You are on page 1of 38

ASUHANAN KEBIDANAN KOMUNIKASI PADA KELUARGA Tn.

S
DENGAN MASALAH UTAMA ANEMIA RINGAN PADA
Ny. D GII P1, AO, 27 TAHUN HAMIL 12 MINGGU
DISUSUN JOGORANAN, DESA JOGONEGORO
KECAMATAN MARTOYUDHAN
KABUPATEN MAGELANG

Laporan ini disusun guna memenuhi tugas praktek belajar lapangan komunikasi
Pembimbing Akademi : Tri Yunita N, SST

Oleh :
Agustina Putri W
64.08.005

AKADEMI KEBIDANAN KARSA MULIA


SEMARANG
2010
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun dalam rangka mengikuti praktek belajar lapangan Kebidanan


Komunitas di Dusun Jogopranan, Desa Jogopranan, Kecamatan Mertoyudan,
Kabupaten Magelang.
Pada tanggal 28 Juni 2010 sampai 9 Juli 2010.

Magelang, Juli 2010


Praktikan

Agustina Putri W

Mengetahui
Pembimbing Lahan Pembimbing Akademi

Tri Yunita, SST


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Asuhan Kebidanan komunitas di Dusun Jogopranan, Desa Jogopranan,
Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Yang dilaksanakan tanggal 28 Juli
2010 dengan judul “ Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Tn. S Dengan Masalah
Anemia Ringan Pada Ny. D di Dusun Jogopranan, Desa Jogopranan, Kecamatan
Mertoyudan, Kabupaten Magelang.” Penulis menyadari dalam penulisan dan
penyelesaian ini banyak memerlukan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Kartiko Waluyono, MKes ketua yayasan Eka Karsa Mulia
Semarang.
2. Dr. Budi Palarto, SpOG selaku Direktur Akademi Karsa Mulia
Semarang.
3. Dr. Hendarto, MKes, selaku Kepala Dinas Kesehatan kabupaten
Magelang.
4. Drg. Rinawati Listyaningsih, selaku kepala Puskesmas Martayudan II
5. Bidan Anik Ismiyati dan Bidan Sutarmi sebagai bidan Desa.
6. Allal Mukhtar, Sag, selaku Kepala Desa Jogonegoro.
7. Guntur Suyitno, selaku Kepala Dusun Jogonegoro.
8. Tri Yunita, SST, selaku Pembimbing Akademik.
9. Orang tua saya yang telah memberi semangat dan dukungan.
10. Teman – teman yang selalu memberi semangat dalam penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu, pernulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metodelogi
BAB II TINJAUAN TEORI
I. Anemia Dalam Kehamilan
A. Definisi Anemia Dalam Kehamilan
B. Macam – Macam Anemia
C. Penyebab Anemia
D. Tanda Dan Gejala Anemia
E. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan
F. Penanganan Anemia
G. Diagnosa Anemia Pada Kehamilan
II. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Keluarga
A. Definisi Keluarga
B. Bentuk Keluarga
C. Klasifikasi Keluarga
D. Fungsi Keluarga
E. Tujuan Asuhan Keluarga
F. Langkah Asuhan Kebidanan Keluarga
G. Pelayanan Asuhan Kebidanan Keluarga
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Umum
B. Data Kasus
C. Pengkajian Keluarga Berdasarkan II Fungsional Kesehatan menurut
Gordon
D. Pemeriksaan Umum Keluarga
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Negara maju maupun di Negara berkembang seseorang disebut
menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr % disebut
anemia berat atau bila kurang dfari 5 gr% disebut anemia gravis,
Berdasarkan penelitian di ASEAN, Indonesia mempunyai AKI yang
paling tinggi sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan, nifas, dari total AKI, 37% diantaranya diakibatkan oleh
penyakit anemia dalam kehamilan. Di Jawa Tengah khususnya di Kota
Magelang AKI 116/100.000 kelahiran hidup. (Cakrawala 2008).
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr%
dan hematokfit 35 – 54 %. Angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita
hamil terutama wanita yang mendapatkan pengawasan selama hamil. Oleh
karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin harus menjadi
pemeriksaan darah rutin selama pengawasan anternal. Sebaiknya p-
emeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 x pada pemeriksaan
pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan akhir
(Prawironardjo, 2008).
Berdasarkan penulisan diatas maka penulis tertarik mengambil kasus
tentang anemia dalam kehamilan untuk asuhan kebidanan keluarga.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti praktek kebidanan komunitas dalam keluarga
mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan komunitas dalam
keluarga, khususnya pada keluarga Tn. S pada Ny. D dengan anemia
dalam kehamilan dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan dan
memandirikan keluarga khusunya Ny. D untuk dapat mengatasi masalah
kesehatan pada dirinya.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
kebidanan pada keluarga dengan masalah anemia pada ibu hamil.
b. Mahasiswa mampu menentukan masalah
kebidanan pada keluarga dengan masalah anemia pada ibu hamil.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tidakan
kebidanan pada keluarga dengan masalah anemia pada ibu hamil.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan
kebidanan pada keluarga dengan masalah anemia pada ibu hamil.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan
kebidanan pada keluarga dengan masalah anemia pada ibu hamil.
f. Mahasiswa mendokumentasikan semua kegiatan
asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.
C. Metodologi
Adapun metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan praktek lapangan ini
adalah :
1. Pengenalan lapangan dan pendataan kerumah sasaran yang telah
ditetapkan untuk mengumpulkan data dengan cara observasi.
2. Pengkajian meliputi pengumpulan, pengolaan dan analisa data.
3. Perencanaan melalui musyawarah keluarga
4. Pelaksanaan melalui penyuluhan.
5. Evaluasi hasil kegiatan
6. mendokumentasikan hasil kegiatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Anemia Dalam kehamilan


A. Definisi Anemia Dalam Kehamilan
Seseorang pria maupun wanita dinyatakan menderita anemia
apabila hemoglobin dalam darah kurang dari 12 gr %. Anemia lebih
sering dijumpai dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam
kehamilan keperluan akan zat – zat makanan bertambah dan terjadi
perrubahan – perubahan dalam darah dan sum – sum tulang
(Prawirohardjo, 1999).
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara
fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pengenceran
itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam
masa kehamilan dan pendarahan pada waktu persalinan karena akibat
dari cardiac out put meningkat. Banyak unsure besi yang hilang lebih
sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental
(Prawirohardjo, 1997).
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mualai sejak
kehamilan umur 10 minggu. Seorang wanita yang memiliki HB kurang
dari 10 g/.10 ml. disebut anemia dalam kehamilan. Karena itu wanita
hamil dengan HB diantara 10 – 12 g/100 ml tidak dianggap menderita
anemia patologik akan tetapi anemia fisiologi atau pseudoanemia
(Prawirohardjo, 1999).
B. Macam – Macam Anemia Dalam Kehamilan
1. Anemia Definisi Besi
Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai ialah anemia
akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena
kurang masuknya unsure besi dari makanan karena gangguaan
reapsorosi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyak
besi keluar dari badan, misalnya pendarahan. Keperluan akan besi
bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester akhir.
Apabila masuknya besi tidak bertambah dalam kehamilan, maka
terjadi anemia difisensi besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar
(Prawirohardjo, 1999).
2. Anemia Megaloglastik
Anemia megaloglastik dalam kehamilan disebabkan karena
defisensi asam folik (Pterolyglutamic acid). Njarang sekali karena
defisiensi vitamin B1 (Cyanocobalanim)
3. Anemia Hipoglastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sum – sum
tulang kurang mampu membuat sel – sel darah dinamakan
hipoglastik dalam kehamilan. Biasanya anemia hipoglastik terjadi
dalam kehamilan apabila wanita dengan selamat melewati masa
persalinan dan selama masa nifas anemia hipoglastik akan sembuh
dengan sendirinya.
4. Anemia Himolitik
Anemia himolitik disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan
anemia himolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka
anemianya akan menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa
kehamilan menyebabkan krisi himolitik pada waniata yang
sebelumnya tidak menderita anemia (Prawirohardjo, 1999).
C. Penyebab Anemia
1. Kurang Gizi (mal nutrisi)
2. Kurang zat bezi dalam darah
3. Mal Absorpsi
4. Kehilangan darah yang banyak : Persalinan yang lalu, haid dan
lain – lain.
5. Penyakit kronik, TBC, paru – paru, cacing usus, malaria, dan
lain - lain (Prawirohardjo, 2008).
D. Tanda dan Gejala Anemia
1. Letih
2. Lemah badan
3. Cepat lelah
4. Lunglai (Prawirohardjo, 2008).
E. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan
1. Abortus
2. Portus Prematurus
3. Portus lama karena inersia uteri
4. Pendarahan post partum karena utoria uteri
5. Syok
6. Infeksi, baik Intra Pratum maupun Post partum
7. Anemia yang sangat berat dengan BB kurang dari 4 gr/100 ml
dapat menyebabkan dekompensasi kordis (Prawirohardjo, 2008).
F. Penanganan Anemia
1. Pemeriksaan kadar Hb setiap 3 bulan untuk mengenal anemia
sedini mungkin
2. Pemberian tablet Fe (Sulfat ferosus 200mg)
3. Dianjurkan makan – makanan yang mengandung banyak
protein dan sayuran hijau.
4. Dalam keadaan mendesak, kadang – kadang perlu pemberian
tranfusi (material dan neonatal 2006)
G. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dgt menggunakan
alat sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
 Hb 11 gr% : tidak anemia
 Hb 9 – 10 gr% : Anemia ringan
 Hb 7 – 8 gr % : Anemia sedang
 Hb < 7 gr % : Anemia berat
(Prawirohardjo, 2008).
II. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah salah satu hubungan antara manusia yang
terkait dalam pertalian darah dan biasanya terdiri dari suami/ayah,
istri/ibu, anak/anak – anak (Roy, 2003).
Keluarga adalah unit social terkecil dalam masyarakat, atau
suatu organisasi bio psiko – sosio – spriritual dimana anggota keluarga
terkait dalam suatu ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya
statis dan membelenggu dengan saling menjaga kehormatan hubungan
dengan yang lain atau hubungan silatuhrohim (Notok, 2007).
B. Bentuk Keluarga
1. Tradisional
a. Keluarga inti atau nudear family
adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak,
dalam 1 rumah ditetapkan oleh sangsi – sngsi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
b. Reconstituted nudear adalah
pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami istri tinggal dalam satu rumah dengan anak –
anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
perkawinan baru.
c. Niddle agea / Aging cauple :
suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua – duanya
bekerja dirumah. Anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah, perkawinan ataupun meniti katrir.
d. Keluarga Dyad / dgadie nudear :
suami istri tanpa anak
e. Single parent : satu otrang tua
atau ayah atau ibu, dengan anak
f. Dual carier : suami istri /
keluarga orang karir dan tanpa anak
g. Commuter Married : suami istri /
keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu
h. Single Adutl : orang dewasa
hidup sendirian dan tidak mempunyai keinginan untuk kawin
i. Extended Family : keluarga yang
terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek, nenek
yang sama termasuk dari keturunan masing – masing istri dan
suami
j. Keluarga Usila
k. usila dengan tanpa pasangan,
anak sudah pisah
2. Non Tradisional
a. Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber
yang sama, pengalaman yang sama.
b. Cohibling Coiple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
kawin
c. Homosexual / Lesbian
Satu jenis hidup besama sebagai suami istri
d. Institusional
Anak – anak / orang – orang dewasa tinggal dalam satu panti
asuhan.
e. Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan
anak
C. Klasifikasi Keluarga
Indikator keluarga sejahtera .pada dasarnya berangkat dari
pokok pikiran yang terkandung dalam UUD No 10 tahun 1992 disertai
asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variable komposit yang terdiri
dari berbagai indikator spesifik dan operasional. Karena indikator yang
dipilig akan digunakan oleh kader desa, yang pada umumnya tingkat
pendidikan retalif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan
anggotanya dan sekaligus sebagai pasangan untuk melakukan
intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki vasilidas
yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup
sederhana dan secara operasional dapat dipahami dan dilakukan oleh
masyarakat abdi desa.
Atas dasar pemikiran diatas, maka indikator dan kreteria
keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
(1). Keluarga Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs), sebagai keluarga sejahtera
I. seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan,
sandang dan kesehatan.
(2). Keluarga Sejahtera Tahap
I
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal yaitu :
1. Melaksanakan
ibadah menurut agama oleh masing – masing keluarga.
2. Pada umumnya
anggota keluarga makan 2 x sehari / lebih.
3. Seluruh anggota
keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah,
bekerja / sekolah.
4. bagian yang
terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
5. Bila anak sakit
atau pasangan usia subur ber KB dibawa ke tempat pelayanan
kesehatan
(3). Keluarga Sejahtera Tahap
II
Yaitu keluarga – keluaraga yang disamping telah dapat memenuhi
criteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat – syarat
sosial psikologi 6 – 14 :
6. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
7. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyiapkan
daging / ikan/ telur sebagai lauk pauk
8. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu
stel pakaian baru/tahun
9. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap
penghuni rumah.
10. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terkhir dalam
keadaan sehat
11. Paling kurang 1 (satu) anggota keluarga yang berumur 15
tahun keatas mempunyai penghasilan
12. Seluruh anggota yang berumur 10 – 60 tahun biasa
membaca tulisan latin
13. Seluruh anak berusia 5 – 15 tahun bersekolah pada saat ini
14. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan
subur memakai alat kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
(4). Keluarga Sejahtera Tahap
III
Yaitu keluarga memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula
memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga
yaitu :
15. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan
agama
16. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisikan untuk
tabungan keluarga
17. Biasanya makan bareng paling kurang sekali sehari dan
kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar
anggota keluarga
18. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat
tinggal
19. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang
1 x / 6 bulan
20. Dapat memperoleh berita dari surat kabar / TV/ majalah
21. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana tranportasi
yang sesuai dengan kondisi ndaerah setempat
(5). Keluarga Sejahtera Tahap
III Plus
Keluarga yang dapat memenuhi kriteria 1 – 21 dan dapat pula
memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarga
yaitu :
22. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela
memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam
bentuk materil
23. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai
pengurus perkumpulan / yayasan ./ Institusi masyarakat
(6). Keluarga Miskin
Adalah keluarga pra sejahtera alas an ekonomi dan KS-1 karena
alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator meliputi :
1. Paling kurang sekali seminggu anggota keluarga makan
daging / ikan / telor
2. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh
paling kurang satu stel pakaian baru
3. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni
(7). Keluarga Miskin Sekali
Adalah keluarga pra sejahtera alas an ekonomi dan KS-1 karena
alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator meliputi :
1. pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 akli
sehari atau lebih
2. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk
dirumah, bekerja / sekolah dan bepergian
3. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah
(8). Ciri – ciri Keluarga
a. Memiliki nilai – nilai kuat yang dianut oleh seluruh
anggota keluarga
b. Tahu bagaimana terkomunikasi satu terhadap orang
lain
c. Mempunyai orang tua yang tidak takut untuk
mengatakan “saya salah”
d. Mempunyai anak yang bersedia menerima jawaban
“tidak”
e. Mempunyai orang tua yang bisa diajak bicara untuk
membahas kesalahan mereka sendiri
f. Menjaga perkawinan sebagai prioritas yang diakui
untuk kenyamanan keluarga sehat
g. Menyediakan waktu yang satu terhadap yang lain
dan mau menghadiri acara kegiatan anggota keluarga yang lain
h. Mempunyai orang tua yang tidak takut menghadapi
anaknya
i. Mempunyai anak yang yakin bahwa orang tuanya
percaya terhadap yang lain
j. Mempunyai anggota keluarga yang setia terhadap
yang lain
k. Mempunyai rencana untuk acara – acara keluarga
l. Lebih mementingkan penyelesaian masalah dari
pada menghindari konflik
m. Mempunyai rasa tanggung yang kuat terhadap
semua anggota keluarga
n. Mengganti atau menukarkan aturan – aturan
keluarga dengan sopan santun keluarga ketika anak – anak
beranjak dewasa
o. Mendasari tindakan pada keyakinan bahwa kesatuan
keluarga lebih penting dari pada individual (Umi, 2009)
D. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman, 1998, fungsi keluarga yaitu :
a. Fungsi Objektif
(1). Menciptakan lingkungan menyenangkan dan sehat
secara mental, saling mengasuh, menghargai, terkait dan
berhubungan
(2). Mengenal identitas individu
(3). Rasa aman
b. Fungsi Sosialisasi
(1). Proses perubahan dan perkembangan individu untuk
menghasilkan interaksi sosial dan bahan peran
(2). Fungsi dan peran dimasyarakat
(3). Sasaran untuk kontak sosial didalam atau diluar
rumah
c. Fungsi Reproduksi
Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup
masyarakat
d. Fungsi Ekonomi
(1). Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga
(2). Menambah penghasilan keluarga sampai dengan
pengalokasian dana
e. Fungsi perawatan Kesehatan
1. Konsep sehat sakit keluarga
2. Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit,
tujuan kesehatan, keluarga, keluarga mandiri
E. Tujuan Asuhan Keluarga
Meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan anak balita dalam keluarga
sehingga terwujud keluarga sehat dan sejahtera
F. Sasaran
Pelayanan kebidanan khususnya mencakup pelayanan kunjungan
rumah pelayanan KIA, masalah posyandu sasarannya adalah ibu, bayi,
dan balita
G. Langkah dari Asuahan Kebidanan Keluarga
Pengambilan data dari asuhan kebidanan keluarga meliputi :
a. Pengkajian
Pada pengkajian yang dilakukan terdiri dari data subyektif dan data
obyektif. Data subyektif terdiri dari informasi yang diterima dari
masyarakat, pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara.
Pada data subyektif meliputi biodata seluruh anggota keluarga,
pada kebutuhan sehari – hari, seituasi lingkungan, riwayat
kesehatan dan lain – lain. Data obyektif diperoleh dari hasil
observasi. Pemeriksaan dan pengelolaan masyarakat dan
lingkungan
b. Implementasi data
Berisi tentang diagnosa dari permasalahan suatu keluarga dan
untuk menentukan prioritas masalah yang ditemukan
c. Diagnosa masalah potensial
Berisi tentang diagnosa yang memungkinkan bisa berakibat pada
analisa yang telah ditetapkan
d. Identifikasi tindakan kebutuhan segera
Kegiayatan dilakukan untuk penanganan maslah segera
e. Perencanaan
Perencanaan untuk memecahkan masalah
f. evaluasi
untuk mengetahui ketepatan untuk kesempurnaan antara hasil yang
dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan
H. Pelayanan Asuhan Kebidanan Keluarga
a. Mengutamakan pendekatan mengenai kebidanan yang meliputi
identifikasi data dan analisa masalah, perencanaan dan tindakan
evaluasi
b. Pelayanan kebidanan keluarga melalui upaya promotif dan
preventif
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian
Hari / tanggal : 3 Juli 2010
Jam :

A. DATA UMUM
1. Nama Kepala keluarga : Tn. S
2. Usia : 29 tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Suku / bangsa : Jawa /
Indonesia
6. Alamat : Dusun
Jogopranan, Desa Jogonegoro
RT. 01 Kecamatan Martoyudan, Kabupaten
Magelang
7. Pekerjaan Kepala Keluarga : Wiraswasta
8. Komposisi Anggota Keluarga
Hub Status Imunisasi
No Nama JK dengan Umur Pendidikan Ket
BCG Polio DPT Hepatitis Campak
KK
1 Ny. D P Istri 27 thn SMA - - - - - Istri
2 An. B L Anak 3 thn Blm Sekolah V V V V V Anak

9. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. S adalah keluarga inti, dimana dalam keluarga terdiri
dari ayah, ibu dan anak
10. Suku Bangsa
keluarga Tn. S masih menganut budaya Jawa, seperti bancaan atau
syukuran setiap hari kelahiran anak
11. Statis Sosial Ekonomi
Pendapatan keluarga yaitu dibawah Rp. 1.000.000,- yang berasal dari tuan
S bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan Ny. D tidak bekerja
12. Aktifitas Rekreasi
Seluruh keluarga tidak pernah pergi berekreasi karena Tn. S sibuk bekerja
07.00 – 17.00 WIB. Hari libur Tn. S lebih memilih istirahat di rumah.
Keluarga Tn. S biasa menonton TV bersama. Dengan cara itu Tn. S
menganggap ini sudah menyenangkan.

Genogram

Keterangan.
: Perempuan

: Penderita Anemia dalam kehamilan

: Laki – laki

: Tinggal dalam satu rumah


B. DATA KHUSUS
1. Data Kesehatan Lingkungan
a. Perumahan
 Status rumah milik sendiri
 Luas bangunan + 100 m
 Rumah terdiri atas 2 ruang tidur,
1 ruang tamu, 1 dapur, 1 ruang makan dan ruang keluarga

C E
D SPAL U

A
B F
G

DEPAN
Keterangan :
A : Ruang tamu
B : Ruang Tidur
C : Ruang tidur
D : Ruang Keluarga, Ruang makan
E : Kamar mandi
F : Dapur
G : Tempat sampah
 Jenis rumah : Tembok
 Atap rumah : Genteng
 Ventilasi : Cukup  - Ruang tamu terdapat satu jendela
- Ruang makan terdapat 1 jendela
- Dari 2 kamar tidur memiliki
jendela semua
 Lantai : Plester (semen)
b. Sumber air
 Sumber airt yang digunakan
untuk minum, mask dan untuk mencuci adalah air sumur milik
orang tua Tn. S
 Penggunaan air minum dengan
cara direbus terlebih dahulu sampai mendidih
 Tempat penyimpanan air minum
dan masak yaitu diember besar tertutup
 Tempat penyimpanan air untuk
mandi dikuras 2 x seminggu
 Kualitas air yang digunakan yaitu
tidak berasa, berbau dan tidak berwarna
c. Pembuangan sampah
Sampah dibuang dilubang tanah samping rumah terbuka, jika sampah
penuh dibakar. Jarak pembuangan sampah dari rumah 7 meter
d. Jamban
 Keluarga Tn. S memiliki jamban
jongkok
 Keadaan jamban masih bersih
 Jarak septitank dengan sumur +
11 m
e. Pembuangan
Air limbah rumah tangga dialirkan ke saluran belakang rumah dengan
lubang tutup
C. Pengkajian Keluarga Berdasarkan II Fungsional Menurut Gordon
1. Presepsi Kesehatan dan Pola Managemen Kesehatan
Keluarga menganggap bahwa sehat itu adalah keadaan tidak terjadi
penyakit sehingga tindakan / perawatan pada anggota keluarga dilakukan
bila ada anggota keluarga yang sakit. Pencegahan dilakukan apabila sudah
terjadi adanya gangguan / penyakit. Persepsi kesehatan keluarga adalah
kesehatan sangat penting dan mahal harganya, terbukti setiap keluarga
yang sakit selalu dibawa ke petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan
yang ada. Anggota keluarga belum tahu secara jelas tentang anemia dalam
kehamilan tanda dan gejala serta komplikasi dan pencegahan yang benar.
Keadaan umum keluarga yang terlihat lemah, pucat dan kanjungtiva pucat.
a. Pola nutrisi
Makanan keluarga teratur 3 x sehari, konsumsi makan adalah nasi,
syur , lauk dan kadang buah – buahan
Minuman yang dikonsumsi keluarga adalah air sumur yang dimasak,
air teh, kopi dan susu
Nafsu makan pada umumnya adalah baik tetapi Ny. D nafsu makannya
menurun karena menderita anemia dalam kehamilan
b. Pola Eliminasi
Dalam keluarga spontan dalam eliminasi, kecuali Ny. D yang kadang
mengalami sembelit. Dalam keluarga tidak ada kebiasaan
menggunakan laxative
c. Pola Aktifitas Olah Raga
Keluarga dengan aktifitas atau pekerjaan masing – masing Tn. S
bekerja, Ny. D mengurus rumah tangga dan anak, sedangkan anak B
bermain keluarga jarang berolah raga karena sibuk dengan aktifitas
masing – masing.
d. Pola Istirahat dan Tidur
Tn.S Istirahat + tidur malam + 7 jam
Ny. D istirahat siang 1 jam dan tidur malam + 8 jam
An. B istirahat siang 2 jam dan tidur malam + 8 jam
e. Pola Presepsi
Pengetahuan keluarga secara umum dalam kesehatan cukup baik,
tetapi dalam penyakit anemia dalam kehamilan keluarga kuarang tahu.
Terbukti anggota keluarga menganggap hal yang biasa dalam penyakit
yang diderita oleh Ny. D
1. Pola konsep diri dan presepsi diri
Seluruh anggota keluarga merasa sedih dan cemas dengan keadaan
Ny. D anggota keluarga menyadari bahwa keadaan Ny. D saat ini
memerlukan perhatian khusus agar keadaannya bertambah baik.
2. Pola hubungan keluarga
Hubungan dalam keluarga Tn. S baik peran masing – masing
anggota keluarga berjalan dengan baik
3. Pola seksualitas
Tn. S masih aktif melakukan aktifitas biologis. Biasanya dilakukan
2 x seminggu
4. Pola koping stress toleransi
Stressor jangka pendek keluarga yaitu keadaan Ny. D yang
menderita anemia dalam kehamilan. Kemampuan keluarga terdapat
sensasi demikian adalah membawa Ny. D ke bidan untuk
mendapatkan pengobatan
5. Pola nilai dan kepercayaan
Keluarga emenyadari dan percaya bahwa semua penyakit pasti
dapat disembuhkan dan ada obatnya
D. Pemeriksaan
1. Tn. S
a. Keadaan umum baik
Kesadaran composmentis
TTV TD : 130/80 mm lg
RR : 24 x / menit
N : 30 x menit
S : 3070C
b. Status Presen
Kepala : Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih
Muka : tidak oedema
Alis : tidak rontok
Mata : kinjungtiva tidak pucat, skelra tidak kuning
Hidung : bersih, tidak ada polip
Mulut : bersih tidak ada stomatis, tidak ada ceries gigi
Leher : tidak ada pemvbesaran kel tyroid dan limfe
Telinga : bersih tidak ada serumen
Dada : simentris tidak ada reaksi kedalam
Abdomen : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri telkan
Ekstremitas : tidak ada varises
2. An. B
a. Keadaan umum baik
Kesadaran composmentis
TTV RR : 26 x / menit
N : 92 x menit
S : 3670C
b. Status Presen
Kepala : Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih
Mata : kinjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik
Telinga : bersih tidak ada serumen
Hidung : bersih, tidak ada polip
Mulut : bersih tidak ada stomatis
Leher : tidak ada pemvbesaran kel tyroid dan limfe
Dada : simentris tidak tarikan kedalam
Abdomen : tidak ada nyeri telkan
Ekstremitas : tidak ada nyeri, dapat bergerak aktif
3. Ny. D
Data Fokus
A. Keluhan utama : mengatakan lemas, nafsumakan
menurun
Riwayat Obsterik
- Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lama : 7 hari
Warna : merah tua
Teratur : teratur
Siklus : 28 hari
Bau : khas amis darah
Banyak : 2 x ganti pembalut
Disminore : tidak pernah merasakan
- Kehamilan sekarang
HPTH : 8 April 2010
HPL : 15 Januari 2011
Kehamilan, persalinan nifas yang lalu
Umur Tempt Jenis Komplikasi Bayi Nifas
Umur Penolong
keh pers per Ibu bayi TB BB JK Kodisi Kodisi Lactasi
3 th 39 Bidan Spontan - - Bidan 49 3000 L Baik Baik Sampai
4 bulan
Riwayat keasehatan
- Dahulu : Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit
Jantung, DM, asma, hipertensi
- Sekarang : ibu mengatakan agak pusing dan
lemas
- Keluarga : ibu mengatakan keluarga tidak
ada yang
menderita penyakit keturunan

Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan dan akan
menggunakanalkon yang sama setelah melahirkan nanti

Riwayat pernikahan
Ibu menikah 1 x pada usia 23 tahun

B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
TTV TD : 110/80 mm lg
RR : 20 x / menit
N : 80 x menit
S : 360C
- Status present
Kepala : Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih,
Rambut tidak mudah rontok
Mata : kinjungtiva pucat, skelra putih
Alis : tidak dicabut
Hidung : bersih, tidak ada polip
Mulut : bersih tidak ada stomatis, tidak ada ceries gigi
Telinga : simentris tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kel tyroid
Dada : simentris tidak ada tarikan kedalam
Perut : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan
Lipat paha : tidak ada pembesaran kelenjar linfe
Genetalic : tidak ada tanda PMS
Anus : tidak ada nemoroid
Ekstremitas: tidak ada varises, tidak ada nyeri sendi
Status Obstetrikus
- Ispeksi
Muka : tidak ada oedem, tidak ada soasma gravidarum
Mamae : membesar, oreola menghitam, tidak ada benjolan
Abdomen : perut membesar sesuai umur kehamilan
- Palpasi
LI : TFU teras 3 jari diatas simfisis
L II – L IV: terasa bollotement
- Aukultasi
DJJ
- Pemeriksaan Penunjang
HB : 9 gr%
C. ANALISA
Ny. D, GII P1, Ao, 27 tahun, hamil 12 minggu, ballottement +
dengan anemia ringan

D. PLANING
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu
mengalami anemia ringan
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
mengandung protein dan zat besi
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup
4. Memberikan penkes tentang anemia
5. Membuat kontrak waktu tanggal 4 juli 2010
Pengkajian Hari Kedua
Hari / tanggal : 4 Juli 2010

S : - Ibu mengatakan masih sering pusing, mata berkunang – kunang, mudah lelah
- Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi sayur bayam dan telur
O : KU : cukup
Kesadaran : composmentis
Status emotional : Stabil
TTV : TD : 100/70 RR : 20 x / menit
N : 80 x / menit S : 364o C
Kunjungtiva pucat
Pemeriksaan penunjang
HB : 9 gr %
A : G II P1, Ao, 27 tahun hamil 12 minggu dengan anemia ringan
P : 1. Memberitahukan ibu untuk tetap mengkonsumsi sayur – sayuran
2. memberi pujian kepada ibu karena sudah mau
mengkonsumsi makanan / sayuran.
3. membuat kontrak waktu dengan ibu untuk pertemuan
berikutnya
Pengkajian hari ketiga
Hari / tanggal : 6 juli 2010
S : - Ibu mengatakan sudah tidak lemas, tapi sedikit pusing
- Ibu makan sayur kacang dan lauknya bandeng
O : KU : Baik
Kesadaran : composmentis
Status emotional : Stabil
TTV : TD : 110/90 RR : 20 x / menit
N : 80 x / menit S : 36,2o C
Kunjungtiva merah muda
Pemeriksaan penunjang
HB : 9,2 gr %
A : G II P1, Ao, 27 tahun hamil 12 minggu dengan anemia ringan
P : - Memberitahukan keadaan ibu semakin membaik
- Menganjurkan untuk tetap mengkonsumsi sayur
- Memberitahukan ibu untuk periksa pada bidan 1 bulan sekali
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn. S ditemukan masalah


yaitu terjadinya anemia ringan dalam kehamilan Ny. D. hal itu diperkuat dengan
keadaan fisik Ny. D yaitu :
- Lemah
- Mudah mengantuk
- Kunjungtiva pucat
- HB 9 gr %
Dalam melakukan pengkajian baik dari segi bahasa maupun materi.
Keluarga menyambut dengan baik dan bersedia memberikan informasi atau data –
data yang dibutuhkan sehingga pengkajian keluarga berjalan lancer.
Dalam melakukan interprestasi data mahasiswa tidak mengalami
hambatan dari pihak keluarga. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
mahasiswa dapat mendiagnosa bahwa sasaran kasus adalah anemia ringan pada
Ny. D dengan Hb 9 gr % factor prncetus terjadinya anemia pada kehamilan yaitu
factor pengetahuan gizi dan kurangnya zat besi dalam darah.
Dari diagnosa ditentukan perencanaan terhadap Ny. D dengan anemia
ringan yaitu :
1. Memberikan informasi tentang pengertian anemia dan tanda gejala anemia
2. Memberikan informasi tentang akibat dari anemia dalam kehamilan
3. Memberikan cara penanganan anemia dengan cara mengkonsumsi sayuran
berwarna hijau
4. melibatkan keluarga terutama suami untuk memberikan motivasi dalam
pemenuhan zat besi.
Evaluasi dari pengkajian yang dilakukan pada Ny. D dengan anemia
ringan yaitu :
1. penyuluhan kepada ibu dan keluarga tentang anemia
2. memantau pola makan yang sehat selama kehamilan
3. memeriksa kadar Hb ibu
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kegiatan praktek belajar lapangan di Dusun Jogopranan, Desa
Jogopranan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Mahasiswa dapat
mwlaksanakan asuhan kebidanan komunitas. Kegiatan tersebut dapat
terlaksana dengan lancer keluarga juga merespon dengan baik kegiatan ini.
Penulis melakukan pengkajian pada Tn. S dalam keluarga Tn. S
terdapat masalah potensial yaitu anemia pada ekhamilan Ny. D penyebab
anemia dipengaruhi berbagai factor diantaranya : pengetahuan gizi dan
kurangnya zat besi dalam darah, berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan Ny. D mengalami anemia ringan hal tersebut diperkuat dengan
pemeriksaan Hb, hasilnya 9 gr %. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada
Ny. D selama 3 hari terjadi peningkatan dari n9 gr & menjadi 9,2 gr%

B. Saran
1. Keluarga dan masyarakat
Keluarga terutama Ny. D dapat mengkonsumsi sayuran berwarna hijau
karena banyak mengandung zat besi yang diperlukan tubuh
2. Tempat kesehatan
Dapat memberikan penyuluhan tentang anemia dan pola nutrisi yang baik
3. Mahasiswa
Supaya mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat
danmemberikan penyuluhan tentang pencegahan anemia.
DAFTAR PUSTAKA

Cakrawala, 2008. Angka Kematian Ibu. Available or : http : // www.SDKI.net


Effendi, Nasrul. 2002. Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2
Jakarta : EGC
Mediana, 2002. Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono, 2006. Pelajaran Kesehatan Material dan Neonatal.
Jakarta Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono, 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta Bina Pustaka
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SAP

Popok bahasan : Nutrisi ibu hamil


Sub Pokok bahasan : Zat besi mencegah anemia
Sasaran : Ny. D, hamil 12 minggu
Hari /. Tanggal : Sanbtu, 3 Juli 2010
Waktu : 09.30
Tempat : Rumah Tn. S, di dusun jogopranan

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny. D dihaerapkan Ny. D memahami
tentang pentingnya Zat Besi dalam kehamilian
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny. D diharapkan.
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
D. Media
leaflet
E. Kegiatan
No Tahapan Waktu Kegiatan penyuluhan
1. Pembukaan 10 menit - Memberi salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan maksud dan tujuan
2. Isi 20 menit 1. Memberikan
penkes tentang
2. Pengertian zat
besi
3. Pentingnya sat
besi dalam kehamilan
4. Bahaya anemia
penutup dalam kehamilan
- Evaluasi
- Pamitan

F. Evaluasi
1. Ny. D mampu menjelaskan tentang pengertian zat besi dan
anemia
2. Ny. D mampu menjelaskan pentimngnya zat besi dalam
kehamilan
3. Ny. D menyebutkan contoh makanan yang mengandung zat
besi
4. Ny. D dapat menjelaskan bahaya anemia dalam kehamilan
MATERI

Pengertian zat besi dan anemia


Zat besi adalah zat yang bias meningkatkan kadar hemoglobin di dalam tubuh
Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin dalam darah kurang dari
12 gr%

Pentingnya zat besi dalam kehamilan


Pentingnya zat besi dalam kehamilan adalah menunjang persediaan darah ibu
hamil dan untuk mendukung fungsi plasenta sebagai saluran untuk
menyalurlkan zat – zat gizi dan oksigen ke dalam tubuh
Jika kebutuhan zat besi tidak tercukupi, ibu hamil akan mudah lelah dan
rentan infeksi. Kebutuhan zat besi bagi ibu hamil yaitu sekitar 27 mg sehari

Contoh makanan mengandung zat besi


Selain dari suplemen zat besi bias didapatkan secara alami dari daging merah,
ikan, unggas, sereal sarapan yang telah di forltifisikan dan kacang – kacangan,
sayuran nhijau. Kemudian untuk meningkatkan penyerapan fe menggunakan
buah – buahan yang mengandung vitamin C
Cara memasak sayuran dengan benar
1. Pilih sayuran yang lebih segar
2. Cuci bersih sayuran sebelum dipotong dan ingat dalam
memotong sayuran jangan terlalu kecil atau tipis
3. Dalam kasus merebus sayuran sebaiknya dilakukan setelah air
mendidih dan jangan terlalu lama supaya kandungan vitaminnya tidak
hilang

Pengaruh anemia dalam kehamilan


- Abortus
- Partus prematurus
- Partus lana
- Pendarahan post partus
- infeksi

You might also like