You are on page 1of 10

Indikator Serta Metode untuk Mengetahui Kualitas Air

Air merupakan senyawaan yg terbentuk oleh dua unsur yaitu Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Air
diciptakan Tuhan dengan penuh berbagai manfaat bagi kehidupan makhluk hidup. Yaitu untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh untuk proses transport aktif di dalam sel agar makhluk hidup tetap
bertahan hidup.
Air merupakan pelarut yang baik untuk melarutkan suatu zat.banyak unsur-unsur serta senyawa-
senyawa yg larut dalam air dan mebentuk ion. Namun seiring berjalannya waktu kini banyak sekali
sumber-sumber air yang mulai tercemar oleh kegiatan manusia yang dapat mengancam makhluk
hidup yang berhabitat di air serta yang mengonsumsinya.
Dalam tulisan ini membahas bagaimana cara atau metode untuk mendeteksi atau mengetahui
kualitas air saat ni yaitu dengan cara melihat indikator-indikator sebagai berikut:
• Indikator secara Fisika
Indikator Air secara fisik dapat dilihat atau dideteksi dengan alat Indra pada tubuh manusia seperti
dari warna,bau, serta rasa. Namun untuk lebih spesifik dapat dilakukan dgn cara melihat dari indikator
Suhu,Densitas dan Daya Hantar Listrik (DHL) pada Air.
Persyaratan fisika
a) Air tidak keruh
b) Air tidak berwarna
c) Rasanya tawar
Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organik maupun asam anorganik. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium
dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
d) Temperaturnya normal

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas yaitu memiliki temperatur sama dengan temperatur
udara (20 – 26OC) agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat
membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro organisme.

e)Tidak padatan terlarut total (Total Dissolved Solid/ TDS) Air

Baku mutu air Tahun 2001 menetapkan bahwa kadar maksimum TDS yang diperbolehkan dalam
penggunaan air golongan I, II dan III adalah 1000 mg/l, sedangkan untuk golongan IV sebesar 2000
mg/l.
f) pH (derajat keasaman)
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6-7,5. Fluktuasi
nilai pH pada air sungai dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain:
(1) Bahan organik atau limbah organik. Meningkatnya kemasaman dipenga-ruhi oleh bahan
organik yang membebaskan CO2 jika mengalami proses penguraian,
(2) Bahan anorganik atau limbah anorganik. Air limbah industri bahan anorganik umumnya
mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga kemasamannya juga tinggi,

(3) Basa dan garam basa dalam air seperti NaOH2 dan Ca(OH)2 dan sebagainya. (iv) Hujan asam
akibat emisi gas. pH air hujan ini dapat mencapai 2 atau 3 berada jauh dibawah pH air hujan normal
yaitu sekitar pH 5,6 (Siradz, 2008)

• Indikator secara Kimia


Secara Kimia dapat dilihat dari logam-logam yang terkandung di dalam air. Logam-logam yang
terkandung adalah sebagai berikut:
a) Besi

Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi
dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal.

b) Aluminium

Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001
yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila
dikonsumsi.

c) Sulfat

Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat
merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan
penanganan dan pengolahan air bekas.

d) Nitrat dan nitrit

Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik
dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari
kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi
Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine
yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
e) Zink atau Zn Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan
terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink
merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan
hambatan pada pertumbuhan anak (Depkes, 2002).

f) COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand)

COD menunjukkan jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan secara
kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi
secara biologis (non- biodegradable). Sedangkan BOD hanya menunjukkan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikrobia aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air.
Oleh karena itu nilai COD pada umumnya lebih tinggi daripada nilai BOD. Nilai COD dapat
digunakan sebagai ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut (DO) di
dalam air. Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 /
2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila
nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. Sedangkan kandungan BOD
dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan
air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l (Nurdijanto, 2000).

g) Oksigen Terlarutkan (Disolved Oksigen /DO)

Oksigen dibutuhkan oleh hampir semua organisme untuk hidupnya. Pada kehidupan hewan,
oksigen merupakan salah satu komponen utama di dalam proses metabolisme dan proses respirasi,
namun kebutuhan akan oksigen pada setiap hewan bergantung pada jenis, stadia dan aktivitasnya.
Oksigen terlarutkan di dalam air menunjukkan cadangan oksigen dalam air sungai tersebut. Oksigen
dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Kadar oksigen
terlarut dalam perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l. Oleh karena itu kadar oksigen terlarutkan
dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air. Penurunan kadar oksigen terlarut dalam
perairan merupakan indikasi kuat adanya pencemaran terutama pencemaran bahan organik (Siradz,
2008).

h) PH Netral

Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun basa. Air yang
mempunyai PH rendah akan terasa asam. Air murni mempunyai PH 7, apabila PH air dibawah 7
berarti bersifat asam, sedangkan bila PH nya diatas 7 bersifat basa.
i) Kesadahan rendah

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama Ca

dan Mg.

• Indikator secara Biologi

Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut.
(1) Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan coli; Salmonella typhi,
Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
(2) Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton
colifprm, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)

Serta adanya Zoobentos di dalam air menadakan bahwa air tersebut tidak tercemar oleh zat-zat
pencemar.
Cara Mengurangi Efek Rumah Kaca pada Industri

Pemanasan global atau yang lebih dikenal “global Warming”, sudah tidak asing terdengar
di telinga kita. Hal ini lebih sering dibicarakan setelah dampak dari fenomena tersebut dirasakan
oleh masyarakat dunia. Di Indonesia, banyak terjadinya bencana banjir, kebakaran hutan,
merebaknya wabah penyakit menular, dan musim yang tak menentu disinyalir merupakan imbas
pemanasan global. Pemanasan global ini juga sering disebut “efek rumah kaca”. Jika orang
awam mendengar istilah tersebut, maka akan terbayang rumah atau gedung tinggi yang banyak
menggunakan kaca pada bangunannya. Padahal hal ini salah sama sekali. Kaca-kaca tersebut
tidak menyebabkan pemanasan global itu sendiri. Hal ini hanyalah istilah yang berasal dari
rumah-rumah kaca di negara-negara beriklim sedang. Rumah-rumah tersebut digunakan untuk
membudidayakan buah-buahan serta sayur-sayuran. Prinsip dari rumah kaca tersebut adalah
sinar matahari akan dengan mudah menembus kaca yang bening. Setelah menyinari tumbuhan
yang ada di dalam rumah kaca, sinar akan dipantulkan kembali dan menyebabkan suhu menjadi
hangat. Panas tersebut akan dihalangi oleh kaca-kaca. Sehingga ruangan tetap terjaga
kehangatannya. Begitu pula yang dialami oleh bumi. Cahaya matahari yang sudah sampai ke
permukaan bumi akan tertahan oleh selubung gas-gas rumah kaca sehingga tak dapat kembali ke
angkasa. Pada akhirnya, panas itu akan tetap berada dibumi, lalu akan semakin bertambah, dan
menyebabkan naiknya suhu rata-rata secara bertahap.
Cara-cara mengurangi efek rumah kaca pada industri ada 2 macam yaitu:
• Secara Konvensional.
1. Menanam Pohon
Menanan satu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya. Dalam
seluruh masa hidupnya, satu batang pohon dapat menyerap 1 ton CO2. United Nations
Environment Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang
20% emisi gas rumah kaca. Seperti kita ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam
atmosfer. Bila mereka ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap sebagian
besar justru akan dilepaskan kembali ke atmosfer.
2. Mengolah Kotoran Ternak menjadi Biogas
Pengembangan teknologi biogas secara anaerobic dengan memanfaatkan limbah peternakan
sapi dan limbah agroindustri lainnya dapat memberikan acuan pada aplikasi dengan skala yang
lebih besar dan penggunaan secara luas.
Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi
pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik. Pada
umumnya biogas terdiri atas gas metana (CH4) 50 sampai 70 persen, gas karbon dioksida
(CO2) 30 sampai 40 persen, Hidrogen (H2) 5 sampai 10 persen dan gas-gas lainnya dalam
jumlah yang sedikit. Gas metana (CH4) termasuk gas yang menimbulkan efek rumah kaca
yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global, karena gas metana memiliki
dampak 21 kali lebih tinggi dibandingkan gas karbondioksida (CO2). Pengurangan gas metana
secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya mengatasi masalah global (efek rumah
kaca) yang berakibat pada perubahan iklim global.

3. Pelestarian Alga dan Fitoplankton


utan laut yang meliputi berbagai jenis kehidupan laut yang membutuhkan karbondioksida
sebagai bahan makanannya––seperti halnya tumbuhan di hutan––berjumlah amat
banyak,mulai dari jasad renik bersel satu sampai yang bersel banyak. Biota laut
“penyerap”karbondioksida inilah yang mampu mengurangi pemanasan suhu bumi.
Salah satu biota laut yang paling banyak menyerap gas karbondioksida adalah berbagai
ganggang hijau (algae).Organisme yang mudah hidup di laut ini punya kemampuan besar
menyerap karbondioksida dan itu dapat diolah menjadi biofuel, bahan bakar ramah
lingkungan. Penelitian dalam skala laboratorium yang dilakukan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) membuktikan algae di laut mampu tumbuh 20–25 kali hanya
dalam 15 hari dengan diberi makan karbondioksida (CO2).Ganggang dari jenis
chaetoceros sp dengan jumlah sel awal 40.000 sel per mililiter setelah diberi CO2 menjadi
sebesar 780.000 sel per ml dalam 15 hari, bahkan chlorella sp dengan jumlah sel awal
40.000 sel per ml menjadi 1 juta sel per ml dalam 15 hari,kata Kepala BPPT Dr Marzan
Aziz Iskandar.
• Secara Modern.
Pengolahan limbah secara modern pada Industri salah satunya dengan cara
ElektrosintesisPrinsip dari metode elektrosintesis didasarkan pada penerapan teori-teori
elektrokimia biasa sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya. Baik teknik elektrosintesis maupun metode sintesis secara konvensional,
mempunyai variabel-variabel yang sama
seperti suhu, pelarut, pH, konsentrasi reaktan, metode pencampuran dan waktu. Akan
tetapi perbedaannya, jika di elektrosintesis
mempunyai variabel tambahan yakni variabel listrik dan fisik seperti elektroda, jenis
elektrolit, lapisan listrik ganda, materi/jenis
elektroda, jenis sel elektrolisis yang digunakan, media elektrolisis dan derajat pengadukan.
Pada dasarnya semua jenis sel elektrolisis termasuk elektrosintesis selalu berlaku hukum
Faraday yakni:
-Jumlah perubahan kimia yang terjadi dalam sel elektrolisis, sebanding dengan muatan
listrik yang dilewatkan di dalam sel
tersebut
-Jumlah muatan listrik sebanyak 96.500 coulomb akan menyebabkan perubahan suatu
senyawa sebanyak 1,0 gramekivalen (grek)
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sebenarnya dasar dari
terjadinya reaksi elektrosintesis adalah :
1.Pemutusan ikatan tunggal
Beberapa jenis ikatan tunggal yang elektroaktif antara lain : alkil halida, ikatan karbon-
oksigen, ikatan karbon-nitrogen,
ikatan karbon-belerang, ikatan karbon-fosfor dan ikatan oksigen-oksigen.
2.Reduksi Ikatan rangkap (rangkap dua dan rangkap tiga). Beberapa kelompok ikatan
rangkap yang elektroaktif, antara lain gugusan karbonil (aldehida, keton, karboksilat dan
turunannya), ikatan ganda karbon nitrogen (Irium, turunan karbonil lainnya), gugus nitro
(senyawa nitro aromatik, nitro alifatik), ikatan rangkap lainnya (senyawa azo dan nitrozo,
diazo dan diazinum).
Polutan yang paling banyak diteliti dalam perspektif elektrosintesis adalah karbondioksida.
Karbon dioksida mendapat perhatian khusus karena polutan ini merupakan gas buangan
paling banyak yang ditemukan dan dampaknya yang sudah dikenal secara luas terhadap
atmosfir bumi, terutama terjadinya efek rumah kaca. Penelitian untuk pemanfaatan
karbondioksida yang sedang dilakukan dewasa ini adalah pengubahan polutan ini menjadi
metana, yang telah dikenal luas sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Meskipun baru
dalam tahap pengembangan, hasil percobaan oleh Kaneco., et al (2002)
telah menunjukkan tingkat konversi karbon dioksida menjadi metana hingga sekitar 45%.
Di samping metana, hasil lain dari elektrosintesis dengan bahan baku karbondioksida yang
telah diidentifikasi adalah asetilena dan metanol, yang juga mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Meskipun jumlah polutan yang diteliti masih terbatas, hasil yang
dicapai dengan elektrosintesis ini mempunyai makna lain, yakni tidak tertutup
kemungkinan bahwa polutan lain baik yang terdapat dalam limbah cair, padat dan gas
untuk dapat dimanfaatkan menjadi senyawa yang bermanfaat dengan penggunaan metode
yang sama.
Daftar Pustaka:
Nurdijanto, 2000. Kimia Lingkungan. Pati: Yayasan peduli Lingkungan
Sujudi. 1995. Mikrobiologi Kedokteran (Edisi Revisi). Jakarta: Bina Rupa Aksara
Siradz, Syamsul A., dkk. 2008. “Kualitas Air Sungai Code, Winongo dan Gajahwong,
Daerah Istiewa Yogyakarta”. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8,. No. 2
(2008) p: 121-125
Widodo, T.W, Asari, A., Nurhasanah,A. and Rahmarestia,E. 2006. Biogas
Technology Development for Small Scale Cattle Farm Level in Indonesia.
International Seminar on Development in Biofuel Production and Biomass
Technology. Jakarta, February 21-22, 2006 (Non-Presentation Paper).

http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/06/pemanasan-global-global-warming.html
LEMBAR TUGAS EKOLOGI dan LINGKUNGAN

Indikator untuk Mengetahui Kualitas Air


dan
Cara Mengurangi Efek Rumah Kaca pada Industri

Nama :Cipta Prio Satriyanto


NPM :0806452791

You might also like