You are on page 1of 5

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN INDUSTRI

KABUPATEN KEPULAUAN RIAU, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Oleh : A. F. Yusuf, Martua R.P., Bayu Sayekti dan Awaludin


Sub Dit. Non Logam

SARI
Secara administratif, Kabupaten Kepulauan Riau merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di
wilayah Provinsi Kepulauan Riau dengan ibukotanya Bandar Sri Bentan. Secara geografis daerah ini terletak
di antara garis-garis koordinat 104o12’57 ‘’ – 104o55’36 ‘’ Bujur Timur dan 0o 41’42’’ – 1o13’40’’ Lintang
Utara., dengan luas sekitar 1.776 km².
Geologi wilayah ini merupakan paparan hasil pelapukan dari batuan granit yang berumur Trias,
berbentuk batholith, sedikit batuan metamorfik yang berumur Permo-Karbon (PCm), batuan terobosan
andesit (Tma) yang berumur Miosen, batuan sedimen yang terdiri dari batupasir tufaan berumur Plio-
Plistosen, dan batuan Aluvium (Qa) merupakan endapan permukaan, yang berumur Holosen.
Bahan galian yang ditemukan terdapat 7 komoditi, antara lain : Pasir (Snd), dasit (Da), granit (Gr),
felspar (Fl), kaolin (Ka), pasirkuarsa (Si) dan lempung alumina (Cly).
Sirtu terdapat sebagai endapan sungai yang bersifat lepas, setempat telah digunakan sebagai bahan
bangunan dan pengerasan jalan, terdapat di sungai-sungai yang berada di wilayah ini, dan pada Formasi
Goungon yang bercampur dengan lempung kaolinit dan illit. Granit sebagai bahan bangunan ditemukan di
beberapa tempat, sebagian membentuk perbukitan terjal seperti di G. Bintan Besar, G. Bintan Kecil dan
perbukitan kecil lainnya. Dasit sebagan besar membentuk perbukitan seperti G. lengkuas dan G. Kijang dan
perbukitan kecil lainnya. Felspar, ditemukan berupa hasil lapukan granit, umumnya tidak tersingkap,
tertutupi oleh lapisan pasir hasil lapukan granit. Kaolin, ditemukan dalam bentuk sedimen yang masih
bercampur dengan pasirkuarsa. Pasirkuarsa, ditemukan dalam jumlah terbatas umumnya terdapat
disepanjang pantai. Pasir, ditemukan sebagai pasirkuarsa namun masih mengandung pengotor terutama
lempung, prosentase pasirnya sekitar 60 %. Lempung Alumina, berupa endapan bauksit yang merupakan
hasil pelapukan granit.
Bahan galian yang potensial untuk dikembangkan adalah penambangan batuan dasit untuk batu split
sebagai agregat beton, granit sebagai bahan bangunan dan ornamen, pasir sebagai pasir bangunan dan
lempung alumina sebagai bahan baku keramik. Kaolin, pasirkuarsa dan felspar baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya tidak bisa di kembangkan.

berbukit-bukit dengan ketinggian maksimal 325


PENDAHULUAN
meter di atas permukaan laut. Kepulauan Riau
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya memiliki letak geografis strategis, dimana
Mineral dalam menjalankan Tupoksinya pada wilayahnya terdiri dari lautan yang luas dan
Tahun Anggaran 2005 telah melaksanakan pulau-pulau yang tersebar dan sebagian
Inventarisasi dan Penyelidikan Bahan Galian berbatasan langsung dengan negara tetangga
Mineral Non Logam Di Kabupaten Kepulauan Malaysia dan Singapura.
Riau, Provinsi Kepulauan Riau.
Kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan
Pelaksanaan inventarisasi dan penyelidikan galian di Kabupaten Kepulauan Riau
bahan galian mineral non logam di daerah ini dilaksanakan oleh 7 (tujuh) orang personil
dimaksudkan agar diperoleh data yang lebih dengan keahliannya masing-masing dan
optimal mengenai potensi bahan galian serta memerlukan waktu sekitar 40 (empat puluh)
prospek pemanfaatan dan pengembangannya hari, mulai dari tanggal 20 Mei sampai dengan
disamping pemutakhiran data dalam rangka tanggal 2 Juli 2005.
pengembangan Bank Data Sumber Daya
GEOLOGI UMUM
Mineral Nasional.
Kepulauan Riau terletak pada 0 ° 40' - 1°
15' Lintang Utara dan 104°07' Bujur Timur di Secara litologi batuan di wilayah ini terdiri
sebelah Barat dan 108° Bujur Timur di sebelah dari batuan : malihan yang berumur Karbon;
Timur, dimana daratannya terdiri dari daerah terobosan, yang berumur Trias dan Jura;

1
sedimen yang berumur Trias sampai Jura dan Potensi Endapan Bahan Galian
diikuti pengendapan yang berumur Miosen
Andesit
sampai Plistosen dan batuan gunungapi yang
berumur Miosen. Potensi andesit di wilayah ini terdapat di
wilayah kawasan lindung dan di luar kawasan
Batuan tertua di wilayah ini berupa batuan
lindung yang dapat di tambang. Andesit di
malihan berderajat rendah yang terlipatkan kuat
kawasan lindung terdapat di daerah G. Bintan
(berumur Karbon), kemudian diikuti dengan
Besar (327 ha), Desa Bintan Buyu, Kecamatan
intrusi granit pluton yang berumur Trias dan
Teluk Bintan, G. Bintan Kecil (77 ha), Desa
Jura, sementara itu terjadi pengendapan batuan
Ekang Anculai, Kecamatan Teluk Sebong dan
semen Formasi Duriangkang yang berumur
di G. Kijang (484 ha), Desa Gunung Kijang,
Trias, Formasi Pulaupanjang yang berumur
Kecamatan Gunung Kijang, seluruhnya
Jura, Formasi Pancur berumur Kapur dan
mempunyai luas sebaran 888 ha. Di luar
formasi Semarung yang juga berumu Kapur.
kawasan lindung sebaran batuan andesit
Proses sedimentasi berlangsung lagi pada
merupakan bukit-bukit kecil dengan luas
Miosen Awal di endapkan Formasi
sebaran dan sumber daya yang relatif kecil,
Tanjungkerontang, juga terjadi aktifitas
terdapat di Sei Lekop, Desa Gunung Lengkuas,
volkanik yang menghasilkan batuan andesit
Kecamatan Bintan Timur seluas 25 ha dan di
berumur Miosen Awal-Tengah, diikuti dengan
Bukit Piatu, Desa Gunung Kijang, Kecamatan
pengendapan Formasi Goungon yang berumur
Gunung Kijang seluas 100 ha. Umumnya
Plio-Plisto dan terakhir endapan Aluvium.
batuan andesit di wilayah ini sudah terkekarkan,
KEGIATAN PENYELIDIKAN dapat digunakan sebagai bahan bangunan, baik
sebagai agregat beton maupun pondasi jalan
Kegiatan inventarisasi dan penyelidikan
raya. Potensi andesit seluruhnya mempunyai
yang dilakukan berupa eksplorasi umum bahan
luas sebaran 913 ha dengan jumlah sumber daya
galian dengan melaksanakan pemetaan bahan
tereka sebesar 1.044 juta m³.
galian non logam skala 1 : 100.000. Dibagi
dalam dua kegiatan, yaitu pengumpulan data Granit
sekunder dan data primer. Pada tahap
Sebaran granit di wilayah ini sama dengan
pengumpulan data sekunder dilakukan pada saat
andesit, sebagian besar terdapat di kawasan
persiapan ke lapangan berupa studi
lindung, seperti G. Lengkuas (695 ha) dan di P.
kepustakaan. Pengumpulan data primer dapat
Sejolong (P. Siolong, 184 ha), luas sebaran
berupa hasil pengamatan dan observasi
granit di kawasan lindung sekitar 879 ha. Luas
langsung di lapangan.
sebaran granit di luar kawasan lindung sekitar
HASIL PENYELIDIKAN 100 ha. Umumnya berwarna abu-abu, putih,
abu-abu kehitaman, berbutir kasar, umumnya
Morfologi wilayah daerah penyelidikan
telah terkekarkan, dapat digunakan sebagai
terbagi dalam 2 satuan , satuan morfologi
bahan bangunan kontruksi sedang sampai berat.
dataran rendah bergelombang dan satuan
Granit di Bukit Lipan dan Bukit Panglong telah
morfologi perbukitan. Satuan morfologi dataran
ditambang, wilayah yang belum ditambang
rendah bergelombang ini sangat dominan
selain di wilayah kawasan lindung terdapat di
hampir menutup seluruh wilayah daerah
Bukit Jurig, Desa Gunung Lengkuas,
penyelidikan. Morfologi PerbukitanSatuan ini
Kecamatan Bintan Timur, seluas 25 ha. Potensi
hanya menempati sebagian kecil wilayah
terbesar granit di wilayah ini merupakan
penyelidikan.
kawasan lindung. Potensi granit seluruhnya
Geologi umum daerah Kabupaten mempunyai luas sebaran 979 ha dengan jumlah
Kepulauan Riau dapat dikelompokkan menurut sumber daya tereka sebesar 825 juta m³.
jenis dan umur batuan dari tua ke muda sebagai
Pasir
berikut : Granit Trias (TRg) berumur Trias,
Intrusi Andesit (Tma) berumur Miosen, Sebagian besar wilayah P. Bintan
Formasi Goungon (QTg) berumur Plio- merupakan sebaran pasir, bahan galian pasir
Plistosen, Endapan termuda berupa Aluvium yang terkandung dalam satuan batuan lapukan
(Qa) berumu Holosen. granit serta rombakannya, bauksit, dan Formasi
Goungon, umumnya masih bercampur dengan
lempung dan lumpur, sehingga untuk
memperolehnya perlu proses pencucian terlebih
dahulu. Ketebalan yang relatif tipis
mengakibatkan dampak penambangan pada

2
areal yang cukup luas. Sebaran pasir tersebar di Bahan galian pasir dapat dikembangkan
17 lokasi. Konsentrasi pasir yang umumnya sebagai bahan bangunan baik untuk konsumsi
berupa pasirkuarsa yang terkandung dalam lokal maupun di ekspor ke Singapura. Faktor
berbagai satuan batuan rata-rata sekitar 60 %. geografis yang relatif dekat dngan Negara
Sebaran pasir yang sudah tercuci secara alamiah Singapura memugkinkan Negara ini menjadi
umumnya tersebar di sepanjang pantai sebagai pasar yang potensial bagi bahan galian
endpan alluvial, namun secara lingkungan pasir bangunan baik pasir maupun batu. Ketebalan
tersebut tidak layak untuk ditambang. Potensi pasir yang relatif kecil (rata-rata 2 m),
pasir seluruhnya mempunyai luas sebaran 1.114 mengakibatkan penambangan bahan galian ini
ha dengan jumlah sumber daya tereka sebesar memerlukan luasan yang cukup besar, dampak
223 juta m³. yang ditimbulkannya adalah perubahan bentuk
fisik daratan, sehingga perlu dilakukan
Lempung Alumina (bauksit)
penanganan yang lebih ketat. Secara domestik
Sebaran bahan galian lempung alumina Kabupaten Kepulauan Riau merupakan
(bauksit) tersebar secara luas di wilayah P. kabupaten baru yang masih memerlukan
Bintan dan sekitarnya, bauksit merupakan hasil pengembangan infrastruktur, seperti
proses pelapukan dari batuan granit yang pembangunan ibukota kabupaten dan provinsi,
merupakan batuan dasar dari P. Bintan, tersebar hal tersebut akan memerlukan bahan galian
di 17 lokasi. Umumnya tersebar membentuk bangunan yang lebih besar seperti pasir, andesit
punggungan-punggungan landai (tidak terjal) dan granit.
yang tidak begitu tinggi yang memungkinkan
Bahan galian granit dapat digunakan
terjadinya proses pelapukan terus berlanjut,
sebagai bahan bangunan berupa agregat beton
secara morfologi merupakan wilayah dataran
dan pondasi, bahan galian ini umumnya telah
yang bergelombang. Potensi sebaran lempung
terkekarkan, sehingga untuk keperluan batu
alumina yang cukup besar terdapat di wilayah
dimensi perlu dilakukan pemilahan, untuk
Kecamatan Bintan Timur, meliputi wilayah
keperluan tersebut diperlukan ukuran bongkah
daratan dan pulau-pulau di sekitarnya, sebagian
tertentu minimal 1 m.
besar merupakan wilayah tambang dan bekas
tambang bauksit. Wilayah yang mempunyai Bahan galian lempung alumina (bauksit)
sebaran cukup luas terdapat di derah Desa selain sebagai bahan baku logam alumunium
Gunung Lengkuas, Busung, Toapaya dan dapat pula digunakan sebagai bahan baku
Ekang Anculai, serta di wilayah pulau-pulau keramik berupa alumina (oksida aluminium).
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Untuk memperoleh kadar alumina yang tinggi
Bintan Timur. Berdasarkan hasil kajian data bahan galian bauksit terlebih dahulu harus
lapangan potensi lempung alumina seluruhnya melalui proses pencucian, penggerusan dan
di wilayah penyelidikan mempunyai luas kemudian proses pengkayaan alumina dengan
sebaran sekitar 10.450 ha dengan jumlah menggunakan metoda bayer.
sumber daya tereka sebesar 209 juta m³.
Proses Bayer
Pasirkuarsa
Proses memproduksi oksida aluminium
Terdapat di Trikora, Desa Malang Rapat, murni dari bauksit (Proses Bayer) tidak banyak
Kecamatan Gunung Kijang, merupakan endapan mengalami perubahan sejak ditemukan pada
aluvial dengan jumlah sebaran dan sumber daya tahun 1893. Proses Bayer Terdiri dari 3 (tiga)
yang terbatas, sehingga potensinya kecil. langkah :
Potensi pasirkuarsa seluruhnya mempunyai luas
Penyaringan (ekstraksi)
sebaran 32 ha dengan jumlah sumber daya
tereka sebesar 322.000 m³. Potensi bahan galian Aluminium yang terdapat dalam bauksit
lainnya seperti kaolin dan feldspar sangat (Gibbsite, Böhmite Dan Diaspore) dipisahkan
terbatas, hanya dalam jumlah kecil. dari komponen yang tidak dapat larut
(umumnya senyawa oksida) dengan proses
Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan
pelarutan dalam larutan natrium hidroksida
bahan Galian
(soda api) :
Berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan
Gibbsite: Al(OH)3+ Na++ OH -
Æ
bahan galian di wilayah Kabupaten Kepulauan
Al(OH)4-+ Na+
Riau, yang dapat dikembangkan adalah bahan
galian : pasir, andesit, granit dan lempung Böhmite Dan Diaspore: AlO(OH)+ Na++
alumina (bauksit). OH + H2O Æ Al(OH)4-+ Na+
-

3
Bergantung pada mutu bijih terlebih dahulu kalsinasi terjadi proses penguapan air untuk
dilakukan pencucian (benefisiasi) sebelum membentuk oksida aluminium (alumina) :
dilakukan pengolahan. Bijih dihancurkan dan
2Al(OH)3 Æ Al2O3+ 3H2O
digiling untuk mengurangi ukuran partikel/butir
sehingga sesuai ukurannya untuk dilakukan Proses kalsinasi harus dikontrol dengan
proses penyaringan (ekstraksi). Kemudian hati-hati karena pada proses ini akan
adalah mengkombinasikan dengan pelarut dan mempengaruhi sifat-sifat produk. Untuk
memasukkan larutan tersebut kedalam suatu memperoleh alumina sebagai bahan baku
ruangan pemanas yang bertekanan. Kondisi di keramik proses bayer yang dilakukan hanya
dalam ruangan pelarutan diset menurut sampai pada kalsinasi, proses peleburan
kandungan bijih bauksit. Bijih dengan dilakukan untuk memperoleh logam
kandungan Gibsit yang tinggi dapat diproses alumunium.
pada 140o C. Pengolahan Buhmit pada sisi lain
memerlukan temperatur antara 200 dan 240o C. KESIMPULAN DAN SARAN
Tekanan tidaklah penting untuk proses ini, Kesimpulan
tetapi sepanjang proses terbentuk uap air yang
terbentuk mempengaruhi tekanan. Pada 240o C • Bahan galian yang terdapat di wilayah
tekanan yang ditimbulkan kira-kira sekitar 35 Kabupaten Kepulauan Riau : pasir,
atmosfir ( atm). andesit, granit, lempung alumina
(bauksit), pasirkuarsa, kaolin dan
Pada temperatur lebih tinggi secara teoritis feldspar.
menguntungkan tetapi ada beberapa kerugian
meliputi terjadinya proses korosi dan • Sebaran dan sumber daya tereka bahan
kemungkinan terlarutnya oksida selain dari galian : pasir seluas 913 ha, sumber daya
oksida aluminium dalam larutan. Setelah sebesar 1.044 juta m³. Granit luas 979 ha,
langkah penyaringan (ekstraksi) residu bauksit sumber daya sebesar 825 juta m³. Pasir
yang tidak dapat larut harus dipisahkan dari luas sebaran 1.114 ha, sumber daya
larutan yang mengandung Aluminium oleh sebesar 223 juta m³. Lempung alumina
suatu proses yang dikenal sebagai settling (bauksit) luas sebaran sekitar 10.450 ha,
(pengendapan akibat gravitasi). Larutan sumber daya sebesar 209 juta m³.
dibersihkan sedapat mungkin melalui proses Pasirkuarsa luas sebaran 32 ha, sumber
penyaringan sebelum ditransfer ke precipitator. daya sebesar 322.000 m³.
Lumpur yang tidak dapat larut kemudian • Sebagian besar wilayah sebaran andesit
dikentalkan dan dicuci untuk memulihkan soda dan granit terdapat di wilayah kawasan
api, yang mana kemudian didaur ulang kembali lindung, G. Bintan Besar, G. Bintan
ke proses yang utama. Kecil, G. Kijang, G. Lengkuas dan G.
Presipitasi Sejolong di P. Sejolong (P. Siolong).
Aluminium dari kristal Trihydroxide • Bahan galian : pasir, andesit dan granit
(Gibbsite), umumnya dinamai "hidrat", dapat digunakan sebagai bahan
diperoleh dari proses pengendapan larutan : konstruksi sedang sampai berat.
Al(OH)4-+ Na+ Æ Al(OH)3+ Na+ + OH- • Bahan galian : lempung alumina
(bauksit) sebagian dapat digunakan
Proses ini pada dasarnya merupakan proses sebagai bahan baku logam alumunium
kebalikan dari proses pelarutan, hasil produk dan keramik. Untuk bahan baku keramik
yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh kondisi perlu proses pengkayaan alumina dengan
pembentukan inti, temperatur pengendapan dan Proses Bayer.
kecepatan pendinginan. Kristal "hidrat" yang
terbentuk kemudian dipilah ke dalam fraksi • Bahan galian yang dapat dikembangkan :
ukuran dan dimasukkan ke dalam kiln untuk pasir, andesit, granit dan lempung
dikalsinasi. Partikel dengan butiran terlalu kecil alumina (bauksit).
diumpan-balikkan ke dalam proses presipitasi.
• Pada umumnya aksesibilitas ke lokasi
Kalsinasi bahan galian cukup baik dan mudah
dicapai.
" Hidrat" dikalsinasi membentuk oksida
aluminium (alumina) kemudian di lebur pada Saran
proses peleburan aluminium. Pada proses
Penambangan pasir memerlukan area yang
cukup luas karena ketebalannya yang relatif

4
kecil serta perlu proses pencucian, sehingga untuk mengurangi dampak lingkungan yang
menimbulkan kolam-kolam pencucian yang ditimbulkannya.
cukup dalam dan luas, hal tersebut perlu
Untuk memperoleh nilai tambah yang lebih
dilakukan penanganan reklamasi yang baik dan
tinggi terhadap bahan galian bauksit selain
tepat guna, untuk mengurangi dampak
proses pencucian perlu dilakukan proses
lingkungan yang terjadi.
pengkayaan alumina dengan proses bayer,
Penambangan batu andesit dan granit yang sehingga bauksit yang dipasarkan sudah siap
telah berlangsung cukup baik, perlu pembatasan lebur untuk memperoleh logam alumuniumnya
kedalam penambangan yang diperbolehkan dan konsentrat alumina dapat digunakan dalam
industri keramik.

DAFTAR PUSTAKA
Annibale Mottana, et all, 1977; "Rocks &
Minerals", Simon and Schuster's, New York.
Bemmelen, R.W. Van, 1949, The geology of
Indonesia, Vol. IA. General Geology, Martinus
Nijhoff, The Hague.
Kusnama, dkk., (1994), Peta Geologi Lembar
Tanjungpinang, Sumatera, Skala 1 : 250.000,
P3G, Bandung.
Sinha R.K., 1982; "Industrial Minerals"
Mohan Primlani for Oxford & IBH Publishing
co., New Delhi.

You might also like