Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Dalam rangka implementasi SAP, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP) memandang perlu memberikan panduan untuk mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah belum tersusunnya neraca awal.
Neraca awal merupakan titik tolak dan akan menjadi dasar untuk memulai pencatatan
transaksi akuntansi periode berikutnya. Dengan adanya neraca awal, penyusunan laporan
keuangan periode berikutnya akan lebih mudah. Tujuan Buletin Teknis ini untuk
membantu entitas pelaporan dalam menyusun neraca awal yang sesuai dengan SAP.
II. NERACA
Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang menggambarkan
posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan
posisi keuangan adalah posisi aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
B. Struktur Neraca
Neraca menyajikan posisi aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Pemerintah Pusat
Neraca
Per 31 Desember 200X
ASET KEWAJIBAN
Aset Lancar XXX Kewajiban Jangka Pendek XXX
Investasi Jangka Panjang XXX Kewajiban Jangka Panjang XXX
Aset Tetap XXX Jumlah Kewajiban XXX
Aset Lainnya XXX
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar XXX
Diinvestasikan Dalam Investasi XXX
Jangka Panjang
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX
Diinvestasikan Dalam Aset XXX
Lainnya
Dana Yang Harus Disediakan (XXX
Untuk Pembayaran Utang Jk. )
Panjang
Jumlah Ekuitas Dana XXX
diungkapkan dalam neraca. Apabila neraca awal yang disusun pertama kali ini belum
dapat memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam PSAP maka terhadap pos-pos
neraca tersebut dapat dilakukan koreksi sebagaimana mestinya di kemudian hari.
Kas pemerintah yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab Bendahara Umum
Negara atau Kuasa Bendahara Umum Negara terdiri atas:
1. Kas di Bank Sentral;
Kas pemerintah pusat yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab selain Bendahara
Umum Negara terdiri dari:
1. Kas di Bendahara Pengeluaran;
2. Kas di Bendahara Penerimaan; dan
3. Saldo kas lainnya yang diterima Kementerian Negara/Lembaga karena
penyelenggaraan pemerintahan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal kas di bendahara pengeluaran adalah sebagai
berikut :
a. Di kementerian negara/lembaga :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
XXXX Uang Muka dari Kas Umum Negara XXX
b. Di pemerintah pusat :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
XXXX SAL XXX
Jurnal untuk mencatat saldo awal kas di bendahara penerimaan adalah sebagai
berikut
a. Di kementerian negara/lembaga :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Kas di Bendahara Penerimaan XXX
XXX Utang Jangka Pendek Lainnya XXX
b. Di pemerintah pusat :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Kas di Bendahara Penerimaan XXX
XXX Pendapatan Yang Ditangguhkan XXX
3. Piutang
Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain
termasuk wajib pajak/bayar.
a. Bagian lancar tagihan penjualan angsuran
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi tagihan
penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek.
Reklasifikasi ini dilakukan karena adanya tagihan angsuran jangka panjang yang
jatuh tempo pada satu tahun berikutnya sesudah tanggal neraca awal.
Pengukuran :
Bagian lancar tagihan penjualan angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu
sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu
tahun
Penentuan Saldo Awal :
Untuk mendapatkan saldo Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, pada
saat penyusunan neraca perlu dihitung berapa bagian dari Tagihan Penjualan
Angsuran yang akan jatuh tempo dalam tahun depan, yang datanya dapat
diperoleh di unit yang mengelola keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
Jurnal untuk mencatat saldo awal bagian lancar tagihan penjualan angsuran
adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran XXX
XXX Cadangan Piutang XXX
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/ XXX
Tuntutan Ganti Rugi
XXX Cadangan Piutang XXX
d. Piutang pajak
Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang sampai pada tanggal neraca belum dibayar
oleh WP harus dilaporkan sebagai Piutang Pajak dalam neraca
Pengukuran :
Piutang pajak dicatat berdasarkan nilai nominal seluruh SKP yang belum
dibayar oleh WP pada tanggal neraca
f. Piutang lainnya
Transaksi yang berkaitan dengan pengakuan piutang di luar Bagian Lancar
Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD
dan Lembaga Internasional, Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan
Ganti Rugi, Piutang Pajak dan Piutang PNBP
Pengukuran :
Piutang lainnya dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah yang
belum dilunasi.
4. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies)
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat
Pengukuran :
Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian,
biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila
diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal persediaan adalah sebagai berikut
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Persediaan XXX
XXX Cadangan Persediaan XXX
V. INVESTASI
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti
bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan pada masyarakat. Investasi pemerintah
dibagi atas dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi
jangka pendek termasuk dalam kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang
masuk dalam kelompok aset nonlancar.
1. Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
Investasi jangka pendek pemerintah harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
2. Ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan
3. Berisiko rendah.
dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah Bank Sentral) yang berlaku
pada tanggal transaksi.
Penentuan Saldo Awal :
Pengumpulan data tentang penyertaan modal dalam proyek pembangunan
dapat diperoleh pada unit kerja yang menangani proyek pembangunan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal investasi dalam penyertaan modal dalam
proyek pembangunan adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Penyertaan Modal Dalam Proyek Pembangunan XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka XXX
Panjang
3. Investasi permanen
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan yang mempunyai masa investasi lebih dari 12
(duabelas bulan)
a. Penyertaan modal pemerintah
Penyertaan modal pemerintah menggambarkan jumlah yang dibayar oleh
pemerintah untuk penyertaan modal dalam perusahaan negara/daerah, baik di
dalam dan di luar negeri
Pengukuran :
Harga perolehan jika kepemilikan pemerintah kurang dari 20% dan tidak
memiliki kendali yang signifikan. Apabila kepemilikan kurang dari 20% tetapi
memiliki kendali yang signifikan atau kepemilikan lebih dari 20%, maka
penyertaan modal pemerintah dicatat secara proporsional dari nilai ekuitas yang
tercantum dalam laporan keuangan perusahaan/lembaga yang dimaksud
Penentuan Saldo Awal :
Data penyertaan modal pemerintah dapat diketahui dari akte pendirian beserta
perubahan perusahaan beserta bukti setoran modal yang telah dilakukan oleh
pemerintah. Informasi mengenai penyertaan modal pemerintah dapat diperoleh
di unit yang menangani penyertaan modal pemerintah pada Kementerian
Keuangan dan Kementerian Negara BUMN.
Jurnal untuk mencatat saldo awal penyertaan modal pemerintah adalah sebagai
berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Penyertaan Modal Pemerintah XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka XXX
Panjang
dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam akun tanah adalah tanah yang
digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan
Pengukuran :
Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, nilai tanah yang
dicantumkan dalam neraca awal adalah nilai wajar pada tanggal neraca awal. Nilai
wajar yang dimaksud adalah harga perolehan jika tanah tersebut dibeli setahun atau
kurang dari tanggal neraca awal
Jika tanah diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal, maka nilai
wajar tanah ditentukan dengan menggunakan rata-rata harga jual beli tanah antar
pihak-pihak independen di sekitar tanggal neraca tersebut, untuk jenis tanah yang
sama di wilayah yang sama
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal tanah adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Tanah XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX
yang tinggi maka dapat dipakai standar harga yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah yang berwenang dengan memakai perhitungan teknis.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal peralatan dan mesin adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Peralatan dan Mesin XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX
Jalan, irigasi, dan jaringan di neraca antara lain meliputi jalan dan jembatan;
bangunan air; instalasi; dan jaringan. Akun ini tidak mencakup tanah yang diperoleh
untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan
Pengukuran :
Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar jalan, irigasi, dan jaringan
ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten
dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan teknis (yang antara lain
memperhitungkan fungsi dan kondisi aset) dari instansi pemerintah yang berwenang
yang diterbitkan setahun atau kurang dari tanggal neraca.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Jalan, Irigasi, dan Jaringan adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX
Pengukuran :
Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang diakumulasikan
sampai dengan tanggal neraca dari semua jenis aset tetap dalam pengerjaan yang
belum selesai dibangun. Untuk keperluan neraca awal, dokumen sumber untuk
mencatat nilai konstruksi dalam pengerjaan ini adalah akumulasi seluruh nilai SPM
yang telah dikeluarkan untuk aset tetap yang bersangkutan sampai dengan tanggal
neraca.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal konstruksi dalam pengerjaan adalah sebagai
berikut
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Konstruksi Dalam Pengerjaan XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXX
VII.DANA CADANGAN
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Pembentukan dan penggunaan dana cadangan tersebut dilakukan dengan persetujuan
dewan legislatif.
Pengukuran :
Dana cadangan dinilai sebesar nilai nominal dana cadangan yang dibentuk. Jika terdapat
hasil yang diperoleh dari dana cadangan diperlakukan sebagai penambah nilai dana
cadangan tersebut.
Penentuan Saldo Awal :
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk membukukan dana cadangan dalam
menyusun neraca awal adalah rekening dana cadangan
Jurnal untuk mencatat saldo awal dana cadangan adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Cadangan XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan XXX
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Aset Tak Berwujud XXX
XXXX Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya XXX
Tuntutan perbendaharaan (TP) dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keputusan
Pembebanan (SK Pembebanan) setelah dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas negara
Tuntutan ganti rugi (TGR) dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan
Tanggungjawab Mutlak (SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas negara
Penentuan Saldo Awal :
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan ganti rugi
adalah Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan bukti setor berupa STS atau
SSBP
Jurnal untuk mencatat saldo awal tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi adalah
sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXXX Tuntutan Perbendaharaan XXX
XXXX Tuntutan Ganti Rugi XXX
XXXX Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya XXX
5. Aset Lain-Lain
Pos Aset Lain-Lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan
Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Contoh
dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal aset lain-lain adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Aset Lain-Lain XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya XXX
IX. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
A. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar
kembali atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca
1. Bagian lancar utang jangka panjang
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang merupakan bagian utang jangka panjang
baik pinjaman dari dalam negeri maupun luar negeri yang akan jatuh tempo dan
diharapkan akan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
neraca.
Pengukuran :
sejumlah utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal neraca.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Utang Jangka Panjang adalah
sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Pendek
XXX Bagian Lancar Utang Jangka Pendek XXX
Pengukuran :
Sebesar jumlah Utang kepada Pihak Ketiga yang belum dibayar untuk barang
tersebut pada tanggal neraca
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang kepada Pihak Ketiga adalah sebagai
berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Pendek
XXX Utang Kepada Pihak Ketiga XXX
3. Utang bunga
Utang Bunga timbul karena pemerintah mempunyai pinjaman, baik yang berasal
dari dalam negeri maupun luar negeri, termasuk penerbitan sekuritas pemerintah
yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN).
Pengukuran :
Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar biaya
bunga yang telah terjadi tetapi belum dibayar oleh pemerintah.
Penentuan Saldo Awal :
Jurnal untuk mencatat saldo awal Utang Bunga adalah sebagai berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Pendek
XXX Utang Bunga XXX
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Panjang
XXX Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan XXX
Pengukuran :
nilai nominal, yaitu jumlah yang akan dibayar pemerintah pada saat obligasi
tersebut jatuh tempo.
Penentuan Saldo Awal :
Akun ini pada umumnya ada di unit yang berfungsi sebagai pengelola
keuangan/pinjaman, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Departemen Keuangan.
Jurnal untuk mencatat saldo awal utang dalam negeri obligasi adalah sebagai
berikut :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Panjang
XXX Utang Dalam Negeri Obligasi XXX
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Dana Yang Harus Disediakan Untuk XXX
Pembayaran Utang Jangka Panjang
XXX Utang Jangka Panjang Lainnya XXX
X. EKUITAS DANA
Ekuitas Dana merupakan pos pada neraca pemerintah yang menampung selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah. Pos Ekuitas Dana terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
Ekuitas Dana Lancar;
Ekuitas Dana Investasi; dan
Ekuitas Dana Cadangan.
Diinvestasikan dalam Aset Tetap, Diivestasikan dalam Aset Lainnya, Dana yang
Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
C. Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang undangan. Akun ini
merupakan akun lawan dari Dana Cadangan.
JURNAL BALIK
Jurnal balik dibuat pada awal tahun berikutnya untuk membalik jurnal penyesuaian
dan reklasifikasi yang dibuat pada akhir tahun sebelumnya.
Contoh jurnal balik yang dibuat adalah sebagai berikut :
Piutang Pajak
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Cadangan Piutang XXX
XXX Piutang Pajak XXX
Korolarinya :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Investasi Dalam Surat Utang Negara XXX
XXX Diinvestasikan Dalam Investasi Jk. XXX
Panjang
Korolarinya :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Tuntutan Perbendaharaan XXX
XXX Diinvestasika Dalam Aset Lainnya XXX
Persediaan
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Cadangan Persediaan XXX
XXX Persediaan XXX
Utang Bunga
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX Utang Bunga XXX
XXX DYHD Untuk Pembayaran Utang Jk. XXX
Pendek
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri dan Utang Jangka Panjang Lainnya
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX BLUDN – Pemerintah Pusat XXX
XXX BLUDN – Pemerintah Daerah Lainnya XXX
XXX BLUDN – Lembaga Keuangan Bank XXX
XXX BLUDN – Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX
XXX BLUDN – Obligasi XXX
XXX Bagian Lancar Utang Jk. Panjang Lainnya XXX
XXX UYHD Untuk Pembayaran Utang Jk. XXX
Pendek
Korolarnya :
Kode
Uraian Debet Kredit
Akun
XXX UYHD Untuk Pembaaran Utang Jk. Panjang XXX
XXX UDN - Pemerintah Pusat XXX
XXX UDN - Pemerintah Daerah Lainnya XXX
XXX UDN - Lembaga Keuangan Bank XXX
XXX UDN - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX
XXX UDN - Obligasi XXX
XXX Utang Jangka Panjang Lainnya XXX
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Paragraf 18 PSAP Nomor 02 yang menyebutkan bahwa entitas
pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam LRA,
klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam LRA atau di Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK), dan klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam
CaLK, maka salah satu permasalahan yang dihadapi pada saat ini oleh entitas
pelaporan dan/atau entitas akuntansi baik di tingkat pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah adalah dalam menyusun perencanaan dan anggaran agar sesuai
dengan bentuk dan format laporan keuangan
Sebagaimana diketahui, sampai saat ini masih terjadi perbedaan pendapat para
pejabat keuangan di tingkat pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah dalam
penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) terhadap kelompok belanja, di
mana klasifikasi belanja yang digunakan dalam penyusunan anggaran berbeda dengan
klasifikasi belanja yang digunakan dalam laporan keuangan. Di samping itu, terdapat
juga berbagai macam klasifikasi belanja yang ditetapkan dalam berbagai peraturan
Perundangan-undangan.
untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan
kerja, serta pendapatan yang diperkirakan. Selanjutnya Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga juga mengatur tentang klasifikasi yang
lebih detail yang pada prinsipnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003.
2. Klasifikasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
Menurut Paragraf 34 PSAP Nomor 02, ditetapkan bahwa belanja diklasifikasikan
menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Rincian
tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus disajikan oleh entitas
pelaporan Selanjutnya dicontohkan pada Paragraf 39 PSAP 02 klasifikasi belanja
menurut ekonomi (jenis belanja) yang dikelompokkan lagi menjadi Belanja
Operasi, Belanja Modal dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga. Belanja Operasi
selanjutnya diklasifikasikan lagi menjadi Belanja Pegawai, Belanja Barang,
Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga.
3. Klasifikasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 menetapkan klasifikasi
belanja sebagai berikut:
a. Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program, dan
kegiatan, serta jenis belanja;
b. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi
pemerintahan daerah;
c. Klasifikasi menurut fungsi terdiri dari: (a) klasifikasi berdasarkan urusan
pemerintahan untuk tujuan manajerial pemerintahan daerah, dan (b) klasifikasi
berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara untuk tujuan keselarasan dan
keterpaduan dalam rangka pengelolaan keuangan negara.
4. Klasifikasi Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
a. Klasifikasi belanja dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang terdiri dari
belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan
b. Belanja Modal: terdiri dari belanja tanah; belanja peralatan dan mesin; belanja
gedung dan bangunan; belanja jalan, irigasi, dan jaringan; dan belanja aset
tetap lainnya.
c. Belanja Lain-lain/Tidak Terduga
d. Transfer
2. Belanja Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Secara umum belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi belanja langsung dan
tidak langsung menurut PP No. 58 Tahun 2005 yang dijabarkan dalam
Permendagri No. 13 Tahun 2006.
Belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Bunga;
c. Belanja Subsidi;
d. Belanja Hibah;
e. Belanja Bantuan Sosial;
f. Belanja Bagi Hasil;
g. Bantuan Keuangan; dan
h. Belanja Tidak Terduga
Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Barang dan Jasa; dan
c. Belanja Modal.
3. Contoh Jenis Belanja: Penganggaran dan Pelaporannya
a. Belanja Operasi
1) Belanja Pegawai
Kompensasi baik berupa uang maupun barang, yang ditetapkan dengan
peraturan perundangan yang diberikan kepada PNS maupun pegawai yang
dipekerjakan yang belum berstatus PNS sebagai imbalan dari pekerjaan
yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal.
Contoh : gaji, tunjangan, lembur, dll.
2) Belanja Barang
Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang
dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang
b) Belanja Pemeliharaan
Pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau
aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa
memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja Pemeliharaan
meliputi antara lain pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan
bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan
peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi, peralatan mesin,
dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pemerintahan.
Contoh : suatu entitas pemerintah mengalokasikan 2.000.000 untuk
pelaksanaan belanja penggantian oli 10 mobil dinas.
c) Belanja Perjalanan Dinas
Pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam
rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan jabatan.
Contoh :
perjalanan dinas untuk studi banding sebesar 4.000.000 sebagai
belanja barang
Hibah dalam bentuk barang yang sudah direncanakan untuk dibeli dan
dihibahkan, maka harus dianggarkan dan dilaporkan sebagai belanja
hibah.
Hibah dalam bentuk barang yang telah dibeli sebelumnya dan tercatat
sebagai aset tidak dianggarkan dan dilaporkan sebagai belanja hibah,
tetapi hanya menghapuskan aset terkait.
6) Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk
uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus
dan selektif.
Contoh :
Bantuan yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan tidak
ditujukan untuk ditarik kembali dianggarkan dan dilaporkan sebagai
belanja bantuan sosial
Apabila bantuan direncanakan untuk ditarik kembali/digulirkan,
dianggarkan dan dilaporkan sebagai investasi non permanen.
b. Belanja Modal
1) Kriteria Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu belanja
dapat dikategorikan sebagai Belanja Modal jika:
a) pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau
aset lainnya yang dengan demikian menambah aset pemerintah;
b) pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap
atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
c) perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
Contoh :
Pemda X membeli Flashdisk untuk digunakan sendiri pada kkegiatan
operasional sehari-hari dengan harga @ 200.000. kebijakan batas minimal
pengakuan aset adalah sebesar 150.000. maka flashdisk tersebut diakui
sebagai aset tetap.