Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Keterangan : = diteliti
= tidak diteliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.3 Multigravida
Pada multipara penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan berikut, kehamilan mutifetal
dan hidrops fetalis, penyakit vaskuler, termasuk hipertensi esensial kronis dan diabetes
millitus, penyakit ginjal (12).
2.3.4 Usia
Pada pre eklampsia lebih sering terjadi pada umur belasan tahun dan pada usia diatas 35
tahun. Kejadian pre eklampsia bisa meningkat 3 kali lipat dibandingkan dengan usia
kontrol yang berusia 20 - 30 tahun, beberapa penelitian melaporkan bahwa insidensi pre
eklampsia meningkat 2 - 3 kali lipat pada nulipara berusia 40 tahun.(7)
2.3.5 Diabetes Mellitus
a. Diabetes Mellitus
Keadaan peningkatan glukosa dalam darah disertai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolik endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui placenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar glukosa dalam darah ibu.
Pengaruh diabetes mellitus pada kehamilan yaitu:
1) Dapat menimbulkan pre eklampsia / eklampsia
2) Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim terganggu (abortus, prematur,
kematian janin dalam rahim atau setelah lahir, janin yang besar).
3) Dapat terjadi hidramnion (4).
b. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal yang dimaksud yaitu terjadinya proteinuria akibat peningkatan
permeabilitas membran glumerulus. Penyakit ginjal yang paling sering dijumpai dalam
kehamilan adalah preloneffaritas. Preloneffaritas adalah radang saluran trabtus urinarius
disertai kelainan koliks. Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan
anatomik ginjal yang sering menimbulkan gejala-gejala fisik dan kelainan hasil
laboratoium. Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glumerulus berkurang, sehingga akibatnya terjadinya
terjadilah retensi garam normal, sehingga menyebabkan diuresis menurun. Pada keadaan
lanjut dapat terjadi oliguri / anuri. (4).
c. Hipertensi
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan
diagnosa pre eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas
tekanan yang biasanya ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Tekanan
diastolik sebenarnya lebih dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg
atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih.(4).
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang
tersebut dibawah ini biasanya tejadi pada pre eklampsia berat dari eklampsia.
2.6.1 Solutio Placenta, komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi
akut dan ibu sering terjadi pada pre eklampsia.
2.6.2 Hipofibrinogenemia, pada pre eklampsia berat zuspan (1978) menemukan 23%
hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen
secara berkala.
2.6.3 Hemolisis, penderita dengan pre eklampsia berat kadang-kadang menunjukan gejala
klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau desktruksi sel darah marah. Nekrosis periportal
hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus
tersebut.
2.6.4 Perdarahan otak, komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita pre eklampsia.
2.6.5 Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina.
2.6.6 Nekrosis hati, nekrosis periportal hati pada pre eklampsia dan eklampsia merupakan
akibat vasopasmus arteriot umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi
ternyata juga di temukan pada penyakit lain: kerusakan sel-sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzimnya.
2.6.7 Kelainan ginjal, kelainan ini berupa endotoliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus, ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan ini
yang dapat timbul adalah anursia sampai gagal ginjal.
2.6.8 Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan fraktura, karena jatuh akibat kejang-
kejang pneoumonia aspirasi dan DIC (Disseminated Intravascular Coojulati).
2.6.9 Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin(4).
Keterangan:
P = Presentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
(11).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari tabel 4.1 diatas terlihat bahwa kejadian pre eklampsia berat yang paling banyak
ditemukan pada usia > 35 tahun yaitu 34 kasus (36,18%) dan paling sedikit pada usia 15-
19 tahun yaitu sebanyak 7 kasus (7,44%).
4.1.1.2 Paritas
Dari hasil penelitian terhadap 94 orang ibu yang mengalami pre eklampsia berat diatas
didapatkan data sebagai berikut: paritas 0 terdapat 33 kasus (35,11%), paritas 1-3 terdapat
41 kasus (43,62%), paritas terdapat 20 kasus (21,27%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu Pre Eklampsia Berat Berdasarkan Paritas di BRSUD
Waled Kabupaten Cirebon tahun 2008
Dari tabel 4.2 diatas terlihat bahwa persentase kejadian pre eklampsia berat tertinggi pada
ibu dengan paritas 1-3 yaitu 41 kasus (43,62%), sedangkan persentase kejadian terendah
terjadi pada ibu dengan paritas > 4 yaitu 20 kasus (21,27%).
4.1.1.3 Umur Kehamilan
Dari hasil penelitian terhadap 94 orang ibu yang mengalami pre eklampsia berat diatas
didapatkan data sebagai berikut: umur kehamilan 28-33 minggu terdapat 8 kasus
(8,52%), umur kehamilan 34-36 minggu terdapat 10 kasus (10,63%), dan umur
kehamilan >35 minggu terdapat 76 kasus (80.85%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Ibu Pre Eklampsia Berat Berdasarkan Umur Kehamilan di
BRSUD Waled Kabupaten Cirebon tahun 2008
Dari tabel 4.3 diatas terlihat bahwa kejadian ibu pre eklampsia berat paling banyak
ditemukan pada umur kehamilan > 37 minggu terdapat 76 kasus (80,85%), dan paling
sedikit terjadi pada umur kehamilan 28-33 minggu terdapat 8 kasus (8,52%).
4.1.2 Hasil Persalinan
4.1.2.1 Berat Badan Lahir
Hasil penelitian terhadap 94 orang ibu yang mengalami pre eklampsia berat diatas
didapatkan data sebagai berikut: hasil persalinan dengan berat badan bayi antara 1000-
1499 gram terdapat (1,06%), antara 1500-1999 gram terdapat 8 bayi (8,51%), antara
2000-2499 gram sebanyak 8 bayi (8,51%), dan lebih dari sama dengan 2500 gram
sebanyak 77 bayi (81,92%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Pada Penderita Pre Eklampsia Berat di
BRSUD Waled Kabupaten Cirebon tahun 2008
KRITERIA HASIL (%)
500-9991000-14991500-19992000-2499> 2500 018877 01,068,518,5181,92
Jumlah 94 100
Dari tabel 4.4 diatas terlihat berat badan bayi dari ibu dengan pre eklampsia berat paling
banyak ditemukan dengan berat badan lebih darii sama dengan 2500 gram yaitu sekitar
(81,92%), dan sedikit ditemukan pada bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gram
dengan kejadian sekitar (1,06%).
Pada diagram 4.7 diatas terlihat bahwa dari seluruh persalinan pada ibu pre eklampsia
berat sebagian besar proses persalinan secara spontan terdapat 78 orang ibu bersalin
secara spontan (82,98%), dan sebagian kecil proses persalinan ibu dengan pre eklampsia
berat secara VE terdapat 6 orang ibu bersalin (6,38%).
4.2 Pembahasan
Berdasarkan deskripsi diatas, data menunjukan adanya korelasi sebab akibat yang positif
antara faktor-faktor penyebab, proses persalinan dan hasil pensalinan pada kasus pre
eklampsia berat yang terjadi di BRSUD Waled Kabupaten Cirebin pada periode Januari
sampai Juni tahun 2008.
4.2.1 Angka Kejadian Pre Eklampsia Berat
Penelitian pre eklampsia berat di BRSUD Waled Kabupaten Cirebon dengan mengambil
data dari tanggal 1 Januari sampai 31 Juni 2008 atau selama 6 bulan dengan
menggunakan data sekunder (data yang telah ada) pada tahun 2008, ditemukan 8 kasus
kematian (1,2%) dari 94 kelahiran dan terdapat 94 kasus dengan rata-rata sekitar (15%)
ibu bersalin dengan pre eklampsia berat dari 623 ibu bersalin. Angka kejadian pre
eklampsia berat di BRSUD Waled Kabupaten Cirebon ini cukup tinggi jika dibandingkan
dengan angka kejadian pre eklampsia di Indonesia yang berkisar 3 sampai 5% dan angka
dunia yang pada umumnya berkisar 5%.(4)
Seperti yang dikemukakan oleh Manuaba, bahwa kejadian pre eklampsia Berat sangat
bervariasi disetiap negara, bahkan disetiap daerah. Berbagai faktor dapat mempengaruhi
angka kejadian pre eklampsia berat ini.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Ibu
Diharapkan agar setiap ibu dapat mengatur usia kehamilan dan mengikuti program KB
demi kesejahteraan hidup dan melakukan pemeriksaan meliputi kunjungan antenatal care
secara rutin dan berkala untuk memantau dan mengetahui kondisi ibu dan janinnya.
5.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan BRSUD Waled Kabupaten Cirebon
Tenaga kesehatan perlu ditingkatkan melalui upaya preventif seperti meningkatkan
pemahaman ibu dalam merencanakan kehamilan melalui program KB sehingga dapat
memperkecil jumlah paritas serta kehamilan diatas umur 35 tahun.
5.2.3 Bagi Peneliti Lain
Semoga penelitian ini menjadi gambaran untuk melakukan penelitan berikutnya dan
dapat dilakukan oleh peneliti lain dalam bentuk penelitian analitik.
Posted by Turya at 11.31
Labels: hamil, ibu, kebidanan, makalah, persalinan