You are on page 1of 46

Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

BULETIN TEKNIS KSAP 01

I. PENDAHULUAN
Dalam rangka implementasi SAP, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP) memandang perlu memberikan panduan untuk mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah belum tersusunnya neraca awal.
Neraca awal merupakan titik tolak dan akan menjadi dasar untuk memulai pencatatan
transaksi akuntansi periode berikutnya. Dengan adanya neraca awal, penyusunan laporan
keuangan periode berikutnya akan lebih mudah. Tujuan Buletin Teknis ini untuk
membantu entitas pelaporan dalam menyusun neraca awal yang sesuai dengan SAP.

II. NERACA
Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang menggambarkan
posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan
posisi keuangan adalah posisi aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

A. Persamaan Dasar Akuntansi


Neraca mencerminkan persamaan akuntansi yang umum dikenal yaitu :
Aset = Kewajiban + Ekuitas
Ekuitas pemerintah disebut ekuitas dana. Ekuitas dana pemerintah berbeda dengan
ekuitas sektor komersial. Ekuitas di sektor komersial mencerminkan sumber dari
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan ekuitas dana pemerintah
merupakan selisih aset dengan kewajiban, sehingga persamaan akuntansinya
menjadi :
Aset – Kewajiban = Ekuitas dana

Audit Internal Pemerintah | 1


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

B. Struktur Neraca
Neraca menyajikan posisi aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Pemerintah Pusat
Neraca
Per 31 Desember 200X
ASET KEWAJIBAN
Aset Lancar XXX Kewajiban Jangka Pendek XXX
Investasi Jangka Panjang XXX Kewajiban Jangka Panjang XXX
Aset Tetap XXX Jumlah Kewajiban XXX
Aset Lainnya XXX
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar XXX
Diinvestasikan Dalam Investasi XXX
Jangka Panjang
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX
Diinvestasikan Dalam Aset XXX
Lainnya
Dana Yang Harus Disediakan (XXX
Untuk Pembayaran Utang Jk. )
Panjang
Jumlah Ekuitas Dana XXX

Jumlah Aset XXX Jumlah Kewajiban dan Ekuitas XXX


Dana

III. PENYUSUNAN NERACA AWAL


Neraca awal adalah neraca yang disusun pertama kali oleh pemerintah. Neraca
awal menunjukkan nilai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal neraca awal.
Alasan Penyusunan Neraca Awal :
Sistem pencatatan yang digunakan selama ini tidak memungkinkan suatu entitas
menghasilkan neraca, sehingga perlu dilakukan pendekatan untuk menentukan nilai yang
akan disajikan dalam neraca. Pendekatan yang dimaksud adalah dengan melakukan
identifikasi atas pos-pos neraca dengan cara inventarisasi fisik, catatan, laporan, atau
dokumen sumber lainnya.
Kebijakan akuntansi perlu disiapkan untuk penyusunan neraca awal. Kebijakan
akuntansi ini mencerminkan ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam penyusunan
neraca awal seperti pengertian, pengukuran, dan hal penting lainnya yang perlu

Audit Internal Pemerintah | 2


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

diungkapkan dalam neraca. Apabila neraca awal yang disusun pertama kali ini belum
dapat memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam PSAP maka terhadap pos-pos
neraca tersebut dapat dilakukan koreksi sebagaimana mestinya di kemudian hari.

IV. ASET LANCAR


Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera dapat
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal pelaporan, atau berupa kas dan setara kas.
Aset lancar terdiri dari :
1. Kas dan setara kas
2. Investasi jangka pendek
3. Piutang
4. Persediaan

1. Kas dan setara kas


Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan pemerintahan, setara kas yaitu investasi jangka pendek
yang sangat likuid yang siap dicairkan menjadi kas, serta bebas dari risiko
perubahan nilai yang signifikan, yang mempunyai masa jatuh tempo yang pendek
misalnya 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya
Pengukuran :
Kas dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila
terdapat kas dalam valuta asing, dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs
tengah bank sentral pada tanggal neraca
Penentuan Saldo Awal :
Untuk pemerintah pusat, dilihat dari sisi penanggungjawabnya, kas dapat
dikelompokkan dalam kas yang berada dalam penguasaan dan tanggung jawab
Bendahara Umum Negara dan kas yang berada dalam penguasaan dan tanggung
jawab selain Bendahara Umum Negara

Kas pemerintah yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab Bendahara Umum
Negara atau Kuasa Bendahara Umum Negara terdiri atas:
1. Kas di Bank Sentral;

Audit Internal Pemerintah | 3


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

2. Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (rekening penerimaan dan


rekening pengeluaran pada bank umum/persepsi); dan
3. Setara kas di Bendahara Umum Negara atau Kuasa Bendahara Umum Negara.

Jurnal untuk mencatat saldo awal kas adalah sebagai berikut :


Kode Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Kas di Bank Indonesia XXX
XXXX Kas di KPPN XXX
XXXX Utang PFK XXX
XXXX SAL XXX

Kas pemerintah pusat yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab selain Bendahara
Umum Negara terdiri dari:
1. Kas di Bendahara Pengeluaran;
2. Kas di Bendahara Penerimaan; dan
3. Saldo kas lainnya yang diterima Kementerian Negara/Lembaga karena
penyelenggaraan pemerintahan.

Untuk mendapatkan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran perlu dilakukan:


1. Inventarisasi fisik untuk menentukan saldo kas per tanggal neraca
2. Inventarisasi untuk menentukan saldo rekening koran seluruh Bendahara
Pengeluaran per tanggal neraca
3. Rekonsiliasi catatan yang ada di Bendahara Pengeluaran dengan seluruh saldo
rekening koran

Jurnal untuk mencatat saldo awal kas di bendahara pengeluaran adalah sebagai
berikut :
a. Di kementerian negara/lembaga :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
XXXX Uang Muka dari Kas Umum Negara XXX

Audit Internal Pemerintah | 4


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

b. Di pemerintah pusat :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
XXXX SAL XXX

Jurnal untuk mencatat saldo awal kas di bendahara penerimaan adalah sebagai
berikut
a. Di kementerian negara/lembaga :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Kas di Bendahara Penerimaan XXX
XXX Utang Jangka Pendek Lainnya XXX

b. Di pemerintah pusat :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Kas di Bendahara Penerimaan XXX
XXX Pendapatan Yang Ditangguhkan XXX

2. Investasi jangka pendek


Adalah Investasi pemerintah yang segera dapat dikonversi menjadi kas, misalkan :
antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai dengan 12 (dua belas) bulan dan surat
berharga yang mudah diperjualbelikan
Investasi jangka pendek diakui pada saat kepemilikan terjadi yakni pada saat
menerima bukti investasi
Pengukuran :
Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai yang tertera
pada sertifikat (bukti Investasi)
Penentuan Saldo Awal :
Untuk mendapatkan saldo investasi jangka pendek diperlukan informasi mengenai
deposito berjangka 3 (tiga) sampai dengan 12 (dua belas) serta surat berharga yang
mudah diperjualbelikan dari pihak yang menangani hal tersebut.
Jurnal untuk mencatat saldo awal investasi jangka pendek adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Investasi Jangka Pendek XXX
Audit Internal Pemerintah | 5
Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

XXX SAL XXX

3. Piutang
Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain
termasuk wajib pajak/bayar.
a. Bagian lancar tagihan penjualan angsuran
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi tagihan
penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek.
Reklasifikasi ini dilakukan karena adanya tagihan angsuran jangka panjang yang
jatuh tempo pada satu tahun berikutnya sesudah tanggal neraca awal.
Pengukuran :
Bagian lancar tagihan penjualan angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu
sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu
tahun
Penentuan Saldo Awal :
Untuk mendapatkan saldo Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, pada
saat penyusunan neraca perlu dihitung berapa bagian dari Tagihan Penjualan
Angsuran yang akan jatuh tempo dalam tahun depan, yang datanya dapat
diperoleh di unit yang mengelola keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
Jurnal untuk mencatat saldo awal bagian lancar tagihan penjualan angsuran
adalah sebagai berikut :

Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran XXX
XXX Cadangan Piutang XXX

b. Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan negara/ perusahaan daerah/


pemerintah daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara/ Perusahaan Daerah/
Pemerintah Daerah merupakan reklasifikasi piutang Pinjaman kepada
Perusahaan Negara/ Perusahaan Daerah/ Pemerintah Daerah yang jatuh tempo
dalam tahun anggaran berikutnya. Reklasifikasi ini akan mengurangi perkiraan
Pinjaman kepada Perusahaan Negara/ Perusahaan Daerah/ Pemerintah Daerah.
Pengukuran :

Audit Internal Pemerintah | 6


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan negara/ perusahaan daerah/


pemerintah daerah diakui berdasarkan nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah
jumlah bagian lancar piutang.
Penentuan Saldo Awal :
Untuk mendapatkan saldo Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan
Negara/Perusahaan Daerah/Pemerintah Daerah, pada saat penyusunan neraca
perlu dihitung berapa bagian dari Pinjaman kepada Perusahaan
Negara/Perusahaan Daerah/Pemerintah Daerah yang akan jatuh tempo dalam
tahun depan. Penatausahaaan Pinjaman kepada Perusahaan Negara/Perusahaan
Daerah/Pemerintah Daerah dilakukan oleh Kementerian Keuangan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal bagian lancar pinjaman kepada perusahaan
negara/ perusahaan daerah/ pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan XXX
Negara/Perusahaan Daerah/Pemerintah Daerah
XXX Cadangan Piutang XXX

c. Bagian lancar tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi


Bagian Lancar TP/TGR merupakan reklasifikasi lain-lain aset yang berupa
TP/TGR ke dalam aset lancar disebabkan adanya TP/TGR jangka panjang yang
jatuh tempo tahun berikutnya. Reklasifikasi ini dilakukan hanya untuk tujuan
penyusunan neraca karena penerimaan kembali dari TP/TGR akan mengurangi
akun Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi bukan Bagian Lancar
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
Pengukuran :
Bagian lancar tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi nilai nominal yaitu
sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam waktu satu
tahun
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal bagian lancar tuntutan perbendaharaan/
tuntutan ganti rugi adalah sebagai berikut :

Audit Internal Pemerintah | 7


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/ XXX
Tuntutan Ganti Rugi
XXX Cadangan Piutang XXX

d. Piutang pajak
Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang sampai pada tanggal neraca belum dibayar
oleh WP harus dilaporkan sebagai Piutang Pajak dalam neraca
Pengukuran :
Piutang pajak dicatat berdasarkan nilai nominal seluruh SKP yang belum
dibayar oleh WP pada tanggal neraca

Penentuan Saldo Awal :


Jurnal untuk mencatat saldo awal piutang pajak adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Piutang Pajak XXX
XXX Cadangan Piutang XXX

e. Piutang penerimaan negara bukan pajak


Surat Penagihan (SPN) dan/atau Surat Pemindahan Penagihan Piutang Negara
(SP3N) PNBP yang sampai pada tanggal neraca belum dibayar
Pengukuran :
Piutang penerimaan negara bukan pajak dicatat berdasarkan nilai nominal
seluruh tagihan yang belum dibayar oleh wajib bayar pada tanggal neraca.
Pelaporan :
Jurnal untuk mencatat saldo awal piutang penerimaan negara bukan pajak
adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Piutang PNBP XXX
XXX Cadangan Piutang XXX

Audit Internal Pemerintah | 8


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

f. Piutang lainnya
Transaksi yang berkaitan dengan pengakuan piutang di luar Bagian Lancar
Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD
dan Lembaga Internasional, Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan
Ganti Rugi, Piutang Pajak dan Piutang PNBP
Pengukuran :
Piutang lainnya dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah yang
belum dilunasi.

Penentuan Saldo Awal :


Jurnal untuk mencatat saldo awal piutang lainnya adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Piutang Lainnya XXX
XXX Cadangan Piutang XXX

4. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies)
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat
Pengukuran :
Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian,
biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila
diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal persediaan adalah sebagai berikut
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Persediaan XXX
XXX Cadangan Persediaan XXX

Audit Internal Pemerintah | 9


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

V. INVESTASI
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti
bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan pada masyarakat. Investasi pemerintah
dibagi atas dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi
jangka pendek termasuk dalam kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang
masuk dalam kelompok aset nonlancar.
1. Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
Investasi jangka pendek pemerintah harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
2. Ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan
3. Berisiko rendah.

a. Deposito jangka pendek


Deposito yang jatuh temponya antara 3 (tiga) sampai dengan12 (dua belas)
bulan.
Pengukuran :
Deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.
Penentuan Saldo Awal :
Apabila dalam pengelolaan kas pemerintah terdapat dana yang ditanamkan
dalam deposito jangka pendek maka harus dipisahkan deposito yang berjangka
waktu kurang dari 3 (tiga) bulan dengan deposito yang berjangka waktu lebih
dari 3 (tiga) bulan tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan. Untuk deposito
berjangka waktu kurang dari 3 (tiga) bulan diklasifikasikan
dalam akun kas dan setara kas, sedangkan deposito berjangka waktu lebih dari 3
(tiga) bulan tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan diklasifikasikan dalam
investasi jangka pendek.
Jurnal untuk mencatat saldo awal investasi jangka pendek – deposito adalah
sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
Audit Internal Pemerintah | 10
Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

XXX Investasi Jangka Pendek – Deposito XXX


XXX SAL XXX

b. Obligasi jangka pendek


Investasi jangka pendek dalam Obligasi/SUN adalah investasi yang dilakukan
oleh pemerintah dengan membeli Obligasi/SUN yang diterbitkan oleh Pemda,
Negara/Lembaga Internasional lainnya. Obligasi/SUN dimaksud adalah
Investasi negara kepada pihak ketiga yang berjangka waktu kurang dari 12 (dua
belas) bulan.
Pengukuran :
Obligasi jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal investasi jangka pendek – deposito adalah
sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Investasi Jangka Pendek - Obligasi XXX
XXX SAL XXX

c. Investasi jangka pendek lainnya


Investasi Jangka Pendek Lainnya adalah investasi yang dilakukan oleh
pemerintah dalam bentuk selain dari deposito dan obligasi yang berjangka
waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka pendek ini dicatat
sebesar nilai nominalnya.
Pengukuran :
Investasi jangka pendek lainnya dicatat berdasarkan nilai nominalnya.
Penentuan Saldo Awal :
Pada pemerintah pusat, manajemen kas terhadap investasi jangka pendek
dikelola oleh Departemen Keuangan atau unit kerja lain yang ditunjuk untuk itu.
Dokumen pendukung sebagai dasar pencatatan adalah Surat Perintah Membayar
(SPM)
Jurnal untuk mencatat saldo investasi jangka pendek lainnya adalah sebagai
berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun

Audit Internal Pemerintah | 11


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

XXX Investasi Jangka Pendek - Lainnya XXX


XXX SAL XXX

2. Investasi Jangka Panjang


Investasi Jangka Panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih
dari 12 (dua belas) bulan

a. Investasi non permanen


Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan, dan diharapkan akan berakhir pada
jangka waktu tertentu.
1) Pinjaman kepada perusahaan negara
Investasi yang timbul dari pemberian pinjaman kepada perusahaan negara
yang dimaksudkan untuk ditagih kembali pada tanggal jatuh tempo.
Pengukuran :
Pinjaman kepada perusahaan negara dicatat sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value). Dalam hal pemerintah tidak dapat
menetapkan nilai bersih yang dapat direalisasikan, maka digunakan nilai
nominal.
Penentuan Saldo Awal :
Pinjaman kepada perusahaan negara dikelola oleh Departemen Keuangan
atau unit kerja lain yang ditunjuk untuk itu. Dokumen pendukung sebagai
dasar pencatatan adalah perjanjian pinjaman, bukti pengeluaran kas dari kas
negara, atau dokumen lainnya yang sah.
Jurnal untuk mencatat saldo awal pinjaman kepada perusahaan negara
adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Pinjaman Kepada Perusahaan Negara XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka XXX
Panjang

2) Pinjaman kepada perusahaan daerah

Audit Internal Pemerintah | 12


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Investasi yang timbul dari pemberian pinjaman kepada perusahaan daerah


yang dimaksudkan untuk ditagih kembali pada tanggal jatuh tempo.
Pengukuran :
Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Dalam hal
pemerintah tidak dapat menetapkan nilai bersih yang dapat direalisasikan,
maka digunakan nilai nominal

Penentuan Saldo Awal :


Pinjaman kepada perusahaan daerah dikelola oleh Kementerian Keuangan
atau unit kerja lain yang ditunjuk untuk itu. Dokumen pendukung sebagai
dasar pencatatan adalah perjanjian pinjaman, bukti pengeluaran kas dari kas
negara, atau dokumen lainnya yang sah
Jurnal untuk mencatat saldo awal pinjaman kepada pemerintah daerah
adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka XXX
Panjang

3) Pinjaman kepada pemerintah daerah


Investasi yang timbul dari pemberian pinjaman kepada pemerintah daerah
yang dimaksudkan untuk ditagih kembali pada tanggal jatuh tempo
Pengukuran :
Pinjaman kepada pemerintah daerah dicatat sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value). Dalam hal pemerintah tidak dapat
menetapkan nilai bersih yang dapat direalisasikan, maka digunakan nilai
nominal
Penentuan Saldo Awal :
Pinjaman kepada pemerintah daerah dikelola oleh Kementerian Keuangan
atau unit kerja lain yang ditunjuk untuk itu. Dokumen pendukung sebagai
dasar pencatatan adalah perjanjian pinjaman, bukti pengeluaran kas dari kas
negara, atau dokumen lainnya yang sah

Audit Internal Pemerintah | 13


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Jurnal untuk mencatat saldo awal pinjaman kepada pemerintah daerah


adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka XXX
Panjang
4) Dana bergulir
Dana bergulir adalah dana yang dipinjamkan kepada sekelompok
masyarakat, perusahaan negara/daerah, untuk ditarik kembali setelah jangka
waktu tertentu, dan kemudian disalurkan kembali
Pengukuran :
Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value), yaitu sebesar
nilai kas yang dipegang unit pengelola ditambah jumlah yang diharapkan
dapat tertagih
Penentuan Saldo Awal :
Data dana bergulir dapat diperoleh pada unit yang diserahi tugas untuk
menyalurkannya. Unit penyalur dana bergulir antara lain adalah
Departemen Keuangan, Departemen Koperasi dan UKM
Jurnal untuk mencatat saldo awal dana bergulir adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Bergulir XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka XXX
Panjang

5) Investasi dalam penyertaan modal dalam proyek pembangunan


Penyertaan modal dalam proyek pembangunan adalah akumulasi dana yang
dikeluarkan untuk proyek yang dilaksanakan dengan maksud untuk
mengalihkan sepenuhnya atau sebagian kepemilikan proyek tersebut kepada
pihak ketiga setelah proyek mencapai tingkat penyelesaian tertentu
Pengukuran :
Harga perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk
memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. Harga perolehan
investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam mata uang rupiah

Audit Internal Pemerintah | 14


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah Bank Sentral) yang berlaku
pada tanggal transaksi.
Penentuan Saldo Awal :
Pengumpulan data tentang penyertaan modal dalam proyek pembangunan
dapat diperoleh pada unit kerja yang menangani proyek pembangunan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal investasi dalam penyertaan modal dalam
proyek pembangunan adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Penyertaan Modal Dalam Proyek Pembangunan XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka XXX
Panjang

3. Investasi permanen
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan yang mempunyai masa investasi lebih dari 12
(duabelas bulan)
a. Penyertaan modal pemerintah
Penyertaan modal pemerintah menggambarkan jumlah yang dibayar oleh
pemerintah untuk penyertaan modal dalam perusahaan negara/daerah, baik di
dalam dan di luar negeri
Pengukuran :
Harga perolehan jika kepemilikan pemerintah kurang dari 20% dan tidak
memiliki kendali yang signifikan. Apabila kepemilikan kurang dari 20% tetapi
memiliki kendali yang signifikan atau kepemilikan lebih dari 20%, maka
penyertaan modal pemerintah dicatat secara proporsional dari nilai ekuitas yang
tercantum dalam laporan keuangan perusahaan/lembaga yang dimaksud
Penentuan Saldo Awal :
Data penyertaan modal pemerintah dapat diketahui dari akte pendirian beserta
perubahan perusahaan beserta bukti setoran modal yang telah dilakukan oleh
pemerintah. Informasi mengenai penyertaan modal pemerintah dapat diperoleh
di unit yang menangani penyertaan modal pemerintah pada Kementerian
Keuangan dan Kementerian Negara BUMN.

Audit Internal Pemerintah | 15


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Jurnal untuk mencatat saldo awal penyertaan modal pemerintah adalah sebagai
berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Penyertaan Modal Pemerintah XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka XXX
Panjang

b. Investasi permanen lainnya


Adalah Investasi Permanen yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori
Penyertaan Modal Pemerintah, diklasifikasikan sebagai Investasi Permanen
Lainnya
Pengukuran :
harga perolehan ditambah biaya lainnya yang dikeluarkan untuk Investasi
Permanen Lainnya
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal investasi permanen lainnya adalah sebagai
berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Investasi Permanen Lainnya XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka XXX
Panjang

VI. ASET TETAP


Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum
1. Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau
diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah

Audit Internal Pemerintah | 16


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam akun tanah adalah tanah yang
digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan
Pengukuran :
Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, nilai tanah yang
dicantumkan dalam neraca awal adalah nilai wajar pada tanggal neraca awal. Nilai
wajar yang dimaksud adalah harga perolehan jika tanah tersebut dibeli setahun atau
kurang dari tanggal neraca awal
Jika tanah diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal, maka nilai
wajar tanah ditentukan dengan menggunakan rata-rata harga jual beli tanah antar
pihak-pihak independen di sekitar tanggal neraca tersebut, untuk jenis tanah yang
sama di wilayah yang sama
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal tanah adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Tanah XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX

2. Peralatan dan Mesin


Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan
alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan
pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan;
komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian;
alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses
produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi
siap digunakan
Pengukuran :
Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar untuk peralatan dan mesin
adalah harga perolehan jika peralatan dan mesin tersebut dibeli setahun atau kurang
dari tanggal neraca awal atau membandingkannya dengan harga pasar peralatan dan
mesin sejenis dan dalam kondisi yang sama. Apabila harga pasar tidak tersedia maka
digunakan nilai dari perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten
(appraisal) dengan memperhitungkan faktor penyusutan. Jika hal tersebut terlalu
mahal biayanya dan memakan waktu lama karena tingkat kerumitan perhitungan

Audit Internal Pemerintah | 17


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

yang tinggi maka dapat dipakai standar harga yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah yang berwenang dengan memakai perhitungan teknis.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal peralatan dan mesin adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Peralatan dan Mesin XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX

3. Gedung dan Bangunan


Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau
dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah
dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan bangunan di neraca meliputi antara
lain bangunan gedung; monumen; bangunan menara; rambu-rambu; dan tugu titik
kontrol/pasti
Pengukuran :
Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar gedung dan bangunan adalah
harga perolehan jika gedung dan bangunan tersebut dibeli atau dibangun setahun
atau kurang dari tanggal neraca awal.
Jika gedung dan bangunan diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca
awal, nilai wajar gedung dan bangunan ditentukan dengan menggunakan NJOP
terakhir. Jika terdapat alasan untuk tidak menggunakan NJOP, maka dapat
digunakan nilai dari perusahaan jasa penilai resmi atau membentuk tim penilai yang
kompeten (appraisal)
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Gedung dan Bangunan adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Gedung dan Bangunan XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX

4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Audit Internal Pemerintah | 18


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Jalan, irigasi, dan jaringan di neraca antara lain meliputi jalan dan jembatan;
bangunan air; instalasi; dan jaringan. Akun ini tidak mencakup tanah yang diperoleh
untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan
Pengukuran :
Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar jalan, irigasi, dan jaringan
ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten
dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan teknis (yang antara lain
memperhitungkan fungsi dan kondisi aset) dari instansi pemerintah yang berwenang
yang diterbitkan setahun atau kurang dari tanggal neraca.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Jalan, Irigasi, dan Jaringan adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX

5. Aset Tetap Lainnya


Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap lainnya di
neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak
seni/budaya/olah raga.
Pengukuran :
Untuk keperluan penyusunan neraca awal, aset tetap lainnya dinilai dengan
menggunakan nilai wajar jika aset tersebut dibeli pada tanggal neraca
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal aset tetap lainnya adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Aset Tetap Lainnya XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan


Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya.

Audit Internal Pemerintah | 19


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Pengukuran :
Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang diakumulasikan
sampai dengan tanggal neraca dari semua jenis aset tetap dalam pengerjaan yang
belum selesai dibangun. Untuk keperluan neraca awal, dokumen sumber untuk
mencatat nilai konstruksi dalam pengerjaan ini adalah akumulasi seluruh nilai SPM
yang telah dikeluarkan untuk aset tetap yang bersangkutan sampai dengan tanggal
neraca.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal konstruksi dalam pengerjaan adalah sebagai
berikut
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Konstruksi Dalam Pengerjaan XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX

VII.DANA CADANGAN
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Pembentukan dan penggunaan dana cadangan tersebut dilakukan dengan persetujuan
dewan legislatif.
Pengukuran :
Dana cadangan dinilai sebesar nilai nominal dana cadangan yang dibentuk. Jika terdapat
hasil yang diperoleh dari dana cadangan diperlakukan sebagai penambah nilai dana
cadangan tersebut.
Penentuan Saldo Awal :
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk membukukan dana cadangan dalam
menyusun neraca awal adalah rekening dana cadangan
Jurnal untuk mencatat saldo awal dana cadangan adalah sebagai berikut :

Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Cadangan XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan XXX

Audit Internal Pemerintah | 20


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

VIII. ASET LAINNYA


Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset
tetap dan dana cadangan
1. Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang
atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan
intelektual.
Aset tak berwujud meliputi :
1. Software komputer;
2. Lisensi dan franchise;
3. Hak cipta (copyright), paten, dan hak lainnya; dan
4. Hasil Kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang adalah suatu
kajian atau penelitian yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial di masa
yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset. Apabila hasil kajian tidak
dapat diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial maka
tidak dapat dikapitalisasi sebagai aset tak berwujud.
Pengukuran :
Aset tak berwujud dinilai sebesar pengeluaran yang terjadi dengan SPM belanja
modal non fisik yang melekat pada aset tersebut. (setelah dikurangi dengan biaya-
biaya lain yang tidak dapat dikapitalisir)
Penentuan Saldo Awal :
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai aset tak berwujud
adalah SPM untuk belanja modal non fisik (setelah dikurangi dengan biaya-biaya
lain yang tidak dapat dikapitalisir).
Jurnal untuk mencatat saldo awal aset tak berwujud adalah sebagai berikut :

Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Aset Tak Berwujud XXX
XXXX Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya XXX

2. Tagihan Penjualan Angsuran

Audit Internal Pemerintah | 21


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari


penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh
tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan
kendaraan dinas
Pengukuran :
Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara
penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah
dibayarkan oleh pegawai ke kas negara.
Penentuan Saldo Awal :
Dalam menyusun neraca awal, dokumen sumber yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai tagihan penjualan angsuran adalah daftar saldo tagihan penjualan
angsuran yang nilainya menggambarkan nilai yang ditetapkan dalam berita acara
penjualan aset setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh
pegawai ke kas negara. Dokumen mengenai tagihan penjualan angsuran dapat
diperoleh di biro/bagian keuangan yang mengelola tagihan penjualan angsuran
dimaksud
Jurnal untuk mencatat saldo awal tagihan penjualan angsuran adlah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Tagihan Penjualan Angsuran XXX
XXXX Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya XXX

3. Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)


Tuntutan perbendaharaan (TP) merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap
bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang
diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian
dalam pelaksanaan tugas kewajibannya
Tuntutan ganti rugi (TGR) merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap
pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas
suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak
langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai
tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya
Pengukuran :

Audit Internal Pemerintah | 22


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Tuntutan perbendaharaan (TP) dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keputusan
Pembebanan (SK Pembebanan) setelah dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas negara
Tuntutan ganti rugi (TGR) dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan
Tanggungjawab Mutlak (SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas negara
Penentuan Saldo Awal :
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan ganti rugi
adalah Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan bukti setor berupa STS atau
SSBP
Jurnal untuk mencatat saldo awal tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi adalah
sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Tuntutan Perbendaharaan XXX
XXXX Tuntutan Ganti Rugi XXX
XXXX Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya XXX

4. Kemitraan Dengan Pihak Ketiga


a. Bangun, Kelola, Serah (BKS)
Bangun, Kelola, Serah adalah suatu bentuk kerjasama berupa pemanfaatan aset
pemerintah oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut
mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya serta
mendayagunakannya dalam jangka waktu tertentu, untuk kemudian menyerahkan
kembali bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya kepada pemerintah
setelah berakhirnya jangka waktu yang disepakati (masa konsesi).
Pengukuran :
BKS dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada pihak
ketiga/investor untuk membangun aset BKS tersebut. Aset yang berada dalam
BKS ini disajikan terpisah dari Aset Tetap.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal dari BKS adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Kemitraan Dengan Pihak Ketiga XXX

Audit Internal Pemerintah | 23


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Lainnya XXX

b. Bangun, Serah, Kelola (BSK)


Bangun, Serah, Kelola (BSK) adalah pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak
ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan
dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya kemudian menyerahkan aset yang
dibangun tersebut kepada pemerintah untuk dikelola sesuai dengan tujuan
pembangunan aset tersebut. Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada
pemerintah disertai dengan kewajiban pemerintah untuk melakukan pembayaran
kepada pihak ketiga/investor. Pembayaran oleh pemerintah ini dapat juga
dilakukan secara bagi hasil.
Pengukuran :
BSK dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar nilai aset
yang diserahkan pemerintah ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan oleh
pihak ketiga/investor untuk membangun aset tersebut

Penentuan Saldo Awal :


Jurnal untuk mencatat saldo awal dari BSK adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Kemitraan Dengan Pihak Ketiga XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya XXX
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang
XXX Utang Jangka Panjang Lainnya XXX

5. Aset Lain-Lain
Pos Aset Lain-Lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan

Audit Internal Pemerintah | 24


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Contoh
dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal aset lain-lain adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Aset Lain-Lain XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya XXX

IX. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
A. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar
kembali atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca
1. Bagian lancar utang jangka panjang
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang merupakan bagian utang jangka panjang
baik pinjaman dari dalam negeri maupun luar negeri yang akan jatuh tempo dan
diharapkan akan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
neraca.
Pengukuran :
sejumlah utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal neraca.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Utang Jangka Panjang adalah
sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Pendek
XXX Bagian Lancar Utang Jangka Pendek XXX

2. Utang kepada pihak ketiga (accounts payable)


Utang kepada Pihak Ketiga berasal dari kontrak atau perolehan barang/jasa yang
belum dibayar sampai dengan tanggal neraca awal.

Audit Internal Pemerintah | 25


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Pengukuran :
Sebesar jumlah Utang kepada Pihak Ketiga yang belum dibayar untuk barang
tersebut pada tanggal neraca
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang kepada Pihak Ketiga adalah sebagai
berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Pendek
XXX Utang Kepada Pihak Ketiga XXX

3. Utang bunga
Utang Bunga timbul karena pemerintah mempunyai pinjaman, baik yang berasal
dari dalam negeri maupun luar negeri, termasuk penerbitan sekuritas pemerintah
yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN).

Pengukuran :
Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar biaya
bunga yang telah terjadi tetapi belum dibayar oleh pemerintah.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang Bunga adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Pendek
XXX Utang Bunga XXX

4. Utang perhitungan pihak ketiga (PFK)


Utang PFK timbul akibat pemerintah belum menyetor kepada pihak lain atas
pungutan/potongan PFK dari Surat Perintah Membayar (SPM) atau dokumen
lain yang dilakukannya. Pungutan/potongan PFK dapat berupa potongan 10%
gaji, 2% pensiun, dan PFK lainnya
Pengukuran :

Audit Internal Pemerintah | 26


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Sebesar saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain


sampai dengan tanggal neraca.
Penentuan Saldo Awal :
Pungutan/potongan PFK tersebut seharusnya diserahkan kepada pihak lain (PT
Taspen, Bapertarum, dan PT Askes) sejumlah yang sama dengan jumlah yang
dipungut/dipotong. Akun ini pada umumnya muncul di unit yang berfungsi
sebagai pengelola keuangan/pinjaman. Oleh karena itu, inventarisasi utang PFK
dilakukan di satuan kerja pengelola keuangan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang PFK adalah sebagai berikut
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Kas di KPPN XXX
XXX Utang PFK XXX

5. Uang muka dari Kas Umum Negara (KUN)


Uang Muka dari KUN timbul akibat bendahara Kementerian/Lembaga belum
menyetor sisa UYHD/UP sampai dengan tanggal neraca.
Pengukuran :
Nilai yang dicantumkan di neraca untuk akun ini adalah sebesar saldo uang
muka yang belum disetorkan ke kas negara pada tanggal neraca.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Uang Muka dari KUN adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Pendek
XXX Utang Kepada Pihak Ketiga XXX

6. Utang jangka pendek lainnya


Utang jangka pendek lainnya merupakan utang selain bagian lancar utang
jangka panjang, utang kepada pihak ketiga (account payable), utang
perhitungan fihak ketiga (PFK), utang bunga, dan uang muka dari KUN.

Audit Internal Pemerintah | 27


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

B. Kewajiban Jangka Panjang


Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar
kembali atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca.
1. Utang luar negeri
Utang luar negeri timbul akibat pemerintah melakukan pinjaman kepada
negara/lembaga keuangan internasional
Pengukuran :
sebesar jumlah yang belum dibayar pemerintah yang akan jatuh tempo dalam
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca
Penentuan Saldo Awal :
Akun ini pada umumnya ada di unit yang berfungsi sebagai pengelola
keuangan/pinjaman. Oleh karena itu, inventarisasi atas utang luar negeri
dilakukan di satuan kerja pengelola keuangan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang Luar Negeri adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Panjang
XXX Utang Luar Negeri XXX

2. Utang dalam negeri sektor perbankan


Utang dalam negeri sektor perbankan merupakan utang jangka panjang yang
berasal dari perbankan dan diharapkan akan dibayar dalam waktu dua belas
bulan setelah tanggal neraca.
Pengukuran :
sebesar jumlah yang belum dibayar pemerintah yang akan akan jatuh tempo
dalam waktu lebih dari duabelas bulan setelah tanggal neraca.
Penentuan Saldo Awal :
Akun ini pada umumnya ada di unit yang berfungsi sebagai pengelola
keuangan/pinjaman. Oleh karena itu, inventarisasi atas utang dalam negeri
sektor perbankan dilakukan di satuan kerja pengelola keuangan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal utang dalam negeri sektor perbankan adalah
sebagai berikut :

Audit Internal Pemerintah | 28


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Panjang
XXX Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan XXX

3. Utang dalam negeri obligasi


Utang dalam negeri obligasi merupakan utang jangka panjang yang timbul
akibat pemerintah menerbitkan sekuritas dalam bentuk Surat Utang Negara
(SUN) yang diterbitkan oleh pemerintah pusat dalam bentuk dan substansi yang
sama dengan SUN

Pengukuran :
nilai nominal, yaitu jumlah yang akan dibayar pemerintah pada saat obligasi
tersebut jatuh tempo.
Penentuan Saldo Awal :
Akun ini pada umumnya ada di unit yang berfungsi sebagai pengelola
keuangan/pinjaman, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Departemen Keuangan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal utang dalam negeri obligasi adalah sebagai
berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Panjang
XXX Utang Dalam Negeri Obligasi XXX

4. Utang jangka panjang lainnya


Utang jangka panjang lainnya adalah utang jangka panjang yang tidak termasuk
pada kelompok Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan, Utang Dalam Negeri
Obligasi dan Utang Luar Negeri, misalnya Utang Kemitraan. Utang Kemitraan
merupakan utang yang berkaitan dengan adanya kemitraan pemerintah dengan
pihak ketiga dalam bentuk Bangun, Serah, Kelola (BSK)
Pengukuran :

Audit Internal Pemerintah | 29


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

sebesar dana yang dikeluarkan investor untuk membangun aset tersebut.


Apabila pembayaran dilakukan dengan bagi hasil, utang kemitraan disajikan
sebesar dana yang dikeluarkan investor setelah dikurangi dengan nilai bagi hasil
yang dibayarkan.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal utang jangka panjang lainnya adalah sebagai
berikut :

Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Panjang
XXX Utang Jangka Panjang Lainnya XXX

X. EKUITAS DANA
Ekuitas Dana merupakan pos pada neraca pemerintah yang menampung selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah. Pos Ekuitas Dana terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
 Ekuitas Dana Lancar;
 Ekuitas Dana Investasi; dan
 Ekuitas Dana Cadangan.

A. Ekuitas Dana Lancar


Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka
pendek/lancar. Kelompok Ekuitas Dana Lancar antara lain terdiri dari Saldo
Anggaran Lebih (SAL), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA), Pendapatan
yang Ditangguhkan, Cadangan Piutang, Cadangan Persediaan dan Dana yang harus
disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek.
B. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam
investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban
jangka panjang. Pos ini terdiri dari: Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang,

Audit Internal Pemerintah | 30


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Diinvestasikan dalam Aset Tetap, Diivestasikan dalam Aset Lainnya, Dana yang
Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
C. Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang undangan. Akun ini
merupakan akun lawan dari Dana Cadangan.

Audit Internal Pemerintah | 31


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

JURNAL BALIK

Jurnal balik dibuat pada awal tahun berikutnya untuk membalik jurnal penyesuaian
dan reklasifikasi yang dibuat pada akhir tahun sebelumnya.
Contoh jurnal balik yang dibuat adalah sebagai berikut :
Piutang Pajak
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Cadangan Piutang XXX
XXX Piutang Pajak XXX

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Negara


Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Cadangan Piutang XXX
XXX BLPK Perusahaan Negara XXX
Korolarinya :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Pinjaman Kepada Perusahaan Negara XXX
XXX Diinvestasika Dalam Investasi Jk. Panjang XXX

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah


Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Cadangan Piutang XXX
XXX BLPK Perusahaan Daerah XXX
Korolarinya :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jk. XXX
Panjang

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat


Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Cadangan Piutang XXX
XXX BLPK Pemerintah Pusat XXX

Audit Internal Pemerintah | 32


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Korolarinya :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Investasi Dalam Surat Utang Negara XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jk. XXX
Panjang

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya


Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Cadangan Piutang XXX
XXX BLPK Pemerintah Daerah Lainnya XXX
Korolarinya :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jk. XXX
Panjang

Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan


Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Cadangan Piutang XXX
XXX Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan XXX

Korolarinya :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Tuntutan Perbendaharaan XXX
XXX Diinvestasika Dalam Aset Lainnya XXX

Persediaan
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Cadangan Persediaan XXX
XXX Persediaan XXX

Audit Internal Pemerintah | 33


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Utang Bunga
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Utang Bunga XXX
XXX DYHD Untuk Pembayaran Utang Jk. XXX
Pendek

Bagian Lancar Utang Dalam Negeri dan Utang Jangka Panjang Lainnya
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX BLUDN – Pemerintah Pusat XXX
XXX BLUDN – Pemerintah Daerah Lainnya XXX
XXX BLUDN – Lembaga Keuangan Bank XXX
XXX BLUDN – Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX
XXX BLUDN – Obligasi XXX
XXX Bagian Lancar Utang Jk. Panjang Lainnya XXX
XXX UYHD Untuk Pembayaran Utang Jk. XXX
Pendek

Korolarnya :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX UYHD Untuk Pembaaran Utang Jk. Panjang XXX
XXX UDN - Pemerintah Pusat XXX
XXX UDN - Pemerintah Daerah Lainnya XXX
XXX UDN - Lembaga Keuangan Bank XXX
XXX UDN - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX
XXX UDN - Obligasi XXX
XXX Utang Jangka Panjang Lainnya XXX

Audit Internal Pemerintah | 34


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN


BULETIN TEKNIS 4
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PEMERINTAH

A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Paragraf 18 PSAP Nomor 02 yang menyebutkan bahwa entitas
pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam LRA,
klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam LRA atau di Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK), dan klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam
CaLK, maka salah satu permasalahan yang dihadapi pada saat ini oleh entitas
pelaporan dan/atau entitas akuntansi baik di tingkat pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah adalah dalam menyusun perencanaan dan anggaran agar sesuai
dengan bentuk dan format laporan keuangan
Sebagaimana diketahui, sampai saat ini masih terjadi perbedaan pendapat para
pejabat keuangan di tingkat pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah dalam
penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) terhadap kelompok belanja, di
mana klasifikasi belanja yang digunakan dalam penyusunan anggaran berbeda dengan
klasifikasi belanja yang digunakan dalam laporan keuangan. Di samping itu, terdapat

Audit Internal Pemerintah | 35


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

juga berbagai macam klasifikasi belanja yang ditetapkan dalam berbagai peraturan
Perundangan-undangan.

B. PENTINGNYA KLASIFIKASI BELANJA


Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 mengklasifikasikan belanja menurut
organisasi, fungsi, dan ekonomi untuk kepentingan penganggaran dan pelaporan.
Untuk itu klasifikasi belanja harus memiliki nilai penting sebagai berikut:
1. Klasifikasi fungsi, digunakan untuk analisis historis dan formulasi kebijakan
2. Klasifikasi organisasi, untuk kepentingan akuntabilitas
3. Klasifikasi menurut dana, untuk kepentingan sumber pembiayaan
4. Klasifikasi menurut ekonomi, untuk tujuan statistik dan objek (jenis belanja),
ketaatan, pengendalian, dan analisis ekonomi
5. Klasifikasi menurut program dan kegiatan, untuk informasi dan pengendalian
pencapaian tujuan.

C. KLASIFIKASI BELANJA MENURUT KETENTUAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN
1. Klasifikasi menurut ketentuan Undang-Undang di Bidang Keuangan
Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 19 ayat (2) Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga (di tingkat pemerintah pusat) dan rencana kerja dan
anggaran SKPD (di tingkat pemerintah daerah) disusun berdasarkan prestasi kerja
yang akan dicapai.
Oleh karena itu, agar dapat diukur kinerjanya, menurut Pasal 15 ayat (5) dan Pasal
20 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, ditetapkan bahwa Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR/DPRD)
terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis
belanja.
Ketentuan tersebut di atas ditegaskan lagi dengan Pasal 14 dan 15 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang menyatakan
bahwa di dalam dokumen pelaksanaan anggaran perlu diuraikan sasaran yang
hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan

Audit Internal Pemerintah | 36


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan
kerja, serta pendapatan yang diperkirakan. Selanjutnya Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga juga mengatur tentang klasifikasi yang
lebih detail yang pada prinsipnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003.
2. Klasifikasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
Menurut Paragraf 34 PSAP Nomor 02, ditetapkan bahwa belanja diklasifikasikan
menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Rincian
tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus disajikan oleh entitas
pelaporan Selanjutnya dicontohkan pada Paragraf 39 PSAP 02 klasifikasi belanja
menurut ekonomi (jenis belanja) yang dikelompokkan lagi menjadi Belanja
Operasi, Belanja Modal dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga. Belanja Operasi
selanjutnya diklasifikasikan lagi menjadi Belanja Pegawai, Belanja Barang,
Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga.
3. Klasifikasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 menetapkan klasifikasi
belanja sebagai berikut:
a. Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program, dan
kegiatan, serta jenis belanja;
b. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi
pemerintahan daerah;
c. Klasifikasi menurut fungsi terdiri dari: (a) klasifikasi berdasarkan urusan
pemerintahan untuk tujuan manajerial pemerintahan daerah, dan (b) klasifikasi
berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara untuk tujuan keselarasan dan
keterpaduan dalam rangka pengelolaan keuangan negara.
4. Klasifikasi Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
a. Klasifikasi belanja dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang terdiri dari
belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan

Audit Internal Pemerintah | 37


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

b. Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk tujuan keselarasan dan


keterpaduan pengelolaan keuangan negara yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
c. Klasifikasi menurut kelompok belanja terdiri dari belanja langsung dan
belanja tak langsung.

D. KLASIFIKASI BELANJA MENURUT FUNGSI


Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan sebagai dasar untuk penyusunan
anggaran berbasis kinerja Oleh karena itu, program dan kegiatan kementerian
negara/lembaga/SKPD harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan rencana kerja pemerintah. Dengan demikian, antara
kebijakan, program, kegiatan, dan subkegiatan harus merupakan suatu rangkaian yang
mencerminkan adanya keutuhan konseptual. Adapun hubungan antara fungsi,
program, kegiatan, dan subkegiatan adalah sebagai berikut:

1. Fungsi, adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang


dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
2. Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga/SKPD dalam
bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan
sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan
misi yang dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi kementerian
negara/lembaga yang bersangkutan
3. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program,
yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, sebagai masukan
(input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
4. Subkegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang usaha pencapaian
sasaran dan tujuan kegiatan tersebut.

E. KLASIFIKASI MENURUT JENIS BELANJA


1. Belanja Negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
a. Belanja Operasi: terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi,
hibah, dan bantuan sosial.

Audit Internal Pemerintah | 38


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

b. Belanja Modal: terdiri dari belanja tanah; belanja peralatan dan mesin; belanja
gedung dan bangunan; belanja jalan, irigasi, dan jaringan; dan belanja aset
tetap lainnya.
c. Belanja Lain-lain/Tidak Terduga
d. Transfer
2. Belanja Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Secara umum belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi belanja langsung dan
tidak langsung menurut PP No. 58 Tahun 2005 yang dijabarkan dalam
Permendagri No. 13 Tahun 2006.
Belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Bunga;
c. Belanja Subsidi;
d. Belanja Hibah;
e. Belanja Bantuan Sosial;
f. Belanja Bagi Hasil;
g. Bantuan Keuangan; dan
h. Belanja Tidak Terduga
Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Barang dan Jasa; dan
c. Belanja Modal.
3. Contoh Jenis Belanja: Penganggaran dan Pelaporannya
a. Belanja Operasi
1) Belanja Pegawai
Kompensasi baik berupa uang maupun barang, yang ditetapkan dengan
peraturan perundangan yang diberikan kepada PNS maupun pegawai yang
dipekerjakan yang belum berstatus PNS sebagai imbalan dari pekerjaan
yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal.
Contoh : gaji, tunjangan, lembur, dll.
2) Belanja Barang
Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang
dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang

Audit Internal Pemerintah | 39


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang


dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja
perjalanan.
a) Belanja Barang dan Jasa
Pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai keperluan
kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti alat tulis
kantor, pengadaan/penggantian inventaris kantor, langganan daya dan
jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat
non-fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga, pengadaan inventaris kantor yangvnilainya tidak
memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur oleh
pemerintah pusat/daerah dan pengeluaran jasa non-fisik seperti
pengeluaran untuk biaya pelatihan dan penelitian.
Contoh : belanja kalkulator seharga 280 dan pada saat yang sama
kebijakan akuntansi pemerintah terkait pengakuan aset tetap diatas 300.

b) Belanja Pemeliharaan
Pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau
aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa
memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja Pemeliharaan
meliputi antara lain pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan
bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan
peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi, peralatan mesin,
dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pemerintahan.
Contoh : suatu entitas pemerintah mengalokasikan 2.000.000 untuk
pelaksanaan belanja penggantian oli 10 mobil dinas.
c) Belanja Perjalanan Dinas
Pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam
rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan jabatan.
Contoh :
 perjalanan dinas untuk studi banding sebesar 4.000.000 sebagai
belanja barang

Audit Internal Pemerintah | 40


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

 perjalanan dinas untuk melakukan pembelian barang modal


tertentu dilaporkan sebagai komponen harga perolehan aset tetap.
3) Belanja Bunga
Belanja Bunga adalah pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga
(interest) atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding)
yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka
panjang.
Contoh :
Pembayaran utang luar negeri sebesar 2.200 dirinci sebesar 2000 untuk
pembayaran pokok utang dan 200 pembayaran bunga.
4) Belanja Subsidi
Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/
lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor
barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian
rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat.
Jadi, Belanja Subsidi adalah pengeluaran pemerintah yang diberikan
kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu
biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat
dijangkau oleh masyarakat.
Contoh :
Pemerintah memberikan subsidi Listrik kepada PLN sebesar 1 Trilyun
untuk mempertahankan TDL. Belanja subsidi dilaporkan sebesar 1 trilyun.
5) Hibah
Hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa
kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus.
Contoh :
 Hibah dalam bentuk uang dianggarkan dan dilaporkan sebagai belanja
hibah.

Audit Internal Pemerintah | 41


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

 Hibah dalam bentuk barang yang sudah direncanakan untuk dibeli dan
dihibahkan, maka harus dianggarkan dan dilaporkan sebagai belanja
hibah.
 Hibah dalam bentuk barang yang telah dibeli sebelumnya dan tercatat
sebagai aset tidak dianggarkan dan dilaporkan sebagai belanja hibah,
tetapi hanya menghapuskan aset terkait.
6) Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk
uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus
dan selektif.
Contoh :
 Bantuan yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan tidak
ditujukan untuk ditarik kembali dianggarkan dan dilaporkan sebagai
belanja bantuan sosial
 Apabila bantuan direncanakan untuk ditarik kembali/digulirkan,
dianggarkan dan dilaporkan sebagai investasi non permanen.
b. Belanja Modal
1) Kriteria Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu belanja
dapat dikategorikan sebagai Belanja Modal jika:
a) pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau
aset lainnya yang dengan demikian menambah aset pemerintah;
b) pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap
atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
c) perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
Contoh :
Pemda X membeli Flashdisk untuk digunakan sendiri pada kkegiatan
operasional sehari-hari dengan harga @ 200.000. kebijakan batas minimal
pengakuan aset adalah sebesar 150.000. maka flashdisk tersebut diakui
sebagai aset tetap.

Audit Internal Pemerintah | 42


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

2) Konsep Nilai Perolehan


Konsep nilai perolehan mengharuskan pengukuran belanja modal sesuai
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan aset siap untuk
digunakan sesuai tujuan pengadaan aset tetap tersebut.
Selain belanja modal terkait, terdapat pula belanja lain yang harus
dikapitalisasi kedalam nilai aset tetap terkait. Belanja tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat,
kapasitas, kualitas dan volume aset yang telah dimiliki.
b) Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai kapitalisasi aset
tetap/aset lainnya.
Contoh :
Harga aset : 50.000.000
Biaya perjalanan dinas untuk membeli aset : 3.000.000
Nilai aset yang dilaporkan : 8.000.000 (5.000.000 + 3.000.000)
3) Jaminan Pemeliharaan
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan
Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (Perubahan Keempat),
pembayaran termin terakhir atas penyerahan pekerjaan yang sudah jadi
dari Pihak Ketiga, dapat dilakukan melalui dua (2) cara yaitu:
a) Pembayaran dilakukan sebesar 95%, sedangkan sisa 5% merupakan
retensi yang selama masa jaminan pemeliharaan.
b) Pembayaran dilakukan sebesar 100 % (seratus persen) dari nilai
kontrak dan penyedia barang/jasa harus menyerahkan jaminan bank
sebesar 5 % (lima persen) dari nilai kontrak yang diterbitkan oleh Bank
Umum atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program
asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan sesuaidengan
ketentuan Menteri Keuangan dengan ketentuan Menteri Keuangan.
Penahanan pembayaran senilai 5 (lima) persen dari nilai kontrak seperti
dimaksud dalam nomor 1 harus diakui sebagai utang retensi, sedangkan
jaminan bank untuk pemeliharaan harus diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
c. Belanja Lain-lain/Tak Terduga

Audit Internal Pemerintah | 43


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Menurut Paragraf 35 PSAP Nomor 02, istilah “Belanja Lain-lain digunakan


oleh pemerintah pusat, sedangkan istilah “Belanja Tak Terduga” digunakan
oleh pemerintahan daerah. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran
anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
Contoh:
Pemda A melakukan penganggulangan bencana alam gempa bumi yang belum
pernah terjadi sebelumnya dengan total sebesar 10 Milyar rupiah. Hal ini
dilaporkan sebagai Belanja Tak Terduga.
d. Transfer
Pengeluaran transfer sebenarnya bukan merupakan belanja, namun disajikan
pada kelompok pengeluaran belanja. Pengertian transfer sendiri adalah
penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas
pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
Contoh transfer adalah dana perimbangan. Pada pemerintah pusat dana
perimbangan diperlakukan sebagai transfer out dan pada pemerintah daerah
diperlakukan sebagai transfer in untuk dipergunakan dan tidak menutup
kemungkinan bahwa sebagian dari transfer yang diterima tersebut ditransfer
kembali kepada kecamatan dibawah wilayah pemerintah daerah tersebut
sebagai bantuan.

F. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PADA LAPORAN


KEUANGAN
Penyajian dan klasifikasi belanja pada laporan keuangan adalah sebagai berikut:
 Disajikan sebagai pengeluaran belanja pada Laporan Realisasi Anggaran
 Disajikan sebagai arus kas keluar pada Laporan Arus Kas
 Diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan
1. Penyajian Belanja pada Laporan Realisasi Anggaran
Berdasarkan PSAP Nomor 02, belanja yang disajikan pada LRA pada lembar
muka laporan keuangan adalah klasifikasi menurut jenis belanja, yang
dikelompokkan menurut Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Lain-
lain/Tak Terduga. Sedangkan klasifikasi menurut fungsi, menurut organisasi, dan

Audit Internal Pemerintah | 44


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

klasifikasi lainnya yang dibutuhkan sesuai kepentingan manajerial disajikan


sebagai lampiran dan diungkapkan dalam CaLK.
2. Penyajian Belanja pada Laporan Arus Kas
Penyajian belanja pada Laporan Arus Kas adalah sesuai dengan PSAP 03. Belanja
operasi pada LRA identik dengan arus kas keluar dari aktivitas operasi.
Sedangkan belanja modal identik dengan arus kas keluar pada aktivitas investasi
aset non keuangan.
3. Pengungkapan Belanja pada Catatan atas Laporan Keuangan
Paragraf 13 PSAP Nomor 04 menyebutkan bahwa CaLK menyajikan penjelasan
pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, yang
memuat antara lain:
a. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan.
b. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan.
c. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Informasi tambahan yang belum diungkapkan dalam laporan keuangan yang harus
diungkapkan pada CaLK antara lain:
 Rincian belanja menurut organisasi, yang disusun dan disesuaikan dengan
susunan organisasi pada masing-masing entitas pelaporan.
 Rincian belanja menurut fungsi dan klasifikasi belanja menurut fungsi yang
digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan
negara, dapat dalam bentuk Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah.
 Rincian belanja menurut program dan kegiatan yang disesuaikan dengan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah (Permendagri Nomor
13 Tahun 2006).
 Rincian belanja menurut urusan pemerintahan, yang terdiri dari belanja urusan
wajib dan belanja urusan pilihan, sebagaimana dimaksud menurut
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
 Rincian belanja menurut belanja langsung dan belanja tidak
langsung,sebagaimana dimaksud menurut Permendagri Nomor 13 Tahun
2006.

Audit Internal Pemerintah | 45


Buletin Teknis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Selanjutnya, dikemukakan bahwa untuk memudahkan pembaca laporan,


pengungkapan pada CaLK dapat disajikan dengan narasi, bagan, grafik, daftar,
dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan
padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan.

Audit Internal Pemerintah | 46

You might also like