Professional Documents
Culture Documents
10. Penulisan kalimat dengan tanda baca koma, titik koma, dan
titik dua :
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
- Satu, dua, tiga, …mulai!
- Fakultas itu mempunyai dua jurusan, yaitu Ekonomi
Umum dan Ekonomi Perusahaan.
- Fakultas itu mempunyai dua jurusan : Ekonomi Umum
dan Ekonomi Perusahaan.
- Malam makin larut, tetapi anakku belum juga pulang.
- Malam makin larut; anakku belum juga pulang.
000
I. PEMAKAIAN HURUF
I. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Huruf
Aa
Bb
Cc
Dd
Ee
Ff
Gg
Hh
Ii
Jj
Kk
Ll
Mm
Nn
Oo
Pp
Qq
Rr
Ss
Tt
Uu
Vv
Ww
Xx
Yy
Zz
B. Huruf Vokal
C. Huruf Konsonan
D. Huruf Diftong
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua.
Misalnya: in-strumen, in-fra
B. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk mengaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
Diposkan oleh www.mahmud-bahasasastra.blogspot.com di 04:59
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: ibu, percaya, kantor
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: dikelola,
bergeletar, penetapan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai. Mislanya: menggarisbawahi, penghacurleburan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai. Misalnya: adipati, mahasiswa, mancanegara
C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak,
gerak-gerik
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, matahari, manasuka
H. Partikel
1. Paratikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang
dimakannya, ia tetap kurus.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya. Misalnya: …per 1 April.
kalimat baku
October 4, 2009 by aiemalissa
Ada beberapa istilah yang dalam konteks soal tes memiliki pengertian yang sama
atau dapat disamakan dengan kalimat baku. Istilah-istilah itu, misalnya, kalimat
efektif dan kalimat yang baik dan benar. Kalimat baku adalah sebuah kalimat
standar yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah
mempergunakan kalimat-kalimat yang secara umum dikenal sebagai ragam tulis
formal. Meskipun banyak di antara kita pernah membaca atau bahkan menulis
karya ilmiah, kemampuan kita mengenali atau menulis dengan kalimat yang baku
masih sedikit yang memilikinya.
Sebuah kalimat dapat dikategorikan sebagai kalimat baku jika memenuhi syarat-
syarat: (1) struktur kalimat, (2) bentukan kata, (3) makna kalimat, dan (4)
kaidah ejaan. Keempat syarat tersebut harus dipenuhi. Jika ada yang tidak
terpenuhi, kalimat tersebut tidak dapat disebut kalimat baku.
Struktur Kalimat
Syarat struktur kalimat adalah syarat yang berhubungan dengan kaidah-kaidah
kalimat. Berikut ini beberapa kaidah kalimat yang sering diabaikan sehingga
kalimat yang kita buat bukanlah sebuah kalimat baku.
Memiliki S dan P
Kalimat baku harus memiliki S dan P. Ketidakhadiran S atau P menyebabkan
kalimat tidak baku.
(1) Dalam rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.
Jika dianalisis unsur-unsurnya, kalimat tersebut tidak memiliki S. Kelompok kata
dalam rapat itu berfungsi sebagai K sebab merupakan frase preposisional yang
diawali preposisi dalam. Kata membahas menempati fungsi P. Kelompok kata
masalah kenaikan gaji pegawai adalah O kalimat itu. Pola kalimat tersebut adalah
(1) Dalam rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.
KPO
Karena itu, kalimat tersebut tidak merupakan kalimat baku. Agar menjadi kalimat
baku, perbaikan dapat dilakukan sebagai berikut:
Menghilangkan preposisinya sehingga menjadi frane nominal, dengan demikian
kalimat itu menjadi
(1a) Rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.
SPO
Mengubah kata kerja membahas dalam kalimat itu menjadi dibahas sehingga
kalimat itu menjadi
Pada kalimat tersebut terdapat konjungsi subordinatif jika dan maka. Konjungsi
jika dan maka menandai bahwa klausa yang mengikuti konjungsi tersebut
merupakan klausa terikat yang merupakan perluasan unsur K. Jadi, kalimat
tersebut tidak memiliki S dan P sebab unsur yang ada pada kalimat tersebut
semuanya K. Jika dipolakan akan terlihat polanya seperti di bawah ini
Agar menjadi kalimat baku, yang dapat dilakukan terhadap kalimat tersebut
adalah menghilangkan salah satu konjungsinya tergantung pada hubungan
antarklausa yang dikehendaki.
Kalimat (3b) juga merupakan hasil perbaikan kalimat (3), hanya yang
dihilangkan adalah konjungsi jika dan hubungan antarklausa yang terjadi adalah
hubungan akibat.
Berdasarkan polanya terlihat bahwa kalimat (4) adalah kalimat aktif transitif,
tetapi kalimat itu menjadi tidak baku sebab antara P dan O-nya terdapat
preposisi tentang. Agar menjadi kalimat baku, semestinya preposisi tentang pada
kalimat itu dihilangkan sehingga kalimat menjadi
Bila kita ingin mempertahankan preposisi tentang, P kalimat (4) harus diubah
menjadi kata kerja berpartikel. Agar menjadi kata kerja berpartikel, kata
mendiskusikan diubah menjadi berdiskusi sehingga kalimat menjadi
Jadi, perlu diingat bahwa dalam kalimat aktif transitif antara P dan O tidak boleh
terdapat preposisi.
Kalimat (6a) terdiri atas dua klausa: klausa pertama sebab Andika tidak belajar
dan klausa kedua Andika tidak bisa menjawab soal itu. Kedua klausa itu ternyata
memiliki S yang sama yaitu Andika. Sebab itu, kata Andika yang mengisi S pada
klausa pertama harus dihilangkan agar kalimat lebih hemat. Hasil menghilangkan
unsur pada salah satu klausa sebab adanya kesamaan kata/frase yang mengisi
unsur yang sama pada dua klausa yang berbeda dalam satu kalimat itu disebut
kalimat majemuk pelesapan.
Mari kita analisis kalimat (7) di bawah ini.
Perubahan yang terjadi pada kalimat (7b) menghasilkan kalimat baku. Kalimat
(7b) mengalami pelesapan S sebab berasal dari kalimat
(7c) Setelah kerupuk itu dijemur seharian, kerupuk itu digoreng oleh Ibu Tuti.
S P K S P Pel.
Memperhatikan asas kesejajaran bentuk/paralelisme
Asas kesejajaran atau paralelisme dalam kalimat merupakan penerapan peristiwa
morfologis dalam proses sintaksis. Proses morfologis biasanya berkaitan dengan
pemakaian imbuhan, sedangkan proses sintaksis adalah proses penyusunan
sebuah kalimat. Asas kesejajaran dipakai sebab berkaitan dengan keruntutan
proses berpikir.
Perhatikan kelompok kata di bawah ini.
Kelompok kata (8) tidak menerapkan asas kesejajaran. Kata pendidikan dibentuk
dari kata dasar yang diberi konfiks pe-an, sedangkan kata latihan dibentuk dari
kata dasar yang diberi akhiran –an. Agar sejajar, semestinya kata latihan diganti
menjadi pelatihan.
(9) Pak Ali mengepel lantai, menyapu halaman, dan perbaikan pintu yang rusak.
Bentukan Kata
Yang dimaksud bentukan kata adalah proses pengimbuhan dan makna gramatikal
imbuhan. Penerapan imbuhan mempunyai kaidah atau aturan. Melekatkankan
imbuhan pada kata dasar dapat menyebabkan perubahan bentuk imbuhan
bergantung pada kata dasar yang dilekatinyanya agar pengucapannya menjadi
lancar. Setelah dilekatkan pada kata dasar, imbuhan akan memunculkan makna
yang biasanya disebut makna gramtikal. Sering kita keliru memahami makna
imbuhan tersebut sehingga pemakaian kata tersebut dalam kalimat menjadi
salah.
Ketepatan Pengimbuhan
Salah satu kaidah yang perlu diingat agar pengimbuhan menjadi tepat adalah
proses nasalisasi. Proses nasalisasi diambil dari istilah konsonan nasal yaitu
konsonan yang dihasilkan sebab udara yang keluar dari paru-paru melalui
hidung. Konsonan nasal ada empat buat, yaitu /m/, /n/, /ng/, dan /ny/. Proses
nasalisasi terjadi jika awalan me- dan pe- dilekatkan kepada kata yang berfonem
awal /k/, /p/, /t/, dan /s/, lalu fonem awal tersebut berubah menjadi konsonan
nasal.
Contoh
me- + kirim = mengirim, /k/ pada kirim berubah menjadi /ng/
me- + pesona = memesona, /p/ pada pesona berubah menjadi /m/
me- + taati = menaati, /t/ pada taati berubah menjadi /n/
me- + sontek = menyontek, /s/ pada kata sontek berubah menjadi /ny/
Namun, me- atau pe- tidak mengalami nasalisasi jika kata yang dilekati itu
berfonem awal berupa konsonan rangkap, seperti /pr/, /kr/, /tr/, dan /sk/.
Contoh
me- + protes = memprotes
me- + kritik = mengkritik
me- + traktir = mentraktir
me- + skor = menskor
Jadi, kalimat yang memiliki S-P atau kalimat sempurna tidak bisa disebut kalimat
baku apabila dalam kalimat tersebut terdapat kata berimbuhan yang tidak tepat.
Misalnya kalimat (10) di bawah ini
(10) Kami tidak mempercayai berita-berita tersebut lagi.
SPO
Kalimat (10) adalah kalimat sempurna, tetapi kalimat tersebut tidak disebut
kalimat baku sebab terdapat kata yang salah, yaitu kata mempercayai, yang
semestinya memercayai.
Kalimat (11) bukanlah kalimat baku sebab terdapat kata berimbuhan yang tidak
tepat, yaitu menugaskan. Seharusnya, sesuai dengan kalimat (11), kata yang
tepat adalah menugasi bukan menugaskan. Perbaikan yang tepat untuk kalimat
(11) sebagaimana terlihat pada kalimat di bawah ini
(11a) Presiden menugasi Mendiknas untuk menyelesaikan kasus itu.
(11b) Presiden menugaskan penyelesaian kasus itu kepada Mendiknas.
Kalimat (12) di bawah ini juga bukan kalimat baku.
(12) Presiden membawahi menteri-menteri.
http://insanpurnama.blogspot.com/2009/03/ada-beberapa-istilah-yang-dalam-
konteks.html
KALIMAT BAKU
- Semua peserta pertemuan itu sudah hadir
- Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara
- Masalah Ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas
- Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan
- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B
- Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengembangan kota
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya ...
secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Berikut ini contoh
kalimat yang kurang efektif. Kalimat (1)diambil dari sebuah tiket bus dan
kalimat (2) diambil dari sebuah majalah.
1. Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya melaporkan
kepada kami.
Kalimat ini kurang jelas maksudnya karena ada bagian yang dihilangkan
atau tidak sejajar. Siapakah yang diminta “supaya melaporkan kepada
kami”? Ternyata imbauan ini untuk para penumpang yang membeli tiket
agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi:
1a. Jika bus ini mengambil penumpang diluar agen, Anda diharap dapat
melaporkannya kepada kami.
Jika subjek induk kalimat dan anak kalimatnya dibuat sama, ubahannya
menjadi
1b. Jika bus ini mengambil penumpang diluar agen, harap dilaporkan
kepada kami
1 Hafal Hapal
3 Aktif Aktip
4 Aktivitas Aktifitas
5 Apotek Apotik
6 Atlet Atlit
7 Anda anda
8 Andal handal
9 Analisis analisa
10 Diagnosis diagnosa
11 Asas azas
12 Cendekiawan cendikiawan
13 Detail detil
14 Embus hembus
15 Ekstrem ekstrim
16 Ekstremis ekstrimis
17 Februari pebruari
18 Frekuensi frekwensi
19 Fondasi pondasi
20 Hierarki hirarki
21 Hakikat hakekat
22 Ijazah ijasah
23 Izin ijin
24 Imbau himbau
25 Isap hisap
26 Jenazah jenasah
27 Justru justeru
28 Karier karir
29 Kategori katagori
30 Konferensi konperensi
31 Kualifikasi kwalifikasi
32 Kualitatif kwalitatif
33 Kuantitatif kwantitatif
34 Kualitas kwalitas
35 Masjid mesjid
36 Merek mrek
37 Meterai meterei
38 Miliar milyar
39 Misi missi
40 Mulia mulya
41 Museum museum
42 Metode metoda
43 Mungkir pungkir
45 Nasihat nasehat
46 Objek obyek
47 Objektif obyektif
48 Peduli perduli
49 Praktik praktek
50 Provinsi propinsi
51 Risiko resiko
52 Sekadar sekedar
53 Silakan silahkan
54 Subjektif subyektif
55 Teknik tehnik
56 teknologi tehnologi
57 terampil trampil
58 telanjur terlanjur
59 telantar Terlantar
60 bus Bis
61 doa Do’a
62 durian Duren
63 gubuk Gubug
64 hadis Hadist
65 imaginasi Imajinasi
66 insaf Insyaf
67 zaman Jaman
68 kalau Kalo
69 konkret Konkrit
70 nomor Nomer
71 sistem Sistim
73 pelanggan Langganan
74 pihak Fihak
75 relative Relative
76 elektronik Electronic
77 aki Accu
78 atmosfer Atmosfir
79 e-mail Email
80 foto Photo
81 jumat Jum’at
82 ubah Rubah
83 mengubah Merubah
84 utang Hutang
85 ramai Rame
86 rapot Raport
87 sentosa Sentausa
88 trotoir Trotoar
89 profil Propil
90 primitive Primitip
91 privat Prifat
92 pasal Fasal
93 kuitansi Kwitansi
94 kompleks Komplek
95 khawatir Kuatir
96 telepon Telpon
97 disahkan Disyahkan
99 direktur Director