You are on page 1of 20

Bahan-bahan Kemasan Produk

1. Kemasan Produk
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan
barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan
dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi
dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di
samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan
atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau
pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu
bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam
perencanaannya.
Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem
penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara
tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah
yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pasca panen, sudah banyak
inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan
kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen
produk-produk pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan
tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia.

2. Penggolongan Kemasan Produk


Cara-cara pengemasan sangat erat berhubungan dengan kondisi komoditas
atau produk yang dikemas serta cara transportasinya. Pada prinsipnya pengemas
harus memberikan suatu kondisi yang sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi
kemungkinan perubahan keadaan yang dapat mempengaruhi kualitas isi kemasan
maupun bahan kemasan itu sendiri. Kemasan dapat digolongkan berdasarkan
beberapa hal antara lain:
1. Frekuensi Pemakaian
a) Kemasan Sekali Pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung
dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik es,
bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.
b) Kemasan yang Dapat Dipakai Berulang Kali (Multi Trip), seperti
beberapa jenis botol minuman (limun, bir) dan botol kecap. Wadah-
wadah tersebut umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi
dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan
ulang oleh pabrik.
c) Kemasan yang Tidak Dibuang (Semi Disposable). Wadah-wadah ini
biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah
dipakai, misalnya kaleng biskuit, kaleng susu, dan berbagai jenis botol.
Wadah-wadah tersebut digunakan untuk penyimpanan bumbu, kopi,
gula, dan sebagainya.

2. Struktur Sistem Kemas Berdasarkan letak atau kedudukan suatu bahan


kemas di dalam sistem kemasan keseluruhan dapat dibedakan atas :
a) Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan
pangan (kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe)
b) Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi
kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk
wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang
dibungkus, keranjang tempe, dan sebagainya.
c) Kemasan Tersier dan Kuartener, yaitu apabila masih diperlukan lagi
pengemasan setelah kemasan primer, sekunder dan tersier. Umumnya
digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.

3. Sifat Kekakuan Bahan Kemas


a) Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan,
misalnya plastik, kertas, foil.
b) Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan
lenturan, patah bila dipaksa dibengkokkan. Misalnya kayu, gelas, dan
logam.
c) Kemasan semi kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang memiliki
sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku, seperti botol
plastik (susu, kecap, saus) dan wadah bahan yang berbentuk pasta.

4. Sifat Perlindungan Terhadap Lingkungan


a) Kemasan Hermetis, yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat
dilalui oleh gas, misalnya kaleng dan botol gelas.
b) Kemasan Tahan Cahaya, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan,
misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk
bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta
makanan yang difermentasi.
c) Kemasan Tahan Suhu Tinggi, jenis ini digunakan untuk bahan pangan
yang memerlukan proses pemanasan, sterilisasi, atau pasteurisasi.

5. Tingkat Kesiapan pakai


a) Wadah Siap Pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan
bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya
adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.
b) Wadah Siap Dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan
yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya
kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang
terbuat dari kertas, foil atau plastik.

3. Jenis-jenis Kemasan Produk


3.1. Kemasan Kertas
Untuk jangka waktu yang lama kertas masih banyak digunakan sebagai
bahan kemasan karena mudah diperoleh dan murah harganya. Sifat kemasan
kertas tergantung dari proses pembuatannya dan perlakuan tambahan yang
diberikan. Sifat fisika dan kimia seperti permeabilitas (mudah dilalui) terhadap
cairan, uap dan gas. Sehingga dapat dimodifikasikan dengan cara pelapisan atau
laminating (dengan malam, plastik, resin, gum dan adhesif). Sifat mekanik
(kekuatan) kertas tergantung dari perlakuan pengisi dan pengikat pada waktu
proses pembuatan kertas.
 Kelebihan :
Kemasan kertas mudah didapat dan harganya lebih murah dibandingkan
harga kemasan yang lain.
 Kekurangan :
Kemasan kertas tidak mampu menahan produk yang berat dan kasar karena
kertas sifatnya mudah koyak dan mudah menyerap air.

Gambar 1. Kemasan Kertas

3.2. Kemasan Karton


Kemasan karton sebenarnya termasuk ke dalam kemasan kertas (kemasan
fleksibel) yang dibentuk sebagai wadah-wadah yang kaku seperti kertas kraft,
kertas tahan lemak (grease paper), kertas glassin dan kertas lilin (waxed paper).
Wadah-wadah tersebut termasuk karton, kotak karton, kaleng fiber/kaleng karton.
 Kelebihan :
Kemasan karton mudah didapat dan harganya lebih murah dan lebih kuat
daripada kemasan kertas.
 Kekurangan :
Kemasan karton juga tidak dapat memuat produk yang berat sama seperti
kemasan kertas.
Gambar 2. Kemasan Karton

3.3. Kemasan Aluminium Foil


Bahan kemasan aluminium foil termasuk bahan logam yang mempunyai
sifat-sifat ringan (lebih ringan daripada besi/baja), mudah dilekuk-lekuk, sehingga
mudah kembali ke bentuk asalanya. Aluminium murni sulit disolder (diseal)
sehingga sambungan-sambungan tidak rapat, dan mudah bereaksi dengan udara
(O2) dan membentuk aluminium oksida sehingga kurang baik digunakan
digunakan sebagai kemasan.
 Kelebihan :
Kemasan aluminium foil merupakan bahan kemasan yang paling sedikit
permeabilitas (dapat dilalui) terhadap sinar UV, uap air, oksigen dan mikorba
sehingga memberikan perlindungan terhadap produk dari luar (fisik, uap air,
oksigen dan sinar) dan dapat menjadi kemasan multi lapis.
 Kekurangan :
Semakin besar kemampuan bahan kemasan dalam melindungi produk maka
semakin mahal pula harga kemasan aluminium foil ini.

Gambar 3. Kemasan Aluminium Foil


3.4. Kemasan Gelas/Botol
Kemasan gelas terdiri dari dua bagian yang terpisah, yaitu wadah gelas
dan tutup logam. Keduanya sangat penting untuk memperoleh kondisi hermetis.
Kemasan gelas digunakan untuk makan bayi, juice buah, saus pasta, ikan dan
daging yang mana tergantung pada produk keasamannya, apakah disterilisasi atau
dipasteurisasi. Prinsip-prinsip pada pengolahan dengan kemasan gelas secara
umum sama dengan kaleng, tetapi terdapat beberapa modifikasi.
 Kelebihan :
Kemasan gelas tidak bereaksi dengan produk yang dikemasnya.
 Kekurangan :
Kemasan gelas harus ditutup secara rapat untuk mencegah kontaminasi
setelah pengolahan. Penutup untuk wadah gelas terbuat dari pelat timah
lacquer atau alumunium. Selain itu, kemasan gelas juga harus dilakukan
dengan hati-hati karena kemasan ini mudah pecah jika dikenai beberapa
guncangan besar terhadapnya.

Gambar 4. Kemasan Gelas/Botol

3.5. Kemasan Kaleng (pelat timah/tin plate)


Jenis kemasan kaleng paling sering digunakan untuk mengemas makanan
kaleng. Kemasan kaleng umumnya terbuat dari tin plate, yaitu baja yang dilapisi
dengan timah untuk mengurangi korosi. Namun, sekarang banyak digunakan tin-
free steel, yaitu baja yang dilapisi dengan chromium untuk mencegah korosi.
 Kelebihan :
Kemasan kaleng dapat mengurangi konsentrasi oksigen, sehingga mampu
mengurangi kemungkinan perubahan-perubahan karena reaksi oksidasi,
seperti oksidasi lemak, vitamin, perubahan warna dan proses pengkaratan.
Produk kemasan kaleng lebih tahan lama dibandingkan dengan kemasan yang
lain.
 Kekurangan :
Kecerobohan serta kesalahan dalam penanganan kaleng selama pengolahan
atau penyimpanan akan menyebabkan kebocoran baik yang terjadi selama
pemanasan atau sesudahnya. Bila dalam proses pendinginan digunakan air
yang kotor, mikroorganisme pembusuk atau patogen dapat masuk ke dalam
kaleng melalui bagian yang bocor tersebut. Bila kondisi penyimpanan
memung-kinkan mikroba tumbuh, maka mikroba akan berkembang biak dan
merusak makanan di dalam kaleng.
Ukuran kaleng menurut sistem Inggris dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Petunjuk untuk Ukuran Kaleng menurut sistim Inggris
(UK can sizes)
Tabel 1. Petunjuk untuk Ukuran Kaleng menurut sistim Inggris
(UK can sizes)

Gambar 5. Kemasan Kaleng


3.6. Plastik
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer,
yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa
monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut
dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan
jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan
sifat yang lebih keras dan tegar. Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi
plastik menurut struktur kimianya terbagi atas dua macam yaitu:
1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka
akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada
suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik
(reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat
polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak
dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah
terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun
sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik
memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan
dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Berbagai jenis bahan
kemasan lemas seperti misalnya polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film
vinil dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam
bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan bersama.
Adapun beberapa jenis kemasan plastik yang sering digunakan antar lain :
a. Polyethylen
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai
kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan
menjadi lunak dan mencair pada suhu 110 OC. Berdasarkan sifat permeabilitasnya
yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai
ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai pengemas
makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung
dengan derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1970). Konversi etilen
menjadi polietilen (PE) secara komersial semula dilakukan dengan tekanan tinggi,
namun ditemukan cara tanpa tekanan tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
n(CH2= CH2) (-CH2-CH2-)n
Etilen polimerisasi Polietilen
Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang
diperoleh dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Proses
polimerisasi yang dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan polimerisasi
yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan
molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan
bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40 atm)
menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel.
b. Low Density Polyethylen (LDPE)
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel
dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60OC sangat resisten terhadap
senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang
baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, sedangkan jenis plastik HDPE
mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya dan kurang terasa
berlemak.
c. High Density Polyethylen (HDPE).
Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara
molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah,
sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit
dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan
yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan
hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik
(Harper, 1975).
d. Polypropilena
Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya
juga serupa (Brody, 1972). Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap
suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983). Monomer
polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi
minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan
dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta-
Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen (Birley, et al., 1988).
e. Polivinil Klorida (PVC)
Polivinil Klorida dibuat dari monomer yang mngandung gugus vinil. PVC
mempunyai sifat kaku, keras, namun jernih dan lengkap, sangat sukar ditembus
air dan permeabilitas gasnya rendah. Pemberian plasticizers (biasanya ester
aromatik) dapat melunakkan film yang membuatnya lebih fleksibel tetapi regang
putusnya rendah, tergantung jumlah plasticizers yang ditambahkan.
f. Vinilidin Khlorida (VC)
Mengandung dua atom klorin, merupakan bahan padat yang keras, bersifat
tidak larut dalam sebagian besar pelarut dan daya serap airnya sangat rendah.
Dapat menghasilkan film yang kuat, jernih dengan permeabilitas terhadap gas
cukup rendah.
g. Politetrafluoroetilen (PTFE)
Bersifat sangat “inert” terhadap reaksi-reaksi kimia. Polimer ini bersifat
halus, berlemak dan umumnya berwarna abu-abu. Koefisien gesekannya sangat
rendah sehingga menghasilkan permukaan yang tidak mudah lengket serta
bertahan pada daerah suhu kerja yang luas.
h. Polistiren (PS)
Bersifat sangat amorphous dan tembus cahaya, mempunyai indeks refraksi
tinggi, sukar ditembus oleh gas kecuali uap air. Dapat larut dalam alcohol rantai
panjang, kitin, ester hidrokarbon yang mengikat khlorin. Polimer ini mudah rapuh,
sehingga banyak dikopolimerisasikan dengan batu diena atau akrilonitril.
Tabel 2. Kode dan Bahan Pembuat Plastik

Keterangan :
• Angka 1- PET
Artinya plastik tersebut tersusun dad polyethylene terephthalate. Kemasan
dengan angka ini berarti mengandung 30% PET. Biasanya kemasan dengan
bahan ini jernih atau transparan. Umumnya dipakai untuk botol air mineral,
botol jus, atau gelas plastik. Kemasan plastik dengan kode 1-PET hanya untuk
sekali pakai.
• 2-HDPE
Bahan kemasan plastik ini tersusun oleh high sensity polyethylene (HDPE).
Bahan baku plastik ini aman karena tidak bereaksi terhadap makanan atau
minuman. Bahan ini lebih kuat, keras, buram, dan lebih tahan terhadap suhu
tinggi sehingga biasa dipakai pada botol susu berwama putih susu, tupperware,
galon air minum, dan kursi lipat. Meski begitu, kemasan ini juga tidak untuk
dipakai berulangkali. Sebab senyawa antimoni trioksida terus meningkat
seiring waktu dan itu berbahaya bagi kesehatan manusia.
• 3-V.
Ini adalah singkatan dari polyvinyl chloride (PVC) yang mengandung di-2-etil-
heksiladipat (DEHA) yang dapat bereaksi dengan makanan. Kandungan DEHA
mudah bermigrasi pada suhu 15 derajat celcius. Bahan ini berbahaya dan sulit
mengalami daur ulang. Biasanya jenis ini dipakai untuk plastik pembungkus
(cling wrap).
• 4-LDPE
Jika mendapati tanda ini dalam plastik, artinya bahan ini terbuat dari low
density polyethylene. Bahan ini terbuat dari minyak bumi. Sifatnya kuat, agak
tembus cahaya, fleksibel, dan permukaannya agak berlemak. Pada suhu di
bawah 60 derajat celcius, sangat resisten terhadap senyawa kimia. Walaupun
mempunyai daya proteksi terhadap uap, air baik, akan tetapi kurang baik bagi
gas-gas yang lain seperti oksigen.
• 5-PP
Kemasan ini terbuat dari polypropylene. Biasa ditemukan pada botol transparan
tapi tidak terlalu jernih atau berawan. Plastik jenis ini berkarakter lebih kuat,
ringan, dengan daya tembus uap yang rendah. Makanya plastik jenis ini aman
untuk kemasan makanan dan minuman.
• 6-PS
Ini adalah menandakan kemasan ini terbuat dari polystyrene (PS) atau biasa
disebut polimer aromatik. Saat bertemu dengan makanan atau minuman, bahan
ini dapat mengeluarkan bahan styrene. Bahan ini harus dihindari karena
berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita
yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem saraf. Ada
baiknya kita langsung membakar bila menemukannya.
• 7-other
Artinya bahan ini tersusun selain dari enam bahan plastik yang disebutkan di
atas. Kandungannya antara lain styrene acrylonitrile (SAN), acrylonitrile
butadiene styrene (ABS), polycarbonate (PC) dan nylon. Kandungan SAN
biasa terdapat pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum
olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat
elektronik, dan plastik kemasan. Kandungan ABS biasa untuk bahan mainan
lego dan pipa.
 Kelebihan :
Sifat permeabilitas gas dan uap air bahan kemasan plastik rendah sehingga
menyebabkan masa simpan produk lebih lama.
 Kekurangan :
Kelemahan bahan kemasan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul
kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke
dalam bahan makanan yang dikemas. Migrasi monomer terjadi karena
dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses
pengolahannya. Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak monomer
yang dapat bermigrasi ke dalam makanan. Semakin lama kontak antara
makanan tersebut dengan kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi
dapat makin tinggi. Selain itu, plastik juga tidak tahan panas sehingga tidak
sesuai digunakan sebagai kemasan untuk produk yang menghantarkan panas.

Gambar 6. Kemasan Plastik


3.7. Kemasan Daun Pisang
Cara pengemasannya ialah dengan menempatkan produk di bagian dalam
daun, kemudian dilipat dengan menarik keempat bagian ujung daun ke atas, lalu
dikunci dengan semat yang terbuat dari bambu. Untuk menjaga kebocoran bagian
tengah kemasan, biasanya dilapisi lagi dengan daun pisang.
 Kelebihan :
Cara penggunaannya dapat secara langsung atau melalui proses pelayuan
terlebih dahulu, hal ini untuk lebih melenturkan daun sehingga mudah untuk
dilipat dan tidak sobek atau pecah. Seperti halnya pada pengemasan tape
ketan, produk ini banyak mengandung air, sehingga dengan permukaan yang
licin , rendah menyerap panas, kedap air dan udar, maka cocok untuk
digunakan untuk mengemas.
 Kekurangan :
Tidak semua daun pisang baik digunakan untuk mengemas, dikarenakan sifat
fisik yang berbeda terutama sifat fleksibilitas.

Gambar 7. Kemasan Daun Pisang

3.8. Kemasan Daun aren


Daun aren sebagai bahan kemas biasanya hanya dipakai untuk hasil
pertanian atau hasil olahan yang berbentuk padatan dan ukurannya relatif besar
sebagai contoh, pengemasan pada buah durian atau gula merah dari aren.
 Kelebihan :
Penggunaan daun sebagai bahan kemasan alami sudah lajim dipakai di
seluruh masyarakat Indonesia, selain murah dan praktis cara pemakaiannya,
daun ini juga masih mudah didapat.
 Kekurangan :
Daun ini bukan merupakan kemasan yang bersifat representatif, sehingga
mudah robek atau pecah, dan tidak dapat mempertahankan mutu produk
dalam jangka waktu yang lama.

Gambar 8. Kemasan Daun Aren

9. Kemasan Bambu
Kemasan dari bambu dan rotan merupakan kemasan tradisional yang
biasanya ditampilkan dalam bentuk anyaman. Perhatikan pula apakah kemasan
tersebut primer atau sekunder, adakah cat atau vernis yang digunakan untuk lebih
menarik.
Pemakaian keranjang dari anyaman bambu untuk pengemasan, biasanya
digunakan untuk buahbuahan dengan permukaan yang halus, dengan bobot yang
terbatas, atau untuk hasil olahan dengan dilapisi daun, kertas dan plastik yang
bertujuan agar produk yang dikemas tidak keluar dari jalinan anyaman, dan tidak
terkontaminasi oleh kotoran dan air dari luar. Produk yang dapat dikemas antara
lain; tape singkong, tahu, brem, bunga, mangga dan sebagainya.
 Kelebihan :
Kemasan yang terbuat dari anyaman bambu, adalah mampu menjaga
kelembaban udara, dan dengan sifatnya yang opak, dapat melindungi bahan
yang dikemasnya terhindar dari reaksi penguraian yang diakibatkan oleh sinar
atau cahaya.
 Kekurangan :
Bila tertarik anyamannya akan terbuka dan sulit menutup kembali.

Gambar 9. Kemasan Bambu


Bakul yang terbuat dari anyaman bambu biasanya digunakan untuk
pengemasan sekunder, sekaligus berfungsi sebagai tempat pewadahan
/penyimpanan, mendistribusikan barang. Pada acara-acara tertentu, bakul ini juga
berfungsi sebagai tempat menyimpan nasi. Kelebihan dari bakul ini, selain ringan
untuk dipikul juga sangat fleksibel, karena kapasitasnya dapat diatur sesuai
kebutuhan. Di sebahagian tempat bakul ini dipergunakan untuk menjajakan
makanan oleh kaum ibu. Selain terbuat dari anyaman bambu, bakul ini dapat
dibuat dari anyaman rotan, kulit sisal.

3.10. Kemasan Kayu


Kemasan kayu biasanya berbagai jenis peti yang merupakan kemasan
sekunder dan merupakan wadah yang paling tua digunakan orang sebagai bahan
kemas. Jenis kayu yang digunakan dapat terbuat dari bahan lunak (kayu jengjeng
atau albizia) ataupun dari plywood atau veneer. Amati ukuran kotak, letak paku,
cara mengikat simpai (lempengan atau plat logam) dan cara menutup.Wadah kayu
yang dibuat dari bahan yang lebih keras (kayu keras) jarang digunakan untuk hasil
pertanian. Kemasan kayu yang digunakan untuk ikan asin, sayuran (kol) dan
buah-buahan (apel, mangga) berbeda dengan kemasan kayu yang digunakan untuk
teh kering. Pada peti kayu untuk teh perlu dilapisi dengan bahan yang kedap air
pada dinding bagian dalam. Hal ini diperlukan untuk mencegah penyerapan air
dari luar atau penguapan dari dalam.
 Kelebihan :
Umumnya bentuk kemasan kayu persegi atau persegi panjang, hal ini untuk
memudahkan penataan bahan atau barang yang dikemas.
 Kekurangan :
Apabila kemasan tidak tertutup rapat maka isi dalam kemasan itu dapat basah
atau rusak jika terkena air.

Gambar 3.10. Kemasan Kayu

3.11. Karung/goni
Bahan yang dipergunakan untuk membuat karung goni adalah rami atau
yute. Ukuran karung goni adalah 50 kg atau 100 kg. Tanda (strip) pada karung
yaitu strip tiga, polet ungu, strip hijau. Tanda-tanda tersebut ada hubungannya
dengan ukuran karung goni. Karung biasanya digunakan untuk mengemas produk
seperti gabah, jagung, kacang kedelai, kacang tanah tau kacang hijau. Karung goni
juga sering digunakan untuk gula pasir, pupuk dan garam. Setelah karung diisi
kemudian mulut karung dijahit, bisa dilakukan dengan tangan (secara manual)
atau dengan alat.
 Kelebihan :
Karung goni mempunyai sifat yang baik karena fleksibel, relatif murah, dapat
melindungi bahan dari kelembaban, mudah menutup kembali bila goni
diganco untuk membantu pengangkutan, atau ditusuk untuk mengambilan
contoh, mudah dalam penyimpanan dengan cara penumpukan tanpa mudah
meleset atau meluncur ke bawah.
Mempunyai tenunan atau lubang-lubang tenunan yang lebih besar dari kain
blacu sehingga mempunyai keuntungan dalam hal memudahkan penetrasi gas
yang digunakan untuk fumigasi.
 Kekurangan :
Karena memiliki lubang-lubang tenunan maka mudah diserang serangga dari
luar.

Gambar 11. Kemasan Karung/Goni


TUGAS MATA KULIAH
RANCANGAN SISTEM INDUSRI
Dosen: Tuti Sarma Sinaga, ST. MT.

TUGAS MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLAY


CHAIN MANAJEMEN

Bahan-bahan Kemasan Produk

Disusun oleh:

Anni Intan

070403037

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2010

You might also like