Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi pertanian adalah suatu pengetahuan sistematis dari suatu hasil
penerapan metode ilmu dalam mempelajari masyarakat pedesaan, struktur
sosial dan organisasi sosial, dan juga sistem perubahan dasar masyarakat dan
proses perubahan sosial yang terjadi. Tapi dalam pengertian ini tidak hanya
cukup mempelajari saja, tetapi kita harus benar-benar paham tentang
penyebab terjadinya dan dampak atau akibat dari segala tindakan sosial yang
terdapat pada desa tersebut (Nasution, 1983).
Sosiologi pertanian cenderung mengarah pada kehidupan keluarga
petani yang mencakup dalam hubungannya dengan kegiatan pertanian di
kehidupan bermasyarakat, misalnya tentang pola-pola pertanian, kesejahteraan
masyarakat, kebiasaan atau adat istiadat, grup sosial, organisasi sosial, pola
komunikasi dan tingkat pendidikan masyarakat serta struktur sosialnya.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum sosiologi pertanian ini bertujuan untuk melatih mahasiswa
mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa, kelembagaan hubungan kerja
agraris dan luar pertanian, kekosmopolitan petani, kelembagaan pedesaan,
pola komunikasi, organisasi sosial dan adat istiadat yang ada.
1
2
Jika suatu daerah mempunyai suatu sistem regristasi yang baik, maka
jumlah penduduk pada akhir suatu periode waktu dari suatu daerah yang
bersangkutan dapat diperkirakan dengan menghitung jumlah penduduk pada suatu
periode ditambah selisih antara kelahiran dan selisih antara yang akan datang
dengan yang pindah atau pergi (Rusli, 1994).
Dalam kehidupan sehari-hari terlihat jelas perbedaan masyarakat pedesaan
dengan masyarakat perkotaan. Ditinjau dari indikator, terlihat masih
berlangsungnya kesenjangan kesejahteraan antara orang-orang desa dengan kota.
Bahkan untuk indikator, sekalipun skor kesejahteraannya mengisyaratkan adanya
perbaikan, tapi perbedaan tersebut sangat mencolok. Prosentase penduduk berusia
10 tahun keatas yang bisa baca tulis jumlahnya lebih beasr di kota daripada di
desa. Keadaan kesejahteraan bayi dan anak balita di kota jauh lebih baik daripada
teman-teman mereka yang ada di desa. Kelayakan rumah di kota jauh lebih baik
daripada keadaan rumah di desa. Indeks mutu hidup di kota jauh lebih baik
daripada di desa. Hal ini membuktikan betapa masih memprihatinkan kesenjangan
sosial antara masyarakat desa dan kota (Dumairy, 1997).
Dalam masyarakat desa terdapat dua kelompok sosial ekonomi. Pertama,
kelompok yang mampu melakukan usaha-usaha yang memberikan kehidupan
yang relatif memadai untuk mereka sendiri. Mereka ini biasanya adalah orang-
orang yang mempunyai lahan pertanian yang luas. Kedua adalah kelompok yang
secara sosial ekonomi dikategorikan miskin karena tidak mampu mengangkat diri
mereka sendiri pada tingkat yang disebut layak (Hagul, 1992).
Dalam Perkembangan Sosiologi di Indonesia gejala pelapisan sosial
(Social Stratification) agak lambat dipersepsikan dengan jelas, hal yang
menimbulkan kesan seakan-akan kita agak enggan melihat masyarakat kita
berlapis-lapis. Singkatnya penggambaran pelapisan sosial dari waktu ke waktu
sungguh penting dalam usaha kita sebagai bangsa mewujudkan masyarakat yang
3
adil dan makmur, dihitung dari sekarang bahkan dalam kurun waktu yang kurang
dari 14 tahun (Tjondronegoro, 1999).
Perempuan sebagai pekerja dalam suatu produksi rumah tangga. Di desa
peran yang diberikan perempuan dalam usaha tani keluarga di sektor pertanian
dan pada sektor luar pertanian itu ditemukan beragam “industri” rumah tangga.
Tenaga kerja perempuan dalam perannya itu adalah tenaga kerja tanpa upah
(Anonim, 2009).
Sebagian (makhluk yang selalu hidup bersama-sama manusia membentuk
organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka
capai sendiri. Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat baik yang berbadan hukum ataupun yang tidak berbadan, yang
berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan
Negara (Anonim, 1994).
4
A. Keadaan Umum
1. Sejarah Desa
Desa Sambirejo
2. Kondisi Geografis
a. Lokasi Desa
1. Kondisi Desa Sambirejo secara geografis adalah sebagai berikut :
Ketinggian tanah dari permukaan laut : 650 M
Banyaknya curah hujan : 3100 mm/th
Topografi (dataran rendah, tinggi) : dataran rendah
Suhu udara rata-rata : 18 0C – 26 0C
2. Desa Sambirejo Kecamatan Slogohimo Kabupaten
Wonogiri memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Pablengan
Sebelah Selatan : Sungai/ Kec. Jumantono
Sebelah Barat : Desa Dawung/ Desa Plosorejo
SebelahTimur : Desa Karangbangun
3. Jarak dari Pusat Administras
Desa Sambirejo terletak cukup strategis, karena Desa
Sambirejo dekat dengan jalan raya. Dibandingkan dengan desa
yang lainnya Desa Sambirejo mempunyai jarak dari pusat
administrasi yang dekat, yaitu sebagai berikut:
1). Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 0,5 Km
2). Jarak dari Ibukota Kabupaten : 15 Km
3). Jarak dari Ibukota Propinsi Dati I : 130 Km
b. Topografi
Desa Sambirejo terletak pada ketinggian 650 M di atas
permukaan laut. Dilihat dari topografinya Desa Sambirejo merupakan
daerah dataran rendah, oleh karena itu suhu rata-rata pada daerah
Sambirejo relative sejuk yaitu berkisar antara 18-26 C. Desa Sambirejo
juga memiliki curah hujan kira-kira 3100 mm/th. Pertanian di Desa
Sambirejo sangat tergantung dengan curah hujan karena di daerah
tersebut termasuk daerah tadah hujan.
3. Kependudukan
a. Pertambahan Penduduk dan Mobilitas Penduduk
Dalam suatu daerah, pertambahan penduduk dan mobilitas
penduduk dipengaruhi oleh kelahitan, kematian, kedatangan, dan
kepergian.
Tabel 1 Pertambahan Penduduk dan Mobilitas Penduduk di Desa
Matesih
Mobilitas
Pertambahan
Tahun Awal Lahir Mati Datang Pergi
penduduk
(L) (M) (I) (E)
2004 0 30 25 18 8 15
2007 7736 43 32 3 58 21
2008 7757 55 31 29 39 10
Σ 15493 128 88 50 105 46
x 5164,3 42,67 29,33 16,67 35 15,33
Kepadatan Penduduk
Tahun 2004 7721
: 2746 ,1
= 2,8116
jiwa/km2
Tahun 2007 7720
: 2746 ,1
= 2,8112
jiwa/km2
Tahun 2008 7712
: 2746 ,1
= 2,8083
jiwa/km2
Rata – rata
: 2,8104 jiwa/km2
Kepadatan Agraris
Tahun 2004 7721
: 269 ,61 = 28,64 jiwa/ha
: 28,62 jiwa/ha
Rata – rata
Data hasil pengamatan mengenai kepadatan penduduk
diketahui jumlah penduduk dari tahun ke tahun terus berkurang
walaupun hanya sedikit sehingga hal ini akan mempengaruhi
kepadatan penduduk baik kepadatan geografis maupun kepadatan
agraris. Kepadatan penduduk geografis menunjukkan jumlah
penduduk yang menempati satu wilayah seluas 1 km2. Rata – rata
kepadatan penduduk geografis dalam tiga tahun terakhir adalah 2,8104
jiwa/km2. Berarti dalam tiap-tiap luasaan wilayah 1 km2 terdapat 2
sampai 3 jiwa menggarap.
Demikian juga dengan kepadatan agrarisnya, selama tiga tahun
terakhir ini juga terus bertambah. Kepadatan penduduk agraris
menunjukkan jumlah orang yang terdapat dalam 1 ha luas lahan
pertanian. Rata – rata yang diperoleh selama lima tahun adalah 28,62
jiwa/ha, hal ini berarti dalam 1 ha luas lahan pertanian terdapat 28
sampai 29 jiwa yang menempatinya.
Apabila kepadatan di daerah ini terus meningkat, dampak yang
ditimbulkan yaitu semakin meningkatnya tuntutan kebutuhan sandang,
pangan, papan, dan lain – lain. Selain itu masalah sosial, ekonomi,
politik, dan budaya akan semakin kompleks.
Faktor yang mempengaruhi semakin bertambahnya kepadatan
penduduk di Desa Matesih ini adalah semakin bertambahnya penduduk
dari tahun ke tahun. Ditambah lagi kesuburan tanah pertanian dan letak
desa yang sangat strategis.
Masalah penduduk yang terus meningkat memang sangat
mempengaruhi pembangunan di masa mendatang, diperkirakan pada
awal abad 21 kawasan Asia Pasifik akan dihuni oleh sekitar 4,2 milyar
manusia atau 80 % dari total penduduk dunia. Diharapkan jumlah itu
bisa ditekan serendah-rendahnya dengan menurunkan tingkat
pertumbuhan jumlah penduduk (Mardun, 1996).
c. Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin
Keadaan penduduk dapat dilihat dari jenis kelaminnya,
bagaimanakah perbandingan antar jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan.
Tabel 3 Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Matesih
% 47,74 52,26
3.687
Tahun 2004 sex ratio = x100 % = 91,40%
4.034
3.711
Tahun 2007 sex ratio = x100 % = 92,57%
4.009
3.703
Tahun 2008 sex ratio = x100 % = 92,37%
4.009
2513
ABT tahun 2004 = x100 % = 48,25%
5208
2366
ABT tahun 2007 = x100 % = 44,19%
5354
2565
ABT tahun 2008 = x100 % = 49,83%
5147
ABRI 12 17 17
Pensiunan 36 39 39
Lainnya - 12 12
∑ 1866 2487 2487
Katolik 67 73 73
Hindu - - -
Budha - 4 4
∑ 7721 7720 7712
SEKDES
KAUR KAUR
UMUM KEUANGAN
KASI KESEJAHTERAAN
KASI PEMERINTAHAN, KASI PEREKONOMIAN
RAKYAT
KETENTRAMAN DAN DAN PEMBANGUNAN
KETERTIBAN
KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN
6. Organisasi Sosial
Organisasi sosial kemasyarakatan yang dijumpai di Desa Matesih
ini adalah PKK, pengajian, karang taruna, kelompok tani, dan gabungan
kelompok tani. Adapun karakteristik organisasi sosial tersebut adalah :
a. PKK
Organisasi yang diketuai oleh ibu RT atau ibu RW yang
bersangkutan. Ini berkegiatan di bidang pengembangan pendidikan
keluarga yang mayoritas anggotanya adalah ibu-ibu dan remaja putri.
Adapun kegiatan yang dilakukannya adalah berupa pendidikan non
formal seperti memberikan ketrampilan yang dapat memberikan nilai
tambah dalam mendorong perekonomian rumah tangga (menjahit,
demo memasak, membuat kerajinan). Ketua PKK ini selain dibantu
oleh wakil, dia juga dibantu oleh bendahara selaku pengurus masalah
keuangan, dan sekretaris PKK.
b. Pengajian
Keanggotaannya terdiri dari pemuda - pemuda dan remaja desa ,
ibu – ibu dan juga bapak - bapak yang aktif di kegiatan keagamaan.
Program kerja dari organisasi ini adalah mengadakan kegiatan
pengajian rutin, kholaqohan, pelatihan ceramah, pengajaran bahasa
arab dll. Kepengurusannya diketuai oleh seorang ketua, dibantu
sekretaris, bendahara dan seksi-seksi yang mengurusi kegiatan
keagamaan. Biasanya mengadakan kegiatan ini 2 minggu sekali.
c. Karang Taruna
Keanggotaanya terdiri dari pemuda-pemuda di Desa Matesih
yang berumur 16 - 25 tahun. Kegiatan Karang Taruna meliputi kerja
bakti, sinoman yaitu membantu penduduk yang sedang mengadakan
hajat, dan penyelenggaraan 17-agustusan. Selain itu setiap tahun
mereka mengadakan study tour atau rekreasi ke luar daerah. Pengurus
Karang Taruna dibentuk melalui musyawarah anggota.
d. Kelompok Tani
Keanggotaannya terdiri dari para petani, pada organisasi ini para
petani dapat bermusyawarah maupun bertukar pendapat antar para
petani, bahkan bisa saling simpan pinjam alat maupun uang. Dalam
kelompok ini juga sering ada pembagian pupuk.
7. Group Sosial
Adapun group sosial yang ada di Desa Matesih adalah group
kelompok arisan.
- Arisan
Biasanya arisan dilakukan dua minggu sekali. Tempat arisan di
rumah anggota – anggota arisan dan digilir secara merata.
8. Tipologi Desa
a. Tipologi Desa
Desa Matesih termasuk desa swadaya. Desa swadaya adalah desa
yang dapat berkembang dengan segala potensi yang dimilikinya,
dalam arti bahwa sumber daya alam dan sumber daya manusianya
dapat mendukung desa tersebut untuk berkembang.
Desa Matesih dikategorikan sebagai desa swadaya karena hampir
seluruh penduduknya mempunyai modal atau kekayaan, sehingga
sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya; dan
akhirnya berpengaruh pula pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga
Desa Matesih itu sendiri.
Tipologi desa adalah pengelompokkan atau pengklasifikasian
desa berdasarkan semua aspek kehidupan baik fisik maupun non fisik.
Indikator pertama bersifat relatif tetap yaitu daya dukung alam dan
jumlah penduduk. Daya dukung alam menyangkut potensi geografis,
iklim, kesuburan tanah, potensi hutan, pertambangan, perikanan, dan
lain-lain. Indikator kedua sifatnya berkembang sejalan dengan
kemajuan desa tersebut (Kusnaedi, 1995).
9. Adat Istiadat
Adat istiadat yang ada dan masih dipertahankan di Desa Matesih
adalah:
a. Selamatan - selamatan
Upacara yang dilakukan dalam kehidupan sejak dalam kandungan
sampai lahir, merupakan selamatan – selamatan :
- anak dalam kandungan umur 3 bulan ( telonan ), 6 atau & bulan
tingkeban ), 8 atau 9 bulan ( mrocoti).
- Setelah anak lahir ( brokohan ), anak umur 5 hari ( sepasaran ),
anak umur 35 hari (selapanan).
b. Selamatan yang ada hubungannya dengan keagamaan
Tanggal 1 syuro, tanggal 12 mulud, tanggal 15 ruwah, dan
sebagainya. Tradisi ini hingga sekarang masih tetap dilaksanakan
terutama oleh orang – orang tua yang telah berumur di atas 50 tahun
karena mereka telah terbiasa melakukan tradisi itu sehingga jika tidak
dilaksanakan akan terasa tidak enak atau tidak nyaman. Biasanya
setiap 1 syuro dilakukan penyembelihan kambing dan diletakkan di
tempat keramat
c. Bersih Desa
Bersih desa dilakukan dengan cara melakukan kerja bakti pada
siang dan pagi harinya. Malam harinya diadakan pagelaran wayang
kulit, dan biasanya bersih desa dilakukan setahun sekali.
10. Penguasaan Tanah Secara Kelembagaan Hubungan Kerja Pertanian
a. Sistem penguasaan tanah yang masih dijumpai di desa ini antara
lain sistem gogolan, sistem gadai, sistem sewa, sistem bagi hasil dan
sistem hak milik. Pada sistem sewa, yaitu sistem penguasaan tanah
dimana seseorang/petani menyewakan tanahnya pada orang lain untuk
dikelola dengan membayar berupa uang diawal sebelum petani
menggarap pada waktu tertentu, biasanya dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan mendadak. Sistem gadai adalah sistem penguasaan tanah
dimana pemilik tanah menyerahkan tanahnya untuk menerima
pembayaran sejumlah uang tunai dengan ketentuan pemilik tersebut
berhak lagi setelah mengembalikan uang yang pernah diterimanya.
Di Desa Matesih terdapat sistem gogolan dimana pengolahan
tanah yang dilakukan pada musim kemarau, tetapi ditanami pada
musim penghujan.
Sistem bagi hasil dilakukan bila pemilik lahan melimpahkan
pengolahan tanahnya kepada orang lain dengan pembagian hasil sesuai
dengan kesepakatan bersama kedua pihak. Sawah hak milik adalah
sawah milik pribadi dimana seseorang mempunyi kuasa penuh atas
tanah sawah yang dimilikinya termasuk “sewalik” atau sertifikat hak
milik.
b. Bentuk penguasaan tanah secara tradisional yang masih dijumpai
adalah tanah bengkok, tanah gogolan tanah yasan, dan tanah titisoro.
Tanah bengkok diberikan kepada pamong desa selama masa
kepengurusannya sebagai pengganti gaji. Untuk pembagian kas lahan
ditentukan menurut tingkat jabatan pamong desa. Selain itu ada juga
bentuk tanah gogolan di desa Matesih, yaitu tanah yang diolah pada
musim kemarau, tetapi ditanami pada musim penghujan, tanah tersebut
merupakan tanah milik bersama yang dikerjakan secara bergilir. Tanah
yasan adalah tanah yang sejak membuka lahan sendiri dan
mengelolanya juga dilakukan sendiri. Sedangkan tanah titisoro adalah
tanah milik bersama yang dilelang pada orang yang mau
menggarapnya.
c. Sistem penguasaan tanah yang masih dijumpai adalah: Petani
penggarap yaitu petani yang menggarap lahan usaha tani milik sendiri.
Petani penyewa yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani
sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan
sistem bayar di muka. Petani penyakap yaitu petani yang tidak
mempunyai lahan usaha tani sendiri tetapi mengerjakan lahan usaha
tani milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Buruh tani yaitu tidak
mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani
milik orang lain dengan mendapat upah.
d. Kelembagaan hubungan kerja yang masih dijumpai seperti tolong
menolong ( sambatan ) dan gotong royong. Untuk sambatan misalnya
membantu tetangga/saudara pada saat panen, penanaman. Tetapi untuk
saat ini hal itu sudah jarang. Sekarang umumnya mereka dibayar
dengan sistem upah. Untuk buruh tani terdapat sistem harian dan
sistem borongan. Upahnya sebesar Rp 10,000,- sampai Rp 15.000,-,
namun untuk sistem borongan upahnya tergantung kesepakatan. Upah
borongan biasanya dipakai dalam kegiatan panen, mengolah tanah, dan
tanam. Sedangkan untuk upah harian biasanya dalam kegiatan
mengolah tanah, tanam, menyiangi, dan memelihara tanaman. Dalam
menentukan besarnya upah berdasarkan kesepakatan petani/penggarap
dan buruh tani.
Untuk gotong royong biasanya kerja bakti atau membuat saluran
irigasi, tidak diwajibkan ikut tapi karena ada sifat “ewuh” atau merasa
tidak enak terhadap orang lain maka para penduduk ikut kerja bakti/
merasa diwajibkan, jika tidak ikut kerja bakti dirasakan tidak mau
bermasyarakat. Kerja bakti dibagi – bagi dalam tingkat desa (RT),
biasanya jika di tingakat RT ada penduduk yang tidak ikut kerja bakti
maka diganti dengan memberikan uang atau makanan kepada yang
ikut kerja bakti sebagai gantinya.
Buruh tani yang masih saudara/kerabat ikut membantu kegiatan
rumah tangga majikan. Buruh tani dengan ikatan kerja tertentu akan
mendapatkan jaminan lainnya (makan, hadiah lebaran) selain upah.
Buruh tani tanpa ikatan/lepas mendapat jaminan lainnya (makan,
hadiah lebaran) selain upah.
Teknologi yang diterapkan di sawah berupa bibit unggul untuk
padi menggunakan IR 64, jagung hibrida, perontok padi, disel,
cangkul, traktor dan sosrok. Pupuk yang digunakan biasanya berupa
pupuk kandang, urea, TSP, foska. Untuk Tegal dan Pekarangan petani
mengguanakan cangkul, dan sabit.
Biasanya di Desa Matesih wanita hanya bekerja pada saat tanam
dan penyiangan dan tidak ada perbedaan jam kerja per hari kerja
menurut jenis kelamin. Jam kerja diperoleh dari hasil kesepakatan
antara pemilik dan pekerja. Dahulu upah buruh panen berupa bawon
(bagian padi yang diterima oleh buruh panen) namun sekarang berupa
uang, sehingga pendapatan semakin besar.
11. Sistem Status Pelapisan Masyarakat
a. Struktur masyarakat berdasarkan pekerjaan
Sistem pelapisan masyarakat di Desa Matesih bersifat sederhana
dan tidak mempengaruhi perbedaan-perbedaan antara golongan dalam
bersosialisasi. Untuk sebagain orang yang lebih dihormati dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2 sistem status pelapisan masyarakat
Sebenarnya di Desa Matesih orang lebih dihormati karena
kebaikannya, sikapnya bukan karena pekerjaannya. Tapi masih ada
beberapa yang menganggap orang dari pekerjaannya. Pelapisan
masyarakat Desa Matesih bersifat terbuka, setiap orang bisa saja
berganti status setiap saat dan menaiki tingkat – tingkat tertentu.
b. Struktur pelapisan petani
Untuk struktur pelapisan masyarakat petani berdasarkan status
petani dapat distratifikasikan sebagai berikut:
B. Karakteristik Responden
1. Identitas Keluarga Responden
Sebagian besar masyarakat Desa Sambirejo yang berprofesi sebagai
petani pada umumnya telah berusia matang yaitu di atas 30 tahun.
Masyarakat Desa Sambirejo yang sebagian besar bekerja sebagai petani
berstatus petani pemilik penggarap. Di bawah ini disajikan secara rinci
tabel identitas responden menurut umur dan status penguasan lahan di
Desa Sambirejo:
Tabel 15 Identitas Responden Menurut Umur dan Status Penguasaan
Lahan di Desa Sambirejo
No. Nama Responden Umur (tahun) Status Pengolahan Petani
Suami Istri 1 2 3 4
1. Reni 40 √
2. Siman 57 √
3. Jaino 40 √
4. Nyamin 55 √
5. Riono 55 √
6. Pardi 55 √
7. Parno 41 √
8. Satimin 55 √
9. Ibu Nijem 54 46 √
24. Sariman 45 √
25. Jurni 44
Σ 20 3 2
% 80 12 8
5 20
c. Dibantu anggota keluarga dan kerabat
d. Dibantu tetangga (wanita) warga desa yang diundang 1 4
2.
Demi
3. 7.200.000 menyekolahkan
anak
5.
Tambahan
biaya
6. 390.000
sekolah
anak
Menambah
7. 7.200.000
penghasilan
8.
Menambah
9. 8.000.000
pemasukan
Menambah
10. 12.000.000 penghasila
n
Menambah
Menambah
11. 4.000.000 penghasila 3.200.000
penghasilan
n
Menambah
12. 36.500.000 penghasila
n
Menambah
14. 8.000.000 penghasila
n
Untuk
mencukupi
15. 18.250.000 kebutuhan
dan biaya
sekolah
16.
Menambah
17. 4.000.000 penghasila
n
Menambah
18. 4.000.000 penghasila
n
Menambah
18.250.00
19. 4.000.000 penghasila
0
n
Menambah
20. 3.700.000 penghasila
n
Mencukupi
kebutuhan
21. 5.000.000
di masa
depan
22.
23.
Menunjang Menunjang
24. 4.500.000 5.000.000
kebutuhan kebutuhan
25.
∑ 24.356.54 120.450.000 26.600.00
5 0
2. Pengairan 12 5,22 - - - -
5. Pemupukan 6 2,60 - - - -
5. Kosmopolitan
Selain melakukan kegiatan didesanya sendiri, masyarakat Dusun
Semanding juga melakukan kegiatan di luar desa yang dapat dijadikan
alasan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga desa. Berikut ini
disajikan data secara rinci tentang mobilitas petani di Dusun Semanding
Desa Sambirejo:
Tabel 27 Mobilitas Petani di Dusun Semanding Desa Sambirejo
No. Mobilitas ∑ %
a. Berapa kali responden melakukan kegiatan diluar desa
1. Tidak pernah 6 7,79
2. 1 kali - 0
3. 2 kali 8 10,39
4. 3 kali 4 5,19
5. 4 kali 2 2,60
6. 5 kali 3 3,89
7. 6 kali - 0
8. 7 kali 2 2,60
9. 8 kali 0 0
b. Kegiatan tersebut berkaitan dengan
1. Mencari nafkah 16 20,78
3. Lainnya 1 1,30
Jumlah 77 100
Sumber : Data Primer
Jumlah 38 100
67
DAFTAR PUSTAKA
69