The Copse adalah sebuah hutan kecil, tempat bermain Robert
Baden-Powell yang terletak di sebelah sekolah Cartherhouse. Di hutan inilah ia belajar mencari jejak tikus, tupai, dan mengamati perilaku burung hutan. Dia lebih suka belajar di luar ruangan dari pada harus duduk mempelajari buku yang membuat dirinya mengantuk dan bosan.
Robert Baden-Powell tumbuh dalam keluarga besar, dengan empat
orang kakak dan dua orang adik. Tiga orang saudara lainya meninggal ketika masih bayi. Ayah Robert, Profesor Baden-Powell, adalah seorang pendeta dan ilmuwan terkenal. Ayah Robert wafat pada tahun 1860, meninggalkan istrinya Henrietta, dan tujuh orang anak yang masih kecil. Henrietta sebagai pengganti kepala keluarga mendidik putra-putrinya dengan disiplin keras supaya mereka bisa hidup mandiri. Untuk kebutuhan anak-anak, Henrietta menyiapkan kotak uang dan catatan.
Robert Baden-Powell sangat menyayangi saudara-saudaranya. Dia
senang membuat mainan dari perkakas bekas, juga membuat layang- layang yang mereka terbangkan bersama, namun Robert Baden-Powell juga suka menyendiri membaca buku. Bakat melukispun mengalir pada dirinya. Baden-Powell punya keterampilan khusus, kedua tangannya mampu menggambar sama baiknya. Dia juga pandai berakting, melawak, dan menyanyi. Banyak teman-temannya yang mengagumi. Tetapi tidak demikian dengan ibunya, karena ibunya menginginkan dia mempunyai profesi yang terhormat.
Tahun 1870, Robert Baden-Powell mendapat beasiswa di sekolah
bergengsi, namun Baden-Powell malah banyak mengisi waktunya di luar kelas. Hal-hal di luar pelajaran sekolah justru sangat menggairahkan remaja Baden-Powell seperti, mendaki gunung, memancing ikan di danau, berkemah, dan lain-lain.
Setelah lulus sekolah, Baden-Powell diharapkan oleh keluarganya
untuk dapat kuliah di universitas Oxford. Tetapi Baden-Powell tidak lulus dalam tes masuk universitas. Dengan perasaan kecewa, Baden-Powell muda mendaftarkan diri ke angkatan bersenjata. Sangat mengejutkan , akhirnya Baden-Powell berhasil masuk lima besar dari 718 calon.
Karir pertamanya dimulai sebagai perwira kavaleri. Pada tanggal 30
oktober1876, dia ditugaskan ke India. Baden-Powell menapaki awal karirnya di India. Dia melibatkan diri dalam olahraga polo yang diikuti para prajurit muda. Selain olahraga, kegiatan teater pun sangat menghibur bagi tentara yang di tempatkan di wilayah pedalaman India.
Pada tahun 1878 Baden-Powell naik pangkat menjadi Letnan. Saat
itu usianya 21 tahun. Sesudah pelantikan itu Baden-Powell sakit parah. Ia kembali ke Inggris dalam keadaan sakit.
Dua tahun kemudian, tepatnya 5 oktober 1880, Letnan Baden-
Powell kembali berlayar untuk bergabung dengan kesatuannya. Letnan Baden-Powell bersama kesatuanya ditugaskan ke Afganistan, tempat kerajaan Inggris terlibat perang suci. Komandan kesatuan ini bernama Kolonel Baker Russel, seorang yang berkarakter dan disegani anak buahnya. Kemimpinan Kolonel Baker Russel cukup berpengaruh pada pembentukan karakter perwira muda Baden-Powell. Hari demi hari kemampuan Baden-Powell dalam ketentaraan semakin berkembang. Selain bertugas, Baden-Powell menyempatkan diri mengirim gambar atau artikel ke surat kabar. Pada tahun 1884, terbitlah bukunya yang pertama. Buku tersebut berisi saran dalam melakukan penjelajahan dan pemetaan wilayah musuh, juga ekspedisi dalam mengawasi pertahanan musuh.
Pada tahun 1884 angkatan bersenjata Inggris menugaskan Baden-
Powell ke Afrika. Pengalaman masa kecil sangat menunjang karirnya sebagai perwira yang tangguh. Keunggulanya adalah kemampuan untuk melibatkan anak buahnya dalam pengambilan semua keputusan penting, sehingga ia menjadi atasan yang dihormati dan disukai. Ketika ditugaskan ke Afrika, Baden-Powell sangat terkesan dengan budaya penduduk setempat dan mencoba mengenalnya lebih dalam, dan merekapun saling bertukar pengalaman.
Tahun 1897, menginjak usia empat puluh, dengan menyandang
pangkat Kolonel Baden-Powell kembali ditugaskan ke India. Di india, Kolonel Baden-Powell menerapkan program barunya. Sebuah lencana khusus Fleur-De-Lys, adalah lambang yang kelak menjadi simbol organisasi kepramukaan yang terkenal di dunia. Baden-Powell banyak menuangkan gagasannya tentang pelatihan dan kegiataan di luar rumah dalam bukunya yang berjudul ‘Aids To Scouting’. Kesibukannya dalam tugas menjadikan ia tidak terlalu hanyut dalam ketenaran.
Afrika Selatan, juli 1899 Kolonel Baden-Powell harus berperang
melawan kaum Boer (pendatang baru dari Belanda). Baden-Powell mengatur pembangunan pertahanan di bawah tanah dengan membuat parit perlindungan untuk menghindari serangan langsung dari musuh. Wanita dan anak-anak diungsikan ke daerah yang aman, yaitu bagian selatan kota Kimberley. Sementara itu kaum Boer sudah mempersiapkan pengepungan. Kaum Boer yang berkekuatan 9000 orang menghujam kota Mafeking dengan granat selama empat jam. Walau demikian, setelah diperiksa tidak ada korban yang berjatuhan. Hanya kerusakan kecil pada beberapa bangunan dan beberapa jalan yang hancur akibat ledakan. Kemudian Baden-Powell mengirim pesan yang bersifat politis ke markas tentara Inggris. Baden-Powell memerintahkan penduduk setempat agar membocorkan pesan tersebut supaya terlihat oleh orang Boer.
Setiap malam beberapa orang anak buahnya berlari melintasi kota
sambil membawa senter buatan sendiri. Sehingga mengesankan bahwa kota Mafeking dilindungi sederetan lampu sorot anti serangan malam. Penduduk setempat dan sukarelawan dikerahkan untuk memperbaiki parit perlindungan, perbaikan semua bangunan dan jalan yang rusak akibat pemboman. Keadaan darurat ini menjadi berlarut-larut. Acara-acara hiburan seperti teater, komedi, olahraga, kontes bayi, konser, dan lain-lain ini sangat dinantikan oleh tentara maupun penduduk sipil. Di balik kegelapan Baden-Powell menyelinap untuk mengintai apa yang dilakukan kaum Boer. Situasi kota Mafeking yang terkepung mengakibatkan munculnya gejala yang merisaukan orang dewasa. Di tengah perang amunisi yang penuh resiko, anak-anak menyambutnya dengan kegembiraan yang meluap. Salah satu anak buah Baden-Powell ditugaskan untuk membentuk kesatuan prajurit baru yang beranggotakan anak-anak usia sembilan tahun ke atas. Maka terbentuklah Korps Kadet Mafeking yang merupakan mata rantai penting yang kelak menjadi inspirasi terbentuknya organisasi kepramukaan sedunia. Setelah dilatih baris-berbaris dan kedisiplinan, mereka langsung diberi tanggung jawab mengantarkan pesan dan bergiliran menjaga pos pengintaian.
Natal tahun 1899 telah berlalu, ribuan tentara Inggris berlayar
menuju Afrika Selatan namun baru bulan mei pasukan itu akan tiba. Sementara itu persediaan makanan, uang, dan amunisi semakin menipis. Akhir april tahun 1900, sudah 200 hari kota Mafeking dikepung pasukan Boer, banyak tentara dan rakyat sipil mulai terjangkit penyakit. Setelah 217 hari pengepungan atas kota Mafeking oleh pasukan Boer, akhirnya sepasukan tentara Inggris berhasil memasuki kota itu.
London 17 mei 1900, seusai jam kantor , banyak penduduk kota
yang masih di jalan untuk mencari berita tentang perang di Afrika Selatan, terutama perjuangan Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking. Kepahlawanan Baden-Powell telah tersimpan dalam sanubari bangsa Inggris. Baden-Powell yang berusia 43 tahun dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jenderal termuda dalam angkatan bersenjata kerajaan Inggris. Pada musim semi tahun 1903, Baden-Powell menempati jabatan sebagai Inspektur Jenderal Kavaleri. Puncak kemakmuran negaranya ternyata membawa banyak perubahan pola kehidupan penduduknya, terutama generasi mudanya. Banyak yang menganggur, minum minuman keras, berjudi, bahkan tindak kejahatan dan kekerasan. Selama lebih dari dua tahun Baden-Powell menaruh perhatian yang besar terhadap beragam masalah dikalangan remaja. Keinginannya untuk menolong remaja mengembangkan kemampuan diri telah membawanya pada gagasan yang lebih terarah. Ia mulai menulis “BOY SCOUT, A SUGESTION” dan “ BOY SCOUTSSCHEME”.
Tahun 1907 Baden-Powell mengakhiri tugasnya sebagai Inspektur
Jenderal Kavaleri dan pangkatnya kini menjadi Letnan Jenderal. Maka Baden-Powell mulai berkonsentrasi untuk proyek barunya. Akhir juli 1907, 22 orang remaja putra memulai pelayaran ke pulau kecil Brownsea di selatan Inggris raya. Perkemahan itu diikuti oleh remaja-remaja dengan latar belakang yang berbeda, ada remaja petani yang terlatih bekerja keras, ada remaja intelek dan lain-lain. Di hari pertama, dengan penuh semangat mereka mengikuti pembagian regu oleh Baden-Powell. Ada regu curlew, serigala, banteng, dan gagak. Baden-Powell membagikan sebuah pita berwarna kepada setiap peserta, agar lebih mudah dikenali asal regunya. Tiap peserta yang telah menyelesaikan serangkaian ujian akan mendapat penghargaan sebuah lencana yang terbuat dari kuningan (Fleur-De-Lys), lencana yang digunakan Baden-Powell untuk pasukan pengintai angkatan darat waktu di India. Pada malam hari mereka berkumpul di api unggun, Baden-Powell bercerita tentang karirnya di kemiliteran. Tiap hari mereka melakukan berbagai kegiatan keterampilan seperti, bongkar pasang tenda, observasi, p3k, atau permainan yang lain. Tugas jaga malam pun harus mereka jalani secara bergiliran. Tanggal 9 agustus pagi selesailah perkemahan itu. Para remaja dengan berat hati harus pulang ke rumah masing-masing.
memperkenalkan gagasanya kepada 25.000 orang dari 30 kota. Di sela- sela kesibukannya. Ia berhasil menyelesaikan bagian pertama dari bukunya, dan mulai terbit tanggal 15 januari 1908. Salah satu pelajaran dasar yang ia ciptakan adalah sumpah pramuka. Dalam bukunya “SCOUTING FOR BOYS” Baden-Powell mensyaratkan lima macam ujian pramuka, dan saat itu juga ditentukan seragam pramuka yaitu topi lebar “Baden-Powell”, tali tambang, lencana, dasi dan kemeja, serta tongkat. To Be Continue . . . BAHASA INDONESIA