You are on page 1of 5

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA

Tugas IV

Produk IPA

BENI SONO PAPEA

O8 310 269

KLS B

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULATAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
2010
Pengertian IPA

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sering juga disebut sains yang berasal dari bahasa
Inggris Science. Istilah itu saat ini sering digunakan untuk sebutan umum beberapa
ilmu yaitu: fisika, kimia, biologi, dan astronomi. Dalam lomba-lomba yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu tersebut biasanya menggunakan istilah olimpiade
sains. Pengertian IPA sendiri dapat kita tinjau dari dua cara yaitu secara harfiah dan
secara definitif.

Secara harfiah Ilmu Pengetahuan (science) berasal dari kata bahasa latin “scientia”
yang berarti pengetahuan. Ada juga pendapat science berasal dari kata bahasa
Jerman “wissenschaft” yang berarti pengetahuan yang terorganisasi secara
sistematis. Ilmu Pengetahuan Alam atau kalau dalam bahasa Inggris disebut Natural
Science dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan (tentang gejala alam) yang
tersusun secara sistematis dan diperoleh dari/dengan metode yang didasarkan pada
observasi. (Fisher, 1975).

Secara definitif IPA dapat diartikan sebagai antar hubungan dari sederetan konsep
(product) yang diperoleh dari eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk
observasi dan eksperimentasi berikutnya (Conant dalam Sund, 1980). Sedang Nash
dan Wigner (dalam Sund, 1980) mendefinisikan IPA sebagai kumpulan pengetahuan
tentang gejala alam (product) dan sekaligus sebagai cara/alat untuk memandang
alam (process). Dalam pengertian yang lengkap berarti IPA merupakan gabungan
antara produk dan proses yang tak terpisahkan. Belajar IPA tidak hanya berkaitan
dengan produk-produknya (konsep, prinsip, teori, hukum) saja, tetapi harus
mempelajari juga bagaimana produk-produk tersebut diperoleh/ditemukan.

Proses dalam IPA sangat variatif, dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks dan rumit. Secara umum mempelajari proses dalam IPA pada hakikatnya
adalah melaksanakan metode ilmiah yang terdiri dari: merumuskan masalah,
menyusun hipotesi, merancang eksperimen, melakukan observasi/pengukuran,
mengumpulkan data dan menarik kesimpulan.
Hakekat Pengetahuan IPA

Hakekat IPA adalah ”IPA sebagai produk, dan IPA sebagai proses”. Secara definisi, IPA
sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip,
dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para
ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan
tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Maka dari itu IPA sebagai produk
tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi
dan eksperimen”. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat
IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
1. sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan
melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2. proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan
dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh,
memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru
cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
Untuk memperjelas pengetahuan kita tentang hakekat IPA perlu dikemukakan istilah-istilah
”fakta, konsep, prinsip, dan teori” sebagai berikut:
1. Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar
ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif.
Contohnya fakta; Atom hidrogen mempunyai satu elektron.; markuri adalah planet
terdekat dengan matahari; dan air membeku pada suhu 00C.
2. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta. Konsep merupakan
penggabungan antara fakta-fakta yang ada hubungannya satu sama lain. Contoh: semua
zat tersusun atas partikel-partikel; benda-benda hidup dipengaruhi oleh lingkungan;
materi akan berubah tingkat wujudnya bila menyerap atau melepaskan energi.;
3. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsp IPA. Contohnya:
udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip menghubungkan konsep udara, panas,
pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara tersebut dipanaskan;
4. Teori ilmiah merupakan karangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori bisa juga dikatakan sebagai model, atau
gambar yang dibuat oleh ilmuan untuk menjelaskan gejala alam. Contoh, teori
meteorologi membantu para ilmuan untuk memahami mengapa dan bagaimana kabut dan
awan terbentuk.
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu
penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA
yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum terjadi, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil
eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup
pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami
jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang
gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu
sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang
meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari
hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan prinsip umum
yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

Produk IPA

IPA sebagai sebuah produk dapat kita peroleh dalam bentuk konsep, prinsip, hukum,
dan teori. Menurut Soeparmo (1984) pengertian produk-produk tersebut adalah
sebagai berikut:

Konsep merupakan konstruksi mental yang digunakan untuk menginterprestasikan


hasil observasi. Konsep dapat dipandang sebagai abstraksi fakta.

Prinsip diartikan sebagai pernyataan yang berlaku bagi sekelompok gejala tertentu
yang mampu menjelaskan suatu kejadian. Misalnya Prinsip Pemuaian: logam
memuai bila dipanaskan.

Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan hubungan antara dua variable atau
lebih dalam suatu kaitan sebab akibat (kausalitas). Contoh menurut Hukum Pascal
jika zat cari dalam ruangan tertutup diberi tekanan pada satu tempat maka tekanan
tersebut akan diteruskan ke segala arah sama besar.

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu


sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu. Contoh Teori Ledakan Besar (big bang), Teori
Relativitas Einstein, dan Teori Mekanika Newton.

Teori dan hukum, keduanya harus memiliki tingkat keumuman yang tinggi (universal)
dan keduanya dapt digunakan untuk mengontrol gejala-gejala alam.

Pendekatan IPA
Pendekatan yang lazim digunakan dalam IPA ada dua yaitu pendekatan Induktif dan
pendekatan Deduktif. Kedua pendekatan ini sifatnya saling melengkapi satu dengan
yang lain. Misal temuan-temuan IPA yang ditarik secara induktif perlu dijelaskan
secara deduktif dalam arti dapat dijelaskan/disesuaikan dengan teori-teori
sebelumnya. Sebaliknya temuan-temuan IPA yang ditarik secara deduktif sedapat
mungkin dapat divalidasi melalui observasi induktif.
Pendekatan deduktif menggunakan cara-cara berfikir deduksi dalam menjelaskan
sesuatu gejala alam dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan pendekatan deduktif produk-produk IPA
dinyatakan secara logis dalam suatu sistem referensi.

Pendekatan induktif menggunakan cara berfikir probabilistik yang ditarik dari


sejumlah kasus. Dengan demikian produk-produk induktif tidak memberikan
kepastian mutlak melainkan merupakan penjelasan atau kerangka konsep yang
masih dibatasi oleh nilai probabilitas.

You might also like