You are on page 1of 10

APLIKASI TEORI DAN MODEL

“Community as Partner” DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


PADA REMAJA DENGAN RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA
(Oleh : Tasman, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom)

Proses keperawatan adalah metode yang efisien dalam mengorganisasikan proses


pikiran untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah . Proses keperawatan
terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses keperawatan
merupakan satu siklus yang tidak terputus antara tahapannya.

1. Pengkajian
Pengkajian adanya streesor (Bio – psiko – sosial – spiritual dan kultural) yang
menembus garis pertahanan komunitas merupakan langkah pertama yang dilakukan
perawat.

Garis pertahanan fleksibel disebut juga Buffer Zone , garis ini sangat dinamis
terhadap stresor , stimulus dapat menembus garis pertahanan ini sampai meyentuh
garis pertahanan normal walaupun sementara ( Jangka pendek). Komunitas tidak
merasakan adanya stimulus atau stressor atau komunitas dalam keadaan sehat.
Walaupun komunitas tidak merasakan ada masalah. Stresor dapat berupa adanya
warga baru dalam komunitas, warga baru dari budaya berbeda berisiko
mempengaruhi komunitas. Pembangunan pusat hiburan didekat komunitas
merupakan ancaman bagi generasi muda, karena sering digunakan tempat transaksi
NAPZA.

Garis pertahanan normal menunjukan komunitas tetap dalam keadaan sehat.


Karakteristik komunitas dengan garis pertahanan normal yang baik ditunjukan oleh
rendahnya pengguna NAPZA, kekerasan pada remaja kurang, ekonomi menengah,
umumnya remaja sekolah dan bagi yang tidak sekolah sudah bekerja tetap, remaja
dengan kemampuan koping yang adaptif dan cendrung membuat pemecahan
masalah jangka panjang. streesor bisa saja berada digaris pertahanan normal ini .
Stresor bisa saja mulai mengancam komunitas, akan tetapi komunitas belum

1
merasakannya, misal sebagian kecil masyarakat mulai terpapar dengan rokok,
minuman keras. Tidak ada sarana olah raga, kegiatan ekstrakurikuler tidak ada,
kegiatan keagamaan dan organisasi kepemudaan tidak jalan, warung menjual
rokok, minuman keras secara bebas. Kondisi ini menunjukan ada ancaman terhadap
komunitas. Pengkajian terhadap koping dan strategi pemecahan masalah pada
remaja sangat penting dalam memperkuat garis pertahanan normal ini.

Garis pertahanan resisten merupakan garis pertahanan yang terbentuk dari


mekanisme internal dalam melawan streesor. Mekanisme internal komunitas dalam
memperkuat garis pertahanan resisten dapat berupa membuka klinik untuk
diagnosa dan pengobatan penyakit, mengadakan program rekreasional untuk
generasi muda. Adanya remaja yang pengguna NAPZA dan dalam tahap
penyembuhan dan rehabilitasi.

Kekuatan streesor berpotensi untuk tidak menyeimbangkan system. kemampuan


menghadapi ancaman tergantung dukungan 8 elemen (Sub. Sistem) dan
kemampuan core (Komunitas) menghadapinya. Stressor yang menyerang
komunitas dapat berupa streesor biologis, psikologis, social , spriritual dan kultural.
Pengkajian komunitas meliputi core , 8 elemen susb. system dan sejauh mana
streesor dapat menembus ketiga garis pertahanan yang ada. Berikut dijelaskan
pengkajian komunitas dengan model “Community as Partner” pada remaja dengan
risiko penyalahgunaan NAPZA :

a. Inti komunitas (Core)


Pengkajian meliputi sejarah komunitas (lama tinggal, adakah perubahan area
komunitas). Demografi (penduduk terbanyak, jumlah remaja, apakah remaja
banyak tinggal sendirian atau berkelompok / kos / asrama ?, apakah type
keluarga, apakah angka perceraian tinggi ?). Etnis, dapat dilihat dari berbagai
indikator (Restoran etnis apa yang banyak di komunitas, festival etnis tertentu,
adakah perbedaan budaya yang menyolok), apakah etnis remaja tertentu suka
kumpul-kumpul sambil minum alkohol ? . Nilai / kepercayaan seperti tempat
ibadah, persentase pemeluk agama tertentu, apakah homogen, adakah konflik

2
agama. Remaja juga memanfaatkan fasilitas agama tersebut ? Perbedaan
budaya, agama , keyakinan dapat menjadi streesor bagi komunitas (Streesor
internal).

b. Sub. Sistem (8 elemen)


1). Lingkungan fisik, Apakah remaja tinggal didaerah yang padat, apakah
banyak warung yang menjual rokok dan minuman keras?, apakah tersedia
sarana olah raga, adakah tempat ibadah

2). Kesehatan dan pelayanan sosial, meliputi ; data remaja yang


ketergantungan obat, HIV / AIDS, hepatitis, remaja yang gangguan mental,
adakah fasilitas kesehatan yang khusus melayani remaja seperti rumah sakit
ketergantungan obat, Puskesmas yang peduli kesehatan remaja (Konseling
remaja) , praktik swasta kesehatan remaja, agency home care, pelayanan
emergensi, rumah rawatan, pelayanan social seperti rehabilitasi pengguna obat-
oabatan, klinik kesehatan mental. Apakah adanya didalam komunitas atau
diluar komunitas, jam pelayanan dan keterjangkauan harga.

3). Ekonomi ; apakah keluarga remaja termasuk golongan ekonomi menengah


keatas atau keluarga miskin, remaja tinggal dikawasan industri, pekerjaan
remaja yang putus sekolah, jumlah remaja yang menganggur , jenis pekerjaan
remaja, kebiasaan remaja mengikuti trend dan perkembangan dunia .

4). Transportasi dan keamanan, meliputi ; Bagaimana remaja berpergian,


jenis angkutan pribadi dan publik yang digunakan remaja , tempat jalan kaki
bagi anak sekolah, apakah remaja nyaman dengan transportasi yang ada.
Adakah pelayanan perlindungan bagi remaja (polisi), jenis kenakalan remaja
yang ada, apakah remaja merasa aman berada dikomunitas termasuk disekolah
dan lingkungan kerjannya, apakah sering terjadi tawuran ? apakah sering
penangkapan pengguna dan penegdar NAPZA ?

3
5). Politik dan pemerintahan, meliputi ; bagaimana keterlibatan remaja dalam
politik lokal, adakah organisasi keremajaan dikomunitas dan apakah organisasi
tersebut berperan dalam mengambil kebijakan tentang kesehatan remaja ?,
apakah pemerintahan lokal mendukung kegiatan remaja ? .

6). Komunikasi, meliputi ; adakah tempat remaja berkumpul untuk bertukar


informasi ?, apakah remaja memanfaatkan fasilitas Koran, TV/ Radio, bentuk
komunikasi formal dan informal yang ada, dari siapa remaja memperoleh
informasi tentang NAPZA ?, apakah informasi yang diterima benar ? . Apakah
tokoh masyarakat mendengarkan pendapat remaja ?,

7). Pendidikan, meliputi ; Perlu dikaji adakah sekolah bagi remaja


dikomunitas, bagaimana kondisinya, ada perpustakaan ?, reputasi sekolah, apa
isu utama pendidikan dikomunitas, angka drop out siswa, adakah kegiatan
ekstrakurikuler, pelayanan kesehatan disekolah dan program perawatan
kesehatan sekolah di dikomunitas ?.

8). Rekreasi, meliputi ; dimana remaja biasa bermain ?, tempat rekreasi utama,
siapa yang banyak menggunakannya, fasilitas apa yang ada dilokasi rekreasi ?.

c. Persepsi terhadap adanya ancaman (Stressor)


Perlu dikaji bagaimana persepsi remaja terhadap kondisi komunitas itu sendiri,
apakah remaja merasa ada masalah, merasa ada ancaman, masalah apa yang
dirasakan. Tanyakan pada beberapa warga untuk mendapatkan gambaran umum
kondisi remaja dan persepsi remaja adanya ancaman / stimulus baik dari dalam
maupun luar komunitas. termasuk apakah itu stressor biologis (HIV /AIDS,
ketergantungan zat, hepatitis), psikologis (gangguan mental, koping yang mal
adaptif), sosial (kesenjangan ekonomi, pengangguran, banyak pusat hiburan)
spiritual (Minat terhadap kegiatan keagamaan sangat kurang, kepeduliah tokoh
agama kurang) dan kultural (Budaya tertentu yang membolehkan minum
alkohol / mabuk-mabukan).

4
Persepsi remaja perlu dibandingkan dengan persepsi perawat, perawat perlu
membuat pernyataan umum tentang kondisi remaja, apakah ada ancaman pada
remaja di komunitas ?, apakah ancaman itu sudah berada pada garis pertahanan
normal, garis pertahanan resisten atau masih disekitar garis pertahanan
fleksibel. Perawat perlu mengkaji apakah jenis streesor yang ada dalam
komunitas.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan komunitas merupakan pernyataan kondisi kesehatan
komunitas baik aktual, adanya ancaman kesehatan (Risiko) dan adanya
kemungkinan kearah perbaikan (Potensial). Diagnosa keperawatan komunitas yang
mungkin muncul pada remaja dengan risiko penyalahgunaan NAPZA antara lain ;
1). Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja berhubungan kurang
kondusifnya lingkungan remaja (Keluarga, masyarakat, teman sebaya , sekolah dan
kerja) ; 2). Kurang efektifnya koping remaja berhubungan dengan pengetahuan dan
sikap yang salah terhadap NAPZA ; 3). Kurang efektifnya komunikasi remaja
dengan orang tua berhubungan pengetahuan orang tua yang masih rendah terhadap
tumbuh-kembang dan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja ; 4).Risiko
peningkatan perilaku kekerasan pada remaja berhubungan dengan peningkatan
penyalahgunaan NAPZA pada remaja ; dan 5). Risiko terjadinya penularan HIV /
AIDS pada remaja berhubungan peningkatan penggunaan jarum suntik secara
bersama pada pengguna NAPZA.

3. Perencanaan dan Implementasi


Intervensi keperawatan difokuskan kepada pencegahan primer, sekunder dan
tertier. Jika streesor memasuki garis pertahanan fkexibel, maka perawat melakukan
prevensi primer, jika streesor masuk kegaris pertahanan normal, maka intervensi
keperawatan terfokus kepada pencegahan sekunder dan jika stressor sudah
memasuki garis pertahanan resisten maka perawat melakukan prenvesi tertier.

Tujuan prevensi primer mengurangi insiden penyalahgunaan NAPZA dalam


populasi dengan mengurangi faktor risiko serta memperkuat komunitas (Remaja)

5
menghadapi risiko tersebut. Peran perawat sebagai pendidik lebih menonjol dalam
prevensi primer ini. Upaya prevensi sekunder melalui deteksi dini penyalahgunaan
NAPZA pada remaja. Peran perawat yang menonjol adalah penemu kasus dan
pemberi pelayanan. Perawat aktif menemukan kasus penyalahgunaan NAPZA dan
melakukan upaya pelayanan dalam mengurangi perilaku tersebut.

Upaya prevensi tertier, diarahkan untuk mengurangi dampak atau akibat


ketergantungan pada NAPZA. Upaya rehabilitasi lebih menjadi fokus pencegahan
tertier. Peran perawat utama pada fase ini adalah sebagai advocator agar klien
mendapat perlindungan dan mendapat pelayanan yang sesuai serta memadai ,
pemberi pelayanan (Provider) untuk memaksimalkan fungsi yang masih mampu
dilakukan klien. Diharapkan remaja dapat beradaptasi kembali dengan lingkungan
dan perawat beserta sosial support lainnya (orang tua, teman, tokoh masyarakat dan
guru) tetap memantau perilaku remaja agar tidak kembali mencoba menggunakan
NAPZA (McMurray, 2003 ; Anderson & McFarlane, 2000).

Masyarakat dituntut menciptakan lingkungan yang mendukung untuk kesehatan


remaja. Jika ditemui adanya kondisi yang sangat mendukung terjadinya
penyalahgunaan NAPZA seperti bebasnya pusat hiburan mengedarkan NAPZA
maka perlu kebijakan oleh pemerintah setempat. Pendekatan promotif dan preventif
ini perlu dengan menggunakan pendekatan sistem, karena jika berjalan sendiri-
sendiri hasilnya tidak akan memuaskan (McMurray , 2003).

Implementasi dilakukan bersama masyarakat , dengan mengacu kepada


perencanaan yang telah disusun bersama masyarakat. Perlu upaya peningkatan
harga diri remaja, komunikasi yang efektif dalam keluarga, latihan mengatakan
tidak pada NAPZA. Serta berbagai implementasi lainnya.

4. Evaluasi
Evaluasi pada keperawatan komunitas dilakukan secara terus-menerus. Perubahan
perilaku komunitas tidak dapat dilihat dalam jangka waktu singkat, akan tetapi
tahapan perubahan perilaku dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, psikomotor

6
dan sikap. Minimal dibutuhkan waktu 12 minggu untuk merubah perilaku
masyarakat. Perubahan yang lebih besar membutuhkan waktu 6 bulan, satu tahun
bahkan lebih. Evaluasi dilakukan bersama-sama masyarakat. Apakah terjadi
penurunan pengguna NAPZA ?, apakah kekerasan masih sering terjadi dan
bagaimana insiden AIDS / HIV dalam komunitas remaja.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anderson,E and McFarlane, J. (2000). Community AS Partner (Theory and Practice in


Nursing) : Lippincott.

Asbanu. (2000). Mengapa Remaja Menggunakan NAPZA (Riset kualitatif) : Tidak


dipublikasikan.

Depkes RI. (2003). Kemitraan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta.

-------------.(2001a). Buku Pedoman Tentang Masalah Medis Yang Terjadi Ditempat


Rehabilitasi Pada Pasien Ketergantungan NAPZA, Jakarta.

-------------(2001b). Buku Pedoman Praktis Bagi Petugas Puskesmas Mengenai


Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA).
Jakarta.

-------------(2001c). Informasi Penanggulangan NAPZA Secara terpadu (Pedoman Bagi


keluarga). Jakarta.

-------------(2002). Pedoman Kemitraan : Promosi Kesehatan dengan Lembaga Swadaya


Masyarakat. Jakarta

Green,W.L (1980). Health Education Planing, A Diagnostik Approah. California : Mafiel


Publishing Company

Hamid,A. (1999). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja. Jakarta :
Widya Medika

Helvie, C. (1998). Advanced Practice Nursing in The Community. Virginia : SAGE


Publications.

Hurlock,E. (1994). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga

Hurlock,E. (1999). Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga

Irwanto (1991). Psikologi Umum. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Kozier,B .at all (2004). Fundamentals of Nursing (Conceps, Process and Practice). New
Jersey : Pearson Prentice Hall.

96 % masyarakat Jakarta Tahu Bahaya Narkoba (2004) hhtp : // Tempointeraktif. com


diperoleh 8 Maret 2005).

8
Mcmurray,A. (2003). Community Health and Wellness. Toronto : Mosby

M. Friedman, M. (1998). Family Nursing (Research, Theory & Practice). California :


Connecticut.

Mohamad.K (1998). Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan

Notoatmodjo,S..(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nusaindah. (2005)Komunikasi Orang Tua-Anak Mencegah Penyalahgunaan Alkohol Dan


Obat-obatan, hhtp : // Nusa Indah Tripod.com, Diperoleh tanggal 8 Maret 2005

Nusaindah. (2005)Pengobatan Narkoba : // Nusa Indah Tripod.com, Diperoleh tanggal 8


Maret 2005

Pemda DKI.(2001). Penanggulangan Terpadu Penyalahgunaan Narkoba Berbasis


Masyarakat di DKI Jakarta. Jakarta

Purwanto (2001). Mengenal dan Mencegah Bahaya Narkotik. Bandung : CV.Pionir Jaya

Rasmun (2001), Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan keluarga,


Jakarta. Sagung Seto

Riyanto (2002). Analisis Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap Perilaku Sehat Siswa
SLTP Negeri Wilayah Jakarta Timur Dalam Konteks Keperawatan Komunitas
Tahun 2002 (Tesis). Jakarta : Tidak dipublikasikan.

Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta

Stuart,G. W & Laraia,M.T (1998). Principles and Practice of Psichiatric Nursing : Mosby

Tempo Interaktif (2004). 97 Persen Masyarakat Jakarta Tahu Bahaya Narkoba. hhtp : //
Tempointeraktif. Com.diperoleh 8 Maret 2005.

Willis, S. . (2001). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan edisi 36 : Konseling Terpadu


Pemulihan Pecandu Narkoba . Jakarta : Depdiknas.

Wong, D. L (1999). Nursing Care of Infant and Children. USA : Mosby

Kohlberg, L. (1980). Stage and sequence: the cognitive developmental approach to


socialization. Avery Publishing Group Inc.

9
Tugas praktikum :
1. Kelas dibagi tujuh kelompok (Tugas Sipen).
2. Identifikasi minimal 5 masalah kesehatan atau issue yang berkaitan dengan
kelompok khusus yang ada di komunitas :
a. Ibu Hamil
b. Bayi
c. Balita
d. Usia Sekolah
e. Remaja
f. Lansia
g. Kelompok pekerja.
3. Tentukan salah satu masalah kesehatan yang utama yang akan menjadi topik
diskusi kelompok.
4. Buatlah lingkup pengkajian sesuai dengan model “Community as Partner”
5. Buat diagnosa kep. Komunitas (2 buah) dan perencanaan (Pencegahan primer,
sekunder dan tertier).
6. Buat satu rancangan untuk promosi kesehatan (Satpel, materi dan Media).
7. Dikerjakan dikampus, tulis tangan dulu, dikumpul Kamis / 24 Juli 2008.

10

You might also like