You are on page 1of 26

http://id.wikipedia.

org/wiki/Dinamika_kelo
mpok
Dinamika kelompok
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan
berlangsung dalam situasi yang dialami [1].

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau
interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah
kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama[2].

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Fungsi
 2 Jenis kelompok sosial
o 2.1 Kelompok Primer
o 2.2 Kelompok Sekunder
o 2.3 Kelompok Formal
o 2.4 Kelompok Informal
 3 Ciri Kelompok Sosial
 4 Pembentukan Kelompok
 5 Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok
 6 Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok
 7 Referensi

[sunting] Fungsi
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain [3]:

1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.


2. Memudahkan pekerjaan.
3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban
pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah
satunya dengan membagi pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing-masing
atau sesuai keahlian.
4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan
setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama
dalam masyarakat.

[sunting] Jenis kelompok sosial


Ada usul agar artikel atau bagian ini digabungkan ke halaman Kelompok sosial
(diskusikan)

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada. [1]

[sunting] Kelompok Primer

Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling
mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.[1] Sedangkan menurut Goerge
Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang
sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara
langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara[4]. Misalnya: keluarga, RT, kawan
sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.[1]

[sunting] Kelompok Sekunder

Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang
kekeluargaan.[1] Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif.[1] Misalnya: partai
politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

[sunting] Kelompok Formal

Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran
Rumah Tangga (ART) yang ada.[1] Anggotanya diangkat oleh organisasi.[1] Contoh dari
kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART. [1]

[sunting] Kelompok Informal

Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-
kebutuhan seseorang.[1] Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan
ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi
pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan
simpati [1] Misalnya: kelompok arisan
Geng Motor Salah Satu Bentuk Kelompok Sosial

[sunting] Ciri Kelompok Sosial


Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut[1]: 1.
Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain.[1] (menyebabkan
interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama)[1]

2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain[1]
(Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)[1]

3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan
terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing[1]

4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.[1]

[sunting] Pembentukan Kelompok


Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam
memenuhi kebutuhan.[1] Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga
ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah
kelompok[5].

Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota


(siapa yang menjadi ketua atau anggota).[1] Interaksi yang terjadi suatu saat akan
memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan
(konflik) [6] Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti
pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi
kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok
mudah terjadi.

Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses
selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut[7] :

 Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari
pencapaian akademis.[1] Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau
yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik.[1] Dengan demikian diharapkan
anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.[1]

 Motivasi

Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk


berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok.[1] Perbedaan kemampuan yang
ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat.[1] Dengan
demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi
diri untuk maju.[1]

 Tujuan

Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas


kelompok atau individu.[1]

 Organisasi

Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok.


Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efisien dan efektif.[1]

 Independensi

Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok.[1] Kebebasan disini


merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi
selama kegiatan.[1] Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang
disepakati kelompok.[1]

 Interaksi

Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan
ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan
akan informasi tentang pengetahuan tersebut.[1]

[sunting] Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok


Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah
sebagai berikut:

1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik bila: a) Setiap individu terbuka untuk
memberi dan menerima informasi yang baru[1] b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk
menerima peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut.[1] c) Setiap anggota
memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain
tanpa merasa integritasnya terganggu.[1]

2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk [1]: a) menunda kepuasan dan
melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama [1] b) membina dan memperluas
pola [1] c) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya.[1]

Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang
terjadi dalam kelompok.[1] Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi
tiga tahap, antara lain [8] :

1. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua
individu akan saling mengenal satu sama lain.[1] Kemudian hubungan berkembang menjadi
kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
[1]

2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain,
tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok.[1] Pada akhirnya akan
terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.[1]

3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa
tidak membutuhkan lagi dalam kelompok.[1] Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan
yang akhirnya diikuti dengan pembubaran kelompok.[1]

[sunting] Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok


Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun memperlancar
proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan dalam kelompok tersebut[9].

1. Kelebihan Kelompok

 Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi &
pendapat anggota yang lain.[2]
 Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan
menekan kepentingan pribadi demi
 Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati
kelompok.[2]

2. Kekurangan Kelompok Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu


penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas pertemuan.[2]

[sunting] Referensi
1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at (en)
Theodore M. Mills, 1967. The Sociology of Small Groups. New Jersey: Prentice Hall,
Inc. Page. 3-35
2. ^ a b c d (en) Fred R. Kerlinger, 1964. Foundations of behavioral research. New
York: Holt Rinehart and Winston.page. 20-35
3. ^ Kamanto Sunarto. 1992. Sosiologi Kelompok. Jakarta: Pusat Antar Universitas
Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Hlm. 56
4. ^ George C. Homans, The Human Group (New York: Harcourt, Brace and Company,
1950), hlm. 23
5. ^ Alvin A Goldberg,.1985. Komunikasi kelompok. Jakarta: UI-Press.Hlm. 19
6. ^ Hidayat, AAA. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hlm.76
7. ^ Slamet. Santosa, 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.Hlm. 43
8. ^ P. Robbins, Stephen. 1983. Organization Theory: Structure, Design, and
Application. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Hlm 67
9. ^ Soerjono. Soekanto, 1986. Pengetahuan Sosiologi Kelompok. Bandung: Penerbit
Remadja Karya CV. Hlm. 34

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3730/1/fkm-linda3.pdf
PERANAN DINAMIKA KELOMPOK DALAM
MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KERJA TIM
LINDA T. MAAS
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan.
Kebutuhan akan pentingnya mengetahui dan memahami tentang dinamika
kelompok atau proses-proses interaksi yang terjadi di dalam kelompok semakin hari
semakin meningkat. Sebagai mahluk sosial, manusia memang tidak mungkin hidup
sendiri tanpa ada orang lain bersamanya, apakah itu dalam keluarga, dalam kehidupan
bermasyarakat, di kantor dan sebagainya. Dari hari pertama dilahirkan, kita sudah
merupakan bagian dari kelompok yang dikenal sebagai keluarga; kita tidak mungkin
dapat bertahan hidup pada menit-menit pertama, minggu-minggu pertama malahan
pada tahun-tahun pertama setelah kelahiran tanpa bantuan dari kelompok (keluarga).
Dan melalui keluarga ini pula kita mulai belajar bagaimana harus bersosialisasi, yang
mana nantinya merupakan dasar dari pola tingkah laku dan pola berpikir serta mendidik
kita agar mempunyai perspektif tertentu terhadap diri sendiri dan dunia luar/lingkungan.
Selanjutnya, hari demi hari kita lalui bersama kelompok, dari satu kelompok ke
kelompok yang lain, baik formal maupun informal. Dan dalam kelompok-kelompok ini
interaksi kita dengan orang lain dalam kelompok tidak dapat terhindarkan. Dari berbagai
studi tentang perilaku dan kepribadian menunjukkan bahwa bentuk perlakuan yang
diterima seseorang dalam kelompoknya mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam
menentukan identitas kepribadian seseorang.
Dari keterangan diatas, dapat kita lihat bahwa kehidupan dalam kelompok
sangatlah dinamis. Semakin efektif suatu kelompok, semakin baik pula kualitas
kehidupan anggota-anggotanya. Yang penting diperhatikan agar kelompok tersebut
tetap efektif adalah pengetahuan yang cukup tentang dinamika atau proses-proses yang
terjadi serta kemampuan kita untuk berperilaku secara efektif dalam kelompok. Kedua
hal penting ini dapat kita pelajari melalui pemahaman tentang dinamika kelompok.
Dinamika kelompok sebenarnya adalah bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang
lebih menekankan perhatiannya pada interaksi manusia dalam kelompok yang kecil.
Pada berbagai referensi, istilah dinamika kelompok ini disebut juga dengan proses-
proses kelompok (group processes). Jelas dari terminologi ini bahwa pengertian dari
dinamika kelompok ataupun proses kelompok ini menggambarkan semua hal atau
proses yang terjadi dalam kelompok akibat adanya interaksi individu-individu yang ada
dalam kelompok itu.
Studi mengenai interaksi antar individu dalam kelompok oleh para ahli psikologi telah
dimulai sejak awal tahun 1900-an. Kemudian oleh Kurt Lewin, seorang ahli psikologi
kelahiran Polandia mulai dikembangkan lebih dalam mengenai dinamika kelompok ini.
Beliau menekankan bahwa untuk mempelajari dan memahami tentang dinamika
kelompok adalah dengan cara menerapkannya (learning by doing).
Fritz Heider, seorang ahli psikologi lain, dalam Teori Keseimbangan-nya
(Balanced Theory) yang membahas mengenai hubungan-hubungan antar pribadi
menerangkan bahwa individu-individu sebagai bagian dari struktur sosial cenderung
untuk menjalin hubungan satu sama lain. Dan menurutnya, salah satu cara bagaimana
suatu kelompok dapat berhubungan adalah dengan menjalin komunikasi secara terbuka.
Dewasa ini, upaya peningkatan kerja tim merupakan alternatif utama dalam
meningkatkan efisiensi, efektifitas serta produktifitas suatu organisasi.
©2004 Digitized by USU digital library 1
Berbagai pelatihan dilaksanakan guna meningkatkan kemampuan pengembangan
kerja tim.
Teknik pembentukan kelompok.
Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan
yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan
bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-
nilai tertentu. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sejak dari awal kehidupannya,
manusia telah membentuk kelompok yang kemudian menjadi dasar bagi kehidupan
keluarga, perlindungan, pemerintahan, kerja dan lain-lain.
Secara umum ada 3 (tiga) hal yang menunjukkan efektif atau tidaknya suatu
kelompok, yaitu kemampuan kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya seoptimal
mungkin, kemampuan kelompok dalam mempertahankan kelompoknya agar tetap
serasi, selaras dan seimbang dan yang ketiga adalah kemampuan kelompok untuk
berkembang dan berubah sehingga dapat terus meningkatkan kinerjanya. Kelompok
yang berhasil akan mempunyai kualitas dan pola interaksi antar anggota yang
terintegrasi dengan ketiga kegiatan ini. Tentu dalam hal ini, diharapkan anggota
kelompok benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan kelompok yang efektif
dan kontribusi apa yang perlu diberikan agar kelompoknya dapat menjadi kelompok
yang efektif.
Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya pembentukan
kelompok/tim, yaitu :
1. Adanya ketergantungan yang sifatnya positif (positive interdependency).
2. Keandalan individu (individual accountability).
3. lnteraksi langsung (face-to-face interaction).
4. Ketrampilan kerjasama (collaborative skills).
5. Proses kelompok (group processing).
Ketergantungan positif (positive interdependency).
Yang dimaksud dengan ketergantungan positif adalah suatu keadaan dimana
setiap orang dalam kelompok saling membutuhkan dan merasa bahwa berhasil atau
tidaknya suatu pekerjaan merupakan hasil bersama dan tanggung jawab bersama.
Ketergantungan positif dapat dilihat dari persepsi positif terhadap setiap anggota
kelompok. Selain itu semua anggota selalu berusaha agar keuntungan atau keberhasilan
yang diperoleh dapat dinikmati oleh seluruh anggota kelompok. Kelompok yang
mempunyai ketergantungan positif yang tinggi akan mempunyai keterikatan atau kohesi
antar anggota yang tinggi pula.
Beberapa kondisi yang membantu pewujudan dari ketergantungan positif ini
antara lain adalah :
􀂾Adanya tujuan yang ingin dicapai bersama dan pencapaian tujuan ini benar-benar
􀂾membutuhkan kerjasama yang tinggi.
􀂾Adanya imbalan (reward) yang sama bagi setiap anggota kelompok. Dalam hal ini
semua mendapat perlakuan yang sama tanpa ada pengecualian.
􀂾Adanya peran dan tanggung jawab yang komplimenter dan saling berhubungan.
􀂾Adanya ketergantungan tugas, dimana pekerjaan satu kelompok baru dapat
dikerjakan bila kelompok lain telah menyelesaikan bagiannya.
􀂾Adanya ketergantungan informasi, dimana setiap anggota kelompok hanya
mempunyai sebagian dari informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Contohnya, tim ahli dalam suatu proyek.

Keandalan individu (individual accountability).


Keandalan individu dapat dilihat dari penampilan/performance seseorang. Dalam
upaya pembentukan tim hal ini sangat penting guna mengetahui:
©2004 Digitized by USU digital library 2
􀂾kemampuan masing-masing anggota, sehingga dapat diidentifikasi yang mana
perlu peningkatan.
􀂾sejauh mana kontribusi yang telah diberikan oleh seseorang pada kelompok,
apakah kontribusi tersebut sudah sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
padanya.
Pengenalan terhadap kemampuan dan kontribusi anggota kelompok ini sangat
penting karena :
􀂾memungkinkan setiap orang dalam kelompok mengetahui kontribusi masing-
masing dalam kelompok.
􀂾memungkinkan saling tolong menolong dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelompok.
􀂾dapat lebih memperjelas fungsi dan tanggung jawab masing-masing anggota
kelompok.
Walaupun kerja kelompok/tim ini sangat diperlukan dalam rangka pencapaian
tujuan atau keberhasilan, namun bila tidak dikendalikan secara benar akan
menimbulkan suatu kondisi sebaliknya. Keadaan ini disebut dengan "social loafing", yaitu
suatu keadaan dimana kualitas kerja tim lebih rendah bila dibandingkan dengan kerja
individu, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi
yang dapat menimbulkan keadaan ini antara lain karena kurang jelasnya identifikasi
kontribusi dari setiap orang, kurangnya keterikatan/kohesi diantara anggota kelompok,
kurangnya tanggung jawab terhadap hasil akhir dari tugas yang diberikan. Apabila
semua faktor-faktor ini cukup jelas dimana semua orang mengerti akan tugas masing-
masing, menyadari akan tanggung jawab masing-masing terhadap hasil akhir serta
adanya keterikatan kelompok yang cukup erat maka kemungkinan terjadinya keadaan
social loafing dapat dihindari, setidak-tidaknya dikurangi.

lnteraksi langsung (face-to-face interaction)


lnteraksi secara langsung merupakan salah satu faktor yang mempunyai
pengaruh besar dalam mengupayakan pengembangan kelompok/tim yang efektif.
Dengan adanya interaksi langsung atau face-to-face interaction ini maka iklim kerja
akan menjadi lebih baik dan sebagai dampaknya akan meningkatkan produktifitas,
moral an efektifitas kerja kelompok karena komunikasi antar kelompok lebih terbuka.
Agar interaksi langsung ini dapat terwujud maka dianjurkan jumlah anggota dalam
kelompok tidak terlalu besar
Ketrampilan kerjasama (collaborative skills).
Kelompok tidak akan mungkin dapat berfungsi secara efektif tanpa mempunyai
ketrampilan untuk bekerja sama. Ketrampilan kerjasama ini perlu dimiliki oleh anggota
kelompok. Mengapa? Karena banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya dalam
melaksanakan tugasnya, individu tersebut merupakan bagian dari kelompok/tim.
Berbagai studi mengenai pentingnya kerjasama dalam kelompok menunjukkan bahwa
dengan mengumpulkan orang yang tidak mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama
walaupun mereka ini mungkin cukup ahli dalam bidangnya ternyata dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya banyak menemui kesulitan.
Proses kelompok (group processing).
Proses kelompok juga merupakan hal yang penting diketahui dalam usaha
pencapaian hasil kerja kelompok yang optimal. Ada beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan mempelajari proses-proses yang terjadi dalam kelompok, antara lain
dapat diketahui sudah sejauh mana kelompok ini berfungsi, alternatif-alternatif strategi
yang dapat diambil dalam upaya perbaikan kerja kelompok.
©2004 Digitized by USU digital library 3
Konflik dalam kelompok.
Sepanjang individu berinteraksi dengan individu lain, konflik tidak mungkin
terhindarkan. Konflik dapat terjadi dalam menentukan suatu tujuan atau dalam
menentukan metode yang akan diambil untuk mencapai tujuan. Misalnya, suatu
kelompok yang terdiri dari 6 (enam) orang diberi uang Rp. 10.000.000,- yang harus
dihabiskan dalam waktu 2 (dua) minggu. Dua orang dari kelompok ingin untuk
menyumbangkan semua uang tersebut pada sebuah panti asuhan, dua orang lainnya
ingin agar uang tersebut dipakai untuk berlibur, sementara dua orang lagi menginginkan
uang tersebut digunakan untuk membantu keluarganya meneruskan sekolah. Apa yang
terjadi dalam kelompok ini? Jelas, kelompok ini berada dalam keadaan konflik, dimana
mereka harus membuat keputusan yaitu "bagaimana uang tersebut digunakan"
sementara anggota kelompok mempunyai keinginan yang berbeda-beda.
Konflik dapat terjadi bila perhatian utama anggota kelompok diarahkan pada diri
sendiri. Dalam hal ini perspektif mereka menjadi sempit dan orientasi mereka hanya
pada jangka waktu pendek saja. Oleh Sherif dan sherif (1953) dikatakan bahwa konflik
ini dapat diatasi bila anggota kelompok mati memperluas persepsi mereka agar lebih
diarahkan pada apa yang disebutnya sebagai "tujuan super ordinat". Tujuan super
ordinat adalah tujuan yang sangat penting bagi semua orang dalam kelompok, tetapi
tidak dapat dicapai hanya dengan bekerja sendiri. Dengan perkataan lain, kebutuhan
kelompok akan terpenuhi selama semua orang yang terlibat dalam kelompok tersebut
ikut bekerja.
Secara umum, faktor-faktor yang dapat merupakan sumber konflik antara lain
adalah :
􀂾perbedaan-perbedaan keinginan, nilai, tujuan
􀂾adanya keterbatasan akan sumber tertentu seperti kekuasaan, kedudukan, waktu,
popularitas, uang dan lain-lain
􀂾persaingan (rivalry)
Konflik tidak selamanya memberikan dampak yang jelek pada kelompok ataupun
organisasi. Di dalam organisasi yang sehat justru konflik dianjurkan, hal ini sering
dikenal dengan istilah kontroversi. Berbagai studi dalam bidang ilmu perilaku oranisasi
yang menunjukkan bahwa adu argumentasi, ketidaksetujuan, debat, ide-ide atau
informasi yang bermacam-macam ternyata sangat penting dalam meningkatkan
kreatifitas dan kualitas kelompok. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya konflik
antara lain adalah anggota kelompok akan lebih terstimulasi atau terangsang untuk
berpikir atau berbuat sehingga mengakibatkan kelompok menjadi lebih dinamis dan
berkembang karena setiap orang mempunyai kesempatan untuk menuangkan ide-ide
atau buah pikirannya secara lebih terbuka. Namun, untuk mendapatkan hasil yang
optimal dalam artian produktif konstruktif, konflik harus dikendalikan secara positif.
Kerugian yang ditimbulkan oleh konflik biasanya disebabkan karena konflik
tersebut biarkan berjalan dalam waktu yang lama dan berkepanjangan atau dibiarkan
menjadi semakin meruncing tanpa ada penyelesaian. Tentu hal ini dapat merusak iklim
kerja dan pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja kelompok.
Pada dasarnya konflik yang terjadi dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu
konflik antar individu (interpersonal conflict) dan konflik antar kelompok (intergroup
onflict). Diantara kedua bentuk ini, konflik antar individu merupakan permasalahan yang
cukup serius karena keadaan ini dapat mempengaruhi emosi individu secara mendalam
dan bila keadaan ini tidak dikendalikan secara tepat maka cepat atau lambat dapat
merusak iklim kerja baik dalam kelompok maupun organisasi.
Bila seseorang berada dalam keadaan konflik ada dua hal yang mempengaruhi
cara yang ditempuh untuk mengatasinya yaitu 1) memperhatikan tujuan personal dan 2)
keinginan untuk tetap mempertahankan hubungan baik dengan anggota kelompok.
Dengan mempertimbangkan kedua aspek ini, dalam penyelesaian konflik dikenal
beberapa kemungkinan strategi yang ditempuh

©2004 Digitized by USU digital library 4


seperti menghindar dari konflik (avoiding), melunakkan suasana (smoothing),
memaksa dengan menggunakan kekuasaan (forcing) dan konfrontasi (confrontation).
Tergantung dan strategi atau pendekatan yang dilakukan kemungkinan hasil dan
penyelesaian konflik dapat berupa kalah-kalah (Jose-lose), kalah-menang (lose-
win)/menang-kalah (win-lose) dan menang-menang (win-win). Tentu dan kemungkinan-
kemungkinan ini yang paling ideal adalah penyelesaian yang dapat menghasilkan kondisi
"menang-menang (win-win)".
Strategi dan hasil yang mungkin dapat diperoleh dalam mengatasi konflik dapat
kita lihat sebagai berikut :

Strategi yang dipilih: Kemungkinan hasil yang diperoleh:


- menghindari persoalan (avoiding) - kalah-kalah (lose-lose)
- melunakkan suasana (smoothing) - kalah-menang (lose-win)
- menggunakan kekerasan (forcing) - menang-kalah (win-lose)
- konfrontasi (controntation) - menang-menang (win-win)
Walaupun kesemua cara atau strategi ini cukup efektif, namun yang paling ideal
adalah pendekatan dengan cara konfrontasi. Alasannya adalah karena dengan strategi
konfrontasi semua persoalan yang diduga menjadi penyebab timbulnya konflik akan
terungkap sehingga kedua belah pihak akan dapat melihat kembali dan mempelajari
secara matang dan untuk selanjutnya diambil penyelesaian yang matang dan rasionil.
Berbagai studi mengenai manajemen konflik menunjukkan bahwa penyelesaian konflik
melalui pendekatan konfrontasi memberi kepuasan bagi kedua belah pihak dan dirasa
cukup konstruktif.
Secara umum, berbagai prosedur dapat dilalui dalam upaya menyelesaikan
konflik antara lain secara hukum, penggunaan pihak ketiga, dengan kekerasan, serta
negosiasi atau perundingan. Dan kesemua prosedur ini yang efektif adalah melalui
negosiasi atau perundingan. Negosiasi sebenarnya merupakan suatu proses
penyelesaian dengan cara mendapatkan suatu kesepakatan.
Dalam negosiasi ada beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan agar
hasil yang diperoleh cukup konstruktif, antara lain sebagai berikut:
Langkah 1 : Pencairan.
Pada langkah ini kedua belah pihak diberi kesempatan untuk mengungkapkan
persepsi masing-masing terhadap persoalan dengan tujuan mendapatkan klarifikasi dan
mencari upaya-upaya yang tepat kearah pemecahan permasalahan. Ada beberapa hal
yang dapat membantu agar langkah awal ini menjadi lebih efektif, yaitu :
􀂾pilihlah waktu yang tepat untuk memulai negosiasi
􀂾ungkapkan permasalahan secara objektif, jangan menyinggung pribadi secara
psikologis
􀂾pahami pandangan lawan secara objektif

Langkah 2 : Kejelasan/ketegasan permasalahan secara bersama-sama.


Kejelasan akan permasalahan yang menyebabkan timbulnya konflik sebaiknya
dibicarakan secara bersama-sama. Hal ini penting untuk menyamakan persepsi tentang
permasalahan tersebut. Beberapa hal yang penting diperhatikan disini adalah:
􀂾jangan menghina atau mencela pribadi, tapi ungkapkanlah tindakan yang
dilakukan secara objektif dan jelas
􀂾perlu ditekankan bahwa permasalahan yang timbul akibat terjadinya konflik
tersebut merupakan masalah bersama yang perlu dipecahkan bersama demi
perbaikan mutu kerja
􀂾perlu ketegasan tentang pokok permasalahan

©2004 Digitized by USU digital library 5


Langkah 3 : Kejelasan posisi dan perasaan.
Selama proses negosiasi, penempatan isu yang dibicarakan serta perasaan
terhadap isu tersebut mungkin saja berubah. Oleh karena itu agar negosiasi dapat
berhasil puan untuk mengungkapkan permasalahan secara benar dan kemampuan
mendengar sangat dibutuhkan. Konflik akan sulit diatasi bila negosiator tidak mengalami
duduk persoalan yang menjadi isu dalam konflik tersebut. Hanya dengan mengetahui
dan memahami apa yang menjadi perbedaan-perbedaan antara kedua pihak sehingga
timbul konflik maka penyelesaian yang konstruktif dapat dicapai. Oleh karena itu penting
diketahui bagaimana persepsi atau tanggapan pihak terhadap isu yang menimbulkan
konflik tersebut.
Langkah 4 : Mencari tema bersama.
Berbagai studi menunjukkan bahwa konflik dapat diselesaikan dalam waktu yang
relatif singkat bila dalam upaya penyelesaian konflik tersebut lebih ditekankan pada
pencarian tujuan-tujuan yang bersifat koperatif yang menyangkut kedua belah pihak.
Disamping itu, upaya ini mengurangi kemungkinan reaksi defensif dari pihak lawan,
meningkatkan pengertian terhadap kedua belah pihak dan mengurangi perasaan kalah-
menang dalam negosiasi.
Langkah 5 : Belajar empati.
Negosiasi sukar untuk berhasil bila kita hanya melihat permasalahan dari
perspektif sepihak saja. Pengetahuan tentang bagaimana pihak lawan melihat
permasalahan dan bagaimana persepsi lawan terhadap isu yang timbul sangat
dibutuhkan agar penyelesaian konflik dapat dilakukan secara efektif dan konstruktif.
Belajar melihat permasalahan dari kacamata dan belajar berdiri pada sepatu orang lain
merupakan hal yang penting dalam menentukan keberhasilan negosiasi.
Langkah 6 : Koordinasi motivasi untuk penyelesaian permasalahan.
Keinginan untuk menyelesaikan konflik seringkali berbeda diantara kedua belah
pihak yang berselisih. Walaupun satu pihak ingin berdamai, belum tentu pihak lain
mempunyai keinginan yang sama pula. Disinilah letak kemampuan negosiator untuk
dapat mengkoordinasikan motivasi dan keinginan kedua belah pihak sehingga masing-
masing pihak merasakan akan pentingnya penyelesaian konflik ini demi kebaikan semua
pihak. Agar motivasi untuk berdamai ini timbul, penting sekali diungkapkan kepada
kedua belah pihak kerugian-kerugiaan yang ditimbulkan akibat terjadinya perselisihan
ini.
Langkah 7 : Pencapaian kesepakatan.
Konflik sudah dapat dikatakan "selesai" bila sudah ada kesepakatan dari kedua
belah pihak. Pada tahap ini kedua belah pihak telah menerima apa yang telah
diputuskan secara bersama sebagai suatu penyelesaian dan secara terbuka telah
menyatakan keikatan mereka untuk melaksanakannya.
Secara singkat, dapat dikatakan dalam upaya penyelesaian konflik secara
konstruktif dibutuhkan keterbukaan, kejujuran dan keobjektifan dalam melihat
permasalahan. Selain itu perlu dipahami bagaimana persepsi dan perasaan masing-
masing pihak dalam melihat permasalahan tersebut.
Menggerakkan kelompok.
Menggerakkan kelompok pada dasarnya merupakan suatu tugas yang cukup
kompleks. Banyak kita lihat kelompok-kelompok masyarakat yang partisipasinya cukup
tinggi pada awalnya, tetapi lama kelamaan menjadi menurun pada akhirnya hilang sama
sekali. Jelas bahwa dasar dari partisipasi ini adalah adanya motivasi atau dorongan
untuk melakukan tindakan tersebut. Dorongan atau motivasi ini akan timbul bila
kelompok telah menyadari akan perlunya melakukan tindakan tersebut.
©2004 Digitized by USU digital library 6
Hoffer (1974) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap yang perlu
diperhatikan dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat:
1. Tahap inisiasi atau tahap pendahuluan. Pada tahap ini kelompok masyarakat turut
merencanakan dan memberikan ide-ide yang mendukung suatu perubahan kearah
perbaikan.
2. Tahap legitimasi atau tahap pengesahan. Apa yang disarankan oleh kelompok
masyarakat disyahkan agar dapat dilaksanakan.
3. Tahap implementasi atau tahap pelaksanaan. Perencanaan yang telah disyahkan
mulai dilaksanakan.
Motivasi atau dorongan kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan melalui
pendekatan diatas akan menjadi lebih besar karena sejak dari awal mereka sudah
diikutsertakan. Keikutsertaan kelompok mulai dari fase perencanaan sampai pada fase
pelaksanaan meningkatkan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki dari anggota
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa klarifikasi terhadap sasaran atau tujuan sangat
penting dalam memotivasi kelompok.
Faktor lain yang penting dalam upaya menggerakkan kelompok adalah dengan
menciptakan keterikatan kelompok (group cohesion). Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan guna meningkatkan keterikatan dalam kelompok antara lain pembinaan
sama yang baik, keberhasilan memenuhi keinginan dari anggota kelompok, aga
keterbukaan dan tingkat kepercayaan sesama anggota kelompok tetap tinggi. Selain itu
upaya menggerakkan kelompok tidak terlepas dari kemampuan kepemimpinan
seseorang. Dari berbagai studi dalam bidang bidang manajemen menujukkan bahwa
keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung dan tingkat efektifitas pemimpinnya.
Semakin efektif pemimpinnya semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kelompok itu.
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu memotivasi anggota kelompoknya
agar dapat mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan, termasuk kemampuannya
dalam meningkatkan kerja tim yang baik. Kepustakaan :
Kepustakaan
Adair,J., Effective Team Building, Pan Books, 1987.
Davis & Newstrom, Human Behavior at Work: Organizational Behavior, McGraw-Hill,
1989.
Goldberg, A.A., Carl E. Larson, Kelompok Komunikasi: Proses-proses diskusi dan
penerapannya (penterjemah : Koesddarini S, Gary R. Yusuf), Edisi I, Cetakan I,
Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, 1985.
Johnson & Johnson, Joining Together: Group Theory and Group Skills, Third edition,
Prentice Hall. 1987.
Luft, J., Group Processes: An Introduction to Grouup Dynamics, Third edition, Mayfield
Publishing.
Maddux, R.B., Pengembangan Tim: Latihan dalam Kepemimpinan, (alih bahasa: Budi),
Binarupa Aksara, 1991.
Pareek, Udai., Perilaku Organisasi : Pedoman Ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi
Antar Pribadi dan Motivasi Kerja, Seri Manajemen No. 98, PT Midas Surya
Grafindo, 1984.
Shaw, Group Dynamics, The Psychology of Small Group Behavior, McGraw-Hill, 1971.
©2004 Digitized by USU digital library 7
http://www.idazweek.co.cc/2010/02/dinamika-kelompok.html

Dinamika Kelompok

A.Pengertian Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau
interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah
kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.
Maka Dinamika Kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang
lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.

B.Fungsi Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah
kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:
1.Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
(Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)
2.Memudahkan segala pekerjaan.
(Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
3.Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban
pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.
(pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)
4.Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
(setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama
dalam masyarakat)

C.Jenis Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain:

1.Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling
mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.
Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri
dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang
mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara.
Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

2.Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv.
Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

3.Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran
Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.
Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

4.Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-
kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan
ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi
pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan
simpati
Misalnya: kelompok arisan, ........................................

D.Ciri Kelompok Sosial


Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.Memiliki motive yang sama antara individu satu dengan yang lain.
(menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama)
2.Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain
(Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)
3.Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan
terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing
4.Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

E.Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan
tujuan yang sama dalam memanuhi kebutuhannya. Seperti yang terlihat dalam bagan berikut
ini:

Gambar .1
Proses Terjadinya Kelompok
(sumber: Solita cit Hidayat, 2004)

Penjelasan dari bagan diatas:


Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam
memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga
ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah
kelompok.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota
(siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan
perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik).
Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya
kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi
kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok
mudah terjadi.

Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses
selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
1.Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari
pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau
yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan
anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
2.Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk
berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang
ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan
demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi
diri unuk maju.
3.Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
kelompok atau individu.
4.Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok.
Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.
5.Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan
kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan.
Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
6.Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan
ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan
akan informasi tentang pengetahuan tersebut.
F.Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok
Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah
sebagai berikut:
1.Adaptasi
Proses adaptasi berjalan dengan baik bila:
a)Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru
b)Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika
kelompok tersebut.
c)Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan
kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
2.Pencapaian tujuan
Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk:
a)menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama
b)membina dan memperluas pola
c)terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya.
Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang
terjadi dalam kelompok. Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi
tiga tahap, antara lain
1.Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu akan saling
mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat
akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
2.Tahap fungsional
Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas,
kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam
menjalankan fungsi kelompok.
3.Tahap disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelopok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan
lagi dalam kelompok. Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti
dengan pembubaran kelompok.
G.Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok
Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun memperlancar
proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan dalam kelompok tersebut.
1.Kelebihan Kelompok
Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat
anggota yang lain.
Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan
menekan kepentingan pribadi demi tercapainya tujuan kelompok
Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan norma yang telah
disepakati kelompok.
2.Kekurangan Kelompok
Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak
anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pertemuan.
H.Pentingnya Dinamika Kelompok dalam Perawatan
Profesi Keperawatan merupakan bagian dari profesi kesehatan yang anggotanya terdiri atas
perawat dalam satu ikatan profesi yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama dalam
bidang keperawatan
Profesi keperawatan terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok perawat yang memiliki
tradisi, norma, prosedur dan aktivitas yang sama.
Setiap anggota saling tergantung satu dengan yang lain karena saling membutuhkan bantuan.
Setiap anggota profesi memiliki ciri-ciri yang berbeda dan dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, yaitu:
a)Anggota Psikologis
Secara psikologis memiliki minat untuk berpartisifasi dalam kelompok norma
b)Anggota Marginal
Kelompok menerima baik keanggotaannya tetapi bersikap menjauh atau tidak ingin terlalu
terlibat dalam kelompoknya.
c)Anggota Pemberontak
Anggota kelompok yang bersikap menentang dan tidak bersedia menerima norma yang ada.

Referensi:
Hidayat, AAA. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Diposkan oleh ^IdaZweek^ di 21.36

http://akhikhwan.aimoo.com/categroy/DINAMIKA-KELOMPOK-1-1032141.html

DINAMIKA KELOMPOK
[Upaya melatih berdinamika kelompok antaranggota untuk mendukung amal jama,i
dalam halaqoh tarbiyah]

Mukaddimah
Tuntutan bahwa dakwah harus dilaksanakan oleh setiap mukmin untuk mewujudkan
rahmatan lil alamin tak dapat ditawar-tawar lagi. Proyek dakwah yang besar ini tidak dapat
dipikul oleh seorang saja, melainkan dipikirkan dan dilaksanakan secara bersama dalam satu
ikatan amal jama’i.

Dalam perkembangannya, pelaksanaan dakwah ilallah ini banyak menemukan masalah-


masalah di lapangan. Permasalahan ini tak pelak menyertai setiap aktivis dakwah dalam
setiap langkah-langkahnya.

Melihat hal tersebut, makin dirasakan perlunya bekerja dalam tim untuk mengatasi masalah-
masalah dalam berbagai bidang. Agar kerja tim dapat berhasil dengan baik, para anggotanya
perlu memiliki kemampuan berinteraksi dan mengadakan hubungan antarpribadi yang baik.
Kemampuan ini sangat membantu dalam menghidupkan amal jama’I dalam tataran halaqoh
atau yang lebih besar dari itu.

Pengertian
Adanya kerja tim dalam ikatan halaqoh tarbiyah memungkinkan terciptanya dinamika
kelompok. Di dalam dinamika kelompok inilah setiap anggota akan mengenali perasaan-
perasaan anggota timnya, mengenali permasalahan-permasalahan yang sering timbul dalam
halaqoh tarbiyah timnya, mengatasi permasalahan-permasalahan dalam aktivitas halaqohnya,
dan pada gilirannya mampu mendinamiskan halaqoh timnya sehingga benar-benar halqoh
muntijah itu bukan sekadar utopia belaka atau konsep saja.

Di dalam buku Dinamika kelompok oleh Drs. Slamet Santosa, M.Pd., dikemukakan bahwa
dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang
mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.
Setiap anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi
yang dialami secara bersama-sama.
Ciri-ciri nya adalah:

1. adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi
antaranggota dan tertuju dalam tujuan yang sama,
2. adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan yang lain,
3. adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari
peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya di dalam rangka
mencapai tujuan bersama, dan
4. adanya penegasan dan peneguhan adab-adab tingkah laku antaranggota kelompok
yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan tujuan
kelompok.

Dengan demikian, urgensi mengetahui dan melaksanakan dinamika kelompok diantaranya


adalah :

1. proyek dakwah dari Allah SWT ini tidak dapat dipikul dan dilaksanakan sendiri
2. individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat, di mana pun ia berada
3. individu tidak dapat bekerja sendiri di dalam kehidupannya
4. dalam suatu ikatan halaqoh tarbiayah atau suatu ikatan masyarakat yang besar perlu
adanya pembagian kerja agar dapat terlaksana sesuai dengan ketentuannya
5. mewujudkan amal jama’I yang sehat

Kendala yang terjadi dalam suatu kelompok


Persoalan-persoalan yang ada dalam dinamika kelompok yang dapat dijumpai dalam ikatan
halaqoh adalah sebagai berikut:

1. kohesi/persatuan
Dalam persoalan kohesi ini akan terlihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti
proses pengelompokkan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.
Dalam kasus ini misalnya seorang a’dho/anggota merasa bermasalah dengan tingkat
kehadiran anggota yang lain sehingga ikut mempengaruhi dirinya dalam menilai kelompok
halaqohnya. Kasus lain misalnya, Dia bukan berada dalam satuan pekerjaan yang sama
dengan anggota lain, usia anggota sangat berjauhan, dan sebagainya.

2. motive/dorongan
Persoalan motive atau dorongan ini berkisar kepada ketertarikan anggota terhadap kehidupan
kelompok seperti kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok
dan sebagainya. Kasus ini misalnya adanya a’dho yang tidak memiliki quwwatul indhifa’
dalam berhalaqoh sehingga selalu mengalami kendala dalam aktivitas halaqohnya

3. struktur
Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan
antaranggota, pembagian tugas, dan sebagainya. Misalnya, kasus seorang murobbi yang tidak
memberikan tugas secara proporsional kepada seluruh anggotanya menyebabkan struktur
halaqoh pincang.

4. pimpinan
Persoalan yang satu ini tidak kalah pentingnya pada kehidupan berkelompok. Hal ini terlihat
pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pemimpin, dan sebagainya. Ada kalanya
ketidakcocokan antara murobbi dengan anggotanya lebih disebabkan gaya kepemimpinannya
dalam mengelola aktivitas halaqoh yang dianggap tak sesuai dengan harapan anggota

5. perkembangan kelompok
Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya,
dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota kelompok tetap berada
dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya. Kasus-kasus seperti anggota yang
sering dipindah-pindah, atau ditinggal murobbi tanpa pengontrolan, keringnya nuansa
ukhuwah antaranggota.

Solusi atas Kendala yang terjadi


Sering dalam interaksi antaranggota terjadi konflik antaranggota, anggota dengan
murobbinya, anngota dengan keluarganya dan sebagainya. Konflik ini perlu dicarikan
solusinya dengan tepat. Dengan solusi yang tepat diharapkan konflik mereda dan hilang sama
sekali, sebaliknya bila solusinya tidak tepat, konflik  masih tetap ada bahkan bias jadi
membesar dan menyebabkan kefuturan bagi anggota itu karena akumulasi kekecewaan-
kekecewaan. Bagaimana mengatasinya :

tentukan dahulu persoalan dengan tepat


munculkan perilaku asertif yakni

 keberanian dan kejujuran untuk mengungkapkan pendapat,    perasaan, kehendak, dan


putusan pribadi seperti apa adanya tanpa merendahkan diri sendiri dan orang lain
 kesadaran akan hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain serta berupaya
memenuhinya secara timbal balik    

mengembangkan  sikap mendengar aktif, pesan diri, dan umpan balik antar peserta dengan
murabbi
gunakanlah manajemen konflik untuk menyelesaikan persoalan secara win-win solution
mengembangkan hikmah syura dalam halaqoh tarbiyah

Amal Jama’I
Di bagian atas telah dijelaskan dinamika kelompok mulai dari pengertian, arti pentingnya,
kendala, dan solusi. Kini akan dijelaskan pula mengenai amal jama’i.
Dakwah secara berjamaah adalah dakwah yang paling efektif dan sangat bermanfaat bagi
gerakan Islam. Sebaliknya, seperti yang sudah diungkapkan pada awal modul ini – dakwah
sendirian akan kurang pengaruhnya dalam usaha menanamkan ajaran Islam pada umat
manusia. Atas dasar ini Allah SWT mengisyaratkan dalam AL Quran dengan firman-Nya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru  pada kebaikan,
menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung.” (Ali Imaran : 104)

Tampak dalam ayat tersebut Allah SWT mewajibkan pelaksanaan dakwa secara bersama.
Sebab ikhtiar perseorangan dengan cara sendiri-sendiri tidak akan mampu memikul segala
tugas dan tanggungjawab dakwah dan tidak akan berdaya melaksanakan segala tuntutan
perjuangan dakwah dalam rangka memberantas segala kejahatan yang ada di muka bumi dan
menghancurkan akar-akar jahiliyah.

Amal jama’I mulai diwujudkan dalam tataran halaqoh tarbiyah. Di sanalah sang murabbi
akan menjadi fasilitator bagi terwujudnya amal jama,I bersama para anggotanya.

Urgensi Amal Jama,I


Urgensi amal jama’I dalam Islam adalah :

 tuntutan sunnatullah fil alam


 tuntutan sunnatul basyar
 tuntutan kerja amaliyah dakwah untuk menghadaipi musuh-musuh Allah SWT
 tuntutan karakteristik gerakan dakwah
Pokok-pokok Amal Jama’I
Pokok-pokok amal jama’I meliputi :

 sehatnya orientasi (ittijah) anggota ( 6 : 75-79) yang meliputi sehat mabdanya (lillah),
sehat manhajnya (billah), dan sehat ghoyahnya (ilallah)
 sehatnya loyalitas (wala’u) anggota (2: 130-132) yang merupakan penerjemahan dari
sehatnya ketaatan kepada Allah, Rasul, dan pemimpin-pemimpinnya
 sehatnya amal anggota (2:124) dengan karakter anggota yang berkorban (tadhiyah),
bersungguh-sungguh (jiddiyah), dan berkelanjutan (istimroriyah)  untuk menopang
jihad di jalan Allah

Sasaran Amal Jama’I


Sasaran amal jama’I pada setiap anggota adalah :

 tercapainya perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan, dan evaluasi atas amal-amal


dakwah secara baik dalam halaqoh tarbiyah melalui sarana proyek-proyek kecil
hingga berskala besar, baik dalam bentuk kepanitiaan majlis ta’lim, rihlah,
pernikahan, badan usaha, dan sebagainya 
 tercapainya keterlibatan anggota secara aktif dalam menyukseskan amal jama’I di
halaqoh tarbiyahnya  pada skala kecil atau jamaah secara lebih luas.
 Tercapainya pemahaman peserta yang shahih tentang amal jama’I

Mendinamiskan Halaqoh
Berikut ini disampaikan beberapa upaya untuk mendinamiskan halaqoh tarbiyah :

 murobbi mengenali anggota-anggotanya secara baik meliputi pengenalan zhohiri dan


ma’nawi
 menciptakan iklim halaqoh tarbiyah yang kondusif bagi pemunculan ukhuwah bainal
a’dho, ketsiqohan dengan murobbi, dan ketaatan anggota pada murobbinya
 menggunakan berbagai sarana tarbiyah secara optimal dan tepat untuk berbagai
keperluan  dan mengembangkannya
 menjaga keistimroriyahan perjalanan halaqoh tarbiyah untuk mencegah dampak
insyilah akibat ketidakhadiran anggota dalam halaqoh tarbiyah

Penutup
Demikianlah modul dinamika kelopok ini dibuat. Dengan harapan akan terwujudlah upaya
melatih berdinamika kelompok antaranggota untuk mewujudkan amal jama’I dalam halaqoh
tarbiyah. Modul ini akan dilengkapi dengan berbagai metode penyampaian materi ke arah
pelatihan hingga sesuai dengan apa yang diharapkan.
Waallohu A’lamu bisshawab.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/sospol-dinamika-kelompok-dan-kelompok-
sosial/

sospol : dinamika kelompok dan kelompok


sosial
March 13th, 2010 • Related • Filed Under

SOFTSKILL SOSIAL POLITIK

Dosen : Bu Sulistining TriMulyani

Kela s: 1eb08

Npm : 22209374

PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi
atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah
kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.

Maka Dinamika Kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang
lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.

1. Fungsi Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah
kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:

1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.


(Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)
2. Memudahkan segala pekerjaan.

(Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)

1. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban


pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.

(pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)

1. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat

(setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama
dalam masyarakat)
1. Jenis Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.

Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain:

1. Kelompok Primer

Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling
mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.

Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri
dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang
mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara.

Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

1. Kelompok Sekunder

Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv.

Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

1. Kelompok Formal

Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran
Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.

Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

1. Kelompok Informal

Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-
kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan
ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi
pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan
simpati

Misalnya: kelompok arisan, ………………………………….

1. Ciri Kelompok Sosial

Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki motive yang sama antara individu satu dengan yang lain.

(menyebabkan interkasi/kerjasama  untuk mencapai tujuan yang sama)


1. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain

(Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)

1. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan
terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing
2. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

1. Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan
tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhanny

Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota


(siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan
perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). 
Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya
kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi
kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok
mudah terjadi.

Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses
selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:

1. Persepsi

Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari
pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau
yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan
anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota  lainnya.

1. Motivasi

Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk


berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang
ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan
demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa
memotivasi diri unuk maju.

1. Tujuan

Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas


kelompok atau individu.

1. Organisasi

Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok.


Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.
1. Independensi

Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan
kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan.
Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.

1. Interaksi

Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan
ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan
akan informasi tentang pengetahuan tersebut.

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok

Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah
sebagai berikut:

1. Adaptasi

Proses adaptasi berjalan dengan baik bila:

a)      Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru

b)      Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika
kelompok tersebut.

c)      Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan
kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu.

1. Pencapaian tujuan

Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk:

a)      menunda kepuasan dan melepaskan  ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama

b)      membina dan memperluas pola

c)      terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan


kemampuannya.

Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang
terjadi dalam kelompok. Dengan demikian  perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi
tiga tahap, antara lain

1. 1. Tahap pra afiliasi

Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu akan saling
mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat
akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
1. 2. Tahap fungsional

Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas,
kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam
menjalankan fungsi kelompok.

1. 3. Tahap disolusi

Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelopok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan
lagi dalam kelompok. Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti
dengan pembubaran kelompok.

1. Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok

Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun memperlancar
proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan dalam kelompok tersebut.

1. Kelebihan Kelompok

 Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat
anggota yang lain.
 Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan
menekan kepentingan pribadi demi tercapainya tujuan kelompok
 Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan norma yang telah
disepakati kelompok.

1. Kekurangan Kelompok

Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak
anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pertemuan.

referensi :

Hidayat. 2004. Pengantar sosiologi. Jakarta.

You might also like