You are on page 1of 7

"Remaja pandai memilih informasi yang dibutuhkan" ungkap Fajria.

Itulah sepotong percakapan yang terungkap dalam diskusi remaja bertajuk "Remaja melek
media" di SMUN 1 Bambanglipuro (26-01-2010). Kegiatan yang digelar komunitas Coret dan
Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) ini diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari
pelajar.

Diskusi ini dibuka dengan sebuah simulasi ingatan untuk menelaah pengaruh media terhadap
pengetahuan keseharian. Setiap peserta diminta untuk menuliskan sebanyak mungkin nama
tetangga dalam hitungan beberapa detik. Setelahnya peserta diminta untuk menuliskan nama-
nama artis dalam hitungan yang sama. Kebanyakan peserta ternyata lebih mudah mengingat
nama-nama artis tinimbang mengingat nama tetangga. Dalam refleksi atas simulasi tersebut,
terungkap bahwa kebanyakan peserta menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam sehari untuk
menonton televisi. karena itu, interaksi sosial dengan para tetangga menjadi sangat kurang.

Simulasi pengetahuan keseharian tersebut menunjukkan kuatnya pengaruh media terhadap


ingatan, interaksi sosial, dan pengetahuan. Nama-nama tetangga yang merupakan pengetahuan
keseharian dan lokal, tergantikan oleh nama-nama artis yang tidak dikenal secara personal.
Kemungkinan terbesar dari situasi adalah hilangnya pengetahuan lokal yang tergantikan oleh
pengetahuan-pengtahuan global.

Beberapa informasi yang diperoleh melalui media pun patut dipertimbangkan kelayakannya
berdasarkan kebutuhan, nilai manfaat dan pengaruhnya terhadap perilaku.Media yang kerap
semena-mena menentukan muatan informasi perlu disikapi dengan kritis melalui penyeleksian
informasi. Seleksi informasi dilakukan dengan melihat nilai manfaat dan akibat yang
ditimbulkan oleh suatu informasi yang diberikan oleh media dalam jangka waktu tertentu. Jika
dibutuhkan remaja dapat ikut melaporkan tayangan atau sajian informasi tertentu ke Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) atau institusi lain yang berwenang untuk memberikan sanksi atau
teguran kepada pengelola media.

Remaja selayaknya memilah dan memilih tayangan hiburan yang mendominasi media informasi
--terutama televisi-- secara hati-hati. Kebutuhan akan hiburan tidak sepatutnya
mengenyampingkan aspek pendidikan dan etika sosial. Tayangan hiburan yang mengandung
unsur kekerasan, hedonisme, konsumerisme, rasisme atau tidak rasional sepatutnya untuk tidak
diakses oleh remaja.
Sikap ini pun perlu disebarluaskan kepada khalayak luas oleh remaja.

kegiatan ini ditutup dengan simulasi pemilahan media. Peserta dibagi menjadi beberapa
kelompok yang bertugas untuk menganalisa beberapa tayangan televisi dan sajian media lainnya.
Melalui simulasi peserta diminta untuk dapat secara kritis menilai sajian tertentu media dengan
alat ukur standar kebutuhan informasi dan kelayakan penyajian informasi tersebut. (irsyad).
Last Updated ( Wednesday, 27 January 2010 08:02 )
iterasi Media untuk Para Pendidik

Pada tahun 2003, sewaktu saya dan teman-teman meneliti literasi media pada remaja tiga kota,
literasi media belumlah banyak “diolah” oleh berbagai pihak. Atau kemungkinan besar sudah
dilakukan oleh berbagai pihak tetapi dengan nama yang berbeda. Riset yang dilakukan oleh saya,
mbak Yayuk (Rahayu), Puji Rianto, Pitra Narendra, dan Iwan Awaluddin tersebut didanai oleh
kementerian riset dan teknologi.

Sedianya riset tersebut berlangsung tiga tahun, sampai dengan tahun 2005. Namun di tahun 2004
riset tersebut dihentikan dengan alasan yang sampai sekarang tidak kami ketahui. Kami sudah
berusaha menanyakannya tetapi tidak pernah dibalas. Kami juga sudah menelepon tetapi tidak
ada penjelasan yang memadai. Ternyata pada tahun itu semua riset sosial dihentikan. Kasus
tersebut adalah contoh apartheid-isme untuk ilmu-ilmu sosial. Ketidakjelasan itu juga
menyulitkan kami karena kami tidak bisa mempublikasikannya karena juga berkaitan dengan
perjanjian yang dibuat sebelumnya.

Walau begitu, kami tetap menelaah literasi media dengan serius. Kemudian berusaha
mengkampanyekannya pada masyarakat. Sejak beberapa tahun yang lalu, literasi media mulai
diperhatikan oleh banyak pihak di Yogyakarta. Setidaknya, berbagai elemen masyarakat sipil,
NGO dan kampus, mulai mengembangkan literasi media. Berbagai pihak yang dulunya
melakukan kampanye literasi media dengan nama berbeda, mulai bersinergi. Pada tahun 2008
lalu misalnya, paling tidak ada tiga organisasi masyarakat sipil yang berusaha
mengkampanyekan literasi media. Ketiganya adalah PKMBP (Pusat Kajian Media dan Budaya
Populer), MPM (Masyarakat Peduli Media), dan ECCD-RC (Pusat Informasi dan Pelayanan
Anak Usia Dini).
PKMBP berfokus pada penumbuhan literasi media pada pelaksana fungsi kehumasan, MPM
menggeluti literasi media secara langsung di masyarakat. Sementara ECCD-RC
mengkampanyekan literasi media di kalangan dunia pendidikan, yaitu pendidik untuk anak usia
dini dan pendidikan dasar.
Modul ini adalah buah karya kegiatan ECCD-RC tersebut. Saya berkontribusi mengisi salah satu
naskah di dalam modul itu. Hal ini membuat saya bahagia, setidaknya saya memberikan
kontribusi walaupun sedikit pada penggalakan literasi media pada masyarakat Yogyakarta.

Modul ini berusaha memberikan pemahaman yang komprehensif tentang literasi media kepada
pendidik usia dini dan dasar, dan sebisa mungkin mudah diaplikasikan. Pada setiap bagian
terdapat latihan agar para pendidik nantinya bisa melatih para pembelajar. Bagian pertama buku
ini berjudul “Memahami Literasi Media”. Mencoba memberikan pengertian awal mengenai
literasi media. Bahasan di dalam bab ini adalah definisi literasi media, literasi media dan anak,
dan cara mengimplementasikan literasi media di kelas.

Bagian kedua berjudul “Memahami Hak Anak dalam Kerangka Literasi Media”. Di dalam bab
ini didiskusikan literasi media dalam kerangka hak anak dan peran guru di dalam implementasi
literasi media bagi anak. Seperti kita ketahui, anak memiliki hak mendapatkan informasi dan
hiburan dari berbagai media, termasuk dari televisi. Sementara kewajiban orang dewasa, orang
tua di sekolah dan guru di sekolah, adalah membantu anak memahami pesan media dengan baik.

Bagian ketiga sudah lebih terfokus, yaitu “Memahami Isi Media”. Bab ini membahas isu paling
penting dari literasi media, yaitu isi atau pesan media karena hampir semua audiens berinteraksi
secara langsung dengan pesan media. Sementara ranah literasi media, institusi dan efek, lebih
perlu dipahami oleh pembelajar di bidang ilmu komunikasi. Para pembelajar tersebut bertujuan
memiliki tingkat literasi pada level menengah dan tinggi, sementara kebanyakan anggota
masyarakat hanya perlu memahami literasi di level awal dan menengah.

Bagian keempat berjudul “Teori Dampak Media”. Ini adalah wilayah literasi media yang lain
yang perlu diketahui. Dampak yang mendetail dipelajari di dalam studi, sedangkan dampak
media dalam konteks pembelajaran perlu dipahami oleh para pendidik. Di dalam bab ini
dipelajari teori awal dampak media, antara lain teori Belajar Sosial (Social Learning Theory),
teori Kultivasi, dan teori Penguatan (nilai).
Bagian kelima, sesuai dengan bidang kerja para pendidik, berjudul “Pengembangan Kurikulum
PAUD (KB, TPA, TK) yang Terintegrasi dengan Literasi Media. Modul ini ditutup dengan
penjelasan mengenai “Penerapan Literasi Media dalam KTSP”. KTSP kependekan dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Bagian ini disusun agar literasi media dapat membantu pembelajaran di kelas. Di luar penjelasan
tiap bab, modul ini menjadi lebih “hidup” dengan ilustrasi dari Dhanan Arditya. Modul menjadi
lebih menarik dengan ilustrasi yang pas dan menghibur.

Kekurangan modul ini adalah pada distribusinya, karena modul ini merupakan bagian dari
kerjasama dengan yayasan TIFA dan bertujuan untuk menyosialisasi pemahaman tertentu, modul
ini tidak dijual sehingga tidak tersedia di banyak tempat. Anggota masyarakat yang ingin
mengaksesnya kemungkinan harus mencari sendiri ke sektetariat ECCD-RC. Kelebihannya,
modul ini menjadi bagian dari dokumen besar mengenai literasi media yang ada di Yogyakarta
dan menjadi dokumentasi kegiatan yang mungkin untuk ditingkatkan di masa mendatang.
Tentunya agar literasi media semakin dipahami oleh masyarakat dan relasi masyarakat dengan
media, terutama televisi, akan semakin seimbang.

Semoga.

Judul : Modul Literasi Media untuk Pendidik Usia Dini dan Dasar
Tahun : 2009
Penerbit : ECCD-RC (Early Childhood Care Development-Resource Centre) dan Yayasan Tifa
Koordinator tim : Beni Antono
Editor : Puji Rianto
Kontributor : Demitria Budiningrum
D. Danarka Sasangka
Elga Andriana
Hasanah Safriyani
Puji Rianto
Wisnu Martha Adiputra
Diposkan oleh wisnu martha di 18.28

0 komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

wisnu martha
saya hanyalah seseorang yang tergila-gila dengan tulisan dan berusaha menulis dengan
baik
Lihat profil lengkapku

Topik
• akademis (24)
• fiksi (8)
• media (3)
• new media (1)
• opini (22)
• personal (9)
• puisi (25)
• recording (3)
• refleksi (5)
• renungan (3)
• review album (32)
• review buku (3)
• review film (4)
• sepakbola (6)
• tentang lagu (9)
• tokoh (1)

Arsip Blog
• ▼ 2010 (146)
o ► September (17)
 Ketika Sebuah Informasi Kontroversial
 Hasrat Mengepistemologi Wajah
 Wajah Siapa, Ini Wajah Siapa?
 Hujan Tak Selalu Membawa Rindu
 Kuantitatif Versus Kualitatif?
 Budaya Populer dan Demokrasi
 Momentum Itu Telah Berlalu
 "Orde Baru", Tanpa Sesal
 Kisah Cinta Biru Gelap 5 (Kisah Maaf Putih Polos 2...
 Kisah Cinta Biru Gelap 4
 Kisah Cinta Biru Gelap 3
 Kisah Cinta Biru Gelap 2 (Kisah Maaf Putih Polos)
 Perubahan Itu Mungkin Dimulai dari Bangku Taman
 Gemilang dan Bercahaya
 Konflik Itu Inheren, Berkomunikasilah!
 Kisah Cinta Biru Gelap 1
 Kisah Cinta Biru Gelap
o ► Agustus (19)
 Telaah Filosofis atas Ruang Publik
 Sketsa Penghabisan
 Sketsa Rindu
 Sketsa Wajahnya
 Sketsa Sunyi
 Sketsa Luka
 Teach Me How to Dream
 Sketsa Mimpi
 Pertunjukan Sesungguhnya telah Dimulai
 The One and Only
 Bisnis di Internet: Kesempatan atau Jebakan?
 Efek Negatif Ketidakpahaman atas Media Baru
 If I Could Talk I'd Tell You
 Masa Lalu dan Masa Kini untuk Anak
 Drop Dead Beautiful
 "Pemakaman" Diri di Daerah Pinggiran Kota
 Episto Ergo Sum
 Seperti Ketika Mengakses Pesan tentang Sepakbola
 Collective Soul: “Bersinar” Hampir Dua Dekade
o ► Juli (16)
 Salt: “Menggarami” Hidup, Mendalami Teks
 Musik Indah untuk Keluarga
 Bandung Medio Juli
 Senja di Balik Pelangi (Bagian 2) - Album "Langkah...
 Senja di Balik Pelangi (Bagian 1) - Album "Dream,...
 Cinta Bebas (Bagian 2)
 Inception: Di dalam Mimpi pun Kita Perlu Bekerja K...
 Shutter Island: Kesadaran, Narasi Diri, dan Kegila...
 Cinta Bebas (bagian 1)
 Hidup adalah Kumpulan Interaksi dan Paradoks-parad...
 Akhir Pertunjukan Terakbar
 Musik untuk Mencintai (dan Mungkin Untuk Memusuhi)...
 Mesin Penenun Hujan: Absurd, Indah, dan Cerdas
 Kehidupan Berjalan, Kehidupan Berhenti Suatu Saat
o ► Juni (16)
o ► Mei (22)
o ► April (7)
o ▼ Maret (13)
 Hanya Karena Sebuah Album
 Sistem Media
 Siksa Neraka
 Manajemen Media dan Majalah Supranatural
 Musik Kamar dan Pikiran yang Mengembara
 Pengulangan dan “Tipu-tipu”….eh, Strategi Industri...
 Potret Musik Indonesia Terkini
 Literasi Media untuk Para Pendidik
 Manajemen Media dan Media tentang Sepakbola
 Bunyi sebagai Tekstur: Datang dalam Rupa Suara yan...
 Menyibak Langit Berita: Memahami Konteks Jurnalism...
 Ingin Menggambar
 Kenangan dalam Kemasan Kecil
o ► Februari (15)
o ► Januari (21)

• ► 2009 (98)
o ► Desember (51)
o ► September (14)
o ► Agustus (33)

Pengikut

You might also like