You are on page 1of 73

HUKUM ACARA PIDANA

OLEH :
HAMONANGAN ALBARIANSYAH, SH.,MH
Materi perkuliahan Hukum Acara Pidana, FH UNSRI 2010/2011
Disarikan dari Buku “Hukum Acara Pidana” karya Bpk. Syarifuddin Pattanasse, SH.,M.Hum
Pertemuan ke-1
Silabus dan Tujuan Pembelajaran
Silabus :
Penyelenggaraan Peradilan Pidana (PP)
– Model Penyelenggaraan PP
Perkembangan Hukum Acara Pidana di Indonesia
– Pemberlakuan Asas Konkordansi
– Masa IR (Inlandsch Reglement) & HIR (Het Herriene
indonesisch Reglement)
– Masa pendudukan Jepang dan pasca kemerdekaan
– Pembentukan KUHAP menurut UU No.1 (DRT) tahun
1951
Pengertian Hukum Acara Pidana
– Tujuan, fungsi, asas, pengetahuan pendukung & pihak
yang terlibat
Tahapan Pemeriksaan dalam Hukum Acara Pidana
– Proses penyelidikan dan Penyidikan
Petugas dan Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan
– Penangkapan & Penahanan
Penggeledahan badan & Rumah
Penyitaan
– Pemeriksaan Surat, Tersangka, Saksi, ket.ahli
– Penyelesaian dan penghentian Penyidikan dan perkara
koneksitas
Perihal Penuntutan
– Lembaga penuntut umum, tugas dan wewenang PU
– Surat dakwaan, perubahan surat dakwaan
– Penggabungan perkara, penghentian, penyampingan,
penutupan perkara
– Mekanisme pengajuan perkara oleh Penuntut Umum
Kewenangan Pengadilan Untuk mengadili
Ganti Kerugian, Rehabilitasi, penggabungan
gugatan ganti kerugian
Pemeriksaan di Sidang Pengadilan
– Saksi, terdakwa, saksi ahli, barang bukti, tuntutan pidana
Perihal Pembuktian
– Pengertian dan Teori Pembuktian
Putusan Pengadilan
Upaya Hukum
– Pengertian, upaya hukum biasa dan luar biasa

Tujuan Pembelajaran
– Memahami mekanisme bekerja nya aparat penegak
hukum dalam sistem peradilan pidana
Pertemuan ke-2
Penyelenggaran Peradilan Pidana

Tujuan Pembelajaran :
Memahami mekanisme umum bekerja nya aparat
penegak hukum (polisi,jaksa, hakim dan LP)
mulai dari proses penyelidikan & penyidikan ;
Penangkapan & penahanan ;
Penuntutan & pemeriksaan di sidang ;
serta pelaksanaan putusan hakim ;
hingga Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
SISTEM PERADILAN PIDANA

PERKARA KEPOLISIAN KEJAKSAAN HAKIM LP

Tujuan :

PENCEGAHAN KEJAHATAN (Shock Teraphy)


RESOSIALISASI PELAKU KEJAHATAN (Recovery)
KESEJAHTERAAN SOSIAL (Social Walfare)

Note :
Sistem = Rangkaian bagian/unsur/komponen, yang saling berhubungan satu sama
lain secara fungsional, untuk mencapai satu tujuan
Model Penyelenggaraan Peradilan Pidana
INQUISITOIR (abad 13 s/d pertengahan abad 19)  Crime Control Model
a. Meneliti peristiwa tindak pidana
b. Identifikasi terhadap pelaku
c. Pelaku ditangkap
d. Pemeriksaan pelaku, saksi dilakukan secara terpisah
e. Pemeriksaan pelaku di tempat terasing, komunikasi dengan pihak lain &
keluarga tidak diizinkan
f. Perbuatan yang dituduhkan terhadap pelaku tidak diberitahukan
g. Tujuan pemeriksaan hanyalah pengakuan melalui cara penyiksaan
(torture).
h. Hasil pemeriksaan diserahkan pada pengadilan, hakim hanya memeriksa
berdasarkan berkas hasil pemeriksaan penyidik tanpa pengembangan
lebih lanjut
i. Terdakwa tidak dihadirkan di depan sidang dan sidang tertutup tanpa
pembela
j. Berlaku asas Presumption of Guilt

Ciri-ciri model Inquisitoir :


1. Proses singkat dan sederhana
2. Lembaga Penyiksaan merupakan hal yang harus ada
3. Berpotensi terjadi pelanggaran HAM
The Mixed Type (ACCUSATOIR)  Due Process Model
1. Pemeriksaan pelaku dilakukan pejabat yang tidak memihak yang
ditunjuk untuk menyelidiki dan melaksanakan pengumpulan bukti-bukti
2. Pengumpulan barang bukti dilakukan dan dihadiri oleh oara pihak yang
terlibat perkara (tersangka, terdakwa & jaksa)
3. Tersangka yang diperiksa mempunyai hak untuk tidak menjawab
pertanyaan pemeriksa
4. Tersangka/terdakwa dapat didampingi penasehat hukum nya
5. Terdakwa/tersangka memperoleh hak untuk meneliti kembali berkas
perkara
6. Peradilan dilakukan secara terbuka, para pihak mempunyai hak yang
sama mengajukan argumen dan semua alat bukti yang dikumpulkan
diuji kembali kebenaran nya
7. Hakim berkewajiban mengupas semua permasalahan yang relevan
dengan surat dakwaan dan memperhatikan alat bukti lain
8. Berlaku asas Presumption of Innocence

Alasan DPM muncul :


Kurang nya perlindungan hak-hak individual dan pembatasan kekuasaan
dalam penyelnggaraan peradilan pidana untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan dan sifat otoriter penegak hukum.
John Griffiths, Family Model (model kekeluargaan)
 Sebagai reaksi dari Model Herbert Packer (CCM &
DPM)
 Herbert mendasarkan pada pemikiran tentang
hubungan negara dengan individu dalam proses
kriminal,dimana pelaku kejahatan dianggap musuh
masyarakat.(enemy of society)  Battle model
 Tujuan dari penyelenggaraan PP model Herbert
adalah mengasingkan pelaku dari masyarakat (exile
function of punishment)
 Model Peny.PP Herbert mengkondisikan
pertentangan kepentingan individu dengan negara
yang tidak dapat dipertemukan kembali
(irreconcilable disharmony of interest)
Filosofi Peny.PP menurut Griffiths
Cinta kasih/nurani sesama manusia atas dasar kepentingan
yang saling menguntungkan (mutually supportive and a state
of love)
Tidak ada pertentangan kepentingan yang tidak bisa
diselaraskan
Masyarakat tidak dapat diperbaiki / dinetralisasi dari
kejahatan selama kita masih mempertimbangkan
kepentingan dalam memahami kejahatan dan penjahat.
Tujuan peny.PP adalah mengingatkan, mengendalikan dan
membina perilaku “si pelaku” (capacity for self-control)

Note :
Metode ini telah diaplikasikan di Belanda
Integrated Model (Model Terpadu)
dirintis oleh Jepang
Karakteristik nya :
Sistem Pendidikan dari Penegak Hukum
– Seleksi hakim, jaksa & pengacara dilakukan oleh organisasi
pengacara yang ditunjuk pemerintah
– Setelah dinyatakan lulus seleksi, jaksa, hakim, pengacara masuk
pada pendidikan yang sama dan dikoordinasikan oleh mahkamah
agung Jepang.
– Disiplin yang tinggi dan terorganisir dengan baik

Tujuan peny.PP adalah Seitmitsu Shiho “keadilan yang


tepat” (Precise Justice), artinya efisien, cepat dan adil

Penghapusan “Guilty Plea” dalam sistem Jury sebagaimana


CCM dan DPM, dikarenakan prinsip tersebut merupakan
“Keadilan orang awam”( Layman Justice)
Partisipasi Masyarakat yang tinggi
– Masyarakatnya yang menghargai penegak hukum nya
Indikator Keberhasilan :
– Jumlah kasus yang terungkap oleh polisi yang tinggi,
masyarakat tidak takut melaporkan setiap kejahatan 
prestasi aparat yang bagus
– Keberhasilan pengadilan dalam penyelesaian perkara 
kualitas kerja polisi-jaksa-hakim
– Tingkat Penundaan Penuntutan, jaksa dapat melakukan
diskresi (wewenang untuk tidak meneruskan perkara).
Syarat diskresi :
Faktor pribadi dan motif si pelaku terkait umur, karakter, dll
Daya pencegah umum dari pidana, terkait berat-ringannya
kejahatan
Daya pencegah khusus dari pidana,pertimbangan tidak hanya
norma hukum, melainkan keseluruhan politik kriminal.
Pemidanaan (sentencing)
– prinsip rehabilitasi pembinaan (recovery),
sehingga ancaman kejahatan di jepang sangat
rendah (< 6 tahun).
– Berpedoman pada standar yang diminta jaksa
dalam penuntutan terhadap terdakwa
(Requesting Penalty).
– Penuntutan oleh jaksa disertai dengan riwayat
sosial si pelaku.
Residivis relatif rendah (Reconviction Rate)

-----*m*-----
Pertemuan ke-2
Sejarah Hukum Acara Pidana di Indonesia

Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan
menganalisa berbagai perkembangan
aspek hukum Indonesia.
Mahasiswa memahami kaidah-kaidah
serta institusi hukum yang ada pada masa
lalu dan sekarang.
Garis Besar Perkembangan Hukum
Acara Pidana di Indonesia
1838  Belanda merdeka dari Prancis
1747  VOC telah membuat aturan sendiri bagi Hindia
Belanda
Penerapan Asas Konkordansi, pro (legisme)-kontra
GubJen. Rochussen :
Suatu keharusan untuk membuat peraturan pengadilan
yang terpisah bagi masing-masing golongan penduduk,
dikarenakan perbedaan kecerdasan, dan Bumiputera
membutuhkan peraturan yang lebih sederhana.
Hindia Belanda dalam posisi dijajah,memudahkan
urusan hukum di wilayah jajahan.
Apabila ditemukan kesulitan dilapangan dalam
menerapkan aturan, maka reglemen itulah yang harus
tunduk pada kenyataan.
Hukum Acara Pidana masa IR dan HIR

Inlandsch Reglement (IR) berlaku sejak 1


Mei 1848 sebagai hukum acara pidana dan
perdata bagi Bumiputera  Landraad
Reglement op de Strafvordering (RR) dan
Reglement op de Rechsvordering (RS) bagi
Gol.Eropa  Raad Van Justitie.
Hoggerecht

RVJ

Landraad
Tujuan perubahan IR menjadi HIR :
Agar penyesuaian peraturan IR dengan
peraturan yang berlaku bagi orang eropa,
dengan mempertahankan sifat
kesederhanaan dari acara yang berlaku
bagii Landraad
Kenyataan nya IR dan HIR masih
diterapkan bersamaan. Bandung, Batavia,
Semarang, Malang (HIR), IR di kota-kota
lain
Institusi Pengadilan terbagi dua
Pengadilan Perdata
Indonesia Eropa
Districtgerecht- Residentigerecht
-Regentschapgerecht Raad Van Justitie
Landraad Hooggerechtshof
Raad Van Justitie
Hooggerechtshof
Hukum Acara masa Penjajahan
Jepang
UU No.14 tahun 1942, putusan hakim, surat
pemeriksaan, surat resmi yang belum
ditandatangani tidak berlaku, sedangkan yang
sudah berlaku tetap dan sudah ditandatangani tapi
belum diumumkan dianggap sah.
Landraad  Tihoon Hooin (PN)
Landgerecht  Keizai Hooin (P.Kepolisian)
Regentschpsgerecht  Ken Hooin (P.Kabupaten)
Districtsgerecht  Gun Hooin (P. Kewedanaan)
2 Pengadilan Baru
Raad Van Justitie  Kootoo Hooin (PT)
Hooggerechtshof  Saikon Hooin (MA)
Jepang menghapus Dualisme pengadilan
Hukum Acara Pidana menurut UU
DRT No.1 tahun 1951
Maksud pembentukan : mengadakan unifikasi susunan
kekuasaan dan acara semua Pengadilan Negeri dan Tinggi
yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 102 UUDS
Berisikan 20 Pasal, Aturan Peralihan 4 hal :
– Penghapusan beberapa Pengadilan pada masa invasi
Belanda & Jepang.
– Penghapusan pengadilan Swapraja /keresidenan dan
pengadilan adat
– Melanjutkan pengadilan agama dan peradilan desa
– Pembentukan pengadilan negeri dan kejaksaan di tempat
dimana dihapuskan nya pengadilan negara
(Landregerecht), serta pembentukan Pengadilan Tinggi di
Makasar dan pemindahan pengadilan Tinggi Jogya dan
Bukit Tinggi ke Surabaya dan Medan
Kesimpulan mengenai Sejarah Hukum Acara Pidana,yaitu :

Dengan penghapusan institusi-institusi tersebut,


PN saja yang berkuasa memeriksa perkara pidana
dan perdata pada tingkat pertama.
Peraturan yang menjadi dasar bagi pelaksanaan
hukum acara pidana di lingkungan peradilan
umum, (sebelum KUHAP) adalah Reglement
Indonesia (HIR) staatsblad No.44 tahun 1941
Tanggal 31 Desember 1981 UU No.76 tahun 1981
Ttg Hukum Acara Pidana diundangkan dalam
lembar negara No.3209 menggantikan Dasar
Hukum Acara Pidana UU DRT No.1 tahun 1951.
Pertemuan ke-3
Pembentukan KUHAP
Dirintis tahun 1965  Draft RUU  DPR
Tahun 1967  Panitia pembentukan 
Dep.Kehakiman
Tahun 1968  Seminar Hukum Nasional 
LPHN
Tahun 1973  menghasilkan naskah RUU
HAPID  Kejaksaan Agung, Dep.Hankam,
dan Dep.Kehakiman
Materi dalam RUU Hukum Acara Pidana :
1. Penyidikan dan Penyelidikan ;
2. Koordinasi, Pengawasan dan Pemberian petunjuk
oleh Jaksa kepada Penyidik ;
3. Hakim Pengawas
4. Pemberi Bantuan Hukum

Tahun 1979  Sampai dengan penyempurnaan Draft


RUU ke V disampaikan kepada DPR-RI
Tahun 1979-1980  sidang pembahasan RUU tsb,
menghasilkan 13 kesepakatan pendapat
23 September 1981  pendapat akhir fraksi
31 Desember 1981  disahkan menjadi UU
Yang mendasar dari KUHP
Hak Terdakwa / Tersangka
- Asas Praduga Tidak Bersalah
- Beban pembuktian pada PU
- Diberitahu hal yang didakwa,menyiapkan pembelaan, memp.juru Bahasa, dll
(Pasal 50 s/d 58 KUHAP)

Bantuan Hukum pada setiap Tingkatan


- Menunjuk dan berkomunuikasi dengan penasehat hukum nya
- Pengadaan pensehat hukum oleh negara bagi yang tidak mampu
- Privasi atas segala informasi yang diberikan kepada penasehat hukum nya

Penangkapan dan Penahanan


- Mensyaratkan Dasar Menurut Hukum dan Dasar Menurut Keperluan
- Masa waktu penahanan : Penyidik : 20 hari + 40 hari, PU : 20 hari + 30 hari ,
hakim : 30 hari + 30 hari ; Banding : 30+2x30 hari, kasasi : 50+2x50 hari
Rehabilitasi dan Ganti Kerugian
- Sebagai jaminan terhadap tersangka/terdakwa yang dikenakan penangkapan atau
penahanan yang tidak berdasarkan hukum
- Ganti kerugian material/uang, rehabilitasi berupa putusan hakim

Penggabungan Perkara Gugatan Ganti Kerugian


- Gugatan ganti kerugian dari korban tindak oidana yang sifatnya
perdata berupa kerugian meterial bagi korban
- Efisiensi dan efektifitas waktu dan biaya perkara

Upaya-upaya Hukum
- Upaya hukum biasa (perlawanan (verzet), banding maupun kasasi)
- Upaya hukum luar biasa ( kasasi demi kepentingan hukum & Peninjauan
Kembali terhadap putusan hakim yang memperoleh kekuatan hukum tetap
(Herzeining))
Koneksitas
- Tindak pidana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
orang-orang yang termasuk Pengadilan umum dan
pengadilan militer.
- Team tetap gabungan berupa :
Penyidik-Polisi Militer-penyidik militer
- Pada dasarnya perkara koneksitas diperiksa dan diadili di
Pengadilan Militer, namun dapat dilakukan oleh
peradilan umum dengan catatan hakim anggota
peradilan berasal dari militer dan umum secara
berimbang

Pengawasan Pelaksanaan Putusan pengadilan


- Sistem Peradilan Terpadu (Integrated Criminal Justice System)
- Pengawasan Perkembangan Prilaku Narapidana di LP
Pertemuan ke-4
Overview Hukum Acara Pidana
Pengertian Umum
Hukum Pidana --- Hukum Acara Pidana
Hukum Pidana = Aturan mengenai Perbuatan
Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana (Hukum
Pidana Materill/substantive)
Hukum Acara Pidana = mengenai bagaimana
cara / prosedur untuk menuntut orang yang
disangka melakukan pelanggaran hukum pidana
(hukum Pidana formal)
Pendapat Ahli
De Bos Kamper :
– Sejumlah asas dan peraturan per-UU-an
– Yang mengatur bilamana UU Hukum Pidana dilanggar
– Negara dapat melaksanakan hak nya untuk mempidana
Simon :
– Norma yang mengatur bagaimana negara dengan alat-
alat perlengkapan nya ;
– Mempergunakan hak nya untuk memidana
Seminar hukum Nasional ke-1 1963 :
– Norma hukum berwujud wewenang yang diberikan
kepada negara
– Untuk bertindak apabila ada persangkaan bahwasanya
hukum pidana dilanggar
Tujuan & Fungsi Hukum Acara Pidana
Tujuan :
Untuk mencari dan mendapatkan kebenaran
materill (mendekati), yaitu kebenaran yang
selengkap-lengkap nya dari suatu perkara pidana
dengan menerapkan ketentuan acara pidana
secara jujur dan tepat
Sehingga diperoleh pelaku yang dapat didakwa
melakukan suatu pelanggaran hukum pidana
Untuk selanjutnya meminta pemeriksaan dan
putusan dari pengadilan apakah pelaku tersebut
dapat dipersalahkan dan dimintai
pertanggungjawaban pidana nya.
Fungsi Hukum Acara Pidana
Sebagai pedoman bagi negara (melalui perangkat
kekuasaan yudikatif) dalam proses mengungkap
kebenaran dari suatu pelanggaran tindak pidana.

Para pihak yang terlibat dalam Hukum Acara Pidana :


1. Setiap orang (sebagai saksi atau ahli)
2. Pejabat penyidik atau penyelidik (Polisi, & PPNS)
3. Pejabat Penuntut Umum
4. Pejabat eksekusi pidana (hakim, aparat panitensier,
misal petugas LP)
5. Penasehat hukum
Ilmu Pengetahuan Pembantu
Hukum Acara Pidana
Kenapa Hukum Acara Pidana Butuh
Bantuan ilmu pengetahuan lain,..?
Karena Hukum Acara Pidana bertugas
mengungkap kebenaran yang
utuh/selengkapnya)
Misal nya :
– Logika, psikologis, criminalistik, psikiatri,
kriminologi,TI
Logika, berfikir dengan akal :
– sebab-akibat, aksi-reaksi,hipotesis-antitesis
– Bermanfaat dalam persangkaan,
– menghubungkan beberapa fakta dan data
– Orientasi – Hipotesis – verifikasi
Psikologi, ilmu tentang perilaku memperlakuakan
psikis seseorang secara lebih tepat.
Kriminalistik, informasi yang berdasarkan pada
bukti-bukti yang diungkap oleh ilmu pengetahuan
lain (forensik, toksiologi, balistik, datcyloscopie)
Kriminology, ilmu tentang sebab kejahatan dan
penanggulangannya
Pertemuan ke-5
Tahapan Pemeriksaan
Pemeriksaan :
– Pemeriksaan Pendahuluan adalah pemeriksaan
yang pertama kali dilakukan oleh polisi, baik
sebagai penyelidik maupun penyidik, atas
adanya dugaan telah dilanggar nya hukum
pidana materill
– Pemeriksaan di sidang Pengadilan adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan
apakah seseorang yang diduga melakukan
tindak pidana dapat dipidana atau tidak.
Proses Penyelidikan dan Penyidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidak nya
dilakukan penyidikan.
Tujuan penyelidikan adalah :
– untuk mengetahui dan menentukan peristiwa
apa yang sesungguhnya telah terjadi ;
– bertugas membuat berita acara serta laporan
yang nantinya merupakan dasar permulaan
penyidikan.
Penyidikan (osporing,
( pengusutan) adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara tertentu
untuk mencari serta mengumpulkan keterangan, bukti-
bukti, guna mengungkap tentang tindak pidana yang
terjadi dan menemukan tersangkanya.
(see Pasal.1 butir 2 KUHAP)
Keterangan meliputi :
– Tindak apa yang telah dilakukan
– Kapan dan dimana tindak tersebut dilakukan
– Dengan apa dan bagaimana tindak tersebut dilakukan
– Mengapa (motif) tindak tersebut dilakukan dan siapa
pembuat.
Penyelidikan dan penyidikan merupakan bagian integral
sistematis dari tindakan lain berupa penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan dan penyerahan
berkas kepada penuntut umum
Petugas Penyelidik dan Penyidik
Penyelidik adalah setiap pejabat polisi (Pasal
4 KUHAP)
Wewenang Penyelidik (Pasal 5 KUHAP) :
– Menerima laporan atau pengaduan dari
seseorang tentang adanya tindak pidana
– Mencari keterangan & barang bukti
– Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan
menanyakan memeriksa tanda pengenal diri.
– Mengadakan “tindakan lain” menurut hukum
yang bertanggung jawab.
Syarat “ tindakan lain “ untuk
kepentingan penyelidikan
Tidak bertentangan dengan aturan hukum
Selaras dengan kewajiban hukum, tindakan
tersebut patut, menghormati HAM dan masuk
akal dalam lingkungan jabatan nya

Atas perintah penyidik, penyelidik dapat :


– Melakukan penangkapan, peneriksaan dan penyitaan
surat, mengambil sidik jari, mempotret dan membuat
laporan hasil penyelidikan kepada penyidik.
Penyidik
Pasal 6 KUHAP, Penyidik adalah:
– Pejabat Polisi RI ( > Pembantu Letnan Dua atau
Komandan Sektor Kepolisian berpangkat Bintara
di bawah Pembantu Letnan Dua yang karena
jabatan nya adalah penyidik)
– Pejabat PPNS yang diberi wewenang oleh UU
( Pengatur Muda tingkat I atau Gol.II/b)
Wewenang Penyidik (Pasal 7 KUHAP),
antara lain melakukan tindakan pertama di
tempat kejadian & penghentian penyidikan,
Pelaksanaan Penyelidikan & Penyidikan

Persangkaan atau pengetahuan telah terjadi


suatu tindak pidana dari 2 sumber :
Tertangkap tangan (ontdekking op heterdaad) :
– Pada waktu sedang melakukan tindak pidana
– Sesudah setlah beberapa saat tindak pidana
– Sesaat setelah diserukan oleh khalayak ramai
sebagai pelaku
Penyelidik dapat bertindak tanpa perintah
penyidik
Di Luar Tertangkap Tangan, informasi
diperoleh dari :
– Laporan, pemberitahuan oleh seseorang karena
hak atau kewajiban nya kepada pejabat
berwenang tentang telah, sedang, atau diduga
akan terjadi tindak pidana
– Pengaduan, pemberitahuan yang disertai
permintaan untuk menindak menurut hukum
seseorang merugikan nya
– Pengetahuan sendiri penyelidik atau penyidik
Perbedaan
Laporan & Pengaduan
No Laporan Pengaduan

1 Pemberitahuan Pemberitahuan +Permintaan


2 Delik Biasa Delik Aduan (Hanya orang
yang berkepentingan)
3 Laporan tidak Pengaduan dapat dicabut
dapat dicabut
4 Tidak sertamerta Langsung dapat dijadikan
sebagai dasar sebagai dasar penangkapan
penangkapan
Penangkapan & Penahanan
Penangkapan = Pengekangan sementara waktu
kebebasan tersangka, apabila terdapat cukup
bukti, untuk kepentingan penyidikan
Masa waktu 1 x 24 jam (Pasal 19 KUHAP)
Tertangkap tangan tanpa perlu surat perintah
(Pasal 18 KUHAP)
Penahanan adalah :
– penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu
oleh penyidik/ penuntut umum/hakim,
– dengan suatu surat penetapan dan
– menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
Penangkapan & Penahanan = membatasi atau
mengambil kemerdekaan bergerak yang
merupakan salah satu HAM
“Penangkapan & penahanan seperti Pedang yang
memenggal kedua belah pihak” Van Bemmelen
Sehingga aparat huum harus bersikap hati-hati
dan penuh tanggung jawab secara yuridis dan
moral sebelum mengambil kebijakan ini, karena
kemungkinan orang yang tersangka tidak bersalah
Maka dari itu aparat hukum harus dilandasi
keyakinan adanya Presumption of Guilt. Didukung
bukti-bukti permulaan yang kuat.(Psal.17 KUHAP)
Apabila masih ada keraguan tentang kesalahan
tersangka, maka harus dipilih tindakan yang
meringankan, yaitu tidak menahan tersangka (asas
in de bio pro reo).
Pelaksanaan dilakukan oleh penyidik polisi
Dengan memperlihatkan surat tugas dan
memberikan kepada tersangka surat perintah
penangkapan yang :
– mencantumkan identitas tersangka ;
– menyebutkan alasan penangkapan ;
– uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan
– tempat dia diperiksa
Tembusan surat perintah penangkapan harus
diberikan kepada keluarganya segera setelah
penangkapan dilakukan.
Konsekuensinya bila tidak terpenuhi Pasal 21 ayat
4 tsb, penahanan tersebut tidak sah menurut UU
serta tersangka/ahli warisnya dapat menuntut ganti
kerugian.
Syarat-syarat Penahan
Mr. W.A.FL. Winckel,
– Gronden van Rechtmatigheid (pertimbangan hukum)
– Gronden van Noodzakelijkeheid (pertimbangan
kepentingan)
Prof. Moeljatno, SH berdasarkan KUHAP
– Syarat objektif
Tindak pidana diancam > 5 tahun
Tindak Pidana yang diatur khusus walaupun ancaman hukuman
nya < 5 tahun
– Syarat Subjektif
Mencegah tersangka melarikan diri
Mencegah tersangka menghilangkan barang bukti
Mencegah tersangka mengulangi tindak pidana lanjutan
Pertemuan ke-6
Penggeledahan Badan dan Rumah
Hanya dapat dilakukan untuk kepentingan penyidikan
Dengan surat perintah untuk tindakan tersebut
Untuk mencari benda yang patut diduga ada pada
badannya, pakaian atau dibawa nya untuk disita.
Untuk penggeledahan rumah harus dilakukan dengan
surat izin ketua Pengadilan Negeri setempat oleh
penyidik.
Bila penggeledahan dilakukan oleh penyelidik, maka
harus ada surat perintah untuk itu dari penyidik
Disertai dengan 2 orang saksi bila penghuni menyetujui
nya, bila penghuni menolak atau tidak hadir dalam
penggeledahan tsb, kepala lingkungan wajib hadir dalam
proses penggeledahan.
Penyidik membuat berita acara tentang jalan nya
dan hasil penggeledahan, dibacakan kepada yang
bersangkutan serta ditandatangani oleh penyidik,
tersangka/keluarga pemilik rumah/ketua
lingkungan/saksi.
Bila tersangka/keluarga tidak mau
menandatangani,dicatat dalam berita acara di
sertai alasan nya (126 KUHAP)
Keadaan mendesak  penyidik dapat melakukan
penggeledahan (Pasal 34 KUHAP) :
– Pada halaman rumah tersangka dan yang ada diatas
nya.
– Di tempat tindak pidana dilakukan
– Di tempat penginapan dan tempat umum lain nya
Penyidik tidak diperkenankan memeriksa/menyita
surat, buku, tulisan lain yang tidak merupakan
benda yang berhubungan dengan tindak pidana
bersangkutan
Apabila diketemukan benda yang diduga telah
dipergunakan/berhubungan untuk melakukan
tindak pidana, maka penyidik wajib melapor
kepada ketua PN setempat guna memperoleh
persetujuan
Penyidik tidak diperkenankan memasuki ruangan
selama proses upacara keagamaan, sidang
pengadilan, sidang MPR/DPRD kecuali dalam hal
tertangkap tangan (Pasal 35 KUHAP)
Penyitaan (beslagneming)
Penyitaan adalah :
Serangkaian tindakan penyidik
Untuk mengambil alih dan/atau menyimpan
Dibawah penguasaan nya
Benda bergerak-tidak bergerak, berwujud-tidak berwujud
Untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan dan peradilan
Bersifat sementara, bila tidak digunakan lagi dikembalikan
kepada pemiliknya
Dengan izin ketua Pengadilan Negeri
Sitaan di simpan di kantor polisi,jaksa,pengadilan,bank
pemerintah, atau tempat semula barang tersebut disita
Perampasan (verbeurdverklaring)
Perampasan adalah :
Tindakan pengambialihan barang dari pemiliknya
Dengan tujuan mencabut hak milik atas barang
tersebut
Bersifat selama nya
Untuk dipergunakan bagi kepentingan negara
Untuk dimusnahkan atau dirusak sampai tidak
dapat dipergunakan lagi
Merupakan pidana tambahan
Penyitaan berupa apa saja..?
(Pasal 39 KUHAP)
Benda atau tagihan tersangka/terdakwa sebagian atau
seluruh nya yang diduga diperoleh dari hasil tindak pidana
Benda yang digunakan langsung dan/atau mempunyai
hubungan langsung
Benda yang khusus dibuat untuk melakukan tindak pidana
Benda yang digunakan untuk menghalangi penyidikan

Catatan :
Prosedur sama dengan proses penangkapan & penahanan
Pemeriksaan Surat
Pemeriksaan terhadap surat yang tidak langsung
mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang
diperiksa, akan tetapi dicurigai dengan alasan kuat.
Untuk hal itu penyidik dengan izin tertulis dari
Ketua Pengadilan Negeri berhak membuka,
memeriksa, dan menyita surat yang dikirimkan
melalui kantor pos, pengangkutan dengan tanda
terima
Apabila setelah diperiksa tidak terdapat hubungan
dengan tindak pidana, maka surat tersebut
dikembalikan rapi dengan catatan” telah dibuka
penyidik” tanggal dan tanda tangan penyidik,
dicatat dalam berita acara.
Pemeriksaan Tersangka
Penyidik wajib memberitahukan kepada tersangka tentang
hak nya untuk mendapatkan bantuan hukum atau wajib
didampingi pensehat hukum (Pasal 144 KUHAP)
Wajib didamping penasehat hukum :
– Perkara yang ancaman > 15 tahun
– Perkara yang ancaman hukuman mati
– Tersangka tidak mampu, perkara yang ancaman > 5 tahun, < 15
tahun
Penasehat hukum mengikuti jalan nya pemeriksaan
(melihat dan mendengar)
Kejahatan terhadap keamanan negara, pensehat hukum
hanya boleh hdir tetapi tidak dapat mendengarkan
pemeriksaan.(see.Pasal 115 KUHAP).
1 x 24 jam, tersangka yang ditahan harus segera
dilakukan pemeriksaan (Pasal 122 KUHAP)
Pemeriksaan Saksi
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan
tentang suatu perkara pidana yang dia dengar sendiri, lihat
sendiri, dan ia alami sendiri (see Pasal 184 KUHAP tentang
alat bukti yang sah)
Dipanggil untuk datang sebagai saksi (dipanggil penyidik
(Pasal 216 KUHAP) dan/atau hadir di pengadilan (Pasal 224
KUHAP)) adalah kewajiban, bila ditolak dikenakan pidana.
Kemajuan teknologi menghadirkan silent witness yang dpat
lebih dipercaya kebenaran nya
Kelemahan saksi hidup :
– Kecakapan pancaindera
– Kemampuan mengingat suatu peristiwa
– Kemampuan mengungkap mengutarakan mind record
Sehingga penyidik dituntut bukan hanya
cerdas, pandai dan ahli melainkan juga
kesabaran, kebijaksanaan & pengetahuan
tentang manusia
Keterangan saksi diperiksa tersendiri,
namun dapat juga dipertemukan
(confrontatie)
Saksi tidak boleh dipaksa menandatangani
berita acara, penyidik cukup mencatatkan
didalam berita acara dengan menyebutkan
alasan nya (Pasal 118 KUHAP).
Pemeriksaan & Permintaan
Keterangan Ahli
Pasal 120 KUHAP, bila dianggap perlu,
penyidik dapat meminta bantuan orang ahli
(misal.dokter forensik untuk bedah mayat,
psikologi)
Untuk kepengtingan outopsi, penyidik wajib
memperoleh izin dari pihak keluarga
Lewat 2 hari atau pihak yang perlu diberitahu
tidak diketemukan, penyidik dapat
mengirimkan mayat tersebut untuk dilakukan
outopsi ke Rumah sakit (Pasal 134 KUHAP)
Penyelesaian & Penghentian
Penyidikan
Penyidikan dikatakan selesai bila :
– Dalam waktu 7 hari setelah penuntut umum menerima hasil penyelidikan &
penyidikan ada pemberitahuan dari penuntut umum (Pasal 138 KUHAP)
– Penuntut Umum mempelajari hasil penyidikan & menelitinya apakah sudah
lengkap atau tidak
– Meneliti adalah tindakan PU dalam mempersiapkan penuntutan, telah
memenuhi syarat pembuktian dan telah sesuai objek dan orang dalam
berkas perkara
– Dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas perkara
kepada penyidik (Pasal 110 ayat 4 KUHAP)
Penyelidikan & penyidikan dihentikan bila :
– menurut pendapat penyidik tidak terdapat cukup alat bukti, atau
– peristiwa tersebut bukan merupakan peristiwa pidana, atau
– penyidikan dihentikan demi hukum.
– Dengan diterbitkan nya Surat Penetapan Penghentian Penyidikan (SP3) dan
memberitahukan kepada jaksa, tersangka dan keluarganya.
Pertemuan ke-7
Penuntutan
 Sebelum adanya suatu kekuasaan sentral untuk melakukan
tugas peradilan, cara penuntutan terbuka (accusatoir murni)
dilakukan langsung secara perseorangan dari pihak yang
dirugikan
 Proses pidana dan perdata menjadi satu
 Sehingga penuntutan kesalahan seseorang menjadi sulit
karena yang bersangkutan memperoleh kesempatan
menghilangkan barang bukti, Kerapkali tuntutan pidana
tidak dilakukan karena takut terhadap pembalasan dendam
atau tidak mampu mengungkapkan kebenaran
 Oleh karena itu tuntutan pidana diserahkan kepada badan
negara khusus diadakan (Openbaar Ministrie) sebagai
Penuntut Umum
 Sejak saat itu tuntutan pidana tidak lagi merupakan
persoalan pribadi, tetapi persoalan kepentingan umum
Lembaga Penuntutan
Berasal dari negara Prancis  Belanda  Indonesia
(Asas Konkordansi)
Belanda  Wetbook van Strafvoerdering (KUHAP
Hindia Belanda 1838)

Tugas & wewenang Penuntut Umum :


Dasar hukum nya UU Pokok Kejaksaan No.15 tahun
1961
Kejaksaan adalah alat negara penegak hukum yang
mempunyai wewenang, antara lain :
Menerima & memeriksa berkas perkara penyidikan dari
penyidik
Membuat surat dakwaan, melimpahkan perkara ke
pengadilan
Melakukan penuntutan, menutup perkara demi
kepentingan hukum, melaksanakan penetapan hakim
Surat Dakwaan
PU yakin hasil penyidikan telah dapat diajukan di
sidang pengadilan  membuat surat dakwaan
Surat Dakwaan adalah :
– suatu surat atau akte
– Memuat perumusan dari tindak pidana yang didakwakan
– Yang sementara dapat disimpulkan dari hasil penyidikan
dari penyidik
– Yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan
pemeriksaan perkara & menentukan batas-batas bagi
pemeriksaan hakim di sidang pengadilan
– Mengenai fakta-fakta yang terletak dalam batasan
tersebut
Tujuan Surat Dakwaan merupakan alasan-alasan
yang menjadi dasar penuntutan suatu peristiwa
pidana, terhadap terdakwa karena telah
melanggar peraturan hukum pidana pada suatu
saat dan tempat tertentu yang eksplisit dan
individual.
Syarat-syarat surat dakwaan (Pasal 143 ayat 2
KUHAP) :
a. syarat formal, harus disebut nama lengkap,
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
agama, pekerjaan & alamat
b. syarat material, uraian lengkap mengenai tindak
pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu & tempat tindak pidana dilakukan (tempus
et locus delictie).
Pembatalan Surat Dakwaan
Nederburg : 2 macam pembatalan, yaitu :
1. Pembatalan formal (formele nietigheid)
2. Pembatalan yang hakiki (wezenlijke nietigheid)
Keterangan :
1. Pembatalan yang disebabkan karena tidak
memenuhi syarat mutlak (harus ada) yang
ditentukan oleh undang-undang, apabila tidak
terpenuhi maka BATAL DEMI HUKUM
2. Pembatalan menurut penilaian hakim sendiri,
karen atidak terpenuhi nya syarat yang esensial.
Misal nya dakwaan kabur/tidak jelas (obscuri
libelli)
Merumuskan Surat Dakwaan
Dua syarat yang harus terpenuhi dalam surat
dakwaan, yaitu :
☺harus mendeskripsikan apa yang senyata nya terjadi
☻dalam deskripsi tersebut harus tersurat uraian dari rumusan
delik serta unsur yuridis tindak pidana yang didakwakan
Misal : Pencurian (Pasal 362 KUHAP)
Barang siapa mengambil suatu barang, sebagian atau
seluruhnya, merupakan milik orang lain, dengan maksud
untuk memiliki dengan melawan hukum

Apabila salah satu unsur tidak terbukti,maka hakim harus


memutuskan bebas dari tuntutan hukum (ontslag van
rechtsvervolging)
Penguraian Umum Suatu Tindak
Pidana Harus Dinyatakan
Riwayat singkat mengenai latar belakang, kondisi
,hubungan tersangka, korban, dan pihak lainnya
Perbuatan yang telah dilakukan oleh terdakwa
Bagaimana caranya ia melakukannya
Upaya-upaya yang telah dipergunakan dalam
pelaksanaannya
Terhadap siapa tindak pidana tsb ditujukan
Bagaimana sifat & keadaan orang yang telah
menjadi korban
Bagaimanakah sifat dari terdakwa sendiri
Objek dari delik pidana,…dst…
Pentingnya Tempus et locus delicti
Menentukan kompetensi pengadilan (Pasal 84
KUHAP)
Mengemukakan Alibi (pembelaan)
Tindak pidana  peraturan hukum sudah ada,
perubahan,penggantian
Tindak Pidana  Persyaratan umur
Berhubungan dengan kedaluarsa delik
Dapat dipidananya suatu perbuatan disyaratkan,
(misalnya waktu perang, keadaan terpaksa)
Penentuan adanya residivis
Menentukan berat-ringan nya hukuman
berdasarkan situasi (misalnya : malam-
siang,biasa-bencana,orang lain-hub.darah)
Pertemuan ke-8
Penyusunan Teknis Surat Dakwaan
Dakwaan Tunggal
– Terdakwa didakwa satu delik pidana
– Perkara pidana yang sifatnya sederhana
– Konsekuensi nya bila tidak terbukti, terdakwa dibebaskan
– Hakim menolak tuntutan jaksa berdasarkan asas nebis in idem
(Pasal 76 KUHAP)

Dakwaan Alternatif
– Terdakwa didakwa lebih dari satu delik pidana, tetapi hakekatnya
terdakwa hanya didakwa satu tindak pidana saja
– Biasanya penuntut umum masih meragukan jenis tindak pidana nya
(misal.pencurian-penggelapan, pembelian-penadahan)

Note :
– Lepas = tidak terdapat cukup alat bukti untuk dimajukan ke
pengadilan
– Bebas = putusan hakim menyatakan bahwa tuntutan jaksa tidak
daat dibuktikan.
Dakwaan Subsidair (berlapis)
– Sama hal nya dengan dakwaan Alternatif
– Penyusunan urutan dakwaan adalah ancaman hukuman terberat
dan seterus nya sampai pada dakwaan yang ringan (primer-
subsidair-lebih subsidair)
– Hakim memeriksa dakwaan primer dahulu, bila tidak terbukti
melanjutkan pada dakwaan subsidair,.dst…

Dakwaan Komulatif
– Terdakwa didakwa beberapa tindak pidana sekaligus
– Tindak pidana tersebut harus dibuktikan keseluruhannya, sebab
tindak pidana tsb merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri
– Oleh karena itu hakim harus memutuskan terbukti atau tidaknya
setiap dakwaan satu demi satu
– Sehingga jika terbukti dakwaan tsb, maka dakwaan lain nya harus
dibuktikan lagi, dan sebaliknya.
Dakwaan Campuran
– Bentuk gabungan dakwaan komulatif dengan dakwaan
alternatif/dakwaan subsidair
Voeging & splitsing
Umum nya tiap-tiap perkara diajukan
sendiri-sendiri di persidangan.
Namun PU dapat melakukan
penggabungan perkara dalam satu surat
dakwaan (voeging) atau pemisahan perkara
(splitsing)

Kapan PU dapat melakujkan veoging ?


(Pasal 141 KUHAP)
Bilamana PU menerima berkas perkara dalam hal :

– Beberapa Tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang sama &
kepentingan pemeriksaaan tidak menjadi halangan
penggabungannya.
(misal : perampokan oleh beberapa orang)

– Beberapa tindak pidana yang berhubungan satu sama lain (oleh


beberapa orang yang saling terkait).
(misal : perampokan dilakukan lebih dari satu rumah, oleh pelaku
yang sama, dalam waktu yang berlainan)

– Beberapa tindak pidana yang tidak berhubungan satu dengan lain,


akan tetapi tindak pidana yang satu dengan lain nya ada hubungan
nya, bila dianggap perlu untuk kepentingan pemeriksaan.
(misal : perampokan-perampasan senjata api aparat-penembakan
warga-perampasan mobil untuk melarikan diri)
Pertemuan ke-9
Penghentian Penuntutan, Penyampingan dan
Penutupan Perkara
Dasar Hukumnya :
 Wewenang penuntut umum adalah perbuatan untuk
menutup perkara demi kepentin
 gan hukum (Pasal 14 h KUHAP)Penghentian Penuntutan
(Pasal 140 (2) a KUHAP
 Mengenyampingkan perkara untuk kepentingan umum
(Pasal 46 (1) c KUHAP)

UU /KUHAP tidak mendefinisikan secara tegas maksud


pengertian tersebut, sehingga digunakan interpretasi.
(misal.otentik, gramatikal, logis, sistematis,historical, dst…)
Penuntutan = tindakan PU melimpahkan perkaran ke PN dengan maksud
agar suatu perkara diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.

Menghentikan Penuntutan ialah dimana PU (jaksa) telah melakukan


kewajiban diatas, namun tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa nya
sendiri bukan merupakan tindak pidana. Sehingga PU mencabut
penuntutan nya.

Penghentian Penuntutan ialah tindakan menutup perkara dilakukan


sebelum PU melakukan penuntutan demi kepentingan hukum

Mengenyampingkan Perkara ialah perkara tidak dilimpahkan ke PN untuk


diadili dikarenakan PU menilai terdapat kurang nya bukti atau jaksa
berpendapat bahwa adalah lebih tepat apabila perkara tsb diselesaikan
menurut hukum perdata atau jika penuntutan tsb mendatangkan
kerugian yang lebih bear daripada mendatangkan keuntungan, bagi
pribadi tersangka dan/atau masyarakat.(asas oportunitas)

Tujuan asas opurtunitas adalah memperlunak asas legalitas (kewajiban


untuk menuntut setiap orang yang melanggar hukum, jika bukti-bukti
dapat diajukan)
Cara Mengajukan Perkara
Perkara Rol (Pemeriksaan Cepat)
– Tindak Pidana Ringan (Tipiring)
– Lalu Lintas

Perkara Sumair
Perkara Biasa

You might also like