Professional Documents
Culture Documents
OLEH KELOMPOK 1:
JULIANTI P. (0813049)
MAKASSAR
2010
1
DASAR – DASAR PERILAKU INDIVIDUAL
Kecerdasan adalah satu karateristik yang di bawa individu ketika
mereka bergabung dalam suatu organisasi. Perbedaan individu terdapat
dalam bentuk kemampuan (yang termasuk kecerdasan) dan karateristik
biografis (seperti usia, gender, ras, dan masa jabatan) yang mempengaruhi
kinerja dan kepuasan karyawan.
Kemampuan
Yang kita akui adalah bahwa setiap individu memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam kemampuan yang membuatnya relative lebih unggul atau
kurang unggul di bandingkan individu lain dalam melakukan tugas atau
aktivitas tertentu. Dari sudut pandang managemen, adalah mengetahui
bagaimana setiap individu bisa memiliki kemampuan yang berbeda dan
memanfaatkan kemampuan tersebut untuk meningkatkan kemungkinan
seseorang melakukan pekerjaannya dengan baik.
Kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini
atas apa yg dapat di lakukan seseorang. Kemampuan keseluruhan seorang
individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok factor, yaitu Kemampuan
Intelektual dan Fisik.
• Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual (intellectual ability) adalah kemampuan yang di
butuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar,
dan memecahkan masalah.
Tujuh dimensi yang paling sering di sebutkan yang membentuk
kemmpuan intelektual adalah
a. Kecerdasan Angka – Kemampuan melakukan aritmatika dengan
cepat dan akurat.
b. Pemahaman Verbal – Kemampuan memahami apa yang di baca
atau di dengar dan hubungan antara kata-kata.
2
c. Kecepatan Persepsi – Kemampuan mengidentifikasi kemiripan dan
perbedaan visual secara cepat dan akurat.
d. Penalaran Induktif – Kemampuan mengidentifikasi uruytan logis dan
sebuah masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut.
• Kemampuan Fisik
Kemampuan Fisik (physical abilities) adalah kemampuan melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan
karateristik serupa. Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang di
3
butuhkan dalam ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi Sembilan
kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari tugas-tugas fisik.
Faktor Kekuatan
1. Kekuatan Dinamis – Kemampuan menggunakan kekuatan otot secara
berulang atau terus-menerus.
2. Kekuatan Tubuh – kemampuan memanfaatkan kekuatan otot
menggunakan otot tubuh (khususnya otot perut).
3. Kekuatan Statis – kemampuan menggunakan kekuatan terhadap
objek eksternal.
4. Kekuatan Eksplosif – kemampuan mengeluarkan energy maksimum
dalam satu atau serangkaian tindakan ekslosif.
Faktor Fleksibilitas
5. Fleksibilitas Luas – kemampuan menggerakkan tubuh dan otot
punggung sejauh mungkin.
6. Fleksibilitas Dinamis – kemampuan membuat gerakan-gerakan lentur
yang cepat dan berulang-ulang.
Faktor Lainnya
7. Koordinasi Tubuh – kemampuan mengoordinasikan tindakan secara
bersamaan dari bagian-bagian tubuh yang berbeda.
8. Keseimbangan – kemampuan mempertahankan keseimbangan
meskipun terdapat gaya yang mengganggu keseimbangan.
9. Stamina – kemampuan mengerahkan upaya maksimum yang
membutuhkan usaha berkelanjutan.
Karateristik-Karateristik Biografis
Karateristik-karateristik biografis merupakan karateristik perseorangan
seperti usia, gender, ras, dan masa jabatan, yang diperoleh secara mudah dan
objektif dari arsip pribadi seseorang.
Usia
Pengaruh usia terhadap perputaran karyawan. Semakin tua, semakin
kecil kemungkinan untuk keluar dari suatu pekerjaan yang sedang dijalani.
4
Selain itu, para pekerja yang lebih tua berkemungkinan lebih rendah untuk
mengundurkan diri.
Pengaruh usia terhadap ketidakhadiran. Sebagian hubungan tersebut
merupakan fungsi dari apakah ketidakhadiran tersebut dapat dihindari atau
tidak. Secara umum, para pekerja yang lebih tua memiliki tingkat
ketidakhadiran yang dapat dihindari yang lebih rendah dibandingkan para
pekerja yang lebih muda. Tetapi, tingkat ketidakhadiran yang tidak dapat
dihindari lebih tinggi.
Pengaruh usia terhadap produktivitas. Kesimpulan alamiah bahwa
tuntutan bagi sebagian besar pekerjaan, bahkan untuk pekerjaan dengan
persyaratan tenaga kerja manual yang berat, tidaklah cukup ekstrem
sehingga penurunan dalam keterampilan fisik yang berkaitan dengan usia
memiliki dampak para produktivitas; atau, jika terdapat sedikit penurunan
yang dikarenakan usia, hal tersebut akan tergantikan oleh keuntungan yang
didapatkan dari pengalaman.
Pengaruh usia terhadap kepuasan kerja. Yang paling masuk akal adalah
penelitian yang mencampuradukkan karyawan profesional dan
nonprofesional. Kepuasan cenderung meningkat secara terus-menerus di
antara profesional seiring bertambahnya usia mereka, sedangkan di antara
nonprofesional kepuasan tersebut menurun selama usia tengah baya dan
meningkat lagi pada tahun-tahun selanjutnya.
Gender
Bukti menunjukkan bahwa hanya terdapat sedikit, jika ada, perbedaan
penting antara pria dan wanita yang memengaruhi kinerja mereka. Penelitian
psikologis menunjukkan bahwa para wanita lebih bersedia menyesuaikan diri
terhadap otoritas dan pria lebih agresif serta lebih mungkin memiliki
pengharapan sukses dibandingkan para wanita, tetapi perbedaan-perbedaan
tersebut kecil. Kita harus berasumsi bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan dalam produktivitas pekerjaan anatara pria dan wanita.
5
Tingkat perputaran karyawan wanita sama dengan pria. Namun,
penelitian terhadap ketidakhadiran secara konsisten menunjukkan bahwa
para wanita memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi dibandingkan
pria, hal ini karena adanya tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang
ditanggung para wanita.
Ras
Ras berhubungan terhadap hasil-hasil pekerjaan seperti keputusan
pemilihan personel, evaluasi kinerja, dan diskriminasi di tempat kerja.
Masa Jabatan
Jika mendefinisikan senioritas sebagai waktu pada suatu pekerjaan,
maka terdapat hubungan positif antara senioritas dan produktivitas
pekerjaan. Sedangkan, senioritas berkaitan secara negatif terhadap
ketidakhadiran. Berhubungan dengan perputaran karyawan, semakin lama
seseorang berada dalam satu pekerjaan lebih kecil kemungkinannya untuk
mengundurkan diri. Bukti juga menunjukkan bahwa masa jabatan dan
kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif.
Pembelajaran
Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relative
permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran mengandung
beberapa komponen yang memerlukan penjelasan.
1. Pembelajaran melibatkan perubahan. Perubahan dapat berarti baik atau
buruk. Individu dapat mempelajari perilaku yang tidak menguntungkan
dan juga perilaku yang menguntungkan.
6
2. Perubahan tersebut haruslah mendarah daging. Perubahan sementara
hanya bersifat refleksi dan tidak dapat mewakili pembelajaran.
3. Beberapa bentuk pengalaman diperlukan untuk pembelajaran.
pengalaman bisa didapat secara langsung maupun tidak langsung
melalui membaca. Jika pengalaman menghasilkan suatu perubahan
yang relatifpermanen dalam perilaku, maka kita dapat mengatakan
bahwa pembelajaran telah terjadi.
Teori Pembelajaran
1. Pengondisisan Klasik
Pengondisian klasik dikemukakan berdasarkan eksperimen oleh seorang
ahli fisiolog Rusia bernama Ivan Pavlov. Pengondisian klasik merupakan
jenis pengondisian dimana individu merespons beberapa stimulus yang
tidak biasa dan menghasilkan respons baru. Dikenal beberapa istilah
dalam pengondisian klasik yaitu rangsangan tidak berkondisi,
rangsangan berkondisi, respons tidak berkondisi, dan respons
berkondisi.
2. Pengondisian Operant
Pengondisian operant merupakan jenis pengondisian dimana perilaku
sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah
sebuah hukuman. Perilaku operant berkebalikan dengan perilaku
refleksi. Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-
konsekuensi yang dihasilkan perilaku. Konsep ini dikemukakan oleh
psikolog Harvard, B. F. Skinner. Pengondisian operant merupakan
bagian dari konsep Skinner mengenai paham perilaku, yang
menyatakan bahwa perilaku mengikuti rangsangan dalam cara yang
7
relative tidak terpikirkan. Jika sebuah perilaku gagal untuk ditegaskan
secara positif, probabilitas bahwa perilaku tersebut akan terulang pun
menurun.
3. Pembelajaran Sosial
Pembelajaran sosial merupakan pandangan bahwa orang-orang dapat
belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Teori ini
berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi, dan
mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan
pentingnya persepsi dalam pembelajaran. Individu merespons pada
bagaimana mereka merasakan dan mendefinisikan konsekuensi, bukan
pada konsekuensi objektif itu sendiri.
9
perilaku sesuai yang pertama setelah kurun waktu tertentu berlalu.
Penegasan dapat juga diklasifikasikan menjadi tetap atau variable.
Jika penghargaan diberikan pada waktu tertentu sehingga
penegasannya tidak dapat diprediksikan, jadwal tersebut merupakan jadwal
interval variable (variable interval schedule). Pada jadwal rasio tetap (fixed
ratio schedule), setelah sejumlah tetap atau konstan dari respons diberikan,
penghargaan pun dberikan.
Ketika penghargaan bergantung pada perilaku dari individu, maka
individu tersebut dikatakan ditegaskan menurut jadwal rasio variable. Tenaga
penjualan yang memperoleh imbalan kerja berdasarkan komisi adalah contoh
individu menurut jadwal penegasan rasio variable.
Modifikasi Perilaku
Terdapat sebuah studi yang sekarang dapat dikatakan klasik karena
dilakukan beberapa tahun yang lalu terhadap para pengemas barang kiriman
di Emery Air Freight (sekarang Fedex). Program pada Enemy Air Freight
tersebut mengilustrasikan penggunaan modifikasi perilaku, atau apa yang
lebih popular disebut dengan Mod POB. Hal ini mewakili penerapan konsep-
konsep penegasan pada individu dalam situasi kerja. Program Mod PO yang
umum mengikuti sebuah mod lima langkah pemecahan masalah: (1)
mengidentifikasi perilaku penting, (2) mengembangkan data lini dasar, (3)
mengidentifikasi konsekuensi-konsekuensi perilaku, (4) mengembangkan dan
menerapkan sebuah strategi intevensi dan (5) mengevaluasi perbaikan
kinerja.
10
Tidak semua hal yang dilakukan oleh seorang karyawan memiliki
pengaruh kuat terhadap kinerja. Dengan demikian, langkah pertama dalam
Mod PO adalah mengidentifikasi perilaku penting yang memiliki dampak
signifikan terhadap kinerja karyawan. Langkah kedua membutuhkan manajer
untuk mengembangkan sejumlah data kinerja lini dasar. Langkah ketiga
adalah melakukan analisis fungsional untuk mengidentifikasi kemungkinan
atau konsekuensi perilaku dari kinerja
Setelah analisis fungsional selesai, manajer telah siap untuk
mengembangkan dan menerapkan sebuah strategi intervensi untuk
menguatkan perilaku kinerja yang diharapkan dan melemahkan perilaku yang
tidak diharapkan. Strategi yang sesuai akan membutuhkan perubahan
beberapa elemen dari kinerja hubungan dengan penghargaan-struktur,
proses, teknologi, kelompok, atau tugas tersebut-dengan tujuan untuk
membuat kinerja tingkat tinggi lebih menguntungkan.
Langkah terakhir dalam Mod PO adalah untuk mengevaluasi perbaikan
kinerja. Mod PO telah digunakan oleh sejumlah organisasi untuk
meningkatkan produktivitas karyawan, untuk mengurangi kesalahan,
ketidakhadiran, keterlambatan, tingkat kecelakaan, dan untuk meningkatkan
keramahan produktivitas.
11