Professional Documents
Culture Documents
Pembagian Mikoriza
berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza
dapat digolongkan menjadi 2 tipe kelompok besar (tipe) yaitu ektomikoriza
dan endomikoriza (Rao, 1994). Namun ada juga yang membedakan menjadi 3
kelompok dengan menambah jenis ketiga yaitu peralihan dari 2 bentuk
tersebut yang di sebut ektendomikoriza. Pada ektomikoriza, jaringan hipa
cendawan tidak sampai masuk kedalam sel tapi berkembang di antara sel
kortek akan membentuk “hartig net” dan menempel di permukaan akar.
Sedangkan endomikoriza, jaringan hipa cendawan masuk ke dalam sel kortek
akar dan membentuk struktur yang khas yang berbentuk oval yang di sebut
vesicle dan sistem percabangan hipa yang disebut arbuscule, sehingga
endomikoriza di sebut juga vesicular-arbuscular micorrhizae (VAM).s
Fungsi mikoriza
Manfaat
Tanaman yang bermikoriza dapat menyerap pupuk fosfat lebih tinggi hingga
10-27 persen dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza, yaitu 0.4-
13 persen.
Manfaat lainnya yaitu akar yang bermikoriza lebih tahan terhadap patogen
akar karena lapisan mantel (jaringan hypa) menyelimuti akar sehingga
melindungi akar. Di samping itu, beberapa mikoriza menghasilkan antibiotik
yang dapat menyerang bakteri, virus, jamur yang bersifat patogen.
Aplikasi
Pupuk mikoriza umumnya berupa spora dan potongan akar yang terinfeksi
jamur dan dicampur dengan zeolit sebagai media pembawa. Penggunaan
mikoriza efektif digunakan pada saat tanaman masah di persemaian, dimana
akarnya belum mengalami penebalan. Pada kondisi seperti ini, peluang
mikoriza akan lebih besar untuk menginfeksi akar tanaman. Pemberian
mikoriza diberikan dengan cara menaburkannya pada lubang sebelum
penanaman, menempelkan pupuk/akar terinfeksi pada akar tanaman muda
atau mencampur mikoriza pada tanah untuk pembibitan tanaman.
Pada tanaman tebu misalnya, cara aplikasi pupuk mikoriza terbaik dengan cara
dicampur dengan pupuk dasar. Takaran pupuk mikoriza yang diberikan adalah
8 ku/ha ditanah dengan P tersedia rendah atau hanya 4 ku/ha di tanah dengan
P tersedia tinggi. Pemakaian pupuk mikoriza ternyata dapat mengurangi
penggunaan pupuk SP-36 sebesar 25-50%.
Suhu yang relatif tinggi dapat meningkatkan aktivitas mikoriza. Pada daerah
tropika basah seperti Indonesia, hal ini menguntungkan. Suhu optimum untuk
perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya
infeksi cendawan mikoriza meningkat dengan naiknya suhu. Suhu yang tinggi
pada siang hari (35ºsC) tidak menghambat perkembagan dan aktifitas fisiologis
mikoriza. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 40ºC. Jadi, suhu
bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktifitas mikoriza. Justru
sebaliknya, suhu yang sangat tinggi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman inang.
Pembentukan struktur tanah yang baik merupakan modal bagi perbaikan sifat
permeabilitas tanah serta perbaikan daripada tata udara tanah.
Akibat lain kurangnya keterediaan air pada lahan kering adalah kurang atau
miskin bahan organik. Kemiskinan bahan organik akan memburukkan struktur
tanah, lebih-lebih pada tanah yang bertekstur kasar sehubungan dengan taraf
pelapukan rendah.
SUHU
PH TANAH
BAHAN ORGANIK
Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting
di samoing air dan udara. Jumlah spora MVA tampaknya berhubungan erat
dengan kandungan bahan organic didalam tanah. Jumlah maksimu spora
ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 persen
sedangkan pada tanah-tanah berbahan organik kurang dari 0,5 persen
kandungan spora sangat rendah (Pujianto, 2001). Residu akar akan
mempengaruhi ekologi cendawan MVA, karena serasah akar yang terinfeksi
mikoriza merupakan sarana penting untuk mempertahankan generasi MVA
dari satu tanaman ke tanaman berikutnya. Serasah akar tersebut mengandung
hifa, vesikel dan spora yang dapat menginfeksi MVA. Disaming itu juga
berfungsi sebagai inokulasi untuk tanaman berikutnya.
Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim
sedang didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya MVA
mmenurun dengan naiknya kandungan Al dalam tanah. Alumunium diketahui
menghambat muncul jika didalam laritan tanah ditambahkan kalsium (Ca).
Jumlah Ca didlam larutan tanah rupa-rupanya mempengaruhi perkembangan
MVA. Tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang memiliki derajat infeksi
MVA yang rendah. Hal ini mungkin karena peran Ca2+ dalam memelihara
integritas membran sel.
Fungisida
Sebagai konsevasi tanah fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar berperan
dalam konservasi tanah, hifa tersebut sebagai kontributor untuk menstabilkan
pembentukan struktur agregat tanah dengan cara mengikat agregat-agregat
tanah dan bahan organik tanah.
Mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auksin,
sitokinin, giberellin, juga zat pengatur tumbuh seperti vitamin kepada inangnya.
Sebagai sumber pembuatan pupuk biologis.
Fungi ini dapat diisolasi, dimurnikan dan diperbanyak dalam biakan monnesenil.
Isolat-isolat tersebut dapat dikemas dalam bentuk inokulum dan sebagai
sumber material pembuat pupuk biologis yang dapat beradaptasi pada kondisi
daerah setempat (Setiadi, 1994). Sinergis dengan mikroorganisme lain
keberadaan mikoriza juga bersifat sinergis dengan mikroba potensial lainnya
seperti bakteri penambat N dan bakteri pelarut fosfat.
Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan fungi mikoriza berperan dalam
mempertahankan stabilitas keanekaragaman tumbuhan dengan cara transfer
nutrisi dari satu akar tumbuhan ke akar tumbuhan lainnya yang berdekatan
melalui struktur yang disebut Bridge Hypae.
www.wargahijau.org/index.php?...teknik...tanaman-hutan...
PENGARUH APLIKASI EKTOMIKORIZA TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI TENGKAWANG (Shorea stenoptera Burk.)
DI PERSEMAIAN
Oleh
Wahyudi, Sudin Panjaitan1
Abstrak
Research on the method of mycorrhizal fungal inoculation to accaelerate the growth of
tengkawang (Shorea stenoptera) seedling to be practiced in tropical foret nursery, Central
Kalimantan propince. Seeds were collected from mother trees. Treatment 1 was inoculation
of mycorrhizal fungi tablet, treatment 2 was inoculaton of mycorrhizal fungi capsules and
treatment 3 was without inoculation of mycorrhizal fungi.
After 6 months in the beds and homogen treatments, height of the seedling were measured.
The result of average height of tree treatment were meranti seedling in the treatment 1
resulted height 31,482 cm, in the treatment 2 resulted height 31,864 cm and in the treatment
3 resulted height 27,99 cm.
Result of anova test showed that two treatments, 1 and 2, were not rally different and
treatment 3 was different with treatment 1 and 2. That was indicated that treatment 1 and 2
were of the same but not in the treatment 3.
Keywords: Effect, tablet, micorrhizae, meranti, nursery
1 Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru
I. PENDAHULUAN
Tumbuhan berkayu termasuk jenis meranti (Shorea spp.) mengadakan simbiose dengan
cendawan mikorisa dalam hidupnya. Menurut Supriyanto (1994), bahwa semua jenis
Dipterocarpaceae mengadakan simbiose mutualisme dalam bentuk ektomikorisa dalam
hidupnya. Kegagalan penanaman jenis-jenis Dipterocarpaceae ini sangat besar
kemungkinan disebabkan oleh masalah keberadaan mikorisa. Cendawan mikorisa dapat
bersifat obligat.
Semenjak masih berbentuk semai, jenis-jenis Dipterocarpaceae secara umum telah
diketahui selalu mengadakan simbiose mutualisme dengan mikorisa (ektomikorisa).
Perakaran semai yang sehat dibalut oleh benang-benang hifa mikorisa yang berwarna
putih. Dapat dipastikan jenis-jenis ini tidak mampu bertahan hidup lama tanpa adanya
simbiose dengan jenis cendawan tersebut.
Metoda untuk menginfeksi akar tanaman dengan mikorisa dapat dilakukan dengan
banyak cara, salah satunya adalah dengan menggunakan tablet mikorisa dan kapsul
mikorisa. Suprianto (1994) mengatakan bahwa setiap jenis tanaman memerlukan
pasangan simbiosis dengan cendawan mikorisa tertentu. Pohon tertentu memerlukan
jenis cendawan tertentu untuk menlangsungkan kerja sama yang optimal. Untuk
mngetahui tingkat efektifitas penggunaan tablet mikorisa dan kapsul mikorisa, maka
perlu dilakukan penelitian di persemaian.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tablet mikorisa dan
kapsul mikorisa terhadap pertumbuhan anakan meranti merah/tengkawang (Shorea
stenoptera) di persemaian.
Perataan hasil pengukuran terhadap tinggi semai meranti merah (Shorea stenoptera)
setelah 6 bulan, disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Pertumbuhan Tinggi Semai Meranti/Tengkawang (Shorea stenoptera)
Setelah 6 Bulan pada 3 Perlakuan
No. Inokulasi tablet Inokulasi Kontrol
mikorisa kapsul
mikorisa
1 33,32 29,33 29,55
2 31,21 28,51 30,01
3 32,33 34,05 26,55
4 30,22 33,55 29,05
5 31,01 31,05 26,45
6 29,97 32,55 27,55
7 28,05 30,22 26,85
8 34,21 33,50 28,51
9 31,95 34,25 29,50
10 32,55 31,63 25,88