You are on page 1of 15

Tumor Jinak Payudara

I. PENDAHULUAN
Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari pasien
yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi jinak.
Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara
merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun
sebenarnya insidens lesi benigna payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna.
Penggunaan mammografi, Ultrasound , Magnetic Resonance Imaging dan juga biopsi
payudara dapat membantu dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari
pasien.
Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi
kanker, maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,
kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah
pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita
itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli
patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk mendeteksi lesi benigna dan
membedakannya dengan kanker payudara in situ dan invasif serta mencari faktor risiko
terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan kepada pasien.
Menurut kepustakaan dikatakan bahwa penyebab tersering massa pada mammae adalah
kista, Fibroadenoma mammae dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae
terbentuk di dalam lobus manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis.
Keluhan lain yang sering timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan
dikatakan penyebab tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.

II. ANATOMI
II.a Gambaran Umum
Mammae adalah kelenjar kulit yang dimodifikasi, terletak di bagian anterior dan
termasuk bagian dari lateral thoraks. Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini terletak di
fasia pektoralis. Mammae melebar ke arah superior dari iga dua, inferior dari kartilago
kosta enam dan medial dari sternum serta lateral linea mid-aksilaris. Kompleks nipple-
areola terletak diantara kosta empat dan lima. Terdapat Langer lines pada kompleks
nipple-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini
signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi
mammae.Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke
arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara.
Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar yang setiap lobus terdiri dari beberapa
lobulus. Setiap lobulus kelenjar masing-masing mempunyai saluran ke papila mamma
yang disebut duktus laktiferus (diameter 2-4 mm). Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak.
Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang
memberi bentuk untuk mammae.

II.b Vaskularisasi
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari (1) cabang arteri mammaria interna; (2)
cabang lateral dari arteri interkostalis posterior; dan (3) cabang dari arteri aksillaris
termasuk arteri torakalis lateralis, dan cabang pectoral dari arteri torakoakromial.

II.c Aliran Limfa


Aliran limfe dari mammae kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang
ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10 sampai 90)
buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Enam
kelompok kelenjar limf pada aksila yang diakui oleh ahli bedah adalah (1) kelompok
vena aksila (lateral); (2) kelompok mammaria eksternal (anterior atau pectoral); (3)
kelompok skapular (posterior atau subskapular); (4) kelompok sentral; (5) kelompok
subklavikal (apical); dan (6) kelompok interpektoral (Rotter’s node).

Kelenjar limfe regional dibagi atas :


1. Aksila (ipsilateral) : kelenjar interpektoral (Rotter’s) dan kelenjar disepanjang vena
aksila dan dibagi menjadi 3 tahapan berdasarkan hubungannya dengan muskulus
pektoralis minor :
a. Tahap I (low-axilla) : kelenjar limf terletak lateral dari muskulus pektoralis minor,
terdiri dari kelompok kelenjar limf vena aksila, mammaria eksterna dan scapular.
b. Tahap II (mid-axilla): kelenjar limf terletak superficial atau profunda dari muskulus
pektoralis minor, terdiri dari kelompok lelenjar limf sentral dan interpektoral.
c. Tahap III (apical axilla) : kelenjar limf terletak medial atau batasan atas dari muskulus
pektoralis minor, terdiri dari kelompok lelenjar limf subklavikular.
2. Mammaria interna (ipsilateral) : kelenjar limf pada sela iga sepanjang sternum pada
fasia endothorasik.
3. Supraklavikular : kelenjar limf pada fossa supraklavikular, segitiga yang dibentuk dari
muskulus omohyoid dan tendon (batas lateral dan superior), vena jugularis interna (batas
medial) dan klavikula serta vena subklavia (batas bawah).

II.d Innervasi
Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis dan nervus interkostalis.
Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf
lagi yang perlu diingat sehubung dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah,
yakni nervus interkostobrakialis, nervus kutaneus brakialis medialis yang mengurus
sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini
sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa pada daerah tersebut.
Saraf nervus pektoralis yang menginervasi muskulus pektoralis mayor dan minor, nervus
torakodorsalis yang menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan nervus torakalis longus
yang menginervasi muskulus serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada
mastektomi dengan diseksi aksila.

III. DEFINISI
IIIa. Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda
berusia 15-25 tahun. Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan.
Fibroadenoma sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma
tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae), tetapi sangat jarang. Pada masa
adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat
sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat ransangan estrogen
meningkat.

III.b Kista Mammae


Kista adalah massa berisi cairan berbentuk bulat atau ovoid. Sebagian besar merupakan
“microcyst” namun pada 20%-25% kasus ditemukan kista yang dapat terlihat dan dapat
dipalpasi. Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae dengan
mammografi atau pemeriksaan fisis. Pemeriksaan ultrasonografi dan sitologi fine needle
aspiration (FNA) diperlukan untuk mendeteksi penyakit ini.

III.c Papilloma Intraduktus


Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus mamae dimana
terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial. Tumor ini bisa terjadi di
sepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung dari sistem duktus yakni
sinus lactiferous dan duktus terminalis. Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi di
bagian sentral manakala Papilloma Intraduktus multiple pula jarang terjadi dan secara
tipikalnya melibatkan duktus yang berdekatan dengan bagian perifer dari mammae.
Dikatakan bahwa Papilloma Intraduktus bilateral jarang terjadi

IV. INSIDENS
IV.a Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae; fibroadenoma terjadi secara
asimptomatik pada 25% wanita. Fibroadenoma sering terjadi pada usia awal reproduktif
dan waktu puncaknya adalah antara usia 15 dan 35 tahun. Dikatakan juga bahwa
fibroadenoma ini lebih sering dan terjadi lebih awal pada wanita kulit hitam berbanding
wanita kulit putih.. Insidens fibroadenoma menurun apabila usia menghampiri
menopause yakni ketika involusi terjadi. Tumor multiple pada satu atau kedua mammae
ditemukan pada 10-15% pasien.
Dalam suatu penelitian, ditemukan bahwa insidens fibroadenoma adalah 7% sampai 13%
pada wanita yang diperiksa klinik manakala hampir 9% ditemukan melalui autopsi.
Fibroadenoma menempati hampir 50% dari biopsi mamae yang dikerjakan dan angka ini
meningkat kepada 75% bagi biopsi yang dilakukan untuk wanita dibawah usia 20 tahun.

IV.b Kista Mammae


Menurut kepustakaan dikatakan kista terjadi pada hampir 7% dari wanita pada suatu
waktu dalam kehidupan mereka. Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita
berusia antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal
antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini
terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormonMenurut
beberapa studi autopsi, ditemukan bahwa hampir 20% mempunyai kista subklinik dan
kebanyakkan berukuran antara 2 atau 3 cm.

IV.c Papilloma Intraduktus


Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita paramenopausal atau
postmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke enam.

V. ETIOPATOGENESIS
Va. Fibroadenoma Mammae
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa
hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya. Usia
menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral tidak
merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi
adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan karsinoma mammae dikatakan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari mammae
yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi”. Fibroadenoma
sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana struktur lobul
ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul hiperplastik sering terjadi
pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari perkembangan mammae. Gambaran
histologi dari lobul hiperplastik ini identik dengan fibroadenoma. Analisa dari komponen
seluler fibroadenoma dengan Polymerase Chain Reaction (PRC) menunjukkan bahwa
stromal dan sel epitel adalah poliklonal. Hal ini mendukung teori yang menyatakan
bahwa fibroadenoma merupakan lesi hiperplastik yang terkait dengan kelainan dari
maturitas normal mammae.
Lesi ini merupakan hormone-dependent neoplasma distimulasi oleh laksasi sewaktu
hamil dan mengalami involusi sewaktu perimenopause. Terdapat kaitan langsung antara
penggunaan kontrasepsi oral sebelum usia 20 tahun dengan risiko terjadinya
fibroadenoma. Pada pasien immunosupresi, virus Epstein-Barr memainkan peranan
dalam pertumbuhan tumor ini.

Vb. Kista Mammae


Seperti fibroadenoma, kista mammae merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal
lobular. Penyebab utama terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupun
terdapat bukti yang mengaitkan pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism akibat
penggunaan terapi pengganti hormon. Patogenesis dari kista mammae ini masih belum
jelas. Penelitian awal menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktus
atau involusi lobus. Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang akan
bergabung menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena adanya obstruksi
dari aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan stroma. Penelitian terakhir
menyatakan bahwa etiologi terjadinya kista mammae adalah lebih kompleks dari
pemahaman sebelumnya. Terdapat dua populasi makrokista yang dapat dibedakan
berdasarkan gambaran mikroskopik, profil biokimia dan gambaran klinik.
Aspirasi cairan dari simple cyst, menunjukkan rasio Na+:K+ agak tinggi (>3) sama
seperti yang ditemukan didalam plasma. pH cairan dari simple cyst ini pula kurang dari
7.4 dan dikatakan epitelium gepeng pada kista ini berperan sebagai membran dimana
terjadi penyebaran cairan interstitial secara pasif. Simple cyst ini biasanya tunggal, tidak
berulang dan tidak terkait dengan risiko terjadinya kanker.
Kista apokrin dilapisi epithelium apokrin yang terdiri dari sel kolumnar seperti yang
terdapat pada kelenjar keringat apokrin. Rasio Na+:K+ kurang dari 3, dan sama dengan
cairan interstitial. pH kista apokrin ini lebih tinggi dan membran yang melapisinya
mensekresikan bahan seperti konjugat androgen. Hal ini menunjukkan bahwa epitelium
apokrin mensekresikan potassium secara aktif ke dalam cairan kista. Kista apokrin sering
berulang karena keseimbangan antara sekresi cairan dan reabsorpsi membolehkan
terjadinya reakumulasi. Kista ini juga terkait dengan risiko terjadinya kanker, walaupun
buktinya masih belum kukuh.
Penelitian lain menunjukkan bahwa, pada tahapan awal pembentukan kista, mikrokokista
yang terbentuk adalah tipe apokrin dan apabila berkembang menjadi makrokista, kista ini
akan berdiferensiasi menjadi simple cyst.

Vc. Papilloma Intraduktus


Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas. Dari kepustakaan dikatakan
bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan proliferasi dari epitel fibrokistik yang
hiperplasia. Ukurannya adalah 2-3 mm dan terlihat seperti broad-based atau pedunculated
polypoid epithelial lesion yang bisa mengobstruksi dan melebarkan duktus terkait. Kista
juga bisa terbentuk hasil dari duktus yang mengalami obstruksi.

VI. MORFOLOGI
VI.a Fibroadenoma Mammae
Nodul Fibroadenoma sering soliter, mudah digerakkan dengan diameter 1 hingga 10 cm.
Jarang terjadinya tumor yang multiple dan diameternya melebihi 10 cm (giant
fibroadenoma). Walau apa pun ukurannya, fibroadenoma ini sering “shelled out”.
Gambaran makroskopik dari fibroadenoma yang telah dipotong adalah padat dengan
warna uniform tank-white disertai dengan tanda softer yellow-pink yang menunjukkan
area glandular. Gambaran histologi menunjukkan stroma fibroblastik longgar yang terdiri
dari ruang seperti saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri dari berbagai ukuran
dan bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan lapisan sel tunggal atau
multiple yang regular dan berbatas tegas serta membran basalis yang intak. Walaupun
pada sebagian lesi, ruang duktal ini terbuka, bulat sampai oval dan regular (pericanaliculi
fibroadenoma), sebagian yang lain dikompresi dengan proliferasi ekstensif dari stroma
dan oleh karena itu, pada cross section Fibroadenoma terlihat seperti irregular dengan
struktur berbentuk bintang (intracanaluculi fibroadenoma)
VI.b Kista Mammae
Kista bisa terbentuk pada satu mammae saja tetapi biasanya kista ditemukan multifokal
dan bilateral. Area yang terlibat menunjukkan peningkatan densitas menyeluruh dan
nodul-nodul yang terpisah. Kista ini berukuran antara kurang dari 1 cm sehingga
mencapai 5 cm. Kista berwarna coklat kebiruan (blue dome cyst) dan dipenuhi dengan
serous dan cairan keruh. Produk sekretori di dalam kista ini bisa mengalami kalsifikasi
dan terlihat sebagai mikrokalsifikasi pada pemeriksaan mammogram. Secara histologi,
epitelium pada kista berukuran kecil biasanya kuboidal dan berlapis-lapis. Kista
berukuran besar dapat rata atau mengalami atrofi secara menyeluruh. Proliferasi epitel
membentuk massa piled-up atau papilla. Kista sering dilapisi dengan sel poligonal yang
terdiri dari glandular , sitoplasma eosinofilik serta nuklei kromatik yang kecil dan bulat
sehingga digelar metaplasia apokrin yang biasanya tergolong jinak.

VI.c Papilloma Intraduktus


Tumor ini biasanya soliter dengan diameternya kurang dari 1 cm. Secara histologi, tumor
ini terdiri dari papilla multiple yang setiap satunya terdiri dari jaringan ikat dan dilapisi
sel epitel kuboidal atau silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan dengan lapisan
terluar epitel menutupi lapisan mioepitel.

VII. GEJALA KLINIK


VII.a Fibroadenoma Mammae
Sebagian besar fibroadenoma terjadi pada wanita muda berusia antara 16 sampai 24
tahun. Namun dengan pemeriksaan patologi untuk mendiagnosa fibroadenoma,
disimpulkan bahwa usia median terjadinya fibroadenoma adalah menghampiri 30 tahun.
Insidens fibroadenoma menurun apabila usia menghampiri menopause yakni ketika
involusi terjadi. Pada waktu ini, fibroadenoma bisa mengalami kalsifikasi dan terlihat
pada mammografi. Oleh karena itu, kebiasaannya fibroadenoma ini diidentifikasi
menggunakan mammografi pada screening program. Fibroadenoma juga sering terdeteksi
melalui pemeriksaan klinik dan pemeriksaan payudara sendiri.
Fibroadenoma biasanya licin, berbentuk bulat atau lobulated dengan diameter 2 sampai 3
cm. Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan simpai
licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya dan
amat mudah digerakkan. Tumor ini biasanya mobil kecuali yang terletak berdekatan
nipple. Mayoritas dari tumor ini terdapat pada kuadran lateral superior dari mammae.
Pada wanita muda, istilah ”breast mouse” digunakan untuk tumor ini. Pertambahan usia
membuatkan mobilitas dari tumor berkurang karena restraining effects dari jaringan
fibrotik. Pada wanita yang berusia, fibroadenoma memberi gambaran massa kecil, keras
dan masih bisa mobil. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri
apabila ditekan.
Hampir 10% pasien mempunyai presentasi fibroadenoma yang multiple dan sering
terlihat pada wanita muda yang jaringan fibrotik sudah memenuhi mamaenya. Terdapat
juga pasien dengan recurrent fibroadenoma dan hal ini sering terjadi pada wanita berkulit
gelap dan individu oriental.

VII.b Kista mamae


Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun,
walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu
yang menggunakan terapi pengganti hormon. Kebiasaannya kista ini soliter tetapi tidak
jarang ditemukan kista yang multiple. Pada kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae
dapat dipenuhi dengan kista.
Kista dapat memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan bahwa terdapat
hubungan antara ketidak nyamanan dan nyeri ini dengan siklus menstruasi dimana
perasaan tidak nyaman dan nyeri ini meningkat sebelum menstruasi.
Kista ini biasanya dapat dilihat. Karekteristiknya adalah licin dan teraba kenyal pada
palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran klasik
dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan
normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik
dari lesi yakni licin semasa dipalpasi.
VII.c Papilloma Intraduktus
Hampir 90% dari Papilloma Intraduktus adalah dari tipe soliter.Papilloma Intraduktus
soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan
nipple discharge yang serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan
keluhan massa pada area subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada
pemeriksaan fisis. Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
Pasien dengan Papilloma Intraduktus multiple biasanya tidak gejala nipple discharge dan
biasanya terjadi pada duktus yang kecil. Diperkirakan hampir 25% dari Papilloma
Intraduktus multiple adalah bilateral.
Papilloma Intraduktus ini bisa terjadi pada laki-laki. Kasus terbaru menunjukkan bahwa
pada laki-laki penyakit ini terkait dengan penggunaan phenothiazine.

VIII. DIAGNOSIS
Massa pada mammae merupakan presentasi tersering dari tumor benigna dan maligna.
Gambar dibawah menjelaskan tentang alur penegakan diagnosis bagi pasien yang datang
dengan keluhan benjolan pada mammae.
Nipple discharge merupakan cairan (fisiologi atau patologi) yang keluar dari nipple.
Gambar dibawah menunjukan alur penegakan diagnosis bagi pasien yang datang dengan
keluhan nipple discharge.

VIII.a Fibroadenoma Mammae


Pada pasien dengan usia kurang dari 25 tahun, diagnosa bisa ditegakkan melalui
pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk dilakukan aspirasi sitologi. Konfirmasi
secara patologi diperlukan untuk menyingkirkan karsinoma seperti kanker tubular karena
sering dikelirukan dengan penyakit ini. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan
metode diagnosa yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa
dikelirukan dengan neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia muda
dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien yang berusia,
fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan densitas yang sama
atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi. Dengan pertambahan usia,
gambaran stippled calcification terlihat lebih jelas.
Ultrasonografi mammae juga sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini.
Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat memberikan diagnosa yang akurat.
Kriteria fibroadenoma yang dapat terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi adalah massa
solid berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas dengan internal echoes yang lemah,
distribusinya secara uniform dan dengan intermediate acoustic attenuation. Diameter
massa hipoechoic yang homogenous ini adalah antara 1 – 20 cm.

VIII.b Kista Mammae


Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang
diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai
dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal
dan bengkak.
Mammografi dan ultrasonografi membantu dalam penegakkan diagnosis tetapi
pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan gambaran yang bisa
terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya massa yang terbentuk agak besar.
Massa yang kecil tidak memberikan gambaran khas pada mammografi dan
ultrasonografi. Gambaran kalsifikasi jarang terlihat pada penyakit ini namun bisa terjadi
pada massa yang kecil maupun besar.
Pemeriksaan galaktografi memberikan gambaran filling defect atau complete obstruction
bagi aliran retrograd dari kontras. Pada pemeriksaan MRI pula terlihat lesi berbatas tegas
dengan duktus berisi cairan.
Pemeriksaan FNA tidak begitu bermakna pada penyakit ini. Pemeriksaan lain yang bisa
dilakukan adalah eksisi massa dan diperiksa dengan teknik histopatologi konvensional.

IX. DIAGNOSIS BANDING


IX.a Fibroadenoma Mammae
i- Tumor Phylloides Benigna : Neoplasma yang dicirikan dengan dua lapisan epitel yang
terletak di dalam celah yang dikelilingi dengan komponen hiperseluler mesenkima.
Sebagian besar dari kasus adalah benigna.
ii- Tubular Adenoma : Lesi proliferasi benigna yang terdiri dari tubulus kecil yang
uniform serta dilapisi sel epitel dan lapisan tipis dari sel mioepitel.

IX.b Kista Mammae


i- Ductus Ectasia : Lesi benigna yang dicirikan dengan dilatasi dari duktus berserta
akumulasi fatty detritus di dalam lumen dan terdapat penebalan fibrous dari dinding
dengan atau tanpa inflamasi.
ii- Flat Epithelial Atipika : Merupakan tipe atypical ductal hyperplasia yang dicirikan
dengan pergantian dari sel epitel mature dengan lapisan tunggal atau stratified dari sel
atipikal disertai dengan distensi dari TDLUs (terminal ductal lobular unit) yang terkait.

IX.c Intraductal Papilloma


i- Invasif Duktal Carcinoma : Karsinoma invasif dengan beberapa ciri gambaran histologi
tetapi sering membentuk struktur duktal dan sering dikaitkan dengan intraduktal
karsinoma.
ii-Adenomioepitelioma : Tumor benigna berbatas tegas yang terdiri dari proliferasi sel
mioepitel disekeliling lapisan epitel dan merupakan massa yang dapat dipalpasi. Secara
morfologi terdiri dari tipe spindle cell, tubular dan lobulated.

X. PENATALAKSANAAN
X.a Fibroadenoma Mammae
Pengetahuan yang semakin meluas mengenai natural dari penyakit ini menyebabkan
prosedur untuk mengangkat semua fibroadenoma ditinggalkan. Kebanyakkan dari
fibroadenoma dapat sembuh sendiri (self-limiting) dan tidak terdiagnosa dan karena itu,
terapi konservatif dianjurkan. Sekiranya fibroadenoma ini tidak diterapi, kebanyakkannya
akan berkembang secara perlahan dari 1 cm menjadi 3 cm dalam jangka waktu 5 tahun.
Fase aktif perkembangannya adalah antara 6 sampai 12 bulan dimana ukurannya bisa
berganda dari asal. Setelah itu, massa ini akan menjadi statik dan pada hampir 1/3 kasus,
massa ini akan menjadi semakin kecil.
Pada wanita di bawah usia 25 tahun, pengangkatan rutin tidak diperlukan. Terapi
konservatif ini direkomendasikan untuk wanita di bawah usia 35 tahun dan harus
dilakukan pemeriksaan sitologi setelah 3 bulan untuk menyingkirkan keganasan. Aturan
ini membuatkan sebagian kecil dari kasus kanker tidak terdeteksi dan beberapa
menyarankan pengangkatan fibroadenoma pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun.
Eksisi ini bisa dilakukan dibawah pengaruh anestesi lokal atau general.
Fibroadenoma residif setelah pengangkatan jarang terjadi. Sekiranya berlaku rekurensi,
terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh. Pertama, pembentukan dari truly
metachronous fibroadenoma. Kedua, asal dari tumor tidak diangkat secara menyeluruh
sewaktu operasi dan mungkin karena presentasi dari tumor phyllodes yang tidak
terdiagnosa.

X.b Kista Mammae


Sebelum ini, eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini sudah
tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan
menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi.
Walaubagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan
aspirasi. Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni (1)
massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi dan (2) cairan yang diaspirasi
tidak mengandungi darah. Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle
biopsy dan eksisi direkomendasikan.
Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama adalah
sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah ( selagi tidak disebabkan oleh trauma dari
jarum ), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat jarang ditemukan.
Indikasi kedua adalah rekurensi dari kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak
adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi. Walaubagaimanapun,
sekiranya kista ini masih terus membesar, eksisi direkomendasikan.
Pasien dengan kista yang berulang sukar ditangani. Rekurensi sering terjadi pada daerah
yang berbeda dari kista yang pertama. Hampir 15% pasien mengalami rekurensi kista
dalam waktu 5 sampai 10 tahun dengan mayoritasnya mengalami satu atau dua kali
rekurensi. Terdapat sebagian kecil wanita dengan kista berulang yang regular
mengunjungi dokter setiap dua sampai tiga bulan sekali untuk drainase kista. Dahulu,
sebagian pasien dengan kondisi seperti ini diterapi dengan mastektomi subkutan.
Sekarang pengobatan dengan danazol dan tamoxifen dianjurkan walaupun bukti
keberkesanannya masih belum jelas dan terdapat efek samping serta limitasi dengan
pemakaian obat ini.
Walaupun tidak membantu dalam penegakan diagnosis, mammografi harus dikerjakan
sebagai prosuder skrining rutin pada wanita berusia lebih dari 35 tahun yang mempunyai
kista dengan penampakan dari kanker yang rendah . Menurut kepustakaan, terdapat bukti
yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan risiko terhadap kanker pada pasien
dengan kista. Oleh karena itu, pemeriksaan mammografi secara berkala ini bisa
membantu dalam deteksi awal dari kanker. Pasien dengan kista soliter biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan mammografi regular.
Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat dipalpasi sama dengan
teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi FNA. Permukaan kulit dibersihkan
dengan alkohol. Biasanya digunakan jarum 21-gauge dan juga syringe 20ml. Kista di
fiksasi menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Syringe
dipegang oleh tangan yang lain dan kista dipalpasi sehingga sudah tidak teraba. Volume
dari cairan kista biasanya 5 ml sampai 10 ml tetapi dapat mencapai 75 ml atau lebih.
Cairan dari kista biasanya berwarna coklat, kuning atau kehijauan. Sekiranya didapatkan
cairan sedemikian, pemeriksaan sitologi tidak diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista
bercampur darah, 2 ml dari cairan diambil untuk pemeriksaan sitologi. syringe pistol,
needle 20g,7cm)
Sekiranya kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa dipalpasi, aspirasi dengan
ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan dengan alkohol. Probe
ultrasound dipegang dengan satu tangan untuk mengidentifikasi kista. Syringe dipegang
dengan tangan lain dan kista diaspirasi.

X.c Papilloma Intraduktus


Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan papilloma serta nipple discharge dapat
menghilang secara spontan dalam waktu beberapa minggu. Apabila hal ini tidak berlaku,
eksisi lokal duktus yang terkait bisa dilakukan. Eksisi duktus terminal merupakan
prosedur bedah pilihan sebagai penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,
digunakan anestesi lokal dengan atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari
duktus yang terkait dengan nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar
seminimal mungkin. Apabila lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan kea rah
maligna, terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai radiasi.

XI. PROGNOSIS
XI.a Fibroadenoma Mammae
Melalui satu penelitian retrospektif, risiko terjadinya karsinoma mammae pada wanita
dengan fibroadenoma meningkat 1.3 sampai 2.1 kali berbanding populasi umum.
Peningkatan risiko ini persisten dan tidak berkurang dengan pertambahan masa.

XI.b Kista Mammae


Pada umumnya, lesi akan mengalami involusi dan simptom mulai menghilang apabila
mencapai usia menopause.

XI.c Papilloma Intraduktus


Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah benigna. Namun, telah
terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan prekursor bagi karsinoma papillary
atau merupakan predisposisi untuk meningkatkan resiko terjadinya karsinoma. Menurut
komuniti dari College of American Pathologist, wanita dengan lesi ini mempunyai risiko
1,5 – 2 kali untuk terjadinya karsinoma mammae.

You might also like