You are on page 1of 4

nggu, 21 Maret 2010

SUICIDE

19.46

2.1. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana invidu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri
atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa
bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Prilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh
diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen,1995).
2.2. Pembagian / Klasifikasi
Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen (1995) dibagi menjadi tiga kategori yaitu
sebagai berikut :
• Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri, dan
bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda
peringatan terlewatkan atau di abaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri
dan tidak benar-benar ingi mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui
tepat pada waktunya.
• Isyarat bunuh diri (Suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha
mempengaruhi perilaku orang lain.
• Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung atau tidak
langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang
tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak aka nada di sekitar kita lagi atau
juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya.
Kurangnya respons positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
2.3. Etiologi
A. Faktor Predisposisi
Tidak ada teori tunggal yang mengungkapkan tentang bunuh diri dan memberikan petunjuk
mengenai cara melakukan intervensi yang terapeutik. Teori Perilaku menyakini bahwa
pencederaan diri merupakan hal yang dipelajari dan diterima pada saat anak-anak dan masa
remaja. Teori psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal perkembangan ego, trauma
interpersonal, dan kecemasan berkepanjangan yang mungkin dapat memicu seseorang untuk
mencederai diri. Teori Interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagai kegagalan
dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapatkan perlakuan kasar serta tidak
mendapatkan kepuasan ( stuart dan sundeen, 1995).
Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi factor predisposisi atau presipitasi pencederaan
diri. Faktor predisposisi yang lain adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan komunikasi
(mengkomunikasikan perasaan), perasaan bersalah, depresi, dan perasaan yang tidak stabil.
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang
siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
• Diagnosis psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai
riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk
melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
• Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh diri adalah antipati,
impulsif, dan depresi.
• Lingkungan psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, di antaranya adalah pengalaman kehilangan,
kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan,
atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi
yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam
menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
• Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat
menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
• Factor biokimia
Data menujukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia
yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut
dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).

B. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang dialami oleh individu.
Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi
pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh
diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.

2.4. Tanda dan Gejala


• Mempunyai ide untuk bunuh diri.
• Mengungkapkan keinginan untuk mati.
• Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
• Impulsif.
• Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
• Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
• Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan).
• Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan mengasingkan
diri).
• Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis, dan
menyalahgunakan alkohol).
• Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
• Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).
• Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
• Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
• Pekerjaan.
• Konflik interpersonal.
• Latar belakang keluarga.
• Orientasi seksual.
• Sumber – sumber personal.
• Sumber – sumber sosial.
• Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.5. Rentang Respon Bunuh Diri

Respons Adaptif Respons Maladaptif


Peningkatan diri Beresiko destruktif Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri
tidak langsung

• Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional
yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari
pendaptnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya.

• Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau
menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti
seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
• Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang
membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau
bekerja seenaknya dan tidak optimal.
• Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan
terhadap situasi yang ada.
• Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.

2.6. Sumber dan Mekanisme Koping


A. Sumber Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan
perilaku bunuh diri dn sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan
bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun
budaya. Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien
melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan menigkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

B. Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan
perilaku bunuh diri, termasuk denial , rasionalization, regression, dan magical thinking.
Mekanisme pertahanan dari yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping
alternative.
Perilaku bunuh diri menunjukan kegagalan mekaisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.
Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri
seseorang.

http://nenlatief.blogspot.com/ 03 oktober 2010

You might also like