Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
SISTEM pemerintahan (politik) Islam sangat jauh berbeda dengan sistem politik,
ideologi-ideologi dan isme-isme akal manusia. Islam memiliki tafsiran dan bentuk yang
khusus dan istimewa tentang pemerintahan. Tafsirannya jauh lebih bijaksana dan adil
daripada ajaran-ajaran lainnya. Hal ini mungkin tidak jelas kalau kita bandingkan dengan
pemerintahan umat Islam yang ada di dunia hari ini. Sebab bagi saya negara-negara umat
Islam hari ini tidak menjalankan Islam yang syumul (menyeluruh). Mereka tidak
mengikuti jejak sejarah kegemilangan Islam di zaman Rasul dan Khulafaur Rasyidin
serta Salafussoleh.
Sistem ekonominya bersih dan adil. Suci dari riba, monopoli, penindasan,
penipuan dan hal haram lainnya. Pembagiannya adil menurut keperluan untuk
kemudahan, kewajiban, kedudukan dan bidang seseorang. Sistem sosialnya bersih dari
kemungkaran dan maksiat terang-terangan. Setiap orang dihormati hak asasinya serta
diberi peluang untuk melaksanakan hak-hak asasi masing-masing sesuai dengan bakat
dan kebolehannya. Sistem ketentaraan berjalan atas disiplin Islam. Kebudayaan dan adat-
istiadat dibenarkan berbagai asalkan semuanya tidak bertentangan dengan Islam.
Perlantikan presiden ada caranya tersendiri, cara yang adil dan tepat. Berbeda
dengan cara demokrasi dan revolusi serta cara diktator. Sistem syura juga tersendiri, unik
dan harmoni. Segalanya jauh berbeda dengan apa yang terjadi dalam syura sekuler.
Akan tetapim tidak bias dipungkiri juga bahwa kita saat ini hidup di Negara yang
berasaskan Pancasila dan juga menganut system pemerintahan Demokrasi. Maka dari itu
penulis ingin menjadi penengah antara sistem pemerintahan islam dengan system
pemerintahan demokrasi. Dengan cara membmbahas tentang keunggulan masing-masing
dari system pemerintahan tersebut. Mudah-mudahan dengan ini kita bias lebih bijaksana
dalam mensikapi pemerintah kita.
Dengan melihat tujuan penulis tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas
beberapa masalah, yaitu :
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik,
militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di
wilayah tersebut.
Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat untuk
mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling
kongkrit pertemuan negara dengan rakyat adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang
diberikan negara pada rakyat. Terutama sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi
pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling dasar adalah
pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi pelayanan keamanan bagi seluruh
rakyat bila semua rakyat merasa bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam
perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan yang berbeda bagi
warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara, atau
hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam Konstitusi
maupun untuk menyesuaikan terhadap perkembangan jaman atau keinginan masyarakat,
semua kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan keputusan
dalam proses pembentukan Undang-Undang haruslah dilakukan secara demokratis, yakni
menghormati hak tiap orang untuk terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan
mengikat mereka itu. Seperti juga dalam organisasi biasa, akan ada orang yang
mengurusi kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu negara modern, orang-orang yang
mengurusi kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara demokratis pula.
2.1.2. Definisi Negara oleh Para Ahli
• Georg Jellinek
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
• Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari
kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
• Roelof Krannenburg
Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu
golongan atau bangsanya sendiri.
• Roger F. Soltau
Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.
• Prof. R. Djokosoetono
Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di
bawah suatu pemerintahan yang sama.
• Prof. Mr. Soenarko
Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
Islam (bahasa Arab, al-islām, “ السلمberserah diri kepada Tuhan“) adalah agama
yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-
agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam
golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di
seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia. Pengikut ajaran
Islam dikenal dengan sebutan Muslim, adapun lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi
laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan
firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini
dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah nabi dan rasul terakhir
yang diutus ke dunia oleh Allah.
1. Presidensial
2. Parlementer
3. Komunis
4. Demokrasi liberal
5. liberal
6. kapital
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu.Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat.Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi
statis.Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis,absolut maka
hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk
memprotes hal tersebut.
1. PRESIDENSIAL
Dalam sistem presidensiil, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, , posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya
seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Model ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-
negara Amerika Latin dan Amerika Tengah.
Ciri-ciri
3. KOMUNIS
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan ideologi lainnya.
Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka
itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh.
Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme adalah
ideologi yang digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal
dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut “Marxisme-Leninisme”.
Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika
secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian Buruh
hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai membutuhkan peran
Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika
dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi “tumpul” dan
tidak lagi diminati.
Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip
agama adalah racun yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata.
4. DEMOKRASI LIBERAL
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis
lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar
satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan
prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang
memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif,
lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif
dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki
kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif
dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi
masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses
pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya
pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum
tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian
warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan,
tidak semua warga negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih
presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih
luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak
menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih
sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat.
Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering
dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama dari sebagian masyarakat
yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang
bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara,
masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah
teruji mampu membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak
pilih kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang
tak memliki catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).
5. LIBERAL
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.[1]
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan,
khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran
gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise)
yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya
pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut
menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal
ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan
Oxford Manifesto dari Liberal International: “Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat
diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak terpisahkan dari
kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan dengan sadar, bebas,
dan yang diketahui benar (enlightened) dari kelompok mayoritas, yang diungkapkan
melalui surat suara yang bebas dan rahasia, dengan menghargai kebebasan dan
pandangan-pandangan kaum minoritas.”</ref>.
7. KAPITAL
Kapitalisme tidak memiliki suatu definisi universal yang bisa diterima secara luas,
namun secara umum merujuk pada satu atau beberapa hal berikut:
• sebuah sistem yang mulai terinstitusi di Eropa pada masa abad ke-16 hingga abad
ke-19 – yaitu di masa perkembangan perbankan komersial Eropa, di mana
sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan
tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik
pribadi, terutama barang modal seperti tanah dan tenaga manusia, pada sebuah
pasar bebas di mana harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demi
menghasilkan keuntungan di mana statusnya dilindungi oleh negara melalui hak
pemilikan serta tunduk kepada hukum negara atau kepada pihak yang sudah
terikat kontrak yang telah disusun secara jelas kewajibannya baik eksplisit
maupun implisit serta tidak semata-mata tergantung pada kewajiban dan
perlindungan yang diberikan oleh kepenguasaan feodal.
• teori yang saling bersaing yang berkembang pada abad ke-19 dalam konteks
Revolusi Industri, dan abad ke-20 dalam konteks Perang Dingin, yang
berkeinginan untuk membenarkan kepemilikan modal, untuk menjelaskan
pengoperasian pasar semacam itu, dan untuk membimbing penggunaan atau
penghapusan peraturan pemerintah mengenai hak milik dan pasaran.
Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang mengatur proses produksi dan
pendistribusian barang dan jasa.
ciri-ciri Kapitalisme:
2.Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas (free market) yang bersifat kompetitif.
3.modal kapitali (baik uang maupun kekayaan lain) diinvestasikan ke dalam berbagai
usaha untuk menghasilkan laba (profit).
BAB III
Dalam sejarah terdapat sedikitnya tiga bentuk demokrasi yang pernah dicoba:
demokrasi langsung (direct democracy/assembly democracy), demokrasi perwakilan
(representative democracy), demokrasi perwakilan (deliberative democracy). Berikut ini
adalah gambaran singkat tentang bentuk-bentuk demokrasi tersebut
a. Demokrasi Langsung
• Praktik demokrasi paling tua; praktik demokrasi pada asosiasi yang berukuran
kecil
• Berdasarkan pada partisipasi langsung, tanpa perwakilan dan terus menerus dari
warga dewasa dalam membuat dan melaksankan keputusan bersama
• Tidak terdapat batas yang tegas antara pemerintah dan yang diperintah
semacam system self-government pemerintah dan yang diperintah adalah
orang yang sama
b. Demokrasi Perwakilan
• Sistem kelembagaan:
5) Sistem asosiasi yang bersifat otonom: partai politik, organisasi massa, dll
6) Hak pilih bagi semua orang dewasa dan hak untuk menduduki jabatan-
jabatan public
c. Demokrasi Permusyawaratan
• Ada pemisahan yang tegas antara pemerintah dan yang diperintah. Tapi
pemisahan yang lebih penting adalah antara Negara dan masyarakat sipil.
Negara merupakan tempat menggodok dan melaksanakan kebijakan.
Masyarakat sipil merupakan tempat berlangsungnya “permusyawaratan”
• Selain itu ada juga pemisahan antara wilayah public dan wilayah privat.
Wilayah public adalah wilayah “permusyawaratan; wilayah privat adalah
wilayah tenpat seseorang memikirkan apa isu yang penting dan kenapa isu itu
perlu dibicarakan, didiskusikan dan didebatkan secara public
• Sistem kelembagaan:
2) Debat public; lewat media massa, lewat pertemuan warga yang terjadi
secara spontan di tempat-tempat public, dst
3) Dialog
Kelebihan dan Kekurangan Bentuk-Bentuk Demokrasi
Demokrasi Langsung
KELEBIHAN KEKURANGAN
Menjamin kendali warganegara terhadap Sulit dioperasikan pada masyarakat yang
kekuasaan politik berukuran besar
Mendorong warganegara meningkatkan Menyita terlalu banyak waktu yang diperlukan
kapasitas pribadinya; misalnya warganegara untuk melakukan hal-hal lain;
meningkatkan kesadaran politik, dan karenanya bisa menimbulkan apatisme
meningkatkan pengetahuan pribadi dll
Membuat warganegara tidak tergantung Sulit menghindari bias kelompok dominan
pada politisi yang memiliki kepentingan
sempit
Masyarakat lebih mudah menerima Masyarakat lebih dekat dengan (konflik)
keputusan yang sudah dibuat politik dan karenanya berpotensi melahirkan
kehidupan bersama yang tidak stabil
Demokrasi Perwakilan
KELEBIHAN KEKURANGAN
Lebih mudah diterapkan dalam amsyarakat Jarak yang jauh dari proses pembuatan
yang lebih kompleks kebijakan yang sesungguhnya bisa membuat
masyarakat bisa menolaknya ketika hendak
diterapkan
Mengurangi beban masyarakat dari tugas- Mudah terjebak dalam kepentingan para wakil
tugas membuat, merumuskan dan rakyat yang bertentangan dengan kepentingan
melaksankan kebijakan bersama masyarakat
Memungkinkan fungsi-fungsi Demokrasi perwakilan menghadapi persoalan
pemerintahan berada di tangan-tangan yang waktu dan jumlah seperti yang dihadapi
lebih terlatih untuk itu\ demokrasi langsung
Cenderung menciptakan politik yang stabil
karena menjauhkan masyarakat dari
(konflik) politik; dan karenanya
mendorong kompormi
Demokrasi Permusyawaratan
KELEBIHAN KEKURANGAN
Memberikan kesempatan yang lebih baik Dalam praktiknya permusyawaratan sulit
bagi masyarakat untuk terlibat dalam menghindari kecenderungan elitisme
proses pembuatan kebijakan; tanpa
mendekatkan mereka dengan (konflik)
politik
Mendorong warganegara untuk selalu Sulit mengharapkan setiap warganegara
memiliki kesadaran politik yang tinggi dan memiliki kepedulian politik yang sama dan
selalu memperkaya diri dengan setara
pengetahuan tentang perkembangan
masyaraktnya
Mendorong warganegara untuk selalu Memerlukan masyarakat dengan tingkat
memikirkan kepentingan bersama pendidikan yang tinggi dan sarana komunikasi
yang modern
Sistem politik Islam merupakan sistem politik yang khas dan diyakini merupakan
sistem politik yang unggul. Hal ini terkait dengan Islam itu sendiri. “Islam itu unggul dan
tidak ada yang dapat mengunggulinya (Al Islâmu ya’lu wa lâ yu’la ‘alaihi),” kata Nabi.
Berbicara tentang sistem politik berarti berbicara tentang proses, struktur, dan
fungsi. Proses adalah pola-pola yang mengatur hubungan antar manusia satu sama lain.
Struktur mencakup lembaga-lembaga formal dan informal seperti majelis umat, partai
politik, khalifah, dan jaringan komunikasi. Adapun fungsi dalam sistem politik
menyangkut pembuatan berbagai keputusan kebijakan yang mengikat alokasi nilai.
Keputusan kebijakan ini diarahkan pada tercapainya kepentingan masyarakat. Proses,
struktur, dan fungsi dalam sistem politik Islam semuanya berdasarkan pada ajaran Islam
yang bersumber dari wahyu. Karena itu, sistem politik Islam, termasuk konsep
kenegaraannya, menjadi sistem yang unggul karena bersumber dari Allah Swt., Zat Yang
Mahaagung. Di antara keunggulan sistem politik Islam adalah:
1. Istiqamah.
Sistem politik Islam memiliki karakter istiqamah; artinya bersifat langgeng,
kontinu, dan lestari di jalannya yang lurus. Dalam sistem demokrasi, misalnya, sistem
politik bergantung pada kehendak manusia. Perubahan nilai dan inkonsistensi pun terjadi.
Hal yang sama bisa berlaku untuk orang lain, tetapi tidak untuk negara tertentu.
Misalnya, Iran tidak boleh memiliki nuklir, tetapi AS dan Israel tidak mengapa; setiap
negara tidak boleh mencampuri urusan negara lain, kecuali AS dan sekutunya yang dapat
menerapkan pre emptive. Sistem seperti ini tidaklah istiqamah. Betapa tidak; semuanya
bergantung pada kehendak dan tolok ukur manusia yang senantiasa berubah-ubah,
bahkan dapat saling bertolak belakang. Sekarang benar, nanti salah; atau sekarang terpuji
lain waktu tercela.
Berbeda dengan itu, sistem politik Islam berdiri tegar tak lekang ditelan zaman.
Ini karena sistem politik Islam bukan lahir dari logika dan kepentingan sesaat manusia,
namun jalan lurus yang berasal dari Allah Swt. untuk kemaslahatan manusia. (Lihat: QS
al-An’am [6]:153).
Dalam konteks kenegaraan, sistem politik Islam dibangun di atas landasan yang
istiqamah, yakni:
(a) kedaulatan ada di tangan syariah;
(b) kekuasaan ada di tangan rakyat;
(c) wajib hanya memiliki satu kepemimpinan dunia; dan
(d) hanya khalifah yang berhak melegalisasi perundang-undangan dengan
bersumber dari Islam berdasarkan ijtihad. Jika terdapat perselisihan di antara
negara dengan rakyat atau antar pelaku politik maka harus dikembalikan tolok
ukurnya kepada Allah dan Rasul; kepada al-Quran dan as-Sunnah. Inilah tolok
ukur sekaligus landasan yang tetap, tidak berubah. Ini pulalah yang menjamin
keistiqamahan sistem politik Islam.
2. Mewujudkan ketenteraman secara kontinu.
Di antara fungsi sistem politik adalah mewujudkan ketenteraman. Setiap warga
negara harus terjamin ketenteramannya. Tanpa ketenteraman, kehidupan tak akan
nyaman. Ketenteraman merupakan syarat mutlak (conditio sine qua non) bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat.
Islam sangat memperhatikan hal ini. Salah satu ajaran penting Islam adalah
mewujudkan keamanan di tengah-tengah masyarakat. Sejarah menunjukkan bagaimana
saat Islam diterapkan, warga negaranya, baik Muslim maupun non-Muslim, hidup dalam
keamanan. Hal ini terwujud melalui pendekatan multidimensi.
Pertama: sistem politik Islam mengaitkan aspek keamanan dengan aspek ruhiah. Rasul
berkali-kali menegaskan bahwa di antara ciri Muslim yang baik adalah Muslim yang
tetangganya selamat dari lisan dan tangannya. Bahkan, siapa saja yang menyakiti kafir
zimmi diibaratkannya sebagai menyakiti beliau. Penjagaan keamanan dikaitkan dengan
pahala dan siksa. Akibatnya, muncullah dorongan takwa dalam diri individu untuk
senantiasa mewujudkan keamanan, baik bagi diri, masyarakat, maupun negara. Kekuatan
internal inilah yang mengokohkan terwujudnya keamanan. Landasan ruhiah seperti ini
tidak ditemukan pada sistem lain. Sistem selain Islam hanya menyandarkan aspek
keamanan pada kepentingan.
Kedua: mengharuskan masyarakat untuk menjaga keamanan dan bersikap keras kepada
perusak keamanan. Setiap kemungkaran yang ada, termasuk gangguan tehadap
keamanan, diperintahkan untuk dihilangkan oleh siapapun yang melihatnya; baik dengan
kekuatan, lisan, ataupun dengan hati melalui sikap penolakan. Bahkan, membiarkan
kerusakan yang ada diumpakan Nabi saw. sebagai menenggelam-kan seluruh masyarakat.
Masyarakat diibaratkan Rasul sebagai sekumpulan orang yang sedang menumpangi kapal
di lautan. Jika sebagian mereka melakukan kejahatan dengan melobangi kapal tersebut
tanpa dicegah, maka semua penumpangnya akan karam. Bahkan, mati mempertahankan
keamanan harta, kehormatan, dan nyawa dari para perusak keamanan dipandang sebagai
syahid. Hal demikian tidak dimiliki oleh sistem di luar Islam.
Ketiga: makna kebahagiaan yang khas. Allah Swt. telah menetapkan makna kebahagiaan
adalah tercapainya ridha Allah. Berbagai limpahan materi hanyalah kepedihan jika jauh
dari ridha Allah. Untuk apa memiliki kekuasaan jika digunakan untuk menjauhkan diri
dan masyarakat dari ridha Allah. Walhasil, mafhûm kebahagiaan demikian mendorong
setiap orang untuk mengejar ridha Allah dengan menaati-Nya. Salah satunya adalah
memberikan keamanan bagi orang lain.
Keempat: menutup pintu kriminal. Salah satu pintu datangnya gangguan keamanan
adalah tindak kriminal. Dalam konteks ini, Islam mencegahnya dengan jitu. Allah Swt.
melarang tindak kriminal dengan motif apapun, termasuk untuk kepentingan politik.
Sistem politik Islam tidak mengenal paham machiavelis (menghalalkan segala cara).
Siapapun diharamkan mencuri, merampok, membunuh, merampok harta negara, korupsi,
mengintimidasi rakyat, dll. Islam juga mengharamkan zina dan perkosaan. Tidak ada
cerita dalam Islam yang mentoleransi menggunakan perempuan sebagai umpan dan
modal dalam transaksi ekonomi maupun bargaining politik. Hal ini berbeda secara
diametral dengan sistem politik sekular.
Penutupan pintu kriminal tersebut ditempuh dengan landasan ruhiah, dengan
menanamkan mafhûm qanâ’ah dan ridha. Setiap orang menerima dan ridha terhadap
rezeki yang diberikan Allah, sedikit ataupun banyak. Selain itu, sistem Islam memiliki
seperangkat aturan yang menjamin pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan seksual.
Nabi saw. mencontohkan bahwa kebutuhan pokok setiap warga dijamin oleh negara.
Adapun pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier diserahkan kepada produktivitas dan
kemampuan masing-masing. Negara hanya memfasilitasi siapapun hingga memiliki
peluang untuk mendapatkan sumberdaya informasi, dana, dan kesempatan. Ketika
kondisi keamanan telah diciptakan, jaminan kebutuhan pokok pun dijamin, maka jika
masih tetap ada pihak yang melakukan tindak kriminal, hukum Islam pun ditegakkan
pada mereka. Hukum Islam menghasilkan efek jera. Siapa yang tidak akan jera dengan
adanya aneka ragam jenis hukum seperti denda, penjara, pengasingan, cambuk, potong
tangan, bahkan hukuman mati. Jelaslah, mulai dari keyakinan, kondisi sosial, dan hukum
diatur oleh Islam untuk mencegah tindak kriminal. Silakan, telaah sistem sekular apakah
punya sistem handal seperti Islam? Jawabannya: Tidak!
Selain melalui pendekatan keamanan, ketenteraman pun ditempuh melalui
jaminan pemenuhan kebutuhan pokok secara kontinu dan sempurna. Sering alasan
ketidakstabilan masyarakat adalah masalah ekonomi. Lagi-lagi, Rasulullah saw.
mencontohkan jaminan kebutuhan pokok ini dilakukan secara kontinu dan sempurna.
Masyarakat tenang dan tenteram karena ada jaminan terpenuhinya kebutuhan pokok
individual (sandang, pangan, dan papan), serta kebutuhan pokok kolektif (pendidikan,
keamanan, dan kesehatan).
Ketentraman akan terganggu ketika rasa keadilan terusik. Di situlah Islam
menempatkan keadilan sebagai salah satu pilar ketakwaan. Bahkan, adil selalu
merupakan syarat seseorang diterima kesaksian dan kelayakan penguasa. (Lihat: QS al-
Maidah [5]:8).
Allah Pencipta alam memuji dan memerintahkan bersikap adil. Siapapun harus
adil. Bukan sekadar sikap, Allah menjelaskan realitas bahwa semua orang dibawah
payung Islam kedudukannya sama, tidak ada diskriminasi atas dasar suku, etnis,
golongan, bahkan agama. Semua warga negara dalam sistem politik Islam berkedudukan
sama. Betapa melekat dalam benak setiap Muslim penuturan Nabi saw. bahwa tidak ada
kelebihan orang Arab atas non Arab, juga tidak ada kelebihan orang non-Arab atas Arab
kecuali karena ketakwaannya. Pada saat Allah memerintahkan adil, dan saat yang sama
manusia itu berkedudukan sama di sisi Allah, maka hanya ada satu pilihan: bersikap adil.
Di samping memerintahkan adil, Allah Swt. melarang kezaliman. Penggusuran
tanah milik, perampasan hak, ataupun perlakuan sewenang-wenang merupakan sebagian
penampakan kezaliman. Pelaku kezaliman tidak akan ditunjuki oleh Allah Swt. (Lihat:
QS al-Jumuah: 5), dan di dunia dikenai sanksi hukum sesuai dengan kezaliman yang
dilakukannya.
Lebih dari itu, hubungan antara rakyat dan penguasa dalam Islam harus
didasarkan pada keadilan, bukan kezaliman. Rasulullah Saw. bersabda:
Tidak akan seorang pemimpin kaum Muslim mati dalam keadaan menipu rakyatnya,
kecuali diharamkan baginya masuk surga. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Sesungguhnya pemimpin yang paling jahat adalah pemimpin yang lalim. Karena
itu, janganlah kamu termasuk golongan mereka (HR al-Bukhari dan Muslim).
Terlihat, tegaknya keadilan dalam Islam lahir dari keyakinan akan perintah Allah
Swt., pandangan kesejajaran manusia sesuai dengan realita, dan metode implementasinya
berupa sanksi hukum bagi pelanggarnya. Tentu, sistem politik yang dibangun di atas
landasan seperti ini merupakan sistem politik yang unggul.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut diatas dapat penulis ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat ,menjaga tingkah laku
kaum mayoritas maupun minoritas , menjaga fondasi pemerintahan , menjaga
kekuatan politik , pertahanan , ekonomi , keamanan sehingga menjadi sistem
pemerintihan yang kontiny,Quo dan demokrasi dimana seharusnya
masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan
tersebut.
a. Presidensial
b. Parlementer
c. Komunis
d. Demokrasi liberal
e. Liberal
f. Capital
a. Istiqamah.
b. Mewujudkan ketenteraman secara kontinu.
c. Menciptakan hubungan ideologis penguasa dengan rakyat.
d. Mendorong kemajuan terus-menerus dalam pemikiran, sains teknologi, dan
kesejahteraan hidup.
4. Keunggulan Sistem Pemerintahan Demokrasi, terdiri dari :
a. Dempkrasi Langsung. Diantara keunggulannya adalah : Menjamin kendali
warga Negara terhadap kekuasaan politik.
b. Demokrasi Perwakilan. Diantara keunggulannya adalah : Lebih mudah
diterapkan dalam masyarakat yang lebih kompleks.
c. Demokrasi Permusyawaratan. Diantar keunggulannya adalah : Mendorong
warga Negara untuk selalu memikirkan kepentingan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Saeful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di
Indonesia Pasca Orde-Baru Gramedia Pustaka Utama. 2007. ISBN : 979-22-2749-
Ellyasa KH Dharwis, M. Iman Aziz, M. Jadul Maula. Agama, Demokrasi dan Keadilan.
Gramedia Pustaka Utama. 1993. ISBN : 979-511-775-0
Komaruddin Hidayat dan M. Yudhie Haryono, Manuver Politik UlamaTafsir
Kepemimpinan Islam dan Dialektika Ulama-Negara. Jalasutra. Tanpa Tahun.
Ali Munhanif, Hendro Prasetyo, Islam dan Civil Society. Gramedia Pustaka
Utama. 2002. ISBN : 979-686-668-4