You are on page 1of 18

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat ALAH SWT


yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua, dan yang
telah menyempurnakan nikmat lahir maupun nikmat batin bagi kita semua. Tak
lupa salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad SAW atas segala suri tauladannya sebagai tuntunan kita semua untuk
mencapai hidup yang baik, sehingga Makalah ini dapat selesai dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang mendalam, penulis
ingin menyampaikan rasa penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bimbingan secara
langsung maupun tidak langsung, baik moril maupun materiil sehingga Makalah
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari dalam penyusunan Makalah ini jauh dari
kesempurnaan, baik dalam gaya penulisan maupun deskripsi materi penjelasan.
Untuk itu, segala saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun
senantiasa penulis harapkan untuk pengembangan selanjutnya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan Makalah ini
terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Semoga hasil Makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya di kemudian hari.

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Belakangan ini, 40 persen perusahaan yang terdaftar pada Standards and
Poor’s 500 menyediakan pilihan kepada investor untuk melaporkan angka laba.
Selain laba yang diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum
(GAAP), perusahaan juga melaporkan ukuran laba yang disesuaikan dengan pos-
pos tertentu. Perusahaan melakukan penyesuaian ini karena percaya pos-pos
tersebut tidak mewakili hasil operasi. Dalam beberapa kasus, penyesuaian ini
cukup besar. Seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini, dalam kuartal terakhir
pelaporan ukuran laba “pro-forma” seperti ini memberikan gambaran yang sangat
berbeda tentang hasil operasi. Pada beberapa kasus (JDS-Uniphase, PMC-Sierra
dan Yahoo), kerugian menurut aturan pengukuran GAAP menjadi laba operasi
setelah penyesuaian pro-forma.
Laba Per Saham
Perusahaan Pro-Forma GAAP
JDS – Uniphase $0.14 -$1.13
Checkfree 0.04 -1.17
Amazon.com -0.22 -0.66
PMC-Sierra 0.02 -0.38
Qualcomm 0.29 0.18
Yahoo 0.01 -0.02

Karakteristik praktek pelaporan pro-forma dapat dilihat dari laba per


saham Amazon.com. Perusahaan tersebut telah menyesuaikan pos-pos seperti
kompensasi berdasarkan saham, amortisasi goodwill dan aktiva tidak berwujud,
beban impairment, dan ekuitas dalam kerugian investee. Semua penyesuaian ini
menyebabkan laba pro-forma lebih tinggi daripada berdasarkan GAAP. Pada saat
mengumumkan laba, Amazon.com mempertahankan laporan pro-formanya,

2
dengan mengatakan bahwa laporan tersebut memberikan pandangan yang lebih
baik terhadap operasi dasar perusahaan.
Jadi, apa yang salah dengan fokus investor pada dasar bisnis? Menurut ED
Jenkins, mantan ketua FASB, salah satu masalahnya adalah bahwa tidak terdapat
standar untuk pelaporan angka-angka pro-forma. Akibatnya investor akan
mengalami kesulitan dalam membandingkan ukuran pro-forma Amazon dengan
apa yang dilaporkan perusahaan lain, yang memiliki gagasan yang berbeda
tentang dasar bisnis. Juga ada kekhawatiran bahwa perusahaan akan
menggunakan pelaporan pro-forma untuk mengalihkan perhatian investor dari
kabar buruk. Akibatnya, SEC menerbitkan Regulation G yang mewajibkan
perusahaan unruk merekonsiliasi ukuran keuangan non-GAAP dengan GAAP.
Peraturan ini memberikan investor jalan keluar untuk menganalisis penyesuaian
yang dilakukan perusahaan dalam membuat angka-angka GAAP menjadi hasil
pro-forma.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa kegunaan dan keterbatasan dari
laporan laba rugi?
b. Bagaimana cara membuat laporan laba
rugi dalam bentuk langsung dan bertahap?
c. Bagaimana pos-pos tidak biasa
dilaporkan?
d. Bagaimana alokasi pajak intraperiode?
e. Dimana informasi laba per saham
dilaporkan?
f. Bagaimana cara pelaporan laba ditahan?
g. Bagaimana laba komprehensif lainnya
dilaporkan?

3. TUJUAN PENULISAN
a. Dapat memahami kegunaan dan keterbatasan laporan laba
rugi.

3
b. Dapat mengetahui laporan laba rugi bentuk langsung dan
bertahap.
c. Dapat mengetahui bagaimana pos-pos tidak biasa
dilaporkan.
d. Dapat mengetahui alokasi pajak intraperiode.
e. Dapat mengetahui di mana informasi laba per saham
dilaporkan.
f. Dapat memahami laporan laba ditahan.
g. Dapat mengetahui bagaimana laba komprehensif lainnya
dilaporkan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Laporan
LaporanLaba
LabaRugi
Rugidan
danInformasi
Informasiyang
yangBerhubungan
Berhubungan

Format Pelaporan Masalah


Laporan
Laporan Pos-Pos Pelaporan
Laba-Rugi
Laba-Rugi Tidak Biasa Khusus

Kegunaan Unsur-Unsur Alokasi pajak


Operasi yang
Keterbatasan Langsung
dihentikan
Kualitas Laba Bertahap Laba per saham
Pos-pos luar biasa
Laporan laba-rugi Laporan laba
Keuntungan dan
ringkas
Kerugian tidak
Laba
biasa
Perubahan prinsip
akuntansi
Perubahan
Estimasi
Koreksi kesalahan

1. LAPORAN LABA-RUGI
Laporan laba-rugi (income statement), yang juga sering disebut
statement of income atau statement of earnings, adalah laporan yang mengukur
keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Laporan laba-rugi

5
menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan krditor untuk
membantu mereka memprediksikan jumlah, penetapan waktu, dan
ketidakpastian dari arus kas masa depan.

1.1 Kegunaan Laporan Laba-Rugi


Laporan laba-rugi membantu pemakai laporan keuangan memprediksikan
arus kas masa depan dengan berbagai cara. Para kreditor dan investor dapat
menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan laba-rugi untuk:
a. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. Dengan
mengkaji pendapatan dan beban, Kita bisa mengetahui bagaimana kinerja
perusahaan dan membandingkannya dengan para pesaing.
b. Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja
masa depan. Informasi mengenai kinerja masa lalu dapat digunakan
untuk menentukan kecenderungan penting yang, jika berlanjut,
menyediakan informasi tentang kinerja masa depan.
c. Membantu menilai resiko atau ketidakpastian
pencapaian arus kas masa depan. Informasi tentang berbagai komponen
laba (pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian) memperlihatkan
hubungan di antara komponen-komponen tersebut dan dapat digunakan
untuk menilai resiko kegagalan perusahaan meraih tingkat arus kas
tertentu di masa depan.

1.2 Keterbatasan Laporan Laba-Rugi


Laba bersih merupakan suatu estimasi dan mencerminkan sejumlah
asumsi, para pemakai laporan laba-rugi perlu menyadari keterbatasan tertentu dari
informasi yang terdapat dalam laporan laba-rugi. Beberapa di antaranya adalah:
a. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak
dilaporkan dalam laporan laba-rugi. Praktek yang berlangsung saat ini
melarang pengakuan pos-pos tertentu ketika menentukan laba, meskipun
pengaruh dari pos-pos ini cukup untuk mempengaruhi kinerja perusahaan.
b. Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi
yang digunakan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin memilih

6
untuk menyusutkan aktiva pabriknya atas dasar dipercepat, sementara
perusahaan lainnya memilih penyusutan garis-lurus. Dengan
mengasumsikan semua faktor lainnya adalah sama, laba dari perusahaan
pertama akan lebih rendah dibanding laba perusahaan kedua.
c. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin mengestimasi umur manfaat
suatu aktiva selama 20 tahun sementara perusahaan lainnya memilih umur
manfaat 15 tahun untuk jenis aktiva yang sama. Demikian juga, sejumlah
perusahaan mungkin membuat estimasi yang terlalu optimis untuk biaya
garansi masa depan dan penghapusan piutang tak tertagih, sehingga
menciptakan beban yang lebih rendah dan laba yang lebih tinggi.

1.3 Kualitas Laba


Kualitas laba merupakan pengurangan jika hasil pendapatan manajemen
pada informasi yang disajikan lebih sedikit berguna untuk memprediksikan
pendapatan di masa yang akan datang dan arus kasnya.

2. FORMAT LAPORAN LABA-


RUGI
2.1 Unsur-unsur Laporan Laba-Rugi
Laba bersih berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan, dan
kerugian. Transaksi-transaksi ini di ikhtisarkan dalam laporan laba-rugi. Metode
pengukuran laba ini adalah Pendekatan Transaksi (transaction approach)
karena berfokus pada aktivitas yang berhubungan dengan laba yang telah terjadi
selama periode akuntansi. Definisi yang lebih formal unutk pos-pos yang
berhubungan dengan laba, yang dikenal sebagai unsur utama laporan laba-rugi,
adalah:
a. PENDAPATAN. Arus masuk aktiva atau peningkatan
lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi
dari keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman
atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan.

7
b. BEBAN. Arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva
sebuah entitas atau penambahan kewajibannya (atau kombinasi dari
keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan
produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan
bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
c. KEUNTUNGAN. Kenaikan ekuitas (aktiva bersih)
perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang
dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
d. KERUGIAN. Penurunan ekuitas (aktiva bersih)
perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal
dari beban atau distribusi kepada pemilik.

2.2 Laporan Laba-Rugi Bentuk


Langsung
Dalam melaporkan pendapatan, keuntungan, beban dan kerugian, format
yang dikenal dengan laporan laba-rugi bentuk langsung (single-step income
statement) sering digunakan. Dalam bentuk ini, hanya ada dua pengelompokan:
yaitu Pendapatan dan Beban. Pendapatan dikurangkan dengan beban untuk
menghitung laba bersih atau rugi bersih.
Perusahaan menggunakan laporan laba-rugi bentuk langsung dalam
pelaporan keuangan karena bentuknya yang sederhana, meskipun beberapa tahun
terakhir, laporan laba-rugi bertahap semakin populer.
Keunggulan utama format langsung terletak pada kesederhanaan
penyajian dan tidak adanya implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan atau beban
lebih diprioritaskan dari yang lainnya. Dengan demikian, format langsung
menghilangkan masalah klasifikasi yang bisa muncul.

2.3 Laporan Laba-Rugi Bertahap


Beberapa pihak berpendapat bahwa pencantuman data pendapatan dan
beban penting lainnya membuat laporan laba-rugi menjadi lebih bermanfaat.
Klasifikasi lanjutan ini meliputi:
a. Pemisahan aktivitas operasi dan nonoperasi perusahaan.

8
b. Klasifikasi beban menurut fungsi, seperti barang dagang
atau manufaktur (harga pokok penjualan), dan administrasi.

Laporan laba-rugi bertahap (multiple-step income statement) digunakan


unutk mengakui hubungan tambahan ini. Laporan ini memisahkan transaksi
operasi dari transaksi nonoperasi, serta menandingkan biaya dan beban dengan
pendapatan yang berhubungan. Format bertahap menampilkan berbagai
komponen laba yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam
menilai kinerja perusahaan.
Laporan keuangan yang disajikan kepada pemakai eksternal tidak serinci
laporan manajemen internal. Laporan internal cenderung memiliki lebih banyak
kategori beban. Rincian ini memungkinkan manajemen puncak unutk menilai
kinerja para stafnya. Transaksi tidak biasa seperti operasi yang dihentikan dan
pos-pos luar biasa dilaporkan secara terpisah, setelah laba dari operasi berlanjut.
Ketika menyajikan laporan laba bersih, tiga sub-total yang disajikan dalam
laporan ini:
a. Pendapatan penjulan bersih. Pengungkapan penjualan
bersih berguna karena pendapatan reguler dilaporkan sebagai pos terpisah.
Pendapatan tidak biasa diungkapkan dalam bagian laporan laba-rugi
lainnya. Sehingga, kecenderungan pendapatan dari operasi berlanjut
(continuing operations) lebih mudah dipahami dan dianalisis.
b. Laba kotor atas penjualan. Pelaporan laba kotor
meyediakan angka yang berguna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan
dan menilai laba masa depan. Kecenderungan laba kotor dapat
memperlihatkan seberapa sukses perusahaan memanfaatkan sumber daya,
juga dapat menjadi dasar unutk memahami bagaimana marjin laba telah
berubah akibat tekanan persaingan.
c. Laba operasi. Pengungkapan laba operasi akan
memperlihatkan perbedaan antara akitivitas biasa dengan aktivitas tidak
biasa. Pengungkapan ini membantu pemakai menyadari bahwa aktivitas
tidak biasa kecil kemungkinannya akan terus berlanjut pada tingkat yang
sama. Selain itu, pengungkapan laba operasi dapat membantu pemakai

9
unutk membandingkan perusahaan yang berbeda dan menilai efisiensi
operasi.

2.4 Laporan Laba-Rugi Ringkas


Dalam beberapa kasus, tidak mungkin untuk menyajikan semua rincian
beban yang diinginkan dalam satu laporan laba rugi yang biasa. Masalah ini dapat
dipecahkan dengan hanya mencantumkan total kelompok beban dalam laporan
laba-rugi dan dan menyusun skedul beban tambahan untuk mendukung total-total
tersebut. Dengan format ini, laporan laba rugi itu sendiri dapat dikurangi menjadi
beberapa baris dalam satu lembar kertas. Karena alasan ini, para pemakai yang
ingin mempelajari semua data yang dilaporkan tentang operasi harus
memperhatikan skedul pendukung itu.

3. PELAPORAN POS-POS BIASA


Pelaporan pos-pos biasa dalam laporan laba-rugi merupakan hal yang
substansial. Kita membutuhkan pelaporan laba yang konsisten dan dapat
dibandingkan untuk menghindari informasi “promosional” yang dilaporkan
perusahaan. Jadi sangat penting mengembangkan kerangka kerja unutk
melaporkan pos-pos tidak biasa guna memastikan informasi laba yang dapat
diandalkan

Jumlah pos-pos tidak biasa yang dilaporkan dalam tahun belakangan ini pada 600 Perusahaan
Besar

10
Profesi akuntansi telah mengadopsi konsep mencakup-semua yang
dimodifikasi (modified all-inclusive concept) dan mewajibkan aplikasi
pendekatan ini dalam praktek. Pendekatan ini menunjukan bahwa perusahaan
mencatat hampir semua pos, termasuk pos-pos tidak biasa, sebagai bagian dari
laba bersih. Selain itu, perusahaan juga diharuskan menampilkan pos-pos tidak
biasa (irregular items) dalam laporan keuangan sehingga para pemakai dapat
menentukan dengan lebih baik kemampuan menghasilkan laba jangka panjang
dari perusahaan bersangkutan.

3.1 Operasi yang Dihentikan


Salah satu jenis paling umum dari pos-pos tidak biasa adalah operasi yang
dihentikan (discontinued operations). Operasi yang dihentikan terjadi apabila:
a. Perusahaan mengeliminasi hasil opersi dan arus kas
komponen dari operasi yang sedang berjalan
b. Tidak ada lagi aktivitas yang dilakukn komponen itu
setelah transaksi pelepasan.

Perusahaan melaporkan operasi yang dihentikan (dalam laporan laba-rugi


yang terpisah) untuk keuntungan atau kerugian dari pelepasan komponen bisnis.
Selain itu, hasil operasi dari suatu komponen yang telah atau akan dilepas juga
harus dilaporkan terpisah dari operasi berlanjut (continuing operations). Pengaruh
dari operasi yang dihentikan diperlihatkan setelah pajak sebagai kategori terpisah,
yaitu setelah operasi berlanjut tetapi sebelum pos-pos luar biasa.

3.2 Pos-pos Luar Biasa


Pos-pos luar biasa (extraordinary items) didefinisikan sebagai pos-pos
material yang jarang muncul yang secara signifikan berbeda dengan aktivitas
bisnis utama perusahaan. Kriteria untuk pos-pos luar biasa adalah:
a. Bersifat Tidak Biasa (unusual nature). Kejadian atau
transaksi yang mendasari harus memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi

11
dan merupakan jenis yang secara jelas tidak berhubungan dengan, atau
hanya bersifat insidentil berkaitan dengan, aktivitas normal dan umum
perusahaan, dengan memperhitungkan lingkungan di mana perusahaan
beroperasi.
b. Kejarangan Terjadinya (infrequency of occurence).
Kejadian atau transaksi yang mendasari harus merupakan jenis yang tidak
diharapkan akan terjadi kembali di masa mendatang (foreseeable future),
dengan memperhitungkan lingkungan di mana perusahaan beroperasi.

3.3 Keuntungan dan kerugian Tidak Biasa


Karena kriteria yang ketat atas pos-pos luar biasa, maka para pemakai
laporan keuangan harus memperhatikan secara seksama pos-pos laporan keuangan
yang tidak biasa atau jarang terjadi tetapi tidak keduanya.
Perusahaan cenderung melaporkan pos-pos tidak biasa dalam bagian
terpisah tepat di atas “Laba dari operasi sebelum pajak penghasilan” dan “pos
luar biasa”, khususnya jika terdapat lebih dari satu pos tidak biasa.
FASB secara spesifik melarang perlakuan bersih sesudah pajak atas
pos-pos seperti itu untuk menjamin bahwa pemakai laporan keuangan dapat
dengan mudah membedakan pos-pos luar biasa (yang dilaporkan bersih sesudah
pajak) dari pos-pos material, dengan yang tidak biasa atau jarang terjadi, tetapi
tidak keduanya.

3.4 Perubahan Prinsip Akuntansi


Salah satu jenis perubahan akuntansi terjadi ketika suatu prinsip akuntansi
yang digunakan perusahaan berbeda dengan yang digunakan sebelumnya. Sebuah
perusahaan mengakui perubahan prinsip akuntansi dengan melakukan
penyesuaian retrospektif terhadap laporan keuangan. Penyesuian tersebut
membuat laporan keuangan tahun lalu konsisten dengan prinsip yang baru

12
diadopsi. Perusahaan mencatat pengaruh kumulatif dari perubahan periode lalu
sebagai penyesuaian terhadap laba ditahan pada awal tahun yang disajikan.
Berdasarkan pendekatan retrospektif, perusahaan memasukan kembali
angka laba tahun lalu menurut metode yang baru diadopsi. Pendekatan ini
mempertahankan komparabilitas antartahun.

3.5 Perubahan Estimasi


Estimasi selalu melekat dalam proses akuntasi. Perubahan akuntansi
(changes in estimates) disajikan dalam periode terjadinya perubahan jika hanya
mempengaruhi periode bersangkutan, atau dalam periode terjadinya perubahan
serta periode di masa depan jika perubahan itu mempengaruhi keduanya.
Perubahan estimasi tidak ditangani secara retrospektif, tetapi
dikompensasi ke belakang unutk menyesuaikan tahun sebelumnya. Perubahan
estimasi tidak dipandang sebagai kesalahan atau pos-pos luar biasa.

3.6 Koreksi Kesalahan


Kesalahan dapat terjadi akibat kesalahan matematis, kesalahan dalam
mengaplikasikan prinsip akuntansi, atau salah menggunakan fakta-fakta yang ada
pada waktu laporan keuangan disusun.
Perusahaan harus mengoreksi kesalahan dengan membuat ayat jurnal yang
tepat pada akun terkait dan melaporkan koreksi tersebut dalam laporan keuangan.
Koreksi kesalahan diperlakukan sebagai penyesuaian periode sebelumnya
(prior period adjustments), yang serupa dengan perubahan prinsip akuntansi.
Perusahaan mencatat koreksi kesalahan pada tahun di mana kesalahan tersebut
ditemukan. Perusahaan itu juga melaporkan kesalahan dalam laporan keuangan
sebagai penyesuaian atas saldo awal laba ditahan. Jika perusahaan membuat
laporan keuangan komparatif, perusahaan harus menyatakan kembali laporan
sebelumnya untuk mengetahui pengaruh kesalahan itu.

4. MASALAH PELAPORAN
KHUSUS
4.1 Alokasi Pajak Intraperiode

13
Perusahaan melaporkan pos-pos tidak biasa pada laporan laba-rugi atau
laporan laba ditahan bersih setelah pajak. Prosedur ini disebut alokasi pajak
intraperiode (intraperiode tax allocation), yaitu alokasi dalam satu periode.
Alokasi ini mengaitkan beban pajak penghasilan (terkadang disebut provisi pajak
penghasilan) dari periode fiskal dengan pos-pos khusus yang meningkatkan
jumlah provisi pajak.
Alokasi pajak intraperiode membantu para pengguna laporan keuangan
memahami dengan lebih baik dampak pajak penghasilan terhadap berbagai
komponen laba bersih. Selain itu, alokasi pajak intraperiode juga mencegah
pembaca laporan menggunakan ukuran kinerja sebelum pajak ketika
mengevaluasi hasil keuangan, dan karenanya mengakui bahwa beban pajak
penghasilan adalah biaya riil.
Alokasi pajak intraperiode dalam laporan laba-rugi digunakan untuk pos-
pos, laba dari operasi berlanjut, operasi yang dihentikan, dan pos-pos luar
biasa. Konsep umumnya adalah “biarkan pajak mengikuti laba”

4.2 Laba per Saham


Hasil operasi perusahaan biasanya diikhtisarkan dalam satu angka penting:
laba bersih. Namun, karena pengikhtisaran ini seolah-olah belum cukup sebagai
penyederhanaan, dunia keuangan telah menerima secara luas sebuah angka yang
lebih padat lagi sebagai indikator bisnis yang paling signifikan yaitu laba per
saham (earnings per share).

Laba Bersih - Deviden Saham Preferen


=Laba per Saham
Rata-rata Tertimbang Saham Biasa yang Beredar
Laba per saham adalah rasio yang umumnya digunakan dalam prospektus,
bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham. Karena begitu
penting, laba per saham harus diungkapkan pada bagian muka laporan laba-
rugi.
Kesederhanaan dan ketersediaan angka laba per saham dapat membuat
angka ini digunakan secara luas. Karena begitu penting bagi publik, maka angka
laba per saham harus disajikan seberarti mungkin.

14
4.3 Laporan Laba Ditahan
Laba bersih akan menaikkan laba ditahan dan rugi bersih akan
menurunkan laba ditahan. Sementara itu, baik deviden tunai maupun deviden
saham akan menurunkan laba ditahan. Perubahan prinsip akuntansi dan
penyesuaian periode bisa menaikkan atau menurunkan laba ditahan. Penyesuaian
periode sebelumnya (setelah pajak) harus dibebankan atau dikredit ke saldo awal
laba ditahan, sehingga tidak dimasukkan dalam penentuan laba bersih periode
berjalan.
Informasi yang berhubungan dengan laba ditahan bisa ditunjukan dengan
beberapa cara. Seperti, rekonsiliasi antara saldo awal dan saldo akhir laba ditahan
yang menyediakan informasi tentang mengapa aktiva bersih meningkat atau
menurun selama tahun berjalan.
Pada umumnya perusahaan mengungkapkan jumlah laba ditahan yang
dibatasi dalam jumlah catatan atas laporan keuangan. Dalam beberapa kasus,
perusahaan memindahkan jumlah laba ditahan yang dibatasi ke akun yang
berjudul Laba Ditahan yang Diapropriasi (Appropriated Retained Earning).
Karena itu, bagian laba ditahan dapat melaporkan dua jumlah yang terpisah, yaitu
(a) laba ditahan yang bebas (tidak dibatasi) dan (2) laba ditahan yang
diapropriasi (dibatasi). Total dari kedua jumlah ini adalah sama dengan total laba
ditahan.

4.4 Laba Komprehensif


Laba komprehensif (comprehensive income) meliputi semua perubahan
ekuitas selama satu periode kecuali perubahan akibat investasi oleh pemilik dan
distribusi kepada pemilik. Karena itu, laba komprehensif meliputi semua
pendapatan, dan keuntungan, beban dan kerugian, yang dilaporkan dalam laba
bersih, dan selain itu juga mencakup keuntungan dan kerugian yang tidak
dimasukan dalam laba bersih tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham. Pos-
pos yang melewati laporan laba-rugi disebut sebagai laba komprehensif lainnya
(other comprehensive income).

15
FASB memutuskan bahwa komponen laba komprehensif lainnya harus
disajikan dengan salah satu dari tiga cara berikut
a. Laporan laba-rugi kedua. Pelaporan laba komprehensif
dalam laporan terpisah mengindikasikan bahwa keuntungan dan kerugian
yang diidentifikasi sebagai laba komprehensif lainnya memiliki status
yang sama dengan keuntungan dan kerugian tradisional. Di samping itu,
hubungan antara laporan laba-rugi tradisional dengan laporan laba-rugi
komprehensif terlihat jelas karena laba bersih merupakan titik awal dalam
laporan laba-rugi komprehensif.
b. Laporan laba-rugi dan laba komprehensif gabungan.
Pendekatan kedua untuk melaporkan laba komprehensif lainnya adalah
membuat laporan gabungan laba komprehensif (combined statement of
comprehensive income). Komprehensif ditunjukan sebagai total akhir.
Laporan gabungan ini memiliki keunggulan karena tidak perlu membuat
laporan keuangan baru. Akan tetapi, menyembunyikan laba bersih sebagai
subtotal dalam laporan merupakan salah satu kelemahannya.
c. Bagian dari laporan ekuitas pemegang saham.
Pendekatan ketiga adalah melaporkan pos-pos laba komprehensif lainnya
dalam laporan ekuitas pemegang saham (statement of stockholders’
equity). Laporan ini melaporkan perubahan dalam setiap akun ekuitas
pemegang saham dan total sekuitas pemegang saham selama tahun
berjalan. Laporan ekuitas pemegang saham biasanya disajikan dalam
format berkolom untuk setiap akun dan total ekuitas pemegang saham.
Sebagian besar perusahaan menggunakan pendekatan laporan
ekuitas pemegang saham untuk menyajikan informasi yang berhubungan
dengan komponen laba komprehensif lainnya. Banyak perusahaan telah
membuat laporan ekuitas pemegang saham, mereka menambahkan kolom-
kolom baru untuk menampilkan informasi yang berkaitan dengan laba
komprehensif tanpa biaya.

16
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Laporan laba rugi menyediakan informasi kepada investor dan kreditor
untuk membantu mereka meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas
masa depan. Selain itu, laporan laba rugi juga mambantu para pemakainya
menentukan resiko (tingkat ketidakpastian) ketidakmampuan perusahaan
mencapai arus kas tertentu. Selain itu, laporan laba rugi juga memiliki
keterbatasan, yaitu: laporan itu tidak memuat banyak pos yang memberi
kontribusi terhadap pertumbuhan dan kesehatan perusahaan secara umum, angka
laba sering kali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan dan ukuran
laba merupakan subjek estimasi.
Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang
menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian
secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut: pendapatan,
laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan
asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau

17
rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau
rugi bersih untuk periode berjalan.

2. SARAN
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada bagian pembahasan maka
penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
a. Sebagai seorang mahasiswa atau mahasiswi
jurusan akuntansi harus dapat benar-benar memahami dan mengerti
tentang bagaimana penyusunan Laporan Laba-Rugi.
b. Dalam menyusun laporan keuangan
khususnya Laporan Laba-Rugi hendaknya dibuat dengan sebaik-baiknya
karena Laporan Laba-Rugi sebagai cerminan kodisi keuangan perusahaan
yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

• Kieso, Donald E., dkk (2007), “Akuntansi Intermediate”,


Jakarta; Erlangga.

• Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), “Standar Akuntansi


Keuangan”, Jakarta; Salemba Empat.

18

You might also like