Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
HAMONANGAN ALBARIANSYAH, SH.,MH
Materi perkuliahan Hukum Acara Pidana, FH UNSRI 2010/2011
Disarikan dari Buku “Hukum Acara Pidana” karya Bpk. Syarifuddin Pattanasse, SH.,M.Hum
Pertemuan ke-1
Silabus dan Tujuan Pembelajaran
Silabus :
Penyelenggaraan Peradilan Pidana (PP)
– Model Penyelenggaraan PP
Perkembangan Hukum Acara Pidana di Indonesia
– Pemberlakuan Asas Konkordansi
– Masa IR (Inlandsch Reglement) & HIR (Het Herriene
indonesisch Reglement)
– Masa pendudukan Jepang dan pasca kemerdekaan
– Pembentukan KUHAP menurut UU No.1 (DRT) tahun
1951
Pengertian Hukum Acara Pidana
– Tujuan, fungsi, asas, pengetahuan pendukung & pihak
yang terlibat
Tahapan Pemeriksaan dalam Hukum Acara Pidana
– Proses penyelidikan dan Penyidikan
Petugas dan Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan
– Penangkapan & Penahanan
Penggeledahan badan & Rumah
Penyitaan
– Pemeriksaan Surat, Tersangka, Saksi, ket.ahli
– Penyelesaian dan penghentian Penyidikan dan perkara
koneksitas
Perihal Penuntutan
– Lembaga penuntut umum, tugas dan wewenang PU
– Surat dakwaan, perubahan surat dakwaan
– Penggabungan perkara, penghentian, penyampingan,
penutupan perkara
– Mekanisme pengajuan perkara oleh Penuntut Umum
Kewenangan Pengadilan Untuk mengadili
Ganti Kerugian, Rehabilitasi, penggabungan
gugatan ganti kerugian
Pemeriksaan di Sidang Pengadilan
– Saksi, terdakwa, saksi ahli, barang bukti, tuntutan pidana
Perihal Pembuktian
– Pengertian dan Teori Pembuktian
Putusan Pengadilan
Upaya Hukum
– Pengertian, upaya hukum biasa dan luar biasa
Tujuan Pembelajaran
– Memahami mekanisme bekerja nya aparat penegak
hukum dalam sistem peradilan pidana
Pertemuan ke-2
Penyelenggaran Peradilan Pidana
Tujuan Pembelajaran :
Memahami mekanisme umum bekerja nya aparat
penegak hukum (polisi,jaksa, hakim dan LP)
mulai dari proses penyelidikan & penyidikan ;
Penangkapan & penahanan ;
Penuntutan & pemeriksaan di sidang ;
serta pelaksanaan putusan hakim ;
hingga Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
SISTEM PERADILAN PIDANA
Tujuan :
Note :
Sistem = Rangkaian bagian/unsur/komponen, yang saling berhubungan satu sama
lain secara fungsional, untuk mencapai satu tujuan
Model Penyelenggaraan Peradilan Pidana
INQUISITOIR (abad 13 s/d pertengahan abad 19) Crime Control Model
a. Meneliti peristiwa tindak pidana
b. Identifikasi terhadap pelaku
c. Pelaku ditangkap
d. Pemeriksaan pelaku, saksi dilakukan secara terpisah
e. Pemeriksaan pelaku di tempat terasing, komunikasi dengan pihak lain &
keluarga tidak diizinkan
f. Perbuatan yang dituduhkan terhadap pelaku tidak diberitahukan
g. Tujuan pemeriksaan hanyalah pengakuan melalui cara penyiksaan
(torture).
h. Hasil pemeriksaan diserahkan pada pengadilan, hakim hanya memeriksa
berdasarkan berkas hasil pemeriksaan penyidik tanpa pengembangan
lebih lanjut
i. Terdakwa tidak dihadirkan di depan sidang dan sidang tertutup tanpa
pembela
j. Berlaku asas Presumption of Guilt
Note :
Metode ini telah diaplikasikan di Belanda
Integrated Model (Model Terpadu)
dirintis oleh Jepang
Karakteristik nya :
Sistem Pendidikan dari Penegak Hukum
– Seleksi hakim, jaksa & pengacara dilakukan oleh organisasi
pengacara yang ditunjuk pemerintah
– Setelah dinyatakan lulus seleksi, jaksa, hakim, pengacara masuk
pada pendidikan yang sama dan dikoordinasikan oleh mahkamah
agung Jepang.
– Disiplin yang tinggi dan terorganisir dengan baik
-----*m*-----
Pertemuan ke-2
Sejarah Hukum Acara Pidana di Indonesia
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan
menganalisa berbagai perkembangan
aspek hukum Indonesia.
Mahasiswa memahami kaidah-kaidah
serta institusi hukum yang ada pada masa
lalu dan sekarang.
Garis Besar Perkembangan Hukum
Acara Pidana di Indonesia
1838 Belanda merdeka dari Prancis
1747 VOC telah membuat aturan sendiri bagi Hindia
Belanda
Penerapan Asas Konkordansi, pro (legisme)-kontra
GubJen. Rochussen :
Suatu keharusan untuk membuat peraturan pengadilan
yang terpisah bagi masing-masing golongan penduduk,
dikarenakan perbedaan kecerdasan, dan Bumiputera
membutuhkan peraturan yang lebih sederhana.
Hindia Belanda dalam posisi dijajah,memudahkan
urusan hukum di wilayah jajahan.
Apabila ditemukan kesulitan dilapangan dalam
menerapkan aturan, maka reglemen itulah yang harus
tunduk pada kenyataan.
Hukum Acara Pidana masa IR dan HIR
RVJ
Landraad
Tujuan perubahan IR menjadi HIR :
Agar penyesuaian peraturan IR dengan
peraturan yang berlaku bagi orang eropa,
dengan mempertahankan sifat
kesederhanaan dari acara yang berlaku
bagii Landraad
Kenyataan nya IR dan HIR masih
diterapkan bersamaan. Bandung, Batavia,
Semarang, Malang (HIR), IR di kota-kota
lain
Institusi Pengadilan terbagi dua
Pengadilan Perdata
Indonesia Eropa
Districtgerecht- Residentigerecht
-Regentschapgerecht Raad Van Justitie
Landraad Hooggerechtshof
Raad Van Justitie
Hooggerechtshof
Hukum Acara masa Penjajahan
Jepang
UU No.14 tahun 1942, putusan hakim, surat
pemeriksaan, surat resmi yang belum
ditandatangani tidak berlaku, sedangkan yang
sudah berlaku tetap dan sudah ditandatangani tapi
belum diumumkan dianggap sah.
Landraad Tihoon Hooin (PN)
Landgerecht Keizai Hooin (P.Kepolisian)
Regentschpsgerecht Ken Hooin (P.Kabupaten)
Districtsgerecht Gun Hooin (P. Kewedanaan)
2 Pengadilan Baru
Raad Van Justitie Kootoo Hooin (PT)
Hooggerechtshof Saikon Hooin (MA)
Jepang menghapus Dualisme pengadilan
Hukum Acara Pidana menurut UU
DRT No.1 tahun 1951
Maksud pembentukan : mengadakan unifikasi susunan
kekuasaan dan acara semua Pengadilan Negeri dan Tinggi
yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 102 UUDS
Berisikan 20 Pasal, Aturan Peralihan 4 hal :
– Penghapusan beberapa Pengadilan pada masa invasi
Belanda & Jepang.
– Penghapusan pengadilan Swapraja /keresidenan dan
pengadilan adat
– Melanjutkan pengadilan agama dan peradilan desa
– Pembentukan pengadilan negeri dan kejaksaan di tempat
dimana dihapuskan nya pengadilan negara
(Landregerecht), serta pembentukan Pengadilan Tinggi di
Makasar dan pemindahan pengadilan Tinggi Jogya dan
Bukit Tinggi ke Surabaya dan Medan
Kesimpulan mengenai Sejarah Hukum Acara Pidana,yaitu :
Upaya-upaya Hukum
- Upaya hukum biasa (perlawanan (verzet), banding maupun kasasi)
- Upaya hukum luar biasa ( kasasi demi kepentingan hukum & Peninjauan
Kembali terhadap putusan hakim yang memperoleh kekuatan hukum tetap
(Herzeining))
Koneksitas
- Tindak pidana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
orang-orang yang termasuk Pengadilan umum dan
pengadilan militer.
- Team tetap gabungan berupa :
Penyidik-Polisi Militer-penyidik militer
- Pada dasarnya perkara koneksitas diperiksa dan diadili di
Pengadilan Militer, namun dapat dilakukan oleh
peradilan umum dengan catatan hakim anggota
peradilan berasal dari militer dan umum secara
berimbang
Catatan :
Prosedur sama dengan proses penangkapan & penahanan
Pemeriksaan Surat
Pemeriksaan terhadap surat yang tidak langsung
mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang
diperiksa, akan tetapi dicurigai dengan alasan kuat.
Untuk hal itu penyidik dengan izin tertulis dari
Ketua Pengadilan Negeri berhak membuka,
memeriksa, dan menyita surat yang dikirimkan
melalui kantor pos, pengangkutan dengan tanda
terima
Apabila setelah diperiksa tidak terdapat hubungan
dengan tindak pidana, maka surat tersebut
dikembalikan rapi dengan catatan” telah dibuka
penyidik” tanggal dan tanda tangan penyidik,
dicatat dalam berita acara.
Pemeriksaan Tersangka
Penyidik wajib memberitahukan kepada tersangka tentang
hak nya untuk mendapatkan bantuan hukum atau wajib
didampingi pensehat hukum (Pasal 144 KUHAP)
Wajib didamping penasehat hukum :
– Perkara yang ancaman > 15 tahun
– Perkara yang ancaman hukuman mati
– Tersangka tidak mampu, perkara yang ancaman > 5 tahun, < 15
tahun
Penasehat hukum mengikuti jalan nya pemeriksaan
(melihat dan mendengar)
Kejahatan terhadap keamanan negara, pensehat hukum
hanya boleh hdir tetapi tidak dapat mendengarkan
pemeriksaan.(see.Pasal 115 KUHAP).
1 x 24 jam, tersangka yang ditahan harus segera
dilakukan pemeriksaan (Pasal 122 KUHAP)
Pemeriksaan Saksi
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan
tentang suatu perkara pidana yang dia dengar sendiri, lihat
sendiri, dan ia alami sendiri (see Pasal 184 KUHAP tentang
alat bukti yang sah)
Dipanggil untuk datang sebagai saksi (dipanggil penyidik
(Pasal 216 KUHAP) dan/atau hadir di pengadilan (Pasal 224
KUHAP)) adalah kewajiban, bila ditolak dikenakan pidana.
Kemajuan teknologi menghadirkan silent witness yang dpat
lebih dipercaya kebenaran nya
Kelemahan saksi hidup :
– Kecakapan pancaindera
– Kemampuan mengingat suatu peristiwa
– Kemampuan mengungkap mengutarakan mind record
Sehingga penyidik dituntut bukan hanya
cerdas, pandai dan ahli melainkan juga
kesabaran, kebijaksanaan & pengetahuan
tentang manusia
Keterangan saksi diperiksa tersendiri,
namun dapat juga dipertemukan
(confrontatie)
Saksi tidak boleh dipaksa menandatangani
berita acara, penyidik cukup mencatatkan
didalam berita acara dengan menyebutkan
alasan nya (Pasal 118 KUHAP).
Pemeriksaan & Permintaan
Keterangan Ahli
Pasal 120 KUHAP, bila dianggap perlu,
penyidik dapat meminta bantuan orang ahli
(misal.dokter forensik untuk bedah mayat,
psikologi)
Untuk kepengtingan outopsi, penyidik wajib
memperoleh izin dari pihak keluarga
Lewat 2 hari atau pihak yang perlu diberitahu
tidak diketemukan, penyidik dapat
mengirimkan mayat tersebut untuk dilakukan
outopsi ke Rumah sakit (Pasal 134 KUHAP)
Penyelesaian & Penghentian
Penyidikan
Penyidikan dikatakan selesai bila :
– Dalam waktu 7 hari setelah penuntut umum menerima hasil penyelidikan &
penyidikan ada pemberitahuan dari penuntut umum (Pasal 138 KUHAP)
– Penuntut Umum mempelajari hasil penyidikan & menelitinya apakah sudah
lengkap atau tidak
– Meneliti adalah tindakan PU dalam mempersiapkan penuntutan, telah
memenuhi syarat pembuktian dan telah sesuai objek dan orang dalam
berkas perkara
– Dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas perkara
kepada penyidik (Pasal 110 ayat 4 KUHAP)
Penyelidikan & penyidikan dihentikan bila :
– menurut pendapat penyidik tidak terdapat cukup alat bukti, atau
– peristiwa tersebut bukan merupakan peristiwa pidana, atau
– penyidikan dihentikan demi hukum.
– Dengan diterbitkan nya Surat Penetapan Penghentian Penyidikan (SP3) dan
memberitahukan kepada jaksa, tersangka dan keluarganya.
Pertemuan ke-7
Penuntutan
Sebelum adanya suatu kekuasaan sentral untuk melakukan
tugas peradilan, cara penuntutan terbuka (accusatoir murni)
dilakukan langsung secara perseorangan dari pihak yang
dirugikan
Proses pidana dan perdata menjadi satu
Sehingga penuntutan kesalahan seseorang menjadi sulit
karena yang bersangkutan memperoleh kesempatan
menghilangkan barang bukti, Kerapkali tuntutan pidana
tidak dilakukan karena takut terhadap pembalasan dendam
atau tidak mampu mengungkapkan kebenaran
Oleh karena itu tuntutan pidana diserahkan kepada badan
negara khusus diadakan (Openbaar Ministrie) sebagai
Penuntut Umum
Sejak saat itu tuntutan pidana tidak lagi merupakan
persoalan pribadi, tetapi persoalan kepentingan umum
Lembaga Penuntutan
Berasal dari negara Prancis Belanda Indonesia
(Asas Konkordansi)
Belanda Wetbook van Strafvoerdering (KUHAP
Hindia Belanda 1838)
Dakwaan Alternatif
– Terdakwa didakwa lebih dari satu delik pidana, tetapi hakekatnya
terdakwa hanya didakwa satu tindak pidana saja
– Biasanya penuntut umum masih meragukan jenis tindak pidana nya
(misal.pencurian-penggelapan, pembelian-penadahan)
Note :
– Lepas = tidak terdapat cukup alat bukti untuk dimajukan ke
pengadilan
– Bebas = putusan hakim menyatakan bahwa tuntutan jaksa tidak
daat dibuktikan.
Dakwaan Subsidair (berlapis)
– Sama hal nya dengan dakwaan Alternatif
– Penyusunan urutan dakwaan adalah ancaman hukuman terberat
dan seterus nya sampai pada dakwaan yang ringan (primer-
subsidair-lebih subsidair)
– Hakim memeriksa dakwaan primer dahulu, bila tidak terbukti
melanjutkan pada dakwaan subsidair,.dst…
Dakwaan Komulatif
– Terdakwa didakwa beberapa tindak pidana sekaligus
– Tindak pidana tersebut harus dibuktikan keseluruhannya, sebab
tindak pidana tsb merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri
– Oleh karena itu hakim harus memutuskan terbukti atau tidaknya
setiap dakwaan satu demi satu
– Sehingga jika terbukti dakwaan tsb, maka dakwaan lain nya harus
dibuktikan lagi, dan sebaliknya.
Dakwaan Campuran
– Bentuk gabungan dakwaan komulatif dengan dakwaan
alternatif/dakwaan subsidair
Voeging & splitsing
Umum nya tiap-tiap perkara diajukan
sendiri-sendiri di persidangan.
Namun PU dapat melakukan
penggabungan perkara dalam satu surat
dakwaan (voeging) atau pemisahan perkara
(splitsing)
– Beberapa Tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang sama &
kepentingan pemeriksaaan tidak menjadi halangan
penggabungannya.
(misal : perampokan oleh beberapa orang)
Perkara Sumair
Perkara Biasa