Professional Documents
Culture Documents
PENGUKURAN SUDUT
KELOMPOK 17
Anita (0906636756)
Tatika Widyasari (0906516120)
Vincent (0906557404)
Windi Silvia (0906637001)
B. Peralatan
1. Rambu (Pengukur Ketinggian) 1 buah
2. Theodolit 1 buah
3. Patok 6 buah
4. Statif 1 buah
5. Meteran 1 buah
6. Penggaris segitiga 1 buah
C. Teori
Lokasi titik-titik dan orientasi garis-garis sering tergantung pada pengukuran
sudut dan arah. Dalam pengukuran sebidang tanah, arah ditentukan oleh sudut arah
dan azimut.
Pengukuran sudut merupakan bagian dari survey detail dan control. Alat
theodolit juga digunakan untuk mengukur besar sudut, baik sudut vertikal ataupun
sudut horizontal, tergantung pada bidang datar dimana sudut tersebut diukur.. Sudut
horizontal adalah sudut yang dibentuk antara suatu titik dengan garis horizontal.
Jenis-jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam pengukuran tanah
adalah :
1. Sudut dalam
2. Sudut ke kanan
3. Sudut belokan
Tiga persyaratan dasar menentukan sebuah sudut yaitu :
1. Garis awal atau acuan
2. Arah perputaran
3. Jarak sudut (harga sudut)
Pada saat pengukuran di lapangan seharusnya dipakai prosedur yang seragam,
misalnya bila mungkin selalu mengukur sudut searah jarum jam, dan arah putaran
ditunjukkan dalam buku lapangan dengan sebuah sketsa. Sudut antara dua jurusan
A dan B dapat diketahui dengan menghitung selisih pembacaan sudut horizontal
pada theodolit yang diarahkan ke A dan B.
Ada empat cara untuk menentukan sudut antara dua jurusan, yaitu:
a) Cara reiterasi
b) Cara repetisi
c) Cara dengan mengukur jurusan
d) Cara dengan mengukur sektor-sektor.
Koordinat suatu titik dapat dihitung berdasarkan suatu titik referensi yang sudah
diketahui titik koordinatnya. Rumus yang digunakan adalah:
XA = XT + dTA sin αTA
YA = YT + dTA cos αTA
Dimana:
α TA = azimuth TA
T = titik referensi
dTA = jarak antara titik A dan B
d dapat dihitung dengan rumus :
d = 100 (a-b) cos2α
beda tinggi dapa dihitung dengan rumus :
Δt = 50 (a-b) sin 2α
Dimana:
a = pembacaan benang atas
b = pembacaan benang bawah
α = sudut vertikal
Sudut vertikal dapat diketahui dengan cara sebagai berikut:
1. Ukur tinggi theodolit dari as teropong (sumbu I) sampai permukaan tanah,
misalnya = y meter
2. Arahkan teropong ke rambu pada ketinggian y meter
3. Baca besar sudut vertikal
Azimuth adalah besar sudut antar utara magnetis (nol derajat) dengan titik
sasaran yang kita tuju, azimuth sering disebut sudut kompas, perhitungan searah
jarum jam.
Ada tiga macam azimuth yaitu :
a) Azimut sebenarnya
b) Azimut magnetis
c) Azimut peta
Azimuth sebenarnya yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya
dengan titik sasaran. Azimuth magnetis adalah sudut yang dibentuk antara utara
kompas dengan titik sasaran. Sedangkan azimuth peta yaitu besar sudut yang
dibentuk peta dengan titik sasaran.
Back azimuth adalah besar sudut atau kebalikan /kebelakang dari azimuth. Cara
menghitungnya bila sudut azimuth lebih dari 180° maka sudut azimuth dikurangi
180°, bila sudut azimuth kurang dari 180° maka sudut azimuth ditambahkan 180° ,
bila sudut aizmuth sama dengan 180° maka sudut back azimuthnya adalah 0° atau
360°
D. Prosedur
1. Pasang statif pada suatu titik (kita asumsikan alat berada pada koordinat X, Y
adalah 0,0 )
2. Atur nivo pada theodolit sampai posisi gelembung berada di tengah dengan
mengatur sekrup pada statif.
3. Pasang 1 pasak di bawah statif dengan melihat lup central point, sehingga
benang silang berada tepat pada kaki pasak.
4. Pasang 5 buah patok secara acak dengan jarak minimal 10 meter dari theodolit.
Sudut Biasa
5. Ukur tinggi theodolit, buka teropong atur sehingga sudut vertikal 90 o00’00”
kunci sudut vertikal agar besarnya tidak berubah.
6. Bidik titik A, kunci titik A lalu baca benang atas, benang tengah, dan benang
bawah pada rambu dengan bantuan penggaris segitiga
7. Jadikan titik A sebagai acuan sudut horizontal, dengan mengubah besar sudut
saat membidik titk I menjadi 0o 0’0”
8. Bidik titik B, dengan mengeser theodolit secara perlahan lalu setelah dapat titik
B, kunci teropong sehingga kita dapat mengetahi besar perpindahan sudut dari
titik acuan, setelah itu baca benang atas, benang tengah, dan benang bawah
pada rambu dengan bantuan penggaris segitiga
9. Lakukan langkah-langkah di titik B pada titik C, D, E, dan F.
Sudut Luar Biasa
10. Putar theodolit 180°, lalu atur sudut vertikalnya menjadi 270°00’00’’, lalu
kunci agar sudut horizontal tidak berubah.
11. Bidik kembali titik A, kunci, lalu lakukan pembacaan benang atas, tengah dan
bawah. Catat hasil pengukuran.
12. Lakukan langkah-langkah seperti pada pengukuran sudut biasa pada titik B, C,
D, E, dan F.
13. Setelah itu, ukur jarak dari theodolit ke masing-masing titik dengan meteran.
E. Data Praktikum
Tinggi alat : 122.3 cm
D
BA BT BB Sudut HA Sudut HA
Letak alat Titik lapangan
(cm) (cm) (cm) biasa luar biasa
(cm)
I 132.7 129.9 127.3 0o00’00” 543
II 126.6 120.0 115.3 320o39’55” 958
OVA
III 118.3 111.5 110.5 2o42’20” 1333
90o00’00”
IV 126.4 120.4 114.6 33o 37’45” 1174
V 133.3 129.4 125.5 67o40’30” 780
I 132.3 129.3 126.7 178o20’30” 543
II 124.4 119.8 115.0 140o57’10” 958
OVA
III 118.9 112.3 105.7 182o50’05” 1333
270o00’00”
IV 126.6 120.9 115.2 213o47’20” 1174
V 133.0 129.1 125 247o30’45” 780
F. Pengolahan Data
Perhitungan
1. Jarak Optis
Untuk mencari d jarak titik satu dengan titik lain
D = 100(BA-BB)
Dengan:
BA = benang atas di rambu
BB = benang bawah di rambu
Pengukuran Sudut Biasa
DI = 100 (132.7 – 127.3) = 540 cm = 5.4 m
DII = 100 (126.6 – 115.3) = 1130 cm = 11.3 m
DIII = 100 (118.3 – 110.5) = 780 cm = 7.8 m
DIV = 100 (126.4 – 114.6) = 1180 cm = 11.8 m
DV = 100 (133.3 – 125.5) = 780 cm = 7.8 m
Pengukuran Sudut Luar Biasa
DI = 100 (132.3 – 129.3) = 560 cm = 5.6 m
DII = 100 (124.4 – 115.0) = 940 cm = 9.4 m
DIII = 100 (118.9 – 105.7) = 1320 cm = 13.2 m
DIV = 100 (126.6 – 115.2) = 1140 cm = 11.4 m
DV = 100 (133.0 – 125.0) = 800 cm =8 m
2. Ketinggian tanah
Dengan asumsi bahwa letak theodolit merupakan titik (0,0) maka rumus
untuk menentukan ketinggian tanah (h) relatif terhadap alat adalah :
H = BT – TA
dengan H adalah ketinggian tanah, TA adalah tinggi alat, dan BT adalah
benang tengah.
Pengukuran Sudut Biasa
HI = 129.9 – 122.3 = 7.6 cm
HII = 126.6 – 122.3 = -2.3 cm
HIII = 118.3 – 122.3 = -10.8 cm
HIV = 126.4 – 122.3 = -1.9 cm
HV = 129.4 – 122.3 = 7.1 cm
Pengukuran Sudut Luar Biasa
HI = 129.3 – 122.3 = 7 cm
HII = 119.8 – 122.3 = -2.5 cm
HIII = 112.3 – 122.3 = -10 cm
HIV = 120.9 – 122.3 = -1.4 cm
HV = 129.1 – 122.3 = 6.8 cm
3. Sudut α
α=
Titik sudut biasa sudut luar biasa slb - 180 SB + (SLB-180°)
2
I 0 178.34 1.66 0.83
II 320.66 140.95 320.95 320.805
III 2.71 182.83 -2.83 2.77
IV 33.61 213.79 -33.79 33.7
V 67.67 247.51 -67.51 67.59
4. Plot Titik
X = DLapangan . sin α
Y = DLapangan . cos α
Titik x y
I 7.86 542.94
II 2.42 -957.99
III 64.42 1331.44
IV 651.38 976.71
V 721.09 297.36
Grafik
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
-800 -600 -400 -200 0 200 400 600 800
5. Kesalahan relatif
KR D optis=| D optis−Dlapangan
D lapangan |x 100 %
KR Sudut =¿
Titik I
KR D optis I = |540−543
543 |
x 100 %=0.55 %
KR Sudut I =¿
Titik II
KR D optis II = |1130−954
958 |x 100 %=17.95 %
KR Sudut II=¿
Titik III
KR Sudut III =¿
Titik IV
KR D optis IV = |1174−1180
1174 |
x 100 %=0.55 %
KR Sudut IV =¿
Titik V
KR D optis V = |780−780
780 |
x 100 %=0.00 %
KR Sudut IV =¿
G. Analisis
Analisis Praktikum
Analisis Hasil
Hasil dari Percobaan yang telah kami lakukan mengenai pengukuran sudut
dengan menggunakan theodolit, diantaranya jarak optis yaitu jarak antara
theodolit dengan tiap titik yang didapatkan dari rumus :
d= 100(BA-BB)
Dengan hasil titik I berjarak 5.4 meter, titik II berjarak 11.3 meter, titik III
berjarak 7.8 meter, titik IV berjarak 11.8 meter, dan titik V berjarak 7.8
meter. Keenam jarak optis ini tentunya berbeda dengan jarak lapangan
(jarak hasil pengukuran di lapangan), dengan perbedaan yang bervariasi dan
salah satu titik memiliki perbedaan yang sangat besar.
1200
1000
800
600
400
200
0
-800 -600 -400 -200 0 200 400 600 800
Analisis kesalahan
Kesalahan jarak yang terjadi pada pengukuran jarak relatif besar dengan
yang paling besar kesalahan mencapai 41.4%, tapi ada pengukuran yang
sangat akurat dengan kesalahan 0.00%. Jika dirata-ratakan kesalahan relatif
pada pengukuran jarak adalah 12.09%. Tingkat kesalahan yang besar ini
mungkin terjadi karena hal-hal berikut:
H. Kesimpulan
Dengan mengukur sudut dan benang atas, benang tengah, dan benang
bawah, kita dapat mengetahui jarak titik dari alat dan kemudian memplot titik
pada gambar koordinat dengan asumsi bahwa titik dimana alat berada adalah titik
(0,0).
Percobaan ini memiliki banyak error yang terlihat dari tingkat kesalahan
yang mencapai 41.4%. Tapi jika melihat rata-rata kesalahan relatif pada
pengukuran ini yang relatif kecil, yaitu 6.17%, maka dapat dikatakan bahwa
praktikum kali ini cukup akurat.
I. Daftar Pustaka