Guru Direktorat Tenaga Kependidikan 2003)

Berdasarkan pendapat dan teori diatas bahwa supervisi merupakan proses

pembinaan kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan kinerja guru dan

motivasi kerja guru adalah dorongan untuk merubah kinerja guru kearah yang

lebih baik

2.4 Kerangka Berpikir

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan

tujuannya yakni kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi

sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Untuk

mewujudkan tujuan tersebut maka kinerja guru perlu ditingkatkan. Oleh karena itu

diperlukan peran dari kepala sekolah untuk mendorong bawahannya/guru-gurunya

supaya berkinerja lebih tinggi lagi.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Jika kepala

sekolah sebagai supervisor dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya

dengan baik melaksanakan supervisi pendidikan secara efektif dan profsional

maka logikanya pemberian supervisi oleh kepala sekolah akan meningkatkan

kinerja guru.

Disamping itu motivasi kerja guru sebagai perangsang keinginan dan daya

gerak yang menyebabkan seorang guru bersemangat dalam mengajar karena


29

terpenuhi kebutuhannya. Guru yang bersemangat dalam mengajar terlihat dalam

ketekunannya ketika melaksanakan tugas, ulet, minatnya yang tinggi dalam

memecahkan masalah, penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini berdampak pada

kepuasan kerja guru yang akhirnya mampu menciptakan kinerja yang baik.

Berdasarkan teori-teori diatas dapat dikemukakan bahwa terdapat

pengaruh antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru.
30

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja


Guru SMK Negeri I Purbalingga Tahun Ajaran 2006/2007

X1 : Supervisi Kepala Sekolah


Indikatornya:
a. Kunjungan kelas
b. Semangat kerja guru
c. Pemahaman tentang kurikulum
baru
d. Pengembangan metode dan
evaluasi
e. Rapat-rapat pembinaan Y : Kinerja Guru
f. Kegiatan rutin diluar mengajar Indikatornya:
a. Penyusunan rencana
pembelajaran
b. Pelaksanaan
interaksi belajar
mengajar
c. Penilaian prestasi
belajar peserta didik
d. Pelaksanaan tindak
X2 : Motivasi Kerja Guru lanjut hasil
Indikatornya: penilaian peserta
a. Tekun menghadapi tugas didik
b. Ulet menghadapi kesulitan e. Pengembangan diri
c. Menunjukkan minat terhadap f. Pemahaman
bermacam-macam masalah wawasan
d. Lebih senang bekerja mandiri g. Penguasaan bahan
e. Cepat bosan pada tugas yang kajian akademik
rutin
f. Dapat mempertahankan
pendapatnya
g. Tidak pernah mudah
melepaskan hal yang diyakini
h. Senang mencari dan
memecahkan masalah
31

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Arikunto,

1996: 67). Suatu hipotesis akan diterima apabila data yang dikumpulkan

mendukung pernyataan maka hipotesis diterima. Hipotesis merupakan anggapan

dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih harus diuji kebenarannya.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja (Ha): ‘’Ada Pengaruh Positif

Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMK

Negeri I Purbalingga”.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (1998:115), populasi adalah keseluruhan objek

penelitian. Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Negeri 1

Purbalingga yang berjumlah 60 orang. Karena jumlah kurang dari 100, maka

semua populasi menjadi subyek penelitian. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan Arikunto (1998:112), apabila subyek kurang dari seratus lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto,1998:99).

1. Variabel Bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi terhadap sesuatu gejala.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

a. Supervisi Kepala Sekolah (X1), dengan indikator: 1.) supervisi kunjungan

kelas, 2.) semangat kerja guru, 3.) pemahaman tentang kurikulum, 4.)

pengembangan metode dan evaluasi, 5.) rapat-rapat pembinaan, 6.)

kegiatan diluar mengajar.

b. Motivasi Kerja (X2), dengan indikator: 1.) tekun menghadapi tugas, 2.)

ulet menghadapi kesulitan, 3.) menunjukkan minat, 4.) lebih senang

bekerja mandiri, 5.) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, 6.) dapat

32
33

mempertahankan pendapatnya, 7.) tidak pernah melepaskan hal yang

diyakini, 8.) senang mencari dan memecahkan masalah.

2. Variabel Terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi suatu gejala. Adapun yang

menjadi variabel terikat (Y) adalah Kinerja guru yakni standar kompetensi

guru yang meliputi 7 (tujuh) kompetensi dasar: 1) penyusunan rencana

pembelajaran, 2) pelaksanaan interaksi belajar-mengajar, 3) penilaian prestasi

belajar peserta didik, 4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi

belajar peserta didik, 5) pengembangan profesi, 6) pemahaman wawasan

kependidikan, 7) penguasaan bahan kajian akademik.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti dengan

metode interview, tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya (Arikunto 1998:225).

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan metode antara lain:

1. Metode angket (Kuesioner)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,1998:140).

Dalam menyususn kuesioner ini peneliti menggunakan skala Likert. Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena tertentu (Sugiyono, 2001:86). Jadi dengan

skala likert ini peneliti ingin mengetahui bagaimana supervisi kepala sekolah,

motivasi kerja serta kinerja guru di SMK Negeri I Purbalinggga.


34

Angket pertanyaan ini menggunakan empat alternatif jawaban dengan

bobot skor sebagai berikut:

a. Jawaban a diberi skor 4

b. Jawaban b diberi skor 3

c. Jawaban c diberi skor 2

d. Jawaban d diberi skor 1

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236). Data dapat diperoleh dari sumber

tertulis yang berhubungan dengan penelitian yaitu informasi tentang jumlah guru

dan karyawan serta data-data mengenai kepegawaian yang ada pada SMK Negeri

I Purbalingga.

3.4 Validitas dan Reliabilitas

3.4.1 Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi (Arikunto,1998:160).

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal.

Validitas internal dalah validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara

bagian-bagian instrumen secara keseluruhan (Arikunto,1998: 138).


35

Dalam pengujian validitas internal dapat digunakan dua cara yaitu

analisis faktor dan analisis butir. Adapun cara pengukuran analisis butir adalah

dengan skor butir dikorelasikan dengan skor total dengan menggunakan rumus

Product Moment, yaitu:

N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy=
{N ∑ X − (∑ X )}{N ∑ Y − (∑ Y ) }
2 2 2 2

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi

n : Jumlah subyek atau responden

x : Skor butir

y : Skor total

(Arikunto,1998: 162)

Kesesuaian harga rxy yang diperoleh dari perhitungan dengan

menggunakan rumus di atas dikonsultasikan dengan tabel r kritik product moment

dengan kaidah keputusan apabila r hitung > r tabel, maka instrumen dikatakan

valid. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel, maka instrument dikatakan tidak valid

dan tidak layak untuk pengambilan data. Hasil analisis validitas dapat dilihat pada

lampiran 3 halaman 119-121 dan terangkum pada tabel 3.1


36

Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas Instrumen

Supervisi kepala sekolah Motivasi kerja Kinerja guru


No Pearson Pearson Pearson
Kriteria Kriteria Kriteria
Correlation Correlation Correlation
1 0.678 Valid 0.564 Valid 0.567 Valid
2 0.594 Valid 0.558 Valid 0.715 Valid
3 0.596 Valid 0.646 Valid 0.605 Valid
4 0.647 Valid 0.856 Valid 0.027 Tidak valid
5 0.596 Valid 0.701 Valid 0.696 Valid
6 0.681 Valid 0.773 Valid 0.764 Valid
7 0.672 Valid 0.728 Valid 0.762 Valid
8 0.532 Valid 0.547 Valid 0.586 Valid
9 0.761 Valid 0.002 Tidak valid 0.699 Valid
10 0.530 Valid 0.754 Valid 0.529 Valid
11 -0.080 Tidak valid 0.648 Valid 0.664 Valid
12 0.611 Valid 0.832 Valid 0.611 Valid
13 0.856 Valid 0.771 Valid 0.554 Valid
14 0.377 Tidak valid 0.662 Valid 0.664 Valid
15 0.849 Valid 0.581 Valid -0.050 Tidak valid
16 0.779 Valid -0.130 Tidak valid 0.205 Tidak valid
17 0.564 Valid 0.122 Tidak valid
18 0.552 Valid 0.612 Valid
19 0.625 Valid
20 0.594 Valid
21 0.705 Valid
Sumber: data penelitian diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 3.1, pada variabel supervisi kepala sekolah terdapat 2

item yang tidak valid yaitu no 11 dan no 14 dengan rhitung -0,080 dan 0,377, untuk

variabel motivasi kerja terdapat 2 item yang tidak valid yaitu nomor 9 dan 16

dengan rhitung 0.002 dan -0.130, sedangkan untuk variabel kinerja guru terdapat 4

item yang tidak valid yaitu nomor 4, nomor 15, nomor 16 dan nomor 17 dengan

rhitung masing-masing 0.027, -0.050, 0.205 dan 0.122. Karena dari masing-masing

indikator sudah terwakili maka Item-item yang kurang dari rtabel pada taraf

kesalahan 5% dengan n = 15 yaitu 0,514 atau tidak valid tersebut dihilangkan.


37

3.4.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 1998 : 170).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, digunakan uji reliabilitas internal

yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari suatu hasil pengetesan dengan

rumus sebagai berikut:

⎡ k ⎤⎡ ∑σ b ⎤
2
r11= ⎢ ⎢1 − ⎥
⎣ k − 1⎥⎦ ⎣ σt2 ⎦

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya pertanyaan

∑σ b
2
: Jumlah varian butir

σt2 : Varian total

(Arikunto.1998:193)

Hasil perhitungan reliabilitas dikonsultasikan dengan r tabel rata-rata

signifikansi 5% atau internal kepercayaan 95%. Bila harga perhitungan lebih besar

dari r tabel, maka instrument dikatakan reliabel. Untuk mencari varian butir

digunakan rumus :

∑ (X )2

∑X 2

N
σ2 =
N

Keterangan :

σ : Varian tiap butir


38

X : Jumlah skor butir

N : Jumlah responden

Hasil analisis reliabilitas diperoleh r11 untuk variabel supervisi kepala

sekolah mencapai 0,874, untuk variabel motivasi kerja sebesar 0,886 dan untuk

variabel kinerja guru sebesar 0,854. Ketiga koefisien reliabilitas tersebut melebihi

rtabel = 0,514 yang berarti bahwa ketiga instrumen dalam kategori reliabel.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan

rumus atau dengan aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian.

Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis dalam rangka

penarikan kesimpulan. Adapun metode analisi data yang dipergunakan meliputi

analisis deskriptif dan analisis regresi.

3.5.1 Analisis Deskriptif Persentase

Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada pada penelitian

yaitu supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja dengan kinerja guru SMK

Negeri 1 Purbalingga. Adapun rumusnya adalah:

n
%= x100%
N

Keterangan :

n : Jumlah skor jawaban responden

N : Jumlah seluruh skor ideal

% : Tingkat keberhasilan yang dicapai

(Mohamad Ali, 1992: 184)


39

Perhitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menetapkan skor tertinggi dan skor terendah

b. Menetapkan range yang dicari yaitu selisih antara skor tertinggi dan skor

terendah

c. Menetapkan interval yaitu range dibagi jumlah option

d. Untuk mengetahui kriteria perhitungan dibuat tabel

Dalam menentukan interval persentase untuk menentukan kategori data

dilakukan dengan cara:

5
Persentase tertinggi : x 100% = 100%
5
1
Persentase terendah : x 100% = 20%
5
Jarak : 100% - 20% = 80%
Interval kriteria : 80% : 5 = 16%
Tabel 3.2 kriteria persentase

Interval kriteria Kriteria


85< % skor <100 Sangat baik
70< % skor <85 Baik
55< % skor <70 Cukup
40< % skor <55 Kurang baik
25< % skor <40 Tidak baik

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

3.5.2.1 Uji Normalitas Data

Untuk keperluan analisis data selanjutnya, maka akan lebih mudah dan

lancar bila variabel-variabel yang diteliti mengikuti distribusi tertentu. Dari teori

kemungkinan apabila populasi yang diteliti berdistribusi normal maka konklusi

bisa diterima, tetapi apabila populasi tidak berdistribusi normal maka konklusi
40

berdasarkan teori tidak berlaku. Oleh sebab itu, sebelum mengambil keputusan

berdasarkan teori tersebut perlu diperiksa terlebih dahulu normalitas distribusinya,

apakah pada taraf signifikansi tertentu atau tidak. Pengujian normalitas data

dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi penelitian masing-

masing variabel penelitian. Uji normalitas data penelitian ini menggunakan uji

normalitas Kolmogorov-Smirnof (Santoso 1999:311). Data dianalisis dengan

bantuan komputer program SPSS versi 12 Windows 2000. Dasar pengambilan

keputusan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05 maka data penelitian

berdistribusi normal. Di samping menggunakan uji Kolmogorov Smirnov analisis

kenormalan data ini juga didukung dari Plot of Regression Standardized Residual.

Apabila grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata diperoleh titik-titik yang

mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi

normal.

3.5.2.2 Uji Linieritas

Uji linieritas merupakan langkah untuk mengetahui status linier tidaknya

suatu distribusi sebuah data penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas

akan menentukan teknik analisis regresi yang akan digunakan. Jika hasil uji

linieritas merupakan data yang linier maka digunakan analisis regresi linier.

Sebaliknya jika hasil uji linieritas merupakan data yang tidak linier maka analisis

regresi yang digunakan nonlinier. Dasar pengambilan keputusan dari uji ini dapat

dilihat dari nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan

bahwa hubungannya bersifat linier.


41

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Secara grafis dapat dilihat dari multivariate standardized Scatterplot. Dasar

pengambilannya apabila sebaran nilai residual terstandar tidak membentuk pola

tertentu namun tampak random dapat dikatakan bahwa model regresi bersifat

homogen atau tidak mengandung heteroskedastisitas.

3.5.2.4 Uji Multikolinieritas

Uji persamaan selanjutnya adalah uji kolinieritas untuk mengetahui ada

tidaknya korelasi di antara sesama variabel bebas. Model regresi dalam penelitian

ini dapat memenuhi syarat apabila tidak terjadi multikolinieritas atau adanya

korelasi di antara variabel bebas (Santosa 1999:293). Pengujian multikolinieritas

ini dapat dilihat dari nilai variance inflatio factor (VIF). Antara variabel bebas

dikatakan multikolinieiritas apabila toleransinya < 0,1 dan VIF > 10.

3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh

antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu antara supervisi kepala sekolah,

motivasi kerja terhadap kinerja.

Persamaan regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut:

Y=a+b1X1+b2X2

Keterangan :

Y = Variabel terikat kinerja

a = Bilangan konstanta

b1 = koefisien regresi supervisi kepala sekolah (X1)

b2 = koefisien regresi motivasi kerja (X2)

(Algifari,1997:51)
42

Untuk menentukan persamaan linier menggunakan program komputerisasi

yaitu SPSS.

Uji Simultan (Uji F)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas

mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel terikat. Untuk membuktikan

kebenaran hipotesis digunakan uji distribusi F dengan cara membandingkan antara

nilai F hitung dengan F tabel. Apabila perhitungan F hitung >F tabel atau p value

< 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari

regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak.

Sebaliknya jika F hitung < F tabel maka Ho diterima sehingga dapat

dikatakan bahwa variabel bebas tidak mampu menjelaskan variabel terikat.


43
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri 1 Purbalingga

SMK Negeri 1 Purbalingga beralamat di Jl. Mayjend Sungkono 34

Purbalingga Telp/Fax. (0281) 891550 / (0281) 895265 Email :

smk_01pbg2000@yahoo.com. Website : http://www.smkn1pbg.cjb.net SMK

Negeri Purbalingga di pimpin oleh 1 Kepala Sekolah yaitu Drs.Sukamto.

Program/bidang keahlian di SMK Negeri 1 Purbalingga adalah Akuntansi,

sekretaris, penjualan, rekayasa perangkat lunak, teknik computer dan jaringan.

Jumlah guru SMK Negeri 1 Purbalingga ada 60 guru. sedangkan jumlah siswa

terdapat 920 dengan rincian : kelas I berjumlah 320 siswa, kelas II berjumlah 316

siswa, dan kelas III ada 284 siswa.

Visi SMK N I Purbalingga : SMK Negeri I Purbalingga sebagai pusat

pendidikan dan latihan profesi berstandar nasional.

Misi SMK Negeri I Purbalingga :

1. Menghasilkan lulusan sebagai calon pegawai kantor dan calon pedagang

berkualitas, berwawasan lingkungan dan berorientasi masa depan.

2. Menyelenggarakan sertifikat keahlian Bahasa Inggris berstandar TOEIC serta

keahlian Sekretaris dan Akuntansi Berstandar Nasional.

3. Mengusahakan pembelajaran yang kompetitif untuk prakerin ke luar negeri.

4. Mengembangkan fungsi SMK sebagai penyelenggara program diploma dan

kursus-kursus

43
44

Tujuan SMK Negeri 1 Purbalingga

Sejalan dengan target pencapaian tujuan yang menjadi program sekolah tahun

2006/2007 ada tuju target sebagai berikut :

1. Lulusan mulai 2006/2007 mencapai rata-rata NUN ≥ 7,0 dan lulusan ujian

Kompetensi dari Asosiasi (DUDI) tiap program keahlian ≥ 75%.

2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam Bahasa Inggris melalui tes TOEIC,

bagi tingkat III tahun 2006/2007 mencapai > 10% dengan skor > dari 500

3. Meningkatkan daya serap masyarakat terhadap lulusan dengan masa tunggu

satu tahun pada lulusan tahun 2006/2007 telah bekerja > 70%

4. Menghasilkan calon pedagang sebanyak 10% bagi lulusan 2006/2007

5. Siswa ada yang dapat mengikuti prakerin ke Luar Negeri pada tahun

2006/2007

6. Membuka kursus-kursus dan merintis Program Diploma pada tahun

2006/2007

7. Meningkatkan keuntungan unit produksi (kafe, toko, bank, persewaan

gedung) setiap tahun meningkat ≥ 10%

Sasaran SMK Negeri Purbalingga

Target yang ingin dicapai sebagai berikut :

1. Semua program keahlian lulus dengan rata-rata NUN = 7,00.

2. Semua program keahlian lulus Uji Kompetensi Asosiasi = 60%

3. Lulusan dengan tes TOEIC score > 500= 7%

4. Daya serap seluruh lulusan (kerja+melanjutkan) = 60%,

5. Calon program khusus program diklat Penjualan = 70%

6. LPK siap mengeluarkan sertifikat = 600 lembar


45

4.1.2 Gambaran Umum Variabel Penelitian

4.1.2.1 Supervisi Kepala Sekolah

Persepsi guru terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah SMK

Negeri 1 Purbalingga dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Persepsi Guru terhadap Supervisi Kepala Sekolah

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 0 0.0
70< % skor <85 Baik 9 15.0
55< % skor <70 Cukup 38 63.3
40< % skor <55 Kurang baik 10 16.7
25< % skor <40 Tidak baik 3 5.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar (63,3%)

guru SMK Negeri 1 Purbalingga memandang bahwa supervisi yang dilakukan

kepala sekolahnya tergolong cukup, bahkan sebanyak 16,7% memandang kurang

baik dan 5% memandang tidak baik. Dari data hanya 15% guru yang memiliki

persepsi baik tentang supervisi yang dilakukan kepala sekolahnya. Berdasarkan

data ini menunjukkan bahwa supervisi kunjungan kelas, tindakan memberi

semangat, memberi pemahaman tentang kurikulum, pengembangan metode,

rapat-rapat pembinaan dan kegiatan rutin di luar mengajar masih belum optimal.

1. Supervisi Kunjungan Kelas

Tugas kepala sekolah sebagai supervisor salah satunya adalah melakukan

kunjungan kelas untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang

mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah

sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata

lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu

diperbaiki. Namun kenyataan yang ada kepala sekolah SMK Negeri 1 Purbalingga
46

menurut persepsi sebagian besar guru masih belum dilaksanakan secara baik.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2
Persepsi Guru terhadap Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 0 0.0
70< % skor <85 Baik 7 11.7
55< % skor <70 Cukup 38 63.3
40< % skor <55 Kurang baik 11 18.3
25< % skor <40 Tidak baik 4 6.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel sebanyak 63,3% guru memandang bahwa pelaksanaan

kunjungan kelas oleh kepala sekolah masih tergolong cukup, bahkan 18,3% guru

memandang kurang baik dan 6,7% memandang tidak baik. Dari data tersebut

hanya 11,7% guru yang menganggap bahwa pelaksanaan kunjungan kelas

tergolong baik. Dari data ini menunjukkan frekuensi kunjungan kelas dalam

rangka supervisi maupun observasi untuk memperbaiki cara mengajar guru masih

tergolong rendah karena dalam satu semester hanya 1-2 kali kunjungan.

Tabel 4.3
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas
Oleh kepala sekolah

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 0 0.0
2 3-4 kali 7 11.7
3 1-2 kali 42 70.0
4 Tidak pernah 11 18.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.3, hanya 11,7% guru yang merasa pernah dikunjungi

kepala sekolah antara 3-4 kali dalam satu semester, namun 70% guru merasa
47

hanya dikunjungi 1-2 kali bahkan masih ada 18,3% guru yang tidak pernah

dikunjungi kepala sekolah.

Terkait dengan kunjungan kelas dalam rangka observasi perbaikan cara

mengajar guru menurut persepsi guru juga masih tergolong kurang karena dalam

satu semester hanya 1-2 kali, bahkan ada guru yang tidak pernah dikunjungi

kepala sekolah dalam rangka observasi tersebut.

Tabel 4.4
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas dalam
Rangka Observasi Perbaikan Cara Mengajar Guru

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 1 1.6
2 3-4 kali 7 11.7
3 1-2 kali 28 46.7
4 Tidak pernah 24 40.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat pada tabel 4.4, sebanyak 46,7% guru merasa pernah dikunjungi

oleh kepala sekolah dalam rangka observasi perbaikan cara pengajaran antara 1-2

kali dalam satu semester, bahkan 40% guru tidak pernah dikunjungi. Dari data

hanya 11,7% yang pernah dikunjugi 3-4 kali dan 1,6% dikunjungi lebih dari 4

kali.

Di satu sisi, guru merasa perlu adanya supervisi kunjungan kelas demi

perbaikan proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari persepsi guru bahwa

manfaat supervisi kelas terhadap perbaikan proses belajar mengajar dapat

mencapai 75% atau lebih.


48

Tabel 4.5
Persepsi Guru terhadap Besarnya Manfaat Supervisi Kunjungan Kelas terhadap
Perbaikan Pengajaran

Besarnya manfaat supervisi


No terhadap perbaikan pengajaran Frekuensi Persentase
1 75%-100% 45 75.0
2 50%-74% 4 6.7
3 25%-49% 10 16.7
4 < 25% 1 1.6
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.5, sebanyak 75% guru merasa bahwa manfaat

supervisi kunjungan kelas terhadap perbaikan pengajaran antara 75%-100%. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar merasa memperoleh manfaat yang tinggi

dengan adanya supervisi kunjungan kelas.

2. Memberi Semangat Kerja Guru

Salah satu kegiatan atau usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah

sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor adalah membangkitkan dan

merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya

masing-masing dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan persepsi sebagian besar guru

menunjukkan bahwa tindakan kepala sekolah dalam memberi semangat kerja guru

sudah tergolong baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6
Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Memberi Semangat

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 11 18.3
70< % skor <85 Baik 32 53.3
55< % skor <70 Cukup 6 10.0
40< % skor <55 Kurang baik 9 15.0
25< % skor <40 Tidak baik 2 3.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
49

Terlihat dari tabel 4.6, sebanyak 53,3% guru memiliki persepsi yang baik

dan 18,3% memiliki persepsi sangat baik atas tindakan kepala sekolah dalam

memberi semangat kerja guru, meskipun demikian masih ada 10% yang

memandang cukup, 15% memiliki persepsi kurang baik dan 3,3% dalam kategori

tidak baik.

Dalam sebulannya ternyata frekuensi kepala sekolah untuk memberi

evaluasi terhadap proses belajar mengajar untuk memotivasi semangat kerja guru

tergolong rendah karena antara 1-2 kali. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

4.7.

Tabel 4.7
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Memberi Evaluasi
untuk memotivasi Semangat Kerja Guru

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 1 1.7
2 3-4 kali 14 23.3
3 1-2 kali 36 60.0
4 Tidak pernah 9 15.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 60% guru merasa bahwa dalam satu

bulannya mendapat kunjungan kepala sekolah untuk melakukan evaluasi guna

memotivasi semangat kerja antara 1-2 kali dan 15% guru tidak pernah dikunjungi.

Dari data hanya 23,3% guru yang dikunjungi kepala sekolah antara 3-4 kali dan

1,7% melebihi 4 kali.

Jika dinyatakan dengan persentase, pengaruh supervisi kunjungan kelas

terhadap semangat kerja tergolong tinggi antar 75%-100%. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 4.8.


50

Tabel 4.8
Persepsi Guru terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas terhadap
Semangat Kerja

Besarnya manfaat supervisi


No terhadap semangat kerja Frekuensi Persentase
1 75%-100% 43 71.7
2 50%-74% 9 15.0
3 25%-49% 8 13.3
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat pada tabel 4.8, sebanyak 71,7% merasa bahwa dengan adanya

supervisi kunjungan kepala sekolah dapat meningkatkan semangat kerja hingga

75%-100%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar merasa perlu adanya

supervisi kunjungan kelas.

3. Memberi Pemahaman tentang Kurikulum

Tugas lain kepala sekolah sebagai supervisor adalah membimbing guru-

guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah

seperti : a) menyusun program catur wulan atau program semester, b) menyusun

atau membuat program satuan pelajaran, c) mengorganisasikan kegiatan-kegiatan

pengelolaan kelas, d) melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran, e)

menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar dan f)

mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study

tour, dan sebagainya. Tindakan kepala sekolah dalam membimbing guru berkaitan

dengan pelaksanaan kurikulum sekolah tergolong cukup baik. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 4.9.


51

Tabel 4.9
Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Membimbing Guru
Berkaitan dengan Kurikulum

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 4 6.7
70< % skor <85 Baik 2 3.3
55< % skor <70 Cukup 40 66.7
40< % skor <55 Kurang baik 8 13.3
25< % skor <40 Tidak baik 6 10.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.9, sebanyak 66,7% guru memandang bahwa kepala

sekolahnya cukup baik dalam membimbing guru berkaitan dengan kurikulum,

namun masih ada 13,3% yang merasa kurang baik dan 10% merasa tidak baik.

Berdasarkan persepsi guru menunjukkan bahwa dalam sebulannya kepala

sekolah mengadakan peninjauan terhadap rencana pembelajaran pada hanya 1-2

kali. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Peninajauan Kepala Sekolah terhadap Rencana
Pembelajaran Guru

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 4 6.7
2 3-4 kali 1 1.6
3 1-2 kali 49 81.7
4 Tidak pernah 6 10.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.10, sebanyak 81,7% guru menyatakan hanya 1-2 kali

dalam sebulan ditinjau rencana pembelajarannya oleh kepala sekolah, bahkan

10% guru menyatakan tidak pernah dipantau.


52

Dalam satu semester, hanya 1-2 kali saja kepala sekolah meninjau

kesesuaian perangkat pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Peninjauan Kepala Sekolah terhadap
Kesesuaian Perangkat Pembelajaran dengan Pelaksanaan Pembelajaran

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 4 6.7
2 3-4 kali 6 10.0
3 1-2 kali 41 68.3
4 Tidak pernah 9 15.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.11, sebanyak 68,3% guru merasa hanya 1-2 kali

dalam satu semester dipantau oleh kepala sekolahnya tentang kesesuaian

perangkat yang disusun dengan pelaksanaan pembelajaran bahkan 15% guru

merasa tidak pernah mendapat pantauan.

Di satu sisi sebagian besar guru merasa penting dengan adanya supervisi

kunjungan kelas terhadap pemahaman kurikulum. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.12
Persepsi Guru terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas
terhadap Pemahaman Kurikulum

Besarnya manfaat supervisi


No terhadap pemahaman kurikulum Frekuensi Persentase
1 75%-100% 24 40.0
2 50%-74% 25 41.7
3 25%-49% 6 10.0
4 < 25% 5 8.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
53

Terlihat dari tabel 4.12 terlihat bahwa 40% guru merasa bahwa dengan

adanya supervisi dapat berpengaruh terhadap pemahaman kurikulum.

4. Pengembangan Metode dan Evaluasi

Fungsi supervisor pada prinsipnya adalah sebagai upaya pengembangan

pembelajaran. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan

menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan

kurikulum yang sedang berlaku. Berdasarkan data yang diperoleh

Tabel 4.13
Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Metode
dan Evaluasi

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 9 15.0
70< % skor <85 Baik 27 45.0
55< % skor <70 Cukup 17 28.3
40< % skor <55 Kurang baik 3 5.0
25< % skor <40 Tidak baik 4 6.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat pada tabel 4.13, sebanyak 45% guru menyatakan bahwa kepala

sekolahnya melakukan supervisi berupa pengembangan metode dan evaluasi

dengan baik, namun masih ada 28,3% menyatakan cukup.

Menurut persepsi sebagian besar guru, kepala sekolah melakukan

bimbingan tentang pelaksanaan teknik-teknik evaluasi pengajaran dan

pengembangan metode pembelajaran antara 1-2 kali. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 4.14.


54

Tabel 4.14
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Bimbingan Kepala Sekolah tentang teknik-
teknik evaluasi dan pengembangan metode pembelajaran

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 4 6.7
2 3-4 kali 8 13.3
3 1-2 kali 41 68.3
4 Tidak pernah 7 11.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.14, sebanyak 68,3% guru menyatakan bahwa dalam

satu semester kepala sekolah hanya 1-2 kali melakukan bimbingan tentang teknik-

teknik evaluasi dan pengembangan metode pembelajaran, bahkan 11,7% guru

merasa tidak pernah mendapatkan bimbingan tentang teknik-teknik evaluasi.

Di satu sisi, sebagian besar guru merasa penting dengan adanya evaluasi

untuk pengembangan teknik evaluasi dan metode pembelajaran. Hal ini tampak

dari pendapat guru yang merasa mendapat manfaat antara 75%-100% dengan

adanya supervisi.

Tabel 4.15
Persepsi Guru terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas
terhadap Pengembangan Teknik Evaluasi dan Metode Pembelajaran

Besarnya manfaat supervisi terhadap


No Frekuensi Persentase
pengembangan teknik evaluasi dan metode
1 75%-100% 35 58.3
2 50%-74% 18 30.0
3 25%-49% 3 5.0
4 < 25% 4 6.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.15, terlihat bahwa 58,3% guru merasa mendapatkan

manfaat 75%-100% dengan supervisi yang dilakukan kepala sekolah untuk

pengembangan teknik evaluasi dan metode pembelajaran.


55

5. Rapat-rapat dan Pembinaan

Kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya berdasarkan

rencana yang telah disusunnya, termasuk didalam perencanaan itu antara lain

mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Pelaksanaan rapat-

rapat secara periodik tersebut dimaksudkan sebagai upaya pembenahan atau

memberi saran-saran kepada guru secara keseluruhan guna meningkatkan

kinerjanya. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan kepala sekolah SMK

Negeri 1 Purbalingga telah melaksanakan rapat-rapat dalam upaya pembinaan

belum terlaksana dengan baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16
Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam rapat-rapat upaya
pembinaan

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 5 8.3
70< % skor <85 Baik 13 21.7
55< % skor <70 Cukup 3 5.0
40< % skor <55 Kurang baik 33 55.0
25< % skor <40 Tidak baik 6 10.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Tabel 4.16 memperlihatkan bahwa sebanyak 55% guru menyatakan bahwa

rapat-rapat yang dilaksanakan kepala sekolah dalam upaya pembinaan masih

tergolong kurang baik bahkan 10% guru menyatakan tidak baik.

Dalam satu semester, menurut persepsi sebagian besar guru rapat secara

periodik dengan guru-guru berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar hanya

berlangsung 1-2 kali saja, seperti tampak pada tabel 4.17.


56

Tabel 4.17
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Pelaksanaan Rapat-rapat Evaluasi KBM

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 12 20.0
2 3-4 kali 8 13.3
3 1-2 kali 33 55.0
4 Tidak pernah 7 11.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa sebanyak 55% guru menyatakan bahwa

pelaksanaan rapat-rapat evaluasi proses belajar mengajar antara 1-2 kali dalam

satu semester. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi secara bersama dengan

melibatkan semua guru masih tergolong kurang.

Berdasarkan persepsi sebagian besar, pembinaan administrasi atau tata

laksana sekolah juga tergolong kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

4.18.

Tabel 4.18
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Pelaksanaan Pembinaan Administrasi sekolah

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 2 3.3
2 3-4 kali 10 16.7
3 1-2 kali 43 71.7
4 Tidak pernah 5 8.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat pada tabel 4.18, sebanyak 71,7% guru menyatakan bahwa

pelaksanaan pembinaan administrasi dalam satu semester hanya 1-2 kali. Hal ini

menunjukkan bahwa pembinaan administrasi guna peningkatan kualitas kinerja

guru tergolong kurang.


57

6. Kegiatan Rutin Di Luar Mengajar

Untuk mendukung kinerjanya, guru perlu mendapatkan kesempatan

kegiatan di luar pembelajaran seperti MGMP maupun latihan atau seminar.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa guru kurang memperoleh

kesempatan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat dari

analisis deskriptif berikut.

Tabel 4.19
Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Memberi Kesempatan
Guru mengikuti kegiatan di luar pembelajaran

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 0 0.0
70< % skor <85 Baik 7 11.7
55< % skor <70 Cukup 3 5.0
40< % skor <55 Kurang baik 15 25.0
25< % skor <40 Tidak baik 35 58.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.19, sebanyak 58,3% guru menyatakan bahwa

kesempatan mengikuti kegiatan di luar pembelajaran tergolong tidak baik.

Dalam satu semester, keikutsertaan guru dalam kegiatan MGMP masih

tergolong kurang yaitu 1-2 kali saja.

Tabel 4.20
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kegiatan MGMP

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 2 3.3
2 3-4 kali 5 8.3
3 1-2 kali 28 46.7
4 Tidak pernah 25 41.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
58

Berdasarkan data pada tabel 4.20, sebanyak 46,7% guru hanya mengikuti

MGMP 1-2 kali dalam satu semester bahkan 41,7% guru tidak pernah mengikuti

kegiatan MGMP.

Dalam satu tahun, keikutsertaan mengikuti pendidikan atau diklat dalam

rangka peningkatan kinerja guru masih tergolong rendah. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 4.21.

Tabel 4.21
Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kegiatan Pendidikan atau Diklat

No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase


1 > 4 kali 2 3.3
2 3-4 kali 4 6.7
3 1-2 kali 23 38.3
4 Tidak pernah 31 51.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.21, sebanyak 51,7% guru tidak pernah mengikuti

kegiatan diklat, hanya 38,3% yang mengikuti namun dalam satu tahun hanya 1-2

kali.

4.1.2.2 Motivasi Kerja Guru

Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2005:145) motivasi merupakan

keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk

melakukan tindakan-tindakan. Motivasi kerja guru dalam dilihat dari

ketekunannya menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat

terhadap macam-macam masalah, lebih senang bekerja sendiri, cerpat bosan pada

tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan

yang diyakini dan senang mencari dan memecahkan masalah.


59

Secara umum motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Purbalingga tergolong

baik.

Tabel 4.22
Motivasi Kerja Guru

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 23 38.3
70< % skor <85 Baik 22 36.7
55< % skor <70 Cukup 8 13.3
40< % skor <55 Kurang baik 7 11.7
25< % skor <40 Tidak baik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Tabel 4.22, memperlihatkan bahwa dari 60 guru yang diteliti, sebanauk 23

guru (38,3%) memiliki motivasi kerja yang sangat baik, sebanyak 22 guru

(36,7%) tergolong baik, 8 guru (13,3%) tergolong cukup dan hanya 7 guru

(11,7%) dalam kategori kurang baik.

1. Ketekunan Guru dalam Menghadapi Tugas

Tingkat ketekunan guru dalam menghadapi tugas dapat dilihat pada tabel

4.23.

Tabel 4.23
Ketekunan menghadapi tugas

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 39 65.0
70< % skor <85 Baik 16 26.7
55< % skor <70 Cukup 0 0.0
40< % skor <55 Kurang baik 1 1.7
25< % skor <40 Tidak baik 4 6.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat pada tabel 4.23, sebanyak 39 guru (65%) memiliki ketekunan

yang sangat baik dan 26,7% memiliki ketekunan yang baik. Hal ini menunjukkan
60

bahwa sebagian besar guru memiliki usaha yang sangat baik menyelesaikan tugas-

tugas berkaitan dengan pekerjaannya maupun berkaitan dengan tugas yang

diberikan kepala sekolah.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar

mengkoreksi pada saat itu juga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.24
Usaha mengoreksi hasil ulangan siswa

No Usaha mengoreksi hasil ulangan siswa f %


1 Berusaha menyelesaikan pekerjaannya saat itu juga 42 70.0
2 Dilaksanakan 1-2 hari berikutnya 11 18.3
3 Diselesaikan 3-4 hari berikutnya 2 3.3
4 Dilaksanakan pada waktu senggang 5 8.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat pada tabel 4.24, sebanyak 70% guru selalu berusaha

menyelesaikan atau mengkoreksi hasil ulangan siswa saat itu juga dan 18,3%

melaksanakan 1-2 hari berikutnya.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru

menyelesaikan sebaik mungkin atas tugas yang diberikan kepala sekolah. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.25
Menyelesaikan tugas dari kepala sekolah

No Menyelesaikan tugas dari kepala sekolah f %


1 Menyelesaikan sebaik-baiknya 20 33.3
2 Melaksanakan semampunya 33 55.0
3 Melaksanakan dengan terpaksa 7 11.7
4 Tidak melaksanakan 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
61

Tampak pada tabel 4.25, sebanyak 55% guru melaksanakan tugas kepala

sekolah semampunya, namun 33,3% menyelesaikan sebaik-baiknya dan 11,7%

melaksanakan dengan terpaksa.

2. Ulet Menghadapi Kesulitan

Tingkat keuletan guru dalam menghadapi kesulitan dapat dilihat pada tabel

4.26.

Tabel 4.26
Ulet Menghadapi Kesulitan

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 26 43.3
70< % skor <85 Baik 15 25.0
55< % skor <70 Cukup 7 11.7
40< % skor <55 Kurang baik 10 16.7
25< % skor <40 Tidak baik 2 3.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.26, sebanyak 43,3% guru memiliki keuletan yang

sangat baik dalam menghadapi kesulitan, selebihnya 25% dalam kategori baik,

11,7% cukup namun masih ada 16,7% tergolong kurang baik dan 3,3% tidak baik.

Berkaitan dengan masalah-masalah pembelajaran seperti kegaduhan dalam

kelas oleh beberapa siswa, sebagian guru selalu membimbing dan

mengarahkannya.

Tabel 4.27
Menghadapi kegaduhan dalam kelas

No Menghadapi kegaduhan dalam kelas f %


1 Membimbing dan mengarah 28.4 28.4
2 Menegur 50.0 50.0
3 Memarahi 18.3 18.3
4 Membiarkan saja 3.3 3.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
62

Terlihat dari tabel 4.27, sebanyak 28,4% guru membimbing dan

mengarahkan serta 50% menegur apabila menghadapi kegaduhan dalam kelas,

hanya 18,3% guru yang langsung marah apabila menghadapi kegaduhan dalam

kelas.

Tabel 4.28
Tingkat tanggung jawab menyelesaikan tugas

No Tingkat tanggungjawab menyelesaikan tugas f %


1 75% - 100% 23 38.3
2 50% - 74% 24 40.0
3 25% - 49% 6 10.0
4 < 25% 7 11.7
Jumlah 60 100

Terlihat dari tabel 4.28, sebanyak 38,3% guru memiliki rasa tanggung

jawab dalam menyelesaikan tugas antara 75%-100%, sebanyak 40% guru

memiliki tanggung jawab 50%-74%, sebanyak 10% antara 25%-49% dan 11,7%

guru memiliki tanggung jawab kurang dari 25%.

3. Menunjukkan Minat terhadap Bermacam-macam Masalah

Minat guru terhadap bermacam-macam masalah dapat dilihat pada tabel

4.29.

Tabel 4.29
Minat terhadap Bermacam-macam Masalah

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 34 56.7
70< % skor <85 Baik 13 21.7
55< % skor <70 Cukup 2 3.3
40< % skor <55 Kurang baik 11 18.3
25< % skor <40 Tidak baik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
63

Terlihat dari tabel 4.29, sebanyak 56,7% guru memiliki minat yang sangat

baik untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah dan 21,7% memiliki minat

yang baik.

Tingkat kemauan guru untuk senantiasa memperbaiki dan

mengembangkan kemampuan yang dimiliki saat ini demi tercapainya visi dan

misi sekolah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.30.

Tabel 4.30
Tingkat kemauan memperbaiki dan mengembangkan kemampuan siswa

Tingkat kemauan memperbaiki dan


No f %
mengembangkan kemampuan siswa
1 75% - 100% 32 53.4
2 50% - 74% 14 23.3
3 25% - 49% 14 23.3
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat pada tabel 4.30, sebanyak 53,4% guru memiliki kemauan antara

75%-100% untuk memperbaiki dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki,

selebihnya 23,3% memiliki kemauan antara 50%-74%, hanya 23,3%.

Jika prestasi siswanya mengalami penurunan, tindakan guru lebih banyak

berusaha untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki dan instrospeksi. Hal ini

menunjukkan adanya motivasi yang tinggi dalam diri guru.

Tabel 4.31
Tindakan guru ketika siswanya mengalami penurunan prestasi

Tindakan guru ketika siswanya mengalami


No penurunan prestasi f %
Berusaha meningkatkan kemampuan yang
1 dimiliki 25 41.7
2 Instropeksi diri 24 40.0
3 Kecewa pada siswa 11 18.3
4 Tetap cuek 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
64

Terlihat pada tabel 4.31, sebanyak 41,7% guru selalu berusaha

meningkatkan kemampuan yang dimiliki apabila siswanya mengalami penurunan

prestasi, sebanyak 40% lebih berinstrospeksi diri, namun 18,3% kecewa pada

siswa.

4. Lebih Senang Bekerja Mandiri

Tingkat kesenangan guru untuk bekerja mandiri dapat dilihat pada tabel

4.32.

Tabel 4.32
Tingkat Kesenangan Guru untuk Bekerja Mandiri

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 7 11.7
70< % skor <85 Baik 23 38.3
55< % skor <70 Cukup 18 30.0
40< % skor <55 Kurang baik 12 20.0
25< % skor <40 Tidak baik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Berdasarkan pada tabel 4.32, sebanyak 38,3% guru memiliki tingkat

kesenangan yang baik untuk bekerja mandiri, selebihnya 11,7% dalam kategori

sangat baik, 30% dalam kategori cukup dan 20% kurang baik.

Dalam menjalankan tugas yang diberikan kepala sekolah terkait dengan

kelengkapan perangkat pembelajaran sebagian besar guru mencoba membuat

secara sendiri.

Tabel 4.33
Tindakan guru terhadap tugas yang diperintahkan kepala sekolah
Tindakan guru terhadap tugas yang diperintahkan
No kepala sekolah f %
1 Mengerjakan sendiri tepat waktu 28 46.6
2 Mengerjakan bersama-sama dengan guru 16 26.7
3 Mengerjakan dengan meniru pekerjaan orang lain 16 26.7
4 Tidak melaksanakan 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
65

Terlihat pada tabel 4.33, sebanyak 46,6% guru mengerjakan sendiri secara

tepat waktu ketika mendapatkan tugas yang diperintahkan kepala sekolah,

selebihnya 26,7% mengerjakan secara bersama-sama dengan guru lain namun

masih ada 26,7% hanya meniru pekerjaan orang lain. Namun demikian apabila

mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seminar mewakili sekolah, sebagian

besar guru menunjukkan sikap yang kurang positif yaitu melaksanakan dengan

terpaksa.

Tabel 4.34
Tindakan guru ketika mendapatkan kesempatan seminar

Tindakan apabila mendapatkan kesempatan


No mengikuti seminar f %
1 Melaksanakan dan mengikuti secara aktif 6 10.0
2 Melaksanakan dengan pasif 2 3.3
3 Melaksanakan dengan terpaksa 40 66.7
4 Diberikan kepada yang lain 12 20.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Dari tabel 4.34, sebanyak 66,7% guru mengikuti kegiatan seminar hanya

untuk memenuhi tugas sekolah semata karena melaksanakan tugasnya secara

terpaksa bahkan 20% memberikan kesempatan tersebut kepada orang lain. Dari

data hanya 10% yang melaksanakan dan mengikuti dengan aktif.

Berkaitan dengan masalah yang dihadapi dalam menjalankan tugas

sekolah yang dibebankan, sebagian besar guru berusaha menyelesaikan sendiri.


66

Tabel 4.35
Tindakan guru dalam menghadapi masalah tugas

No Tindakan dalam menghadapi masalah tugas f %


1 Menyelesaikan sendiri 30 50.0
2 Menyelesaikan dengan meminta bantuan teman 26 43.3
Menyerahkan kepada orang lain untuk
3 menyelesaikan 4 6.7
4 Ditinggalkan begitu saja 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Dari tabel 4.35, sebanyak 50% guru berusaha menyelesaikan sendiri

apabila menemui masalah dalam menjalankan tugasnya, sebanyak 43,3%

berusaha menyelesaikan meskipun meminta bantuan teman.

5. Cepat Bosan pada Tugas-tugas Rutin

Salah satu ciri dari adanya motivasi kerja yang tinggi adalah mudah bosan

dengan pekerjaan yang rutin. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan

bahwa sebagian besar guru lebih cepat bosan pada tugas-tugas rutinnya, sehingga

berusaha untuk melaksanakan pekerjaan dengan berbagai variasi. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.36
Tingkat Kebosanan terhadap Tugas-tugas Rutin

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat tinggi 47 78.3
70< % skor <85 Tinggi 8 13.3
55< % skor <70 Cukup 2 3.3
40< % skor <55 Rendah 3 5.0
25< % skor <40 Sangat rendah 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
67

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 78,3% memiliki tingkat kebosanan

yang sangat tinggi apabila menjalankan tugas secara monoton, selebihnya 13,3%

memiliki tingkat kebosanan yang tinggi.

Dalam kegiatan belajar mengajar, sebagian besar guru selalu berusaha

mengaplikasikan berbagai metode yang lebih menarik untuk mengurangi

kebosanan karena rutinitas pekerjaan.

Tabel 4.37
Penggunaan Metode Pembelajaran dalam KBM

No Metode pengajaran dalam KBM f %


1 Selalu mengaplikasikan berbagai metode yang
lebih menarik 30 50.0
2 Menggunakan berbagai metode jika dirasa perlu 23 38.3
3 Menggunakan 1-2 metode saja 7 11.7
4 Menggunakan metode secara tetap 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.37, sebanyak 50% guru selalau mengaplikasikan

berbagai metode yang lebih menarik dan 38,3% menggunakan berbagai metode

jika dirasa perlu. Dari data hanya 11,7% guru hanya menggunakan 1-2 metode

saja.

Di samping menggunakan metode yang bervariasi, penggunaan media

pembelajaran yang bervariasi juga dapat mengurangi kebosanan dalam mengajar.

Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa sebagian besar guru menggunakan

media yang bervariasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
68

Tabel 4.38
Penggunaan Media Pembelajaran dalam KBM

No Penggunanan Media f %
1 Selalu menggunakan media yang bervariasi
disesuaikan dengan karakteristik materi 36 60.0
2 Menggunakan media yang ada 21 35.0
3 Menggunakan media yang monoton 3 5.0
4 Tidak menggunakan media 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.38, sebanyak 60% guru selalu menggunakan media

yang bervariasi disesuaikan dengan karakteristik materi dan 35% menggunakan

media yang ada.

6. Dapat Mempertahankan Pendapatnya

Adanya motivasi yang tinggi dalam diri guru ditunjukkan pula dari

tingginya dalam mempertahankan pendapatnya jika dirasa benar. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 4.38.

Tabel 4.39
Tingkat Kebosanan terhadap Tugas-tugas Rutin

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 26 43.3
70< % skor <85 Baik 7 11.7
55< % skor <70 Cukup 0 0.0
40< % skor <55 Kurang baik 17 28.3
25< % skor <40 Tidakbaik 10 16.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 43,3% guru dapat mempertahankan

pendapatnya secara sangat baik dan 11,7% dalam kategori baik, namun demikian

masih ada 28,3% yang kurang baik dan 16,7% tidak baik.
69

Tabel 4.40
Mempertahankan pendapatnya dalam mengikuti rapat evaluasi KBM

No Pelaksanaan rapat evaluasi KBM F %


Mempertahankan pendapatnya selama diyakini itu
1 benar 13 21.7
2 Mengikuti dan memberikan usulan secara aktif 20 33.3
3 Selalu mengikuti pendapat orang lain 17 28.3
4 Mengikuti secara pasif 10 16.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 33,3% guru mengikuti dan

memberikan usulan secara aktif saat mengikuti rapat evaluasi KBM dan 21,7%

selalu mempertahankan pendapatnya selama diyakini itu benar, namun demikian

masih ada 28,3% guru yang hanya mengikuti pendapat orang lain serta 16,7%

mengikuti rapat namun secara pasif.

Tabel 4.41
Mempertahankan pendapatnya dalam mengikuti rapat tentang kebijakan sekolah

No Pelaksanaan rapat kebijakan sekolah F %


1 Selalu memperjuangkan pendapatnya 24 40.0
2 Sering memperjuangkan pendapatnya 9 15.0
3 Kadang-kadang jika dirasa penting 24 40.0
4 Tidak pernah 3 5.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.41, sebanyak 40% selalu memperjuangkan

pendapatnya, namun 40% lainnya kadang-kadang jika dirasa penting.

7. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini

Ciri lain adanya motivasi kerja adalah tidak mudah melepaskan hal-hal

yang diyakini. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.42.


70

Tabel 4.42
Tidak Melepaskan Hal-hal yang Diyakini

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 43 71.7
70< % skor <85 Baik 7 11.7
55< % skor <70 Cukup 0 0.0
40< % skor <55 Kurang baik 6 10.0
25< % skor <40 Tidakbaik 4 6.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 71,7% guru merasa tidak mudah

melepas hal-hal yang diyakini, terbukti dari seringnya memberikan saran atau

kritik terhadap kebijakan sekolah.

8. Senang Mencari dan Memecahkan Masalah

Tingkat kesenangan guru dalam mencari dan memecahkan masalah dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.43
Senang mencari dan memecahkan masalah

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 5 8.4
70< % skor <85 Baik 14 23.3
55< % skor <70 Cukup 15 25.0
40< % skor <55 Kurang baik 12 20.0
25< % skor <40 Tidakbaik 14 23.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 25% guru memiliki tingkat

kesenangan yang cukup, 23,3% dalam kategori tidak baik dan 20% dalam kategori

kurang baik dalam mencari dan memecahkan masalah. Dari data hanya 23,3%

guru yang merasa senang untuk memecahkan masalah.


71

Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar guru turut berperan aktif

membantu menyelesaikan masalah rekan guru lain. Hal ini membuktikan bahwa

guru lebih senang untuk mencari dan memecahkan masalah berkaitan dengan

tugas-tugas sebagai seorang guru.

Tabel 4.44
Membantu memecahkan masalah rekan guru dalam pergaulan

Membantu memecahkan masalah rekan


No guru f %
1 > 4 kali 26 43.3
2 3 kali 8 13.4
3 1-2 kali 26 43.3
4 Tidak pernah 0 0.0
Jumlah 60 100

Terlihat dari tabel 4.44, sebanyak 43,3% guru selalu membantu

memecahkan masalah rekan guru dalam pergaulan lebih dari 4 kali dan 43,3%

guru dapat membantu rekan guru antara 1-2 kali.

Tingkat kesediaan guru untuk membantu rekan guru lain yang mengalami

kesulitan tertentu masih tergolong kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

4.45.

Tabel 4.45
Membantu rekan guru yang mengalami kesulitan

Membantu rekan guru yang mengalami


No kesulitan f %
1 Selalu 2 3.3
2 Sering 6 10.0
3 Kadang-kadang 28 46.7
4 Tidak pernah 24 40.0
Jumlah 60 100

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 40% tidak pernah membantu rekan

guru yang mengalam kesulitan, sebanyak 46,7% kadang-kadang saja membantu,


72

hanya 10% yang sering membantu dan 3,3% selalu membantu rekan guru yang

mengalami kesulitan.

4.1.2.3 Kinerja Guru

Menurut Anwar (1986: 22) kinerja guru merupakan seperangkat perilaku

nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran

kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi

belajar-mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program

semester maupun persiapan mengajar. Dalam kajian penelitian ini kinerja guru

dilihat dari 7 indikator yaitu: 1) penyusunan rencana pembelajaran, 2) pelaksanaan

interaksi belajar mengajar, 3) penilaian prestasi belajar peserta didik, 4)

pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, 5)

pengembangan profesi, 6) pemahaman wawasan, dan 7) penguasaan bahan kajian

akademik.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian guru

memiliki kinerja yang baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.46.

Tabel 4.46
Kinerja Guru

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 25 41.7
70< % skor <85 Baik 26 43.3
55< % skor <70 Cukup 9 15.0
40< % skor <55 Kurang baik 0 0.0
25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
73

Tabel 4.46, memperlihatkan bahwa dari 60 guru yang diteliti, sebanyak 25

guru (41,7%) memiliki kinerja yang sangat baik, sebanyak 26 guru (43,3%)

memiliki kinerja yang baik dan 9 guru (15%) memiliki kinerja yang cukup.

1. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Gambaran kinerja guru dalam penyusunan rencana pembelajaran dapat

dilihat pada tabel 4.47

Tabel 4.47
Kinerja Guru dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 6 10.0
70< % skor <85 Baik 35 58.3
55< % skor <70 Cukup 14 23.3
40< % skor <55 Kurang baik 5 8.3
25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.47, sebanyak 58,3% guru mampu menyusun rencana

pembelajaran dengan baik dan 10% dalam kategori sangat baik, namun masih ada

23,3% yang memiliki kinerja cukup dan 8,3% kurang baik.

Dalam penyusunan rencana pembelajaran, sebagian besar guru tidak

mengalami kendala yang berarti. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.48.

Tabel 4.48
Kemampuan guru dalam penyusunan rencana pembelajaran

Kemampuan dalam menyusun rencana


No pembelajaran F %
1 75% - 100% 34 56.7
2 50% - 74% 17 28.3
3 35% - 49% 9 15.0
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
74

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 56,7% guru telah memiliki

kemampuan yang tinggi (75%-100%) dalam menyusun rencana pembelajaran,

sebanyak 28,3% guru memiliki kemampuan 50%-74%. Meskipun tingkat

kemampuan dalam penyusunan rencana pembelajaran tinggi, namun hampir

semua guru malas untuk menyusun rencana. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 4.49.

Tabel 4.49
Penyusunan rencana pembelajaran

No Penyusunan rencana pembelajaran f %


1 Setiap kali pertemuan 4 6.7
2 Setiap pokok bahasan 7 11.7
3 Setiap ada akreditasi atau supervisi 47 78.3
4 Tidak pernah 2 3.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Tampak pada tabel 4.49, sebanyak 78,3% menyusun rencana pembelajaran

setiap ada akreditasi atau supervisi, bahkan 3,3% tidak pernah membuat rencana

pembelajaran. Dari data hanya 11,7% yang membuat rencana setiap pokok

bahasan dan 6,7% setiap kali pertemuan.

Kemampuan guru dalam merencanakan media yang akan digunakan

tergolong cukup baik. Jika dipersentasekan sebagian besar guru telah memiliki

kemampuan antara 50%-74%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.50.

Tabel 4.50
Kemampuan guru dalam perencanaan media pembelajaran

Kemampuan guru dalam perencanaan


No media pembelajaran f %
1 75% - 100% 26 43.3
2 50% - 74% 29 48.3
3 25% - 49% 4 6.7
4 < 25% 1 1.7
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
75

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 48,3% memiliki kemampuan dalam

merencanakan media pembelajaran antara 50%-74% dan 43,3% guru telah

memiliki kemampuan yang tinggi hingga 75%-100% dalam merencanakan media

yang akan digunakan.

2. Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar

Gambaran kinerja guru dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar

dapat dilihat pada tabel 4.51

Tabel 4.51
Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 48 80.0
70< % skor <85 Baik 8 13.3
55< % skor <70 Cukup 4 6.7
40< % skor <55 Kurang baik 0 0.0
25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.51, hampir semua guru (80%) memiliki kinerja yang

sangat baik dan 13,3% memiliki kinerja yang baik.

Jika dipersentasekan hampir semua guru telah memiliki kemampuan yang

tinggi (75%-100%) dalam melaksanakan interaksi dengan siswa secara

komunikatif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.52
Kemampuan guru dalam berinteraksi

No Kemampuan berinteraksi f %
1 75% - 100% 52 86.7
2 50% - 74% 5 8.3
3 25% - 49% 3 5.0
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
76

Terlihat dari tabel 4.52, sebanyak 86,7% guru memiliki kemampuan 75%-

100% dalam melakukan interaksi dengan siswa secara komunikatif, hanya 8,3%

guru yang memiliki kemampuan antara 50%-75%, dan 5% saja yang memiliki

kemampuan antara 25%-49%. Dari data menunjukkan bahwa sebagian besar guru

memandang pentingnya komunikasi dalam pembelajaran sehingga berusaha untuk

meningkatkan kemampuan komunikasinya.

Jika dipersentasekan hampir semua guru telah memiliki kemampuan yang

tinggi (75%-100%) dalam memberikan materi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.53
Kemampuan guru dalam menyampaikan materi

No Kemampuan menyampaikan materi f %


1 75% - 100% 49 81.7
2 50% - 74% 9 15.0
3 25% - 49% 2 3.3
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.53, sebanyak 81,7% guru memiliki kemampuan 75%-

100% dalam menyampaikan materi, hanya 15% guru yang memiliki kemampuan

antara 50%-75%, dan 3,3% saja yang memiliki kemampuan antara 25%-49%.

Dari data menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki kemampuan yang

baik dalam menyampaikan materi kepada siswa. Kemampuan ini merupakan

kemampuan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap guru.


77

Kemampuan guru dalam memotivasi siswa juga tergolong tinggi. Hampir

semua guru memiliki kemampuan antara 75%-100%. Lebih jelasnya dapat dilihat

dari analisis deskriptif pada tabel 4.54

Tabel 4.54
Kemampuan guru dalam memotivasi

No Kemampuan memotivasi f %
1
75% - 100% 40 66.7
2
50% - 74% 15 25.0
3
25% - 49% 5 8.3
4
< 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel sebanyak 66,7% guru telah memiliki kemampuan yag

tinggi (75%-100%) dalam memotivasi siswa, selebihnya 25% guru memiliki

kemampuan antara 50-74%.

3. Penilaian Prestasi Belajar Peserta Didik

Penilaian prestasi belajar peserta dalam pembelajaran merupakan kegiatan

yang perlu dilakukan guru, sebab dengan penilaian guru dapat mengetahui

perkembangan kemampuan peserta didik dalam mengikuti KBM. Di samping itu

dengan penilaian guru dapat memperoleh informasi tentang kelemahan KBM

sehingga perlu upaya perbaikan. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan

bahwa kemampuan guru dalam melakukan penilaian prestasi peserta didik

tergolong baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.55.


78

Tabel 4.55
Kinerja Guru dalam Penilaian Prestasi Belajar Peserta Didik

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 25 41.7
70< % skor <85 Baik 28 46.7
55< % skor <70 Cukup 7 11.7
40< % skor <55 Kurang baik 0 0.0
25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.55, sebanyak 46,7% guru memiliki kemampuan yang

baik dalam melakukan penilaian prestasi peserta didik, selebihnya 41,7%

memiliki kemampuan yang sangat baik dan 11,7% tergolong cukup.

Tabel 4.56
Pelaksanaan ulangan harian

No Ulangan harian f %
1 Setiap kali pertemuan 21 35.0
2 Setiap pokok bahasan 33 55.0
3 Setelah beberapa pokok bahasan 6 10.0
4 Tidak pernah 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Berdasarkan data pada tabel 4.56, sebanyak 55% guru selalu mengadakan

ulangan harian setiap akhir pokok bahasan dan selebihnya melakukan ulangan

setiap kali pertemuan (post test). Dari data hanya 10% yang melakukan ulangan

setelah beberapa pokok bahasan.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar guru

memiliki kemampuan yang baik mengolah atau menganalisis hasil penilaian.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.57.


79

Tabel 4.57
Kemampuan guru dalam menganalisis dan mengolah hasil penilaian

Kemampuan menganalisis hasil


No penilaian f %
1 75% - 100% 27 45.0
2 50% - 74% 29 48.3
3 25% - 49% 4 6.7
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat pada tabel 4.57, sebanyak 48,3% guru memiliki kemampuan

dalam mengolah hasil penilaian antara 50%-74%, selebihnya 45% memiliki

kemampuan yang baik dengan persentase kemampuan antara 75%-100%.

Kemampuan guru dalam menyusun laporan hasil penilaian tergolong baik.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.58.

Tabel 4.58
Kemampuan guru dalam menyusun laporan penilaian

No Kemampuan menyusun laporan penilaian f %


1
75% - 100% 28 46.7
2
50% - 74% 31 51.7
3
25% - 49% 1 1.7
4
< 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.58, sebanyak 51,7% guru memiliki kemampuan

menyusun laporan penilaian antara 50%-74% selebihnya 46,7% memiliki

kemampuan yang baik yaitu 75%-100%.


80

4. Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Penilaian Prestasi Peserta Didik

Setelah hasil penilaian diketahui, maka guru perlu melakukan tindak lanjut

yaitu berupa remedial. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa

sebagian besar guru memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan

program tindak lanjut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.59

Tabel 4.59
Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Tindak Lanjut

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 27 45.0
70< % skor <85 Baik 25 41.7
55< % skor <70 Cukup 7 11.7
40< % skor <55 Kurang baik 1 1.6
25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 45% guru memiliki kemampuan yang

sangat baik dalam melaksanakan tindak lanjut, selebihnya 41,7% memiliki

kemampuan yang baik, namun demikian masih ada 11,7% yang memiliki

kemampuan cukup dan 1,6% memiliki kemampuan kurang baik.

Jika dipersentasekan, sebagian besar guru memiliki kemampuan antara

50%-74% dalam menyusun program tindak lanjut hasil penilaian. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 4.60.

Tabel 4.60
Kemampuan menyusun program tindak lanjut hasil penilaian

Kemampuan menyusun program tindak


No lanjut f %
1 75% - 100% 22 36.7
2 50% - 74% 29 48.3
3 25% - 49% 9 15.0
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
81

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 48,3% guru memiliki kemampuan

yang cukup dengan persentase kemampuan antara 50-74% dalam menyusun

program tindak lanjut dan 36,7% memiliki kemampuan yang baik dengan

persentase antara 75%-100%.

Pelaksanaan remedial yang sering dilakukan oleh sebagian besar guru

lebih dari 2 minggu setelah ulangan diumumkan.

Tabel 4.61
Pelaksanaan remedial

No Pelaksanaan remedial f %
1 < 2 minggu setelah hasil ulangan diumumkan 25 41.7
2 > 2 minggu setelah ulangan diumumkan 33 55.0
3 Setelah ujian semester 2 3.3
4 Tidak dilakukan remedial 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel 4.61, sebanyak 55% guru melakukan remedial lebih dari

2 minggu setelah ulangan diumumkan, selebihnya 41,7% kurang dari 2 minggu

setelah hasil ulangan diumumkan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar guru melaksanakan remedial dengan baik.

Apabila dinyatakan dalam persentase, sebagian besar guru memiliki

kemampuan mengklasifikasikan kemampuan siswa antara 75%-100%. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.62.

Tabel 4.62
Mengklasifikasikan kemampuan siswa

No Mengklasifikasikan kemampuan siswa f %


1 75% - 100% 33 55.0
2 50% - 74% 25 41.7
3 25% - 49% 2 3.3
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
82

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 55% guru memiliki kemampuan dalam

mengklasifikasikan kemampuan siswa antara 75%-100%, selebihnya 41,7% guru

memiliki kemampuan antara 50%-74%.

5. Pengembangan Profesi

Gambaran tentang pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di

SMK Negeri 1 Purbalingga dapat dilihat pada tabel 4.63.

Tabel 4.63
Kinerja Guru dalam Pengembangan Profesi

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 15 25.0
70< % skor <85 Baik 5 8.3
55< % skor <70 Cukup 0 0.0
40< % skor <55 Kurang baik 22 36.7
25< % skor <40 Tidakbaik 18 30.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 25% guru memiliki kemampuan yang

sangat baik dalam pengembangan profesi, namun demikain masih ada 36,7% yang

tergolong kurang baik dan 30% dalam kategori tidak baik. Dari data tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum sepenuhnya mengikuti

perkembangan IPTEK yang mendukung profesi guru.

6. Pemahaman Wawasan

Gambaran tentang pemahaman wawasan pendidikan yang dilakukan oleh

guru di SMK Negeri 1 Purbalingga dapat dilihat pada tabel 4.64.


83

Tabel 4.64
Kinerja Guru dalam Pemahaman Wawasan Pendidikan

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 38 63.3
70< % skor <85 Baik 16 26.7
55< % skor <70 Cukup 5 8.3
40< % skor <55 Kurang baik 1 1.7
25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 63,3% guru memiliki pemahaman

yang sangat baik tentang wawasan pendidikan, selebihnya 26,7% memiliki

pemahaman yang baik.

Apabila dinyatakan dalam persentase, sebagian besar guru memiliki

kemampuan yang baik (75%-100%) dalam memahami hubungan pendidikan dan

pengajaran. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.65

Tabel 4.65
Kemampuan memahami hubungan pendidikan dan pengajaran

Kemampuan memahami hubungan


No pendidikan dan pengajaran f %
1 75% - 100% 28 46.7
2 50% - 74% 27 45.0
3 25% - 49% 2 3.3
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 46,7% guru memiliki kemampuan

yang baik (75%-100%) dalam memahami hubungan pendidikan dan pengajaran

dan 45% memiliki kemampuan yang cukup (50%-74%).

Tingkat pemahaman mengenai fungsi sekolah dari sebagian besar guru

sudah tergolong baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.66.
84

Tabel 4.66
Kemampuan memahami fungsi sekolah

No Kemampuan memahami fungsi sekolah f %


1 75% - 100% 28 46.7
2 50% - 74% 30 50.0
3 25% - 49% 2 3.3
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Tampak pada tabel 4.66, sebanyak 50% guru memiliki kemampuan cukup

(50-74%) dalam memahami fungsi sekolah, selebihnya 46,7% guru memiliki

pemahaman yang baik (75%-100%).

7. Penguasaan Bahan Kajian Akademik

Tingkat penguasaan guru terhadap bahan kajian akademik dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.67
Kinerja Guru dalam Penguasaan Bahan Kajian Akademik

Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase


85< % skor <100 Sangat baik 28 46.7
70< % skor <85 Baik 19 31.7
55< % skor <70 Cukup 8 13.3
40< % skor <55 Kurang baik 5 8.3
25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat pada tabel di atas, sebanyak 46,7% guru memiliki penguasaan

yang sangat baik terhadap bahan kajian akademik, selebihnya 31,7% memiliki

penguasaan baik, 13,3% memiliki penguasaan cukup.


85

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar guru

telah mempersiapkan materi yang akan disajikan > 1 minggu sebelum mengajar.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.68
Persiapan Materi yang akan disajikan kepada siswa

Persiapan materi yang akan disajikan


No kepada siswa f %
1 > 1 minggu sebelum mengajar 24 40.0
2 4-6 hari sebelum mengajar 18 30.0
3 < 3 hari sebelum pembelajaran 13 21.7
4 Tidak mempersiapkan materi 5 8.3
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 40% guru mempersiapkan materi yang

akan disajikan kepada siswa > 1 minggu sebelum mengajar, sebanyak 30% guru

mempersiapkan antara 4-6 hari sebelum mengajar.

Penguasaan sebagian besar guru terhadap bahan kajian akademik yang

diajarkan jika dipersentasekan mencapai 75%-100%. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.69
Penguasaan terhadap bahan kajian

No Penguasaan terhadap bahan kajian f %


1 75% - 100% 32 53.3
2 50% - 74% 24 40.0
3 25% - 49% 4 6.7
4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 53,3% guru memiliki kemampuan

antara 75%-100%, selebihnya 40% guru memiliki penguasaan antara 50%-74%.


86

4.1.3 Uji Prasyarat

4.1.3.1 Uji Normalitas Data

Salah satau syarat yang harus dipenuhi dalam analisis regresi adalah data

dan model regresi berdistribusi normal. Kenormalan data dapat dilihat dari uji

normalitas Kolmogorov-Smirnof dari masing-maisng variabel (Santoso 1999:311).

Data dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS versi 12 Windows 2000.

Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05

maka data penelitian berdistribusi normal, sedangkan untuk normal P-P plot

apabila titik-titik berada dekat dengan garis diagonal maka model regresi

berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat dari output SPSS 12 seperti

pada tabel 4.69

Tabel 4.70
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 Y
N 60 60 60
Normal Parameters a,b Mean 33.6667 48.6833 55.9333
Std. Deviation 6.10825 8.92244 6.78200
Most Extreme Absolute .159 .169 .171
Differences Positive .126 .082 .092
Negative -.159 -.169 -.171
Kolmogorov-Smirnov Z 1.233 1.310 1.326
Asymp. Sig. (2-tailed) .096 .065 .060
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Terlihat dari tabel 4.70 pada baris asymp. Sig untuk dua sisi diperoleh nilai

signifikansi variabel supervisi kepala sekolah (X1) sebesar 0,096, untuk variabel
87

motivasi kerja (X2) sebesar 0,065 dan untuk kinerja guru (Y) sebesar 0,060. Nilai

signifikansi dari masing-masing variabel > 0,05 yang berarati bahwa Ho diterima

atau data dari masing-masing variabel berdistribusi normal.

Di samping menggunakan uji Kolmogorov Smirnov analisis kenormalan

data ini juga didukung dari Plot of Regression Standardized Residual. Apabila

grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata titik-titik mendekati garis

diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal. Lebih

jelasnya hasil uji normalitas data dapat dilihat pada grafik berikut.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Y
1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.1
P-P Plot pengujian normalitas model regresi

Terlihat dari grafik di atas, titik-titik mendekati garis diagonal yang berarti

bahwa model regresi berdistribusi normal.


88

4.1.3.2 Uji Linieritas

Uji linieritas dapat dilihat dari nilai signifikansi dari deviation of linierity

untuk X1 terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila nilai signifikansi > 0,05 dapat

disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier. Lebih jelasnya hasil pengujian

linieritas ini dapat dilihat pada tabel 4.71

Tabel 4.71
Hasil Uji Linieritas

No Uji Linieritas F hitung df1 df2 Sig Kriteria


1 X1 terhadap Y 1,097 20 38 0.391 Linier
2 X2 terhadap Y 1,762 22 36 0.064 Linier
Terlihat dari tabel 4.70, nilai signifikansi dari masing-masing pengujian >

0,05 yang berarti bahwa hubungan antara X1 dan X2 dengan Y bersifat linier.

4.1.3.3 Uji Multikolinieritas

Syarat berlakunya model regresi ganda adalah antar variabel bebasnya

tidak memiliki hubungan sempurna atau tidak mengandung multikolinieritas.

Pengujian multikolinieritas ini dapat dilihat dari nilai variance inflatio factor

(VIF). Antara variabel bebas dikatakan multikolinieiritas apabila toleransinya <

0,1 dan VIF > 10. Hasil pengujian multikolineiritas selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 4.71.

Tabel 4.72
Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Supervisi kepala sekolah (X1) .923 1.084
Motivasi kerja (X2) .923 1.084
a. Dependent Variable: Y
89

Terlihat dari tabel 4.72, nilai toleransi dari masing-masing variabel bebas

> 0,1 dan nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak

mengandung multikolinieritas.

4.1.3.4 Heteroskesdastisitas

Secara grafis ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari

multivariate standardized Scatterplot. Dasar pengambilannya apabila sebaran nilai

residual terstandar tidak membentuk pola tertentu namun tampak random dapat

dikatakan bahwa model regresi bersifat homogen atau tidak mengandung

heteroskedastisitas. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.

Scatterplot

Dependent Variable: Y

2
Regression Studentized Residual

-1

-2

-3

-4

-4 -2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value

Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
90

Terlihat dari grafik 4.2, titik-titik tersebar di sekitar nol pada sumbu

vertikal dan tidak membentuk pola tertentu atau terlihat acak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau

bersifat homogen.

4.1.4 Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

dengan uji simultan.

4.1.4.1 Uji Simultan

Pengujian hipotesis yang menyatakan menyatakan ada pengaruh secara

simultan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru dapat

dilihat dari hasil uji F. Kriteria pengujiannya apabila nilai p value < 0,05, dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hasil uji simultan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.73
Hasil Uji Simultan (Uji F)
b
Model Summary

Adjusted Change Statistics


Model R R Square R SquareF Change df1 df2 Sig. F Change
1 .455a .207 .179 7.448 2 57 .001
a.Predictors: (Constant), X2, X1
b.Dependent Variable: Y

Hasil pengujian diperoleh F hitung = 7,448 dan nilai p value = 0,001. Karena

nilai signifikansi < 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,
91

yang berarti Ha yang berbunyi ada pengaruh yang signifikan secara simultan

supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru diterima.

Berdasarkan nilai R square sebesar 0,207 menunjukkan bahwa secara

simultan supevisi kepala sekolah dan motivasi kerja memberikan kontribusi

terhadap kinerja guru sebesar 20,7%, selebihnya dari faktor lain di luar kedua

variabel tersebut.
92

4.2 Pembahasan

4.2.1 Supervisi terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan data yang diperoleh kualitas supervisi yang dilakukan kepala

sekolah SMK Negeri 1 Purbalingga menurut persepsi guru tergolong cukup baik.

Hal ini terbukti dari supervisi kunjungan kelas dalam rangka supervisi klinis

maupun observasi perbaikan cara mengajar guru dilakukan 1-2 kali dalam satu

semester, meskipun kemampuan kepala sekolah dalam melakukan supervisi

tergolong baik. Dalam hal memberikan semangat kepada guru tergolong baik

terbukti dari pendapat sebagian besar guru yang menyatakan supervisi yang

dilakukan kepala sekolah mampu mendorong semangat kerja guru, meskipun

frekuensi dalam memberikan dorongan masih tergolong rendah.

Kemampuan kepala sekolah dalam memberikan pemahaman tentang

kurikulum menurut persepsi sebagian besar guru tergolong cukup baik. Hal ini

disebabkan karena frekuensi kepala sekolah dalam memantau rencana

pembelajaran guru, memantau kesesuaian perangkat pembelajaran dengan

pelaksanaan hanya 1-2 kali saja dalam satu semester. Namun banyak guru yang

merasakan mudah memahami kurikulum dengan adanya kunjungan kelas oleh

kepala sekolah. Hal ini membuktikan bahwa supervisi yang dilakukan kepala

sekolah memberikan pengaruh terhadap pemahaman guru terhadap kurikulum

yang digunakan.

Kemampuan kepala sekolah dalam pengembangan metode dan evaluasi

menurut persepsi sebagian besar guru tergolong baik. Meskipun frekuensi

pemberian teknik evaluasi dan pengembangan metode pembelajaran masih rendah


93

(1-2 kali dalam satu semester) namun sebagian besar guru memperoleh manfaat

yang tinggi dengan adanya kunjungan kelas dalam rangka pengembangan evaluasi

dan metode pembelajaran.

4.2.2 Motivasi Kerja Guru

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja guru

sudah tergolong baik, meskipun masih ada sebagian yang tergolong cukup. Dalam

menghadapi tugas, sebagian besar guru menghadapinya dengan penuh ketekunan.

Hal ini terlihat dari banyaknya guru yang berusaha menyelesaikan pekerjaannya

seperti mengkoreksi hasil ulangan tanpa menunda-nunda waktu. Mereka juga

berusaha menyelesaikan tugas dari kepala sekolah sesuai kemampuannya. Dalam

kegiatan pembelajaran, guru juga tidak lepas dan kesulitan, namun demikian

sebagian besar guru berusaha mengahadapi kesulitan tersebut dengan ulet. Hal ini

dapat dilihat ketika mengadai kegaduhan di dalam kelas, hampir semua guru

berusaha menegur atau membimbing dan mengarahkan, jarang sekali guru yang

marah atau membiarkan saja. Tanggung jawab guru dalam menyelesaikan tugas

tergolong tinggi (50%-74%).

Minat guru terhadap bermacam-macam masalah juga tergolong sangat

baik. Kemampuan guru dalam memperbaiki dan mengembangkan kemampuan

siswa tergolong baik. Jika terjadi penurunan prestasi, sebagian besar guru

berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki dan instropeksi diri. Hal ini

menunjukkan bahwa guru memiliki minat yang tinggi terhadap bermacam-macam

masalah.
94

Tingginya motivasi kerja guru juga dilihat dari tingkat kesenangan guru

untuk bekerja secara mandiri. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan

bahwa sebagian besar guru berusaha mengerjakan sendiri secara tepat waktu

dalam menyelesaikan tugas yang diperintahkan guru, namun dalam

pengemabangan profesi seperti seminar, sebagian besar melaksanakan namun

masih bersifata terpaksa. Tingginya motivasi kerja juga ditunjukkan dari tingginya

tingkat kebosanan terhadap tugas-tugas yang rutin. Dalam hal ini sebagian besar

guru berusaha melaksanakan pembelajaran secara bervariasi yaitu

mengaplikasikan berbagai metode yang lebih menarik serta menggunakan media

yang bervariasi sesuai dengan karakteristik materi. Sebagian besar guru dapat

mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepasakan hal-hal yang diyakini,

senang mencari dan memecahkan masalah yang dihadapi.

4.2.3 Kinerja Guru

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru tergolong

sangat baik dan baik, hanya sebagian kecil saja yang memiliki kinerja cukup.

Tingginya kinerja guru tersebut ditunjukkan dari penyusunan rencana

pembelajaran yang selalu dikerjakan secara baik. Hal ini karena sebagian besar

guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyusun rencana pembelajaran. Ini

semua tidak lepas dari pengalaman yang diperolehnya selama kuliah dan

pengalaman selama mengajar. Namun demikian kuantitas dalam penyusunan

rencana pembelajaran masih tergolong rendah, terbukti banyak guru yang

menyusun rencana pembelajaran ketika mendekati akreditasi atau adanya

supervisi kepala sekolah. Hal ini terjadi karena merasa bahwa rencana
95

pembelajaran selama ini hanya formalitas administratif dalam pendidikan. Mereka

lebih mementingkan cara pengajarannya. Alasan lainnya mungkin karena sudah

memiliki pengalaman yang lebih lama dalam mengajar dan melakukan rutinitas

mengajar yang sama, maka kurang perlu menggunakan rencana pembelajaran

karena bagi guru tanpa rencanapun materi dapat selesai diajarkan sesuai dengan

kalender yang ditetapkan. Hampir semua guru lebih mementingkan pada kualitas

pembelajaran, bukan pada pembuatan rencana pembelajaran. Hal ini terbukti dari

banyaknya guru yang memiliki kemampuan tinggi dalam perencanaan media

pembelajaran. Dalam pelaksanaan interasi belajara mengajar hampir semua guru

mampu melaksanakan dengan sangat baik. Hal ini disebabkan karena kemampuan

berinteraksi yang tinggi, kemampuan menyampaikan materi, kemampuan dalam

memotivasi siswa untuk belajar. Ini semua juga tidak lepas dari pengalaman yang

didapat selama mengajar.

Tidak hanya interaksi dalam pembelajaran, dalam hal melakukan penilaian

prestasi belajar, hampir semua guru melaksanakan penilaian secara baik. Hal ini

terbukti dari pelaksanaan penilaian ulangan harian yang dilaksanakan setiap

pokok bahasan dan ada pula yang melaksanakan setiap kali pertemuan. Mereka

memiliki kemampuan yang tinggi dalam menganalisis hasil penilaian, melakukan

kaporan penilaian.

Setelah penilaian dilakukan, tindak lanjut hasil penilaian juga dilaksanakan

secara sangat baik. Mereka memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyusun

program tindak lanjut, melaksanakan remedial dan mengklasifikasikan

kemampuan siswa.
96

Kinerja guru juga ditunjukkan tidak hanya dalam interaksi belajar

mengajar sebagai tugas pokok seorang guru. Mereka juga memiliki wawasan

pendidikan yang baik, memahami hubungan pendidikan dan pengajaran serta

memiliki kemampuan yang tinggi dalam memahami fungsi sekolah, meskipun

dalam mengembangkan profesinya masih tergolong kurang. Hal ini disebabkan

karena hampir semua guru belum melakukan penelitian guna menunjang

profesinya. Mereka lebih menunjukkan pada penguasaan akademik dengan cara

mempersiapkan materi yang akan disajikan untuk siswa dan menguasai bahan

kajiannya.

4.2.4 Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan hasil analisis regresi terutama dari hasil uji parsial diperoleh

nilai p value = 0,001. Nilai p value tersebut kurang dari taraf signifikansi 0,05

yang berarti bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh supervisi terhadap

kinerja guru di SMK Negeri 1 Purbalingga diterima karena signifikan.

Berdasarkan data yang diperoleh ternyata kinerja guru tergolong baik. Kinerja

guru tersebut tidak lepas dari suatu evaluasi, kritikan maupun saran dari berbagai

pihak. Salah satunya adalah karena pengaruh supervisi. Supervisi merupakan

suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan

pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif

(Purwanto,2003:32).

Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155), supervisi merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan

terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang


97

berhubungan tugas-tugas utama pendidikan. Menurut Carter, supervisi merupakan

usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-

petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi,

menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi

tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran

(Sahertian,2000:17). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sarni (2006)

yang memberikan kesimpulan bahwa secara signifikan kreatifitas kepemimpinan

kepala sekolah dan supervisi pengajaran berpengaruh terhadap kinerja guru di 29

SMP N dikabupaten Batang

4.2.5 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan hasil analisis regresi khususnya uji parsial diperoleh p value

0,035 < 0,05, yang berarti hipotesis yang menyatakan ada pengaruh motivasi

terhadap kinerja guru diterima. Dengan motivasi kerja yang tinggi memberikan

pengaruh positif terhadap kinerja guru. Dengan kata lain Kinerja guru tidak lepas

dari adanya motivasi. Motivasi merupakan keseluruhan proses pemberian

dorongan atau rangsangan kepada seseorang sehingga mereka bersedia bekerja

dan rela tanpa dipaksa.

Seperti yang diungkapkan oleh Purwanto (1998) motivasi merupakan

suatu pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku

seseorang agar ia tergerak hatinya untuk betindak melakukan sesuatu sehingga

mencapai hasil dan tujuan tertentu. Seperti yang diungkapkan pula oleh Winardi

(1982), motivasi merupakan keinginan yang terdapat dalam seseorang yang

merangsang untuk melakukan tindakan-tindakan. Dengan adanya kesungguhan


98

dalam bekerja, tidak mudah puas atas hasil kerjanya, terus memiliki keinginan

untuk meningkatkan pengetahuan, selalu berinovasi dan kreatif dalam

pembelajaran dan menerima dorongan dari kepala sekolah maupun dari rekan

kerja demi peningkatan kerja dan kemajuan pembelajaran, sehingga berdampak

positif terhadap kinerja guru. Hasil penelitian ini pada prinsipnya sesuai

Hikmawati (2005) yang memberikan gambaran bahwa kepemimpinan kepala

sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja.

Penelitian serupa oleh Rahayu (2006) memberikan kesimpulan kepemimpinan

kepala sekolah dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja guru.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang diberikan oleh responden, terdapat

kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil uji simultan diperoleh kesimpulan bahwa supervisi kepala

sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMK Negeri 1

Purbalingga tahun 2007, yang ditunjukkan dari hasil uji simultan dengan nilai

p value = 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering supervisi

dilakukan dan motivasi kerja guru yang besar maka kinerja guru akan semakin

baik.

2. Besarnya pengaruh supervisi dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK

Negeri I Purbalingga mencapai 20,7%.

5.2 Saran

1. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah menurut persepsi sebagian besar

guru tergolong cukup. Oleh karena itu disarankan kepada sekolah untuk

meningkatkan kualitas supervisi, seperti meningkatkan kunjungan kelas dalam

rangka supervisi klinis, observasi perbaikan, memotivasi semangat kerja guru,

meninjau rencana pembelajaran, kesesuaian antara perangkat pembelajaran

dengan pelaksanaan pembelajaran, observasi metode pembelajaran.

Diharapkan dengan meningkatkan frekuensi kunjungan kelas akan

menumbuhkan kinerja guru.

99
100

2. Motivasi kerja guru tergolong baik sehingga perlu dipertahankan dan

ditingkatkan terutama dalam hal kemandirian dalam bekerja, mempertahankan

pendapat dan memecahkan masalah. Diharapkan dengan meningkatnya

motivasi kerja guru akan tumbuh kinerja yang lebih baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel prediktor

lainnya yang merupakan faktor-faktor pengaruh terhadap kinerja guru, seperti

kepribadian, kondisi sosial individu, komunikasi, tingkat kemampuan

seseorang sehingga pada akhirnya didapatkan sumbangan pemikiran yang

lebih optimal.
101
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1988. Metode Penelitian Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Algifari. 1997. Analisis Regresi, Kasus dan Solusi. Yogyakarta :BPFE

Anoraga, Pandji. 1998.Psikologi Kerja. Jakarta :Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Rajawali


Press

As’ad,Moh. 1995. Psikologi Industri. Liberty:Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu SP. 1999. Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara

Handoko, Hani. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta:BPFE.

------------------------, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi


Aksara

Hikmawati, Afni. 2005. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi


Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMK Negeri di
Wonosobo. Tesis tidak dipublikasikan. Semarang: Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Semarang.

Manulang. 2001. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Pidarta, Made. 1996. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi


Aksara

Purwanto, M. Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Rahayu, Sri retno Pudji. 2005. Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Motivasi terhadap Kinerja Guru SMK Negeri Bisnis
Manajemen di kota Semarang. Semarang: Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Semarang.

101
102

Sahertian, Piet A. dan Ida Aleida Sahertian, 1992. Supervisi pendidikan dalam
rangka inservice Education. Jakarta : Rineka Cipta

Sedarmayanti, 2000. Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara

Siagian, Sondang P. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta

Singgih, Santoso. 2000. SPSS Mengolah Data Statitik Secara Profesional.


Jakarta : Media Komputindo.

Supriadi, Dedi, 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adi
Citra Karya Nusa

Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta,

Tilaar, H. AR. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam


Perpektif Abad 21. Magelang : Tera Indonesia

Laporan Balitbang Depdiknas. 2002. http://www.suaramerdeka.com/htm.(15


September 2002
Lampiran 1 103

Angket Penelitian
Semarang, Pebruari 2007

Yth. Bapak/Ibu guru SMKN I Purbalingga


Di tempat

Dengan hormat,

Dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Supervisi


Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMKN I
Purbalingga”, maka saya membutuhkan beberapa informasi dari Bapak/Ibu
melalui pengisian angket penelitian ini. Untuk keperluan tersebut maka dengan
segala kerendahan hati saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berkenan
meluangkan waktu mengisi angket ini dengan tulus sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu.

Pengisian angket ini semata-mata hanya demi kepentingan penyelesaian


skripsi ini dan jawaban yang diberikan Bapak/Ibu tidak akan mempengaruhi
penilaian kepala sekolah terhadap kinerja Bapak/Ibu selama ini.

Atas perhatian dan kerjasama dari Bapak/Ibu guru, saya mengucapkan


terima kasih yang sebesar-besarnya.

Hormat saya,

Laeli Kurniati
Peneliti
104

Kisi – kisi instrument penelitian


Variabel Indikator No butir
Supervisi kepala 1. Supervisi kunjungan kelas 1,2,3
sekolah 2. Semangat kerja guru 4,5
3. Pehaman tentang 6,7,8
kurikulum
4. Pengembangan metode 9,10
dan evaluasi
5. Rapat-rapat pembinaan 12,13
6. Kegiatan rutin diluar 15,16
mengajar
Motivasi kerja 1. Tekun menghadapai tugas 1,2
guru 2. Ulet menghadapi kesulitan 3,4
3. Menunjukkan minat 5,6
terhadap bermacam-
macam masalah
4. Lebih senang bekerja 7,8,10
sendiri
5. Cepat bosan pada tugas 11,12
yang monoton
6. Dapat mempertahankan 13,14
pendapatnya
7. Tidak pernah mudah 15,
melepaskan hal yang
diyakini
8. Senang mencari dan 17,18
memecahkan masalah
Kinerja guru 1. Penyusunan rencana 1,2,3
pembelajaran
2. Pelaksanaan interaksi 5,6,7
105

belajar mengajar
3. Penilaian prestasi belajar 8,9,10
peserta didik
4. Pelaksanaan tindak lanjut 11,12,13
hasil penilaian prestasi
belajar peserta didik
5. Pengembangan profesi 14
6. Pemahaman wawasan 18,19
kependidikan
7. Penguasaan bahan kajian 19,20,21
akademik
106

INSTRUMEN PENELITIAN

Nama :………………………..

Jenis kelamin : L / P (Lingkari yang sesuai)

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah soal dibawah ini dengan teliti

2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai menurut Bapak/Ibu

3. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi instrument ini

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

a. Supervisi Kunjungan Kelas

1. Dalam semester terakhir, berapa kali kepala sekolah melakukan kunjungan

kelas untuk mengamati seorang guru yang sedang mengajar?

a. lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 – 4 kali d. Tidak pernah

2. Dalam semester terakhir, berapa kali kepala sekolah mengadakan kunjungan

observasi untuk memperbaiki cara mengajar Bapak/Ibu?

a. lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 – 4 kali d. Tidak pernah

3. Apabila dinyatakan dalam % (persentase) menurut Bapak/Ibu, seberapa

besar manfaat supervisi kunjungan kelas terhadap perbaikan proses belajar

mengajar?
107

a. 75% - 100% c. 25% - 49%

b. 50% - 74% d. kurang dari 25%

b. Semangat Kerja Guru

4. Dalam sebulan terakhir, berapa kali kepala sekolah memberikan evaluasi

terhadap proses KBM untuk memotivasi semangat kerja Bapak/Ibu?

a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah

5. Apabila dinyatakan dengan % (persentase) seberapa besar pengaruh

supervisi kunjungan kelas terhadap semangat mengajar Bapak/Ibu?

a. 75% - 100% c. 25% - 49%

b. 50% - 74% d. kurang dari 25%

c. Pemahaman Tentang Kurikulum

6. Berapa kali dalam sebulan kepala sekolah mengadakan peninjauan rencana

pembelajaran Bapak/Ibu?

a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah

7. Berapa kali frekuensi peninjauan kepala sekolah terhadap kesesuaian

perangkat pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran ?

a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah

8. Apabila dinyatakan dengan % (persentase), seberapa besar manfaat supervisi

terhadap pemahaman kurikulum yang berlaku saat ini?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%


108

b. 50% - 74% d. kurang dari 25%

d. Pengembangan Metode Dan Evaluasi

9. Berapa kali dalam satu semester kepala sekolah mengadakan bimbingan

tentang metode pembelajaran dan teknik-teknik evaluasi pembelajaran?

a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah

10. Apabila dinyatakan dalam % (persentase) seberapa besar manfaat supervisi

kunjungan kelas terhadap pengembangan metode dan evaluasi pembelajaran

Bapak/Ibu disekolah?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%

b. 50% - 74% d. kurang dari 25%

e. Rapat-rapat pembinaan

12. Dalam sebulan terakhir, berapa kali kepala sekolah mengadakan rapat

(meeting) secara periodik dengan guru-guru berkaitan dengan KBM di

sekolah?

a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah

13. Dalam satu semester, berapa kali kepala sekolah mengadakan pembinaan

administrasi atau tata laksana sekolah?

a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah


109

f. Kegiatan Rutin Di Luar Mengajar

15. Dalam satu semester, berapa kali Bapak/Ibu mengikuti MGMP guna

peningkatan proses belajar mengajar?

a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah

16. Dalam setahun terakhir, berapa kali Bapak/ibu mengikuti Pendidikan dan

Latihan (diklat) dalam rangka meningkatkan kinerja guru?

a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah

MOTIVASI KERJA GURU

a. Tekun menghadapi tugas

1. Berkenaan dengan pengoreksian hasil ulangan siswa

a. Berusaha menyelesaikan pekerjaannya saat itu juga

b. Dilaksanakan 1-2 hari berikutnya

c. Diselesaikan 3-4 hari berikutnya

d. Dilaksanakan pada waktu senggang

2. Terhadap tugas yang diberikan oleh kepala sekolah

a. Diselesaikan dengan sebaik mungkin

b. Dilaksanakan semampunya

c. Dilaksanakan dengan terpaksa

d. Tidak dilaksanakan
110

b. Ulet menghadapi kesulitan

3. Terhadap siswa-siswanya yang selalu bikin onar dan gaduh saat pelajaran

berlangsung

a. Dibimbing dan diarahkan c. Dimarahi

b. Ditegur d. Dibiarkan saja

4. Jika dinyatakan kedalam % (persentase) seberapa besar rasa tanggung

jawab Bapak/Ibu untuk menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh?

a. 75% - 100% c. 25% - 49%

b. 50% - 74% d. Kurang dari 25%

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

5. Apabila dinyatakan dalam % (persentase) seberapa besar kemauan

Bapak/Ibu untuk senantiasa memperbaiki dan mengembangkan

kemampuan yang dimiliki saat ini demi tercapainya visi dan misi sekolah?

a. 75% - 100% c. 25% - 49%

b. 50% - 74% d. Kurang dari 25%

6. Jika prestasi siswa-siswanya mengalami penurunan, maka tindakan

Bapak/Ibu sebagai pengampu bidang studi tersebut?

a. Berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki

b. Introspeksi diri

c. Kecewa karena merasa dirinya gagal

d. Tetap cuek
111

d. Lebih senang bekerja sendiri

7. Terhadap tugas yang diperintahkan kepala sekolah terkait dengan

kelengkapan perangkat pembelajaran (analisa program, rencana

pembelajaran, modul, dsb)

a. Mengerjakan sendiri tepat waktu

b. Mengerjakan bersama-sama dengan guru

c. Mengerjakan dengan meniru pekerjaan orang lain

d. Tidak melaksanakan

8. Apabila diberi kesempatan untuk mengikuti seminar mewakili sekolah

a. Melaksanakan dan mengikuti secara aktiv

b. Melaksanakan dengan pasif

c. Melaksanakan dengan terpaksa

d. Diberikan kepada yang lain

10. Terhadap tugas yang diberikan kepala sekolah terkait dengan pelaksanaan

administrasi pembelajaran?

a. Mengerjakan sendiri tepat waktu

b. Mengerjakan bersama-sama dengan guru

c. Mengerjakan dengan meniru pekerjaan orang lain

d. Tidak melaksanakan

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin

11. Dalam KBM, metode pengajaran yang dilakukan setiap harinya?

a. Selalu berusaha mengaplikasikan berbagai metode yang lebih menarik

b. Menggunakan berbagai metode jika dirasa perlu

c. Menggunakan 1-2 metode saja

d. Menggunakan metode secara tetap dan monoton


112

12. Terhadap penggunaan media pengajaran guna menunjang kelancaran

proses kebiatan belajar mengajar?

a. Setiap hari selalu berganti-ganti

b. Menggunakan media secara tetap/monoton

c. Menggunakan jika dirasa perlu

d. tidak Menggunakan

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

13. Dalam pelaksanaan rapat yang berkaitan dengan evaluasi KBM di sekolah

a. Mempertahankan pendapatnya selama diyakini itu benar

b. Mengikuti dan memberikan usulan secara aktif

c. Memberikan pendapat jika diminta

d. Mengikuti secara pasif

14. Dalam rapat yang berkaitan dengan kebijakan sekolah, berapa kali

Bapak/Ibu berusaha mempertahankan pendapatnya demi kemajuan

sekolah?

a. Selalu memperjuangkan pendapatnya

b. Sering memperjuangkan pendapatnya

c. Kadang-kadang jika dirasa penting

d. Tidak pernah

g. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini

15. Dalam sebulan terakhir barapa kali Bapak/Ibu memberikan saran/kritik

terhadap kebijakan sekolah yang dirasa memberatkan guru?

a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah


113

h. Senang mencari dan memecahkan masalah

17. Dalam sebulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu turut membantu apabila

terjadi suatu masalah dalam pergaulan antar rekan guru?

a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah

18. Dalam sebulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu bersedia membantu bila ada

rekan guru yang mengalami kesulitan tertentu?

a. Selalu membantu c. Kadang-kadang membantu

b. Sering membantu d. Tidak pernah ikut membantu

KINERJA GURU

a. Penyusunan Rencana Pembelajaran

1. Bila dinyatakan dalam persentase, seberapa besar kemampuan Bapak/Ibu

dalam penyusunan rencana Pembelajaran?

a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali

b. 3 kali d. Tidak pernah

2. Kapan Bapak/Ibu menyusun Rencana Pembelajaran?

a. Setiap kali pertemuan c. Setiap ada akreditasi/supervisi

b. Setiap pokok bahasan d. Tidak pernah

3. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan

Bapak/Ibu dalam merencanakan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran?

c. 75% - 100% c. 25. % - 49%

d. 50% - 74% d. kurang dari 25%


114

b. Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar


5. Bila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan Bapak/Ibu

beinteraksi dengan siswa secara komunikatif?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%


b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
6. Bila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan Bapak/Ibu

memberikan materi kepada siswa?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%


b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
7. Bila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan Bapak/Ibu

dalam memotivasi siswa?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%


b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
c. Penilaian prestasi belajar peserta didik
8. Kapan Bapak/Ibu mengadakan penilaian prestasi belajar siswa?

a. Setiap kali pertemuan c. Setelah beberapa pokok bahasan


b. Setiap pokok bahasan d. tidak pernah
9. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan

Bapak/Ibu mengolah dan menganalisis hasil penilaian?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%


b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
10.Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan

Bapak/Ibu menyusun laporan hasil penilaian?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%


b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
115

d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik


11. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan

Bapak/Ibu menyusun program tidak lanjut hasil penilaian?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%


b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
12. Kapan Bapak/Ibu melaksanakan remedial untuk memperbaiki hasil ulangan

siswa yang kurang memuaskan?

a. ≤ 2 minggu setelah hasil ulangan diumumkan


b. > 2 minggu setelah ulangan diumumkan
c. setelah ujian semester
d. tidak dilakukan remedial
13. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan

Bapak/Ibu mengklasifikasikan kemampuan siswa?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%


b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
e. Pengembangan profesi
14. Dalam sebulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu mengikuti informasi

perkembangan IPTEK yang mendukung profesi anda sebagai guru?

a. lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali


b. 3 – 4 kali d. Tidak pernah
f. Pemahaman wawasan

18. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar pemahaman

Bapak/Ibu mengenai hubungan pendidikan dan pengajaran?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%

b. 50% - 74% d. kurang dari 25%


116

19. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar pemahaman

Bapak/Ibu mengenai fungsi sekolah ?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%

b. 50% - 74% d. kurang dari 25%

g. Penguasaan bahan kajian akademik


20. Sebelum mengajar, kapan Bapak/Ibu mempersiapkan materi yang akan

disajikan kepada siswa ?

a. ≥ satu minggu sebelum mengajar


b. 4 – 6 hari sebelum mengajar
c. ≤ 3 hari sebelum pembelajaran
d. tidak mempersiapkan materi
21. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar penguasaan

Bapak/Ibu terhadap bahan kajian akademik sesuai mata diklat yang diampu?

a. 75% - 100% c. 25. % - 49%


b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
Lampiran 2 117

DAFTAR NAMA RESPONDEN GURU

No Nama NIP Jurusan


1. Drs. Kamson 130902488 PPKn
2. Dra. Istirochah 130892115 Ekonomi Perusahaan
3. I.J. Sutardjo, BA 130520061 Ekonomi Umum
4. Dra. Hartati 131693702 Pend. Perkantoran
5. Dra. Setiyani Darmastuti 131677444 Ekonomi Umum
6. Toto Widiyanto, BA 130605325 Ekonomi Umum
7. Drs. Suwondo 131411055 Ekonomi Umum
8. Drs. Ratno Purwanto 131407046 Bhs. Indonesia
9. Dra. Elly Kadharsono 131771434 Adm. Pegawai
10. Drs. Bambang Mulyono 131712242 Bisnis Tata Buku
11. Dra. Sri Mulyani 131662609 Koperasi
12. Drs. Pujo Atmoko 131768664 POR
13. Drs. Teguh Sugiantoro 131802986 Pend. Akuntansi
14. Dra. Savitri Handayani 131634906 BK
15. Dra. Siti Sofiati 131767817 BK
16. Drs. Mugyan 131835456 Pend. Akuntansi
17. Drs. Kisro 131123683 Bhs. Indonesia
18. Dra. Lisyorinie 131664565 Sejarah
19. Dra. Sri Kuswanti 131612530 Pend. Akuntansi
20. Dra. Tri Yulianti 131859880 POR
21. Erys Sukamto, S.Pd. 131123692 Matematika
22. Drs. Tohirin 131599442 PDU Akuntansi
23. Drs. Yosep Win P. 131869964 Matematika
24. Dra. Sugiyarti 131670781 Pend. Koperasi
25. Drs. Priyo Nurcipto 131815628 BV
26. Drs. Sahir 131869965 Adm. Perkantoran
27. Drs. Darimun 131898297 BK
28. Drs. Waskam Ashari 131898294 BK
29. Mugiyanto, S.Pd. 131612544 Ekonomi Perusahaan
30. Sri Endro Puspitowati, 131611906 Ekonomi Perusahaan
31. S.Pd 131601452 Ekonomi Administrasi
32. Endang Suciharti, BA 131411046 Ekonomi
33. Supono, BA 131682480 Ekonomi perusahaan
34. Taty Siti Latifah, BA 131685294 PDU
35. Dra. Sri Pinuji Hadayani 131613519 Tarbiyah
36. Suratno, S.Ag 132118302 Matematika
37. Dra. Sri Mularsih 132141535 Bhs. Inggris
38. Dra. Fatimah R 133907493 Bhs. Inggris
39. Suyamto, S.Pd 131646232 Adm. Perkantoran
40. Titi Hardiningsih, BA 132118806 Adm.Perkantoran
41. Dra. Sami Astuti 132118519 PMP
42. Dra. Diyah Ayu S 132083900 Bhs. Inggris
43. Drs. FX. Tutyanto 132138527 Bhs. Inggris
118

44. Dra. Niken Malasiyanti 132164536 Pend.Administrasi


45. Wahyu Budi Susapti, S.Pd 131883323 Pend. Administrasi
46. Yohana 132175958 Pend. Akuntansi
47. F. Budi Santoso, S.Pd 132279393 Pend. Koperasi
48. Maryono, S.Pd 132281942 Komputer
49. Marwoto, S.Pd 500108482 Pend. Akuntansi
50. Sri Wahyuni, S.Pd 500108599 Matematika
51. Dwi Agus MM. S.Pd 500110457 PPKn
52. Wendiarto, S.Pd 500110458 Pend. Ekonomi
53. Justina Tri Rahayu L, S.Pd 500110459 Matematika
54. Salamun, S.Pd 500110460 Bhs. Inggris
55. Wahyuningsih, S.Pd 500115553
56. Puji Pertiwi, S.Pd 500115554
57. Dra. Elly Suprihatin 500115558 Pend. Administrasi
58. Retnowati, S.Pd 500115559 Komputer
59. Agung Pamuji, S.Pd Komputer
60. Deddy Suwito, S.Kom. Pend.Administrasi
Lampiran 3 119
Uji Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah
Correlations

X1
X1_01 Pearson Correlation .678**
Sig. (2-tailed) .005
N 15
X1_02 Pearson Correlation .594*
Sig. (2-tailed) .020
N 15
X1_03 Pearson Correlation .596*
Sig. (2-tailed) .019
N 15
X1_04 Pearson Correlation .647**
Sig. (2-tailed) .009
N 15
X1_05 Pearson Correlation .596*
Sig. (2-tailed) .019
N 15
X1_06 Pearson Correlation .681**
Sig. (2-tailed) .005
N 15
X1_07 Pearson Correlation .672**
Sig. (2-tailed) .006
N 15
X1_08 Pearson Correlation .532*
Sig. (2-tailed) .041
N 15
X1_09 Pearson Correlation .761**
Sig. (2-tailed) .001
N 15
X1_10 Pearson Correlation .530*
Sig. (2-tailed) .042
N 15
X1_11 Pearson Correlation -.080
Sig. (2-tailed) .777
N 15
X1_12 Pearson Correlation .611*
Sig. (2-tailed) .015
N 15
X1_13 Pearson Correlation .856**
Sig. (2-tailed) .000
N 15
X1_14 Pearson Correlation .377
Sig. (2-tailed) .166
N 15
X1_15 Pearson Correlation .849**
Sig. (2-tailed) .000
N 15
X1_16 Pearson Correlation .779**
Sig. (2-tailed) .001
N 15
X1 Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) .
N 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 4 120
Uji Validitas Angket Motivasi Kerja
Correlations

X2
X2_01 Pearson Correlation .569*
Sig. (2-tailed) .027
N 15
X2_02 Pearson Correlation .555*
Sig. (2-tailed) .032
N 15
X2_03 Pearson Correlation .512
Sig. (2-tailed) .051
N 15
X2_04 Pearson Correlation .851**
Sig. (2-tailed) .000
N 15
X2_05 Pearson Correlation .702**
Sig. (2-tailed) .004
N 15
X2_06 Pearson Correlation .774**
Sig. (2-tailed) .001
N 15
X2_07 Pearson Correlation .729**
Sig. (2-tailed) .002
N 15
X2_08 Pearson Correlation .546*
Sig. (2-tailed) .035
N 15
X2_09 Pearson Correlation .005
Sig. (2-tailed) .987
N 15
X2_10 Pearson Correlation .757**
Sig. (2-tailed) .001
N 15
X2_11 Pearson Correlation .646**
Sig. (2-tailed) .009
N 15
X2_12 Pearson Correlation .827**
Sig. (2-tailed) .000
N 15
X2_13 Pearson Correlation .767**
Sig. (2-tailed) .001
N 15
X2_14 Pearson Correlation .664**
Sig. (2-tailed) .007
N 15
X2_15 Pearson Correlation .575*
Sig. (2-tailed) .025
N 15
X2_16 Pearson Correlation -.128
Sig. (2-tailed) .650
N 15
X2_17 Pearson Correlation .563*
Sig. (2-tailed) .029
N 15
X2_18 Pearson Correlation .554*
Sig. (2-tailed) .032
N 15
X2 Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) .
N 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2 il d)
Lampiran 5 121
Uji Validitas Angket Kinerja Guru
Correlations

Y
Y_01 Pearson Correlation .567*
Sig. (2-tailed) .028
N 15
Y_02 Pearson Correlation .715**
Sig. (2-tailed) .003
N 15
Y_03 Pearson Correlation .605*
Sig. (2-tailed) .017
N 15
Y_04 Pearson Correlation .027
Sig. (2-tailed) .924
N 15
Y_05 Pearson Correlation .696**
Sig. (2-tailed) .004
N 15
Y_06 Pearson Correlation .764**
Sig. (2-tailed) .001
N 15
Y_07 Pearson Correlation .762**
Sig. (2-tailed) .001
N 15
Y_08 Pearson Correlation .586*
Sig. (2-tailed) .022
N 15
Y_09 Pearson Correlation .699**
Sig. (2-tailed) .004
N 15
Y_10 Pearson Correlation .529*
Sig. (2-tailed) .043
N 15
Y_11 Pearson Correlation .664**
Sig. (2-tailed) .007
N 15
Y_12 Pearson Correlation .611*
Sig. (2-tailed) .015
N 15
Y_13 Pearson Correlation .554*
Sig. (2-tailed) .032
N 15
Y_14 Pearson Correlation .664**
Sig. (2-tailed) .007
N 15
Y_15 Pearson Correlation -.050
Sig. (2-tailed) .859
N 15
Y_16 Pearson Correlation .205
Sig. (2-tailed) .464
N 15
Y_17 Pearson Correlation .122
Sig. (2-tailed) .666
N 15
Y_18 Pearson Correlation .612*
Sig. (2-tailed) .015
N 15
Y_19 Pearson Correlation .625*
Sig. (2-tailed) .013
N 15
Y_20 Pearson Correlation .594*
Sig. (2-tailed) .019
N 15
Y_21 Pearson Correlation .705**
Sig. (2-tailed) .003
N 15
Y Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) .
N 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 6 122
Reliability Angket Supervisi Kepala Sekolah
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.874 16

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


X1_01 1.8667 .51640 15
X1_02 1.8667 .83381 15
X1_03 3.6667 .72375 15
X1_04 2.3333 .61721 15
X1_05 3.6667 .72375 15
X1_06 2.0667 .59362 15
X1_07 2.1333 .74322 15
X1_08 3.0000 .92582 15
X1_09 2.3333 .81650 15
X1_10 3.3333 .89974 15
X1_11 3.2000 .77460 15
X1_12 2.5333 .91548 15
X1_13 2.1333 .63994 15
X1_14 1.7333 .96115 15
X1_15 1.6000 .73679 15
X1_16 1.6667 .97590 15

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


39.1333 54.695 7.39562 16
Lampiran 7 123

Reliability Angket Motivasi Kerja


Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.881 18

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


X2_01 3.5333 .91548 15
X2_02 3.0667 .70373 15
X2_03 3.1333 .83381 15
X2_04 3.2000 .94112 15
X2_05 3.2000 .94112 15
X2_06 3.1333 .74322 15
X2_07 3.1333 .83381 15
X2_08 2.2000 1.01419 15
X2_09 3.8667 .35187 15
X2_10 3.6000 .50709 15
X2_11 3.2667 .79881 15
X2_12 3.5333 .63994 15
X2_13 2.6667 .81650 15
X2_14 2.8667 .83381 15
X2_15 3.5333 .83381 15
X2_16 3.4667 .91548 15
X2_17 3.0667 .88372 15
X2_18 2.1333 1.18723 15

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


56.6000 75.114 8.66685 18
Lampiran 8 124
Reliability Angket Kinerja Guru
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.854 21

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


Y_01 2.6000 .91026 15
Y_02 3.6000 .63246 15
Y_03 3.2000 .86189 15
Y_04 2.8667 1.30201 15
Y_05 3.8000 .56061 15
Y_06 3.7333 .59362 15
Y_07 3.6000 .73679 15
Y_08 3.1333 .63994 15
Y_09 3.3333 .61721 15
Y_10 3.4000 .50709 15
Y_11 3.2667 .70373 15
Y_12 3.4000 .63246 15
Y_13 3.4000 .63246 15
Y_14 2.0667 1.09978 15
Y_15 1.4667 .63994 15
Y_16 2.4000 .50709 15
Y_17 1.5333 .63994 15
Y_18 3.2667 .70373 15
Y_19 3.3333 .61721 15
Y_20 3.0667 .79881 15
Y_21 3.4667 .63994 15

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


63.9333 61.352 7.83278 21
Lampiran 9 125
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 Y
N 60 60 60
Normal Parameters a,b Mean 33.6667 48.6833 55.9333
Std. Deviation 6.10825 8.92244 6.78200
Most Extreme Absolute .159 .169 .171
Differences Positive .126 .082 .092
Negative -.159 -.169 -.171
Kolmogorov-Smirnov Z 1.233 1.310 1.326
Asymp. Sig. (2-tailed) .096 .065 .060
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
126

Lampiran 10

Uji Linieritas data Y * X1

Report

Y
X1 Mean N Std. Deviation
16.00 54.0000 1 .
21.00 56.0000 1 .
22.00 41.0000 1 .
23.00 49.0000 2 9.89949
25.00 57.0000 1 .
26.00 54.0000 1 .
28.00 49.0000 2 11.31371
29.00 56.6667 3 .57735
30.00 42.0000 1 .
31.00 59.0000 1 .
32.00 57.0000 6 2.09762
33.00 53.9091 11 7.48939
34.00 60.3333 6 5.46504
35.00 51.8000 5 7.72658
36.00 57.0000 1 .
37.00 59.7143 7 4.15188
39.00 56.0000 1 .
41.00 60.2500 4 6.44851
43.00 54.0000 1 .
45.00 66.0000 1 .
46.00 55.0000 1 .
47.00 62.0000 2 7.07107
Total 55.9333 60 6.78200

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y * X1 Between (Combined) 1237.846 21 58.945 1.518 .129
Groups Linearity 385.889 1 385.889 9.936 .003
Deviation
851.957 20 42.598 1.097 .391
from Linearity
Within Groups
1475.888 38 38.839
Total 2713.733 59

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared


Y * X1 .377 .142 .675 .456
127

Lampiran 11

Uji Linieritas Data Y * X2

Report

Y
X2 Mean N Std. Deviation
28.00 54.0000 1 .
29.00 42.0000 1 .
30.00 41.0000 1 .
33.00 45.0000 1 .
34.00 58.0000 2 1.41421
35.00 61.0000 1 .
36.00 58.0000 1 .
38.00 63.0000 1 .
39.00 57.0000 3 2.64575
41.00 41.5000 2 .70711
44.00 57.0000 1 .
45.00 53.7778 9 4.68449
48.00 60.3333 3 4.16333
49.00 60.0000 2 4.24264
51.00 49.0000 1 .
52.00 62.0000 1 .
53.00 57.6667 3 .57735
54.00 56.0000 3 2.00000
55.00 55.1111 9 5.68868
56.00 59.5000 4 2.38048
57.00 56.5000 2 .70711
58.00 60.5000 4 7.72442
61.00 57.0000 3 14.79865
62.00 68.0000 1 .
Total 55.9333 60 6.78200

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y * X2 Between (Combined) 1566.956 23 68.129 2.139 .020
Groups Linearity 331.986 1 331.986 10,42 .003
Deviation from
1234.969 22 56.135 1.762 .064
Linearity
Within Groups 1146.778 36 31.855
Total 2713.733 59

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared


Y * X2 .350 .122 .760 .577
128

Lampiran 12

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Y 55.9333 6.78200 60
X1 33.6667 6.10825 60
X2 48.6833 8.92244 60

Correlations

Y X1 X2
Pearson Correlation Y 1.000 .377 .350
X1 .377 1.000 .278
X2 .350 .278 1.000
Sig. (1-tailed) Y . .001 .003
X1 .001 . .016
X2 .003 .016 .
N Y 60 60 60
X1 60 60 60
X2 60 60 60

Model Summaryb

Adjusted Change Statistics


Model R R Square R Square F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .455a .207 .179 7.448 2 57 .001
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 562.226 2 281.113 7.448 .001a
Residual 2151.507 57 37.746
Total 2713.733 59
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Partial Tolerance VIF
1 (Constant) 34.777 5.544 6.273 .000
X1 .337 .136 .303 2.470 .017 .311 .923 1.084
X2 .202 .093 .265 2.161 .035 .275 .923 1.084
a. Dependent Variable: Y
129

Lampiran 13

Histogram

Dependent Variable: Y

14

12

10
Frequency

2
Mean = 4.65E-16
Std. Dev. = 0.983
0 N = 60
-4 -3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Residual
130

Lampiran 14

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Y
1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
131

Scatterplot

Dependent Variable: Y

2
Regression Studentized Residual

-1

-2

-3

-4

-4 -2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value
103

You might also like