Professional Documents
Culture Documents
ASEAN
kerjasama regional yang didirikan oleh lima negara Asia Tenggara (Filipina,
bersama pada tanggal 8 Agustus 1967, The ASEAN Declaration atau yang dikenal
tujuan politik dan keamanan kawasan melalui kerjasama ekonomi dan sosial
antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1966, yang mematangkan ide tentang
kerjasama regional Asia Tenggara. Pembentukan ini merupakan hasil reaksi atas
negara non-komunis Asia Tenggara agar dapat rukun dalam rangka menghadapi
1
“The ASEAN Declaration (Bangkok Declaration), Bangkok 8 August 1967”, diunduh dari
http://www.aseansec.org/1212.htm , tanggal 30 Juli 2010 pukul 10.06 WIB.
2
Jusuf Wanandi, “ASEAN’s Past and the Challenges Ahead: Aspects of Politics and Security”,
dalam Tay, Estanislao, Soesastro (eds), A New ASEAN In A New Millennium (Jakarta dan
Singapore: CSIS dan SIIA, 2000), hal. 25.
18
Politik konfrontasi dijalankan Indonesia dibawah masa pemerintahan
Soeharto mengambil alih posisi Soekarno pada tahun 1967. Manuver kebijakan
Indonesia yang menjadi pemain kunci atas pembentukan ASEAN. Melalui Adam
Malik, yang pada saat itu menjabat sebagai Deputi Perdana Menteri dan Menteri
depan. Kerjasama regional pertama kali didiskusikan pada tahun 1966 ketika
Deputi Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak, Adam Malik dan Menteri
Aziz Tamit, “Association of Southeast Asia Nation (ASEAN) A Security Organisation In Need of
3
19
mendukung politik luar negeri yang pragmatis berdasarkan kerjasama regional
Diplomasi berlanjut ketika terdapat kedekatan dan kesamaan visi dan misi
antara Adam Malik dan Thanat Khoman yang berkolaborasi menghasilkan sebuah
Asia Tenggara yang telah pernah ada sebelumnya, Association of Southeast Asia
(ASA) tahun 1961 dengan anggota Filipina, Malaysia, dan Thailand serta
MAPHILINDO pada tahun 1963. Organisasi regional baru yang dibentuk untuk
Indonesia, semenjak Indonesia menolak bergabung dalam ASA dan menilai ASA
regional baru tersebut yang dikenal dengan nama ASEAN, nama tersebut
merupakan hasil usulan Adam Malik pada saat menjelang persetujuan final draft
Deklarasi Bangkok.
regional seperti yang tertuang dalam ketujuh butir maksud dan tujuan dalam
Deklarasi Bangkok. Ketujuh maksud dan tujuan ASEAN yang tertuang dalam
4
Ralf Emmers, Cooperative Security and The Balance of Power in ASEAN and The ARF (London:
RoutledgeCurzon, 2003), hal. 12.
5
Ibid., hal. 13.
6
ASEAN Secretariat, The ASEAN Declaration (Bangkok Declaration) 8 August 1967, dalam
Dirjen Kerjasama ASEAN, ASEAN Selayang Pandang 2007(Jakarta: DEPLU RI, 2007), hal. 160.
20
landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang
sejahtera dan damai;
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan
menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara
negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa
3. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam
masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang
ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;
4. Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan
penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik dan
administrasi;
5. Bekerjasama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan
pertanian dan industri, memperluas perdagangan dan pengkajian
masalah-masalah komoditi internasional, memperbaiki sarana-sarana
pengangkutan dan komunikasi, serta meningkatkan taraf hidup rakyat;
6. Memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;
7. Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan berbagai
organisasi internasional dan regional yang mempunyai tujuan serupa.
dan mempertahankan negara dari segala bentuk tantangan atau ancaman bahkan
ancaman dan gangguan yang terwujud dalam gangguan domestik hanya bisa
21
Berangkat dari pemahaman tersebut, Indonesia berkeinginan untuk
Indonesia, melalui Menteri Luar Negeri (Menlu) Adam Malik secara formal
Ministerial Meeting (AMM) ke-5 di Singapura, tanggal 13-14 April 1972, yang
memberikan hasil, yang dapat dinikmati semua anggota dan yang memerlukan
22
menempatkan tujuan ASEAN lebih bersifat kerjasama regional di bidang ekonomi
dan sosial budaya pada urutan pertama dari tujuh butir tujuan ASEAN. Pencitraan
seperti ini disebabkan karena hubungan antar anggota ASEAN masih diselimuti
rasa kecurigaan akibat dari keberadaan konflik dan sengketa pada masa silam
keterlibatan Uni Soviet dan China dalam eskalasi perang Vietnam dengan
Menteri Luar Negeri (Menlu) ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia. Deklarasi ini
dikenal sebagai Zone of Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN) yang intinya
mendukung usulan Tun Ismail, delegasi dari Malaysia, dengan tujuan mencapai
dilatar belakangi oleh lingkungan politik yang baru dimana kekuatan Amerika
Serikat menyatakan mundur dari Vietnam pada tahun 1973 dan pengambil alihan
23
Phnom Penh, Kamboja dan Saigon, Vietnam bulan April 1975 oleh kekuatan
Komunis dan Laos pada akhir tahun yang sama. Kesuksesan revolusi komunis
Asia Tenggara untuk mengurus masa depannya sendiri dan tidak membiarkan itu
dicampuri oleh kepentingan lain dari luar kawasan. Dengan adanya ketahanan
ketahanan regional ini membutuhkan tiga syarat, yaitu (i) pembinaan ketahanan
Tenggara tersebut, dalam persiapan pelaksanaan KTT ASEAN ke-1 di Bali tahun
10
Ralf Emmers, op. cit., hal. 18.
11
Alexandra Retno Wulan dan Bantarto Bandoro (eds), op. cit., hal.25.
12
Igor Herlisrianto, “Tinjauan Terhadap Aspek Politik Dan Keamanan Dalam Kerjasama
ASEAN”, diunduh dari http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126157-SK-HI
%20008%202008%20Her%20f%20-%20Faktor-faktor%20-%20Analisis.pdf, tanggal 11 Mei
2010, hal. 34.
13
Ibid.
24
1976, Indonesia menyarankan dalam sebuah study paper membentuk sebuah
formasi untuk kerjasama keamanan dalam bentuk joint council dan melakukan
latihan militer bersama seluruh negara anggota ASEAN. Meskipun akhirnya ide
tersebut ditolak oleh pemimpin ASEAN saat pelaksanaan KTT. 14 Hasil KTT
ASEAN ke-1 di Bali tahun 1976 menghasilkan dua kesepaktan: The Declaration
of ASEAN Concord (Bali Concord I) dan Treaty of Amity and Cooperation (TAC)
14
Amitav Acharya, Constructing a Security Community in Southeast Asia: ASEAN and The
Problem of Regional Order (London dan New York: Routledge, 2001), hal. 61.
15
Alexandra Retno Wulan dan Bantarto Bandoro (eds), loc. cit.
16
Igor Herlisrianto, loc. cit.
25
meliputi kerjasama politik keamanan dan ekonomi berkembang meluas. Terdapat
KTT ASEAN ke-1 di Bali tahun 1976. Menjalin hubungan bilateral dan kerjasama
dalam bidang ekonomi, politik keamanan, sosial budaya menjadi landasan dimana
diantara mereka. Hal ini disebabkan karena negara-negara ASEAN telah membuat
Dingin
26
dimaksudkan untuk mencapai integrasi ekonomi. Skema pasar bersama dan
Arrangement (PTA) dimaksudkan untuk pasar ASEAN supaya lebih dapat diakses
proyek intensif skala besar, investasi bersama negara anggota ASEAN akan
bentuk ASEAN Industrial Projects (AIP) dan ASEAN Industrial Joint Ventures
(AIJV). 17
sektoral dan fungsional pada ASEAN Miniterial Meeting (AMM) di Jakarta tahun
1968, pelaksanaan agenda kerjasama tersebut hingga KTT ASEAN pertama tahun
1976. Dalam KTT tersebut disepakati skema kerjasama di bidang industri yang
dinamakan AIP. Skema ini terdiri dari sejumlah proyek bersama pemerintah yang
berskala besar yang ditujukan untuk pasar regional dengan memberikan preferensi
perdagangan. Paket pertama AIP terdiri dari lima proyek industri, yaitu pupuk
Singapura, dan soda-ash di Thailand. Dari lima proyek ini hanya dua yang
17
Narongchai Akrasanee, “ASEAN in the Past 33 Years: Lessons for Economic Cooperation”,
dalam Simon SC Tay, Jesus Estanislao dan Hadi Soesastro (eds), A New ASEAN In A New
Millennium (Jakarta: CSIS, 2000), hal. 36.
18
Hadi Soesastro, op. cit., hal. 312.
27
Paket kedua AIP juga diidentifikasi, termasuk heavy-duty rubber tires di
perikanan di Thailand, tetapi tidak satupun dari paket ini direalisir. Ada berbagai
alasan mengapa proyek-proyek ini mengalami kegagalan. Sebab utama dalah sifat
dari skema kerjasama ini yang tidak mengacu pada mekanisme pasar tetapi lebih
mengandalkan pada peran pemerintah. Namun sangat mungkin ASEAN pada saat
itu memang belum siap untuk menerima suatu kerjasama yang membutuhkan
industri bersama itu. Negara-negara ASEAN tampaknya saat itu baru bisa
daya).19 Segala skema kerjasama ekonomi yang telah diadopsi telihat begitu
terlaksana. Dalam skema AIP, kebanyakan negara anggota ASEAN tidak mudah
Arrangement (PTA) yang disepakati pada tahun 1977. Skema yang bukan
mengarah pada perdagangan bebas karena skema ini masih bersifat terbatas.
19
Ibid.
20
Narongchai Akrasanee, op. cit., hal. 37.
28
tarif perdagangan untuk impor. Tetapi dengan kesepakatan penurunan tarif yang
bersifat across the board ini, negara-negara ASEAN menerapkan suatu exclusion
list untuk mengecualikan produk yang dianggap sensitif dari skema kerjasama ini.
Hasilnya hingga 1986 sejumlah 18.907 produk/komoditi telah masuk dalam PTA.
Tetapi kemajuan yang ditimbulkan dengan keberadaan PTA hampir tidak ada.
yang masuk dalam PTA dan tidak mempengaruhi peningkatan perdagangan intra-
exclusion list.21
juga tidak langsung berhubungan dengan krisis minyak global pada tahun 1979-
1980 yang datang bersamaan dengan jatuhnya harga komoditas pada tahun 1980
yang berdampak buruk pada ekonomi global. Kombinasi dari kejutan ekternal
standstill (tidak lebih mundur dari komitmen saat ini) dan rollback (lebih maju
dari saat ini) dalam hambatan non-tarif (non-tariff barriers atau NTBs). Kesemua
21
Hadi Soesastro, op. cit., hal. 312-313.
22
Narongchai Akrasanee, loc. cit.
29
perkembangannya dimonitor setiap tahun. Kesemuanya diharapakan dapat
kemajuan yang pesat, akibat dari liberalisasi perdagangan dan investasi gobal.
Raihan ini bukan berasal dari kerjasama ekonomi ASEAN, tetapi lebih kearah
ASEAN yang lebih terbuka. Kebijakan yang lebih terbuka mendorong investasi
asing masuk ke negara anggota ASEAN. Alhasil investasi asing ikut berpartisipasi
kawasan cukup besar. Dengan tercapainya stabilitas dan lingkungan yang damai
ini masing-masing negara ASEAN telah dapat memusatkan perhatian dan sumber
yang masuk ke kawasan, runtuhnya era perang dingin dan dorongan akan
Perang Dingin
30
masalah ancaman senjata nuklir di kawasan Asia Tenggara pada tahun 1983.
Traktat SEANWFZ dan TAC merupakan kunci komponen dari ZOPFAN dan
dan menjaga perdamaian serta keamanan internasional. Dan pada tahun 1995,
negara ASEAN menyepakati ASEAN menjadi kawasan bebas dari senjata nuklir
nuklir dan kerjasama dengan negara-negara nuklir yang sangat relevan bagi
mengalami dua kali masa amandemen pada tahun 1987 dan 1998, yang
integritas teritorial dan identitas nasional seluruh negara, setiap negara juga
berhak untuk mengatur negara sendiri terbebas dari interferensi asing, serta
24
Alexandra Retno Wulan dan Bantarto Bandoro (eds), op. cit., hal. 31.
31
penyelesaian konflik dengan jalur damai dengan mengeliminasi penggunaan
kekerasan.
ZOPFAN, ASEAN Concord, SEANWFZ, dan TAC cukup efektif bagi ASEAN
masa Perang Dingin, serta mencapai stabilitas dan keamanan. Faktanya, sejak
aktifitas politik dari ASEAN menjadi perhatian publik dunia daripada kerjasama
ekonomi ASEAN.25 Sebagai reaksi atas invasi tentara Vietnam ke Kamboja pada
di Indonesia antara pihak-pihak yang bertikai, dan peranan Indonesia sebagai Co-
Sepanjang perang dingin dan hingga akhir perang dingin pada tahun 1990,
kerjasama negara anggota ASEAN lebih intensif dilakukan dalam skala bilateral
25
Ali Alatas, pidato “Towards an ASEAN Security Community”, Instituto Diplomatico, Lisbon 3
Juni 2004, hal. 2.
26
C.P.F. Luhulima, Dewi Fortuna Anwar dkk, Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas
ASEAN 2015, (Cet. I; Yogyakarta-Jakarta: kerjasama Pustaka Pelajar dengan Pusat Penelitian
Politik-LIPI, Juli 2008), hal. 86-87.
32
Pertukaran dan kerjasama bilateral menjadi dasar dimana ASEAN berhasil
mencegah tekanan dan konflik yang berkembang diantara mereka, oleh karena
perdamaian dan keamanan untuk sekitar kawasan tetapi juga untuk menciptakan
kawasan Asia Tenggara yang kuat dan bersatu yang dapat mempengaruhi
besar (Great Power) di masa depan. Masuknya Brunei Darussalam pada tahun
baru bagi ASEAN, khususnya dalam menempa rasa kohesifitasan dan kesatuan
kawasan.
Soviet tahun 1991, mulai menunjukkan era baru dimana sistem bipolar tidak
ASEAN, ini berarti kemungkinan masuknya peran negara-negara kuat yang lebih
27
Jusuf Wanandi, op. cit., hal. 27.
33
banyak lagi dalam masalah keamanan kawasan, seperti Cina, Jepang, Rusia, dan
India. Selain itu, penarikan mundur pasukan Amerika Serikat (AS) dari kawasan,
signifikan, yang bertujuan untuk mengimbangi gerakan Uni Soviet dan ekspansi
dingin silam.
ketimbang keamanan negara (state security). Selain itu, pasca perang dingin
dalam konstelasi politik, perekonomian dan isu baru yang menyangkut non-
tradisional mendorong ASEAN untuk muai mengambil peran yang lebih aktif
di kawasan Indocina dan Myanmar membuka diri pada kerjasama ekonomi dan
kawasan Asia Tenggara. Memasuki masa pasca perang dingin, tahapan kerjasama
34
ekonomi ASEAN memasuki tahapan ketiga dari proses perkembangan kerjasama
dan transportasi orang dan barang lebih cepat dengan biaya rendah. Sehingga pada
KTT ASEAN ke-4 tahun 1992 di Singapura para pemimpin ASEAN menyepakati
Tariff (CEPT), yang merupakan hasil tinjauan ulang dari skema PTA yang bisa
rencana yang asli, AFTA akan tercapai pada tahun 2008. Tetapi tahun 1994
memajukan batas akhir pelaksanaan pada tanggal 2003. Dan pada tahun 1995,
batas akhir pelaksanaan dipercepat kembali pada tahun 2002. Dan pada waktu
yang sama, ASEAN menetapkan tarif import intra ASEAN akan selesai
segera meningkatkan daya tarif ASEAN sebagai lokasi produksi untuk pasar
28
Ludo Cuyvers, Philippe De Lombaerde, Stijn Verherstraeten, “From AFTA Towards an ASEAN
Economic Community…. And Beyond” dalam CAS discussion paper No.46 (Belgia: CAS dan
CIMDA, 2005), hal. 4.
35
global. Ini merupakan tujuan utama AFTA. AFTA bukan ditujukan untuk
membangun pasar regional yang tertutup berdasarkan suatu skema subtitusi impor
secara regional. AFTA adalah cara untuk meningkatkan daya saing internasional
kawasan.29
Namun tidak dapat disangkal bahwa segala hiruk pikuk tentang penurunan
tarif CEPT, dan tujuan mencapai perdagangan bebas melalui AFTA yang sudah
dimulai sejak tahun 1992 hingga batas akhir pelaksanaan tahun 2002, masih
produk dan belum harmonisnya prosedur bea cukai. Persoalan yang tidak kalah
penting adalah kurang populernya skema CEPT di kalangan swasta, dan kurang
29
Hadi Soesastro, op. cit., hal. 315.
30
C.P.F. Luhulima, Dewi Fortuna Anwar dkk, op. cit., hal. 122-123.
36
Meskipun AFTA masih memiliki kelemahan, namun dalam implementasi
skema CEPT, negara ASEAN secara terus menerus juga mengikuti skema yang
sesuai dengan World Trade Organization (WTO). Dengan kata lain, negara-
negara ASEAN menjadi semakin terbuka terhadap persaingan dunia. Dari segi
ground) bagi negara-negara ASEAN untuk membuka diri terhadap dunia, sejalan
negara ASEAN masih berjalan sendiri dalam menyelesaikan atau mengatasi krisis
yang menyetujui paket bantuan dari International Monetery Funds (IMF), serta
oleh arus globalisasi. ASEAN mengadopsi Visi ASEAN 2020 atau ASEAN Vision
2020 yang disepakati di Kuala Lumpur pada masa pertengahan krisis ekonomi
31
Hadi Soesastro, op. cit., hal. 316.
37
komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, sejahtera,
saling peduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis pada tahun 2020.
(AEC) sebagai tujuan akhir dari proses integrasi ekonomi ASEAN. Agenda
integrasi sebagai sarana pencapaian suatu pasar dan landasan produksi tunggal
dengan peredaran bebas barang, jasa dan modal merupakan suatu pasar regional
dan karena itu merupakan proses yang tidak memberikan kepastian terutama bagi
negara anggota yang merasa kecil dan lemah. Sebagai langkah pertama ASEAN
Inisiatif HLTF yang sesuai dengan Bali Concord II beberapa diantaranya adalah:
38
integrasi jalur cepat dari 11 sektor prioritas, eliminasi hambatan perdagangan
pariwisata serta logistik. Inilah sektor-sektor yang paling diminati negara anggota
ASEAN, dan menjadi ajang untuk bersaing diantara mereka. Tujuannya adalah
39
Proses integrasi regional semakin dipercepat semula dari tahun 2020
menjadi 2015, saat para pemimpin ASEAN menyepakati Cebu Declaration on the
Filipina, 13 Januari 2007.32 Ini menunjukkan sikap optimisme dari para pemimpin
32
C.P.F. Luhulima, Dewi Fortuna Anwar dkk, op. cit.,hal. 6.
40
Gambar 2.3 Perbandingan rata-rata Pertumbuhan GDP negara ASEAN
Tahun 1996-2008
Sumber: ASEAN, ASEAN Statistical Yearbook 2008 (Jakarta: The ASEAN Secretariat,
2005), hal. 37.
Dingin
Era tahun 1990-an, isu politik dan keamanan masih didominasi oleh
penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan oleh Cina yang melibatkan sebagian
negara ASEAN. Sengketa Laut Cina Selatan merupakan warisan konflik yag
belum terselesaikan dari era perang dingin yang terkait masalah kepemilikan dan
pengelolaan sumber daya alam di Laut Cina Selatan. Sengketa ini berkembang
menjadi ancaman yang sangat besar bagi keamanan Asia Tenggara maupun
solidaritas ASEAN itu sendiri, sehingga selalu mendapat perhatian khusus bagi
mengeluarkan Deklarasi ASEAN mengenai Laut Cina Selatan pada 22 Juli 1992 d
Secara khusus untuk menengahi sengketa teritorial Laut Cina Selatan, Indonesia
berperan aktif dengan memprakarsai sejumlah lokakarya di tanah air dari tahun
reaksi terhadap sikap agresif Cina di Laut Cina Selatan, Indonesia beserta
khususnya militer AS, sebagai langkah untuk membendung Cina. ASEAN juga
33
Ralf Emmers, op. cit., hal. 112-114.
41
berusaha merangkul Cina untuk berpartisipasi dalam jalur-jalur diplomasi
dan keamanan di kawasan Asia Tenggara dan mencakup kawasan lain. ARF
memegang teguh inti dari elemen ketahanan nasional maupun regional serta
keamanan diantara ASEAN dan mitra wicaranya. Bermula dari forum diskusi
antar menteri ASEAN (ASEAN Post Ministerial Conference - PMC) dengan mitra
yang kemudian berkembang menjadi sebuah CBM diantara negara ASEAN dan
mitra wicaranya.35 Anggota mitra wicara ASEAN dalam ARF termasuk negara
kunci di Asia Pasifik seperti; Cina, India, Rusia, AS, Jepang, Korea dan ASEAN
sendiri. Sebagai bagian dari kawasan Asia Pasifik yang sangat dinamis, ASEAN
Cina sebagai kekuatan ekonomi dan militer baru hingga persoalan Laut Cina
Selatan, bahkan mencakup rivalitas ekonomi di Asia Pasifik antara AS, Rusia,
Jepang dan Cina, hingga ancaman nuklir disemenanjung Korea menjadi faktor
ini di era globalisasi seperti sekarang, sehingg dibutuhkan sebuah institusi yang
bersifat multilateral yang meliputi kawasan Asia Pasifik. Melalui ARF prakarsa
34
Igor Herlisrianto, op. cit., hal. 49.
35
Ralf Emmers, loc. cit.
42
regional yang mencakupi pendekatan multilateral kawasan Asia Pasifik untuk
1995. Dalam paper tertuang sebuah cetak biru (blueprint) untuk ARF, meskipun
conflict resolution.37
Kemajuan lain dari ASEAN di era pasca perang dingin adalah berhasil
membuka jalan bagi ASEAN untuk merangkul keempat negara di Indocina. Pada
bergabung di ASEAN, diikuti Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan
pada tanggal 30 Juli 1999, Kamboja akhirnya bergabung sebagai negara ke-10
36
Igor Herlisrianto, op. cit., hal. 50.
37
Amitav Acharya, op. cit., hal. 174.
43
conflict management yang sesuai dengan ASEAN Way di seluruh kawasan Asia
Tenggara.
integrasi kawasan di masa depan. Sistem politik pada 5 negara anggota pendiri
negara anggota baru seperti Vietnam dan Laos yang cenderung sosialis, serta
berlawanan ini akan menjadi satu dari beberapa faktor yang merintangi kerjasama
di bidang keamanan.38
merupakan hasil prakarsa Thailand pada tahun 1998. ASEAN berpendapat bahwa
di negara tersebut. Melangkah lebih jauh, ide dari flexible engagement ditujukan
untuk intrepretasi dari prinsip non-interferensi dalam urusan domestik negara lain
yang selama ini diyakini ASEAN. Ide ini menginginkan negara anggota ASEAN
38
Shoji Tomotaka, “ASEAN Security Community: An Initiative for Peace and Stability” diunduh
dari http://www.nids.go.jp/english/publication/kiyo/pdf/2008/bulletin_e2008_3.pdf , tanggal 28
Juli 2010 pukul 09.14 WIB, hal. 22.
44
berkonsultasi dalam urusan internal negara lain selama urusan tersebut berdampak
kerjasama dengan melakukan proses sekuritasi atas isu-isu keamanan baru seperti
menular, dan kerusakan alam. Serta diantaranya dari bidang ekonomi yang berupa
krisis ekonomi yang melanda ASEAN pada tahun 1997 hingga 1998 yang
tidak dapat berbuat apa-apa untuk menangani krisis. Namun, gelombang krisis
39
Lianita Prawindarti, The ASEAN Security Community: Reconcilin Traditional And Non-
Traditional Issues. (Italy: Doctoral Thesis Research Paper, 2005) diunduh dari
http://www.ssi.unitn.it/en/events/download/Lianita_Prawindarti.pdf tanggal 9 Februari 2010 pukul
13.34 WIB, hal. 9.
40
Igor Herlisrianto, op. cit.,hal. 55.
45
penting pasca kejatuhan rezim Soeharto, yakni diantarnya Presiden Megawati
sebagai pemimpin Indonesia tahun 2003, dengan arah kebijakan luar negeri yang
yang disepakati pada tahun 1997, sebagai output dari KTT ASEAN ke-9 di Bali,
pada tanggal 8 Oktober 2003. Kerjasama ASEAN yang mengarah kepada tahapan
BCII).
Indonesia pada saat pelaksanaan KTT ASEAN ke-9 di Bali 2003 dan diterima
dibutuhkan sebuah Plan of Action (PoA), dalam hal ini, Indonesia sebagai
masa perundingan skala Senior Officials Meeting dan Ministerial Meeting antara
draft Rencana Aksi telah berhasil diterima oleh negara-negara anggota ASEAN.
46
untuk selanjutnya disahkan oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-
10 di Vientianne, Laos pada bulan November 2004. Dan pada akhirnya, APSC-
PoA tersebut dimuat dan disahkan dalam Vientianne Action Program (VAP).41
41
Igor Herlisrianto, op. cit.,hal. 82.
47