You are on page 1of 82

MAKALAH

Kenakalan Remaja Akibat Pengaruh Globalisasi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan

Anna Nurhasanah, S.Pd

Disusun oleh :

Bagus Pramono Aji

(081290) / II C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


JURUSAN BAHASA & SASTRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2009

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah

SWT, Tuhan semesta alam yang hanya kepada-Nyalah kami berserah diri. Dan atas

izin dari-Nyalah kami mampu menyusun makalah ini. Ucapan terimakasih juga saya

sampaikan kepada kedua orang tua saya, dosen mata kuliah Pendidikan

kewarganegaraan, teman-teman sesama mahasiswa dan pihak-pihak lain yang

mendukung terselesaikannya makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini saya sadar masih banyak terdapat kekurangan

dan kelemahan. Untuk itu penulis mohon maaf dan sangat mengharapkan adanya

kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini bisa bermanfaat

khususnya kepada saya selaku penulis dan umumnya kepada anda para pembaca.

Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepada siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.

Serang, 2 Juni 2009

Ttd

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………....i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Masalah………………………………………………………….4
I. 2. Rumusan Masalah………………………………………………………………...5
I. 3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….5
I. 4. Tekhnik dan Metode Penulisan...............................................................................6
I. 5. Sistematika Penulisan.............................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II. 1. Pengertian Kenakalan Remaja...............................................................................8
II. 2. Jenis dan Bentuk Kenakalan Remaja...................................................................10
II. 3. Pengertian Globalisasi.........................................................................................14
II. 4. Proses Perkembangan Globalisasi.......................................................................16
II. 5. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara..............19

BAB III PEMBAHASAN


III. 1. Aspek-Aspek Negatif Globalisasi yang Memengaruhi Kenakalan Remaja.......21
III. 2. Faktor-Faktor dan Masalah-Masalah Penyebab Kenakalan Remaja..................29
III. 3. Kaitan Jenis dan Bentuk Kenakalan Remaja dalam Perkembangan
Globalisasi...........................................................................................................48
III. 4. Bentuk dan Macam Solusi Penanggulangan Kenakalan Remaja.......................56

BAB IV PENUTUP
IV. 1. Kesimpulan........................................................................................................64
IV. 2. Saran...................................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini berbagai macam bentuk penyimpangan sosial semakin meningkat

dan marak terjadi di masyarakat. Seiring dengan berkembangnya zaman yang

semakin canggih, justru berbagai macam bentuk penyimpanagan sosial semakin

bermunculan dan terjadi. Mulai dari berbagai penyimpangan kecil seperti tato ataupun

tindik, sampai tindakan penyimpangan besar bahkan bersifat kriminal seperti

pembunuhan dan pemerkosaan, seamakin meningkat akhir-akhir ini. Bukan tidak

mungkin globalisasi jaman sekarang ini menjadi salah satu faktor cukup dominan

dalam peningkatan penyimpangan sosial di masyarakat. Karena pada dasarnya

globalisasi itu sendiri identik dengan pasar bebasa dan kapitalis, dimana batas antar

negara /warga negara seakan semu sehingga berbagi macam bentuk hal apapun dapat

dengan mudah dan cepat tersebar bahkan tersosialisasi, serta bisa dilakukan oleh

siapapun, dimanapun, dan kapanpun itu. Termasuk dalam hal perkembangan

penyimpangan sosial. Salah satu bentuk penyimpangan sosial yang cukup meresahkan

dan mengawatirkan perkembangannya, yakni penyimpangan sosial berupa kenakalan

remaja yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi.

Tentunya seiring berkembangnya waktu, bentuk dan jenis kenakalan remaja

semakin beragam dan bervariasi, serta semakin meningkat implementasinya di

masyarakat. Para remaja zaman sekarang semakin berani untuk bertindak, dan

semakin bebas untuk berekspresi, termasuk dalam hal penyimpangan sosial. Sudah

banyak bukti akan perkembangan berbagai macam bentuk penyimpangan sosial

berupa kenakalan remaja ini, mulai dari pornografi, merokok, pemerkosaan bahkan

4
sampai tindak anarkis premanisme dan narkoba banyak dilakukan oleh para remaja

masa kini. Selain faktor kurangnya kontrrol sekolah dan keluarga, tak bisa dipungkiri

faktor globalisasi juga berpengaruh dalam perkembangan kenakalan remaja masa kini.

Karena secara langsung maupun tidak langsung globalisasi sudah meliputi proses

kehidupan sosial di masyarakat yang pasti sangat mudah berdampak dan berpengaruh

pada kehidupan sosial remaja itu sendiri. Kenakalan remaja merupakan salah satu

bentuk dinamika sosial, karena biar bagaimanapun hal tersebut akan selalu tetap ada

dan terjadi, semua tergantung pada solusi kita untuk penanganannya.

I. 2. Rumusan Masalah

1. Faktor apa sajakah yang mendasari serta mendukung terjadinya kenakalan

remaja terkait dengan perkembangan era globalisasi sekarang ini ?

2. Bagaimana perkembangan kenakalan remaja di era globalisasi sekarang ini ?

3. Bagaimana solusi yang tepat untuk menanggulangi perkembangan kenakalan

remaja sekarang ini ?

I. 3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor-

faktor apa sajakah yang mendasari serta mendukung terjadinya kenakalan remaja

terkait dengan perkembangan era globalisasi sekarang ini. Selain itu untuk

mengetahui sejauh mana perkembangan kenakalan remaja di era globalisasi sekarang

ini, juga untuk mengetahui macam-macam dan jenis-jenis perilaku yang tergolong

kenakalan remaja maasa kini. Serta yang terakhir dan terpenting yakni untuk

mengetahui dan mencari solusi penanggulangan ataupun pencegahan yang tepat untuk

menanggulangi perkembangan kenakalan remaja sekarang ini.

5
I. 4. Tekhnik dan Metode Penulisan

Tekhnik dan Metode penulisan yang dilakukan dalam penulisan makalah ini

adalah melalui metode kualitatif dengan tekhnik pengumpulan data berdasar resensi

maupun literature dari beberapa sumber buku serta sember internet.

Data-data yang didapatkan setelah dihimpun dan disusun kemudian dianalisa

serat diidentifikasi sesuai dengan rumusan permasalahannya dan agar terlihat susunan

data yang dapat memberikan gambaran fakta tentang obyek penulisan makalah ini.

Setelah data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode

deduktif, kemudian dihubungkan dengan kasus yang sedang dibahas, sehingga dengan

demikian dapat ditarik beberapa kesimpulan dan memberikan saran sesuai dengan

permasalahan.

I. 5. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan makaalah ini terbagi empat bab. Pembagian

penulisan dalam makalah ini untuk memudahkan penulis dalam menyusun hasil

penilaian terhadap masalah yang ada.

BAB I : Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari pembagian sebagai

berikut : latar belakang masalah dan rumusannya, tujuan penulisan,

metode penelitian, dan sistematika penulisan. Hal ini dimaksudkan

agar dapat memberikan gambaran awal mengenai latar belakang

dari pembahasan masalah serta pemecahan masalah dalam

penulisan makalah ini. Selain itu dengan bab pendahuluan ini

diharapkan akan mempermudah pembahasan bab selanjutnya.

6
BAB II : Bab II adalah tinjauan pustaka yang akan membahas mengenai

teori-teori dasar yang mendukung tentang perkembangan

kenakalan remaja sebagai akibat pengaruh dari efek globalisasi.

BAB III : Pada bab III pembahasan yang akan membahas mengenai faktor-

faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja terkait dengan efek-

efek negatif globalisasi serta bentuk dan macam solusi

penanggulangan dan pencegahan kenakalan remaja.

BAB IV : Selanjutnya pada bab IV merupakan penutup yang berisikan

kesimpulan dan saran. Bagian pertama, kesimpulan adalah

ringkasan bahasan materi yang penulis ambil dari uraian-uraian

bab-bab sebelumnya, dan bagian kedua adalah saran. Disini penulis

mencoba memberikan saran terhadap pembahasan dalam penulisan

makalah ini, saran tersebut mudah-mudahan bermanfaat.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Pengertian Kenakalan Remaja

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja

yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini

Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak

cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang

ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai

suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku

pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku /

tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta

ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan

remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma

hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam

undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran

hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar

hukum bila dilakukan orang dewasa.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,

pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto,

1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu

dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological

Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin

8
menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh

perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut

terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak

disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku

nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

Sudarsono, 1991 dalam bukunya Kenakalan remaja mengatakan Kenakalan

Remaja (Juvenille Delinquency) secara estimologis dapat diartikan sebagai kejahatan

anak, akan tetapi pengertian tersebut memberikan konotasi yang cenderung negative

atau negative sama sekali. Atas pertimbangan yang lebih moderat dan mengingat

kepentingan subyek, maka beberapa ilmuwan memberanikan diri untuk mengartikan

Juvenille Delinquency sebagai kenakalan remaja

Psikolog Drs. Bimo Walgito dalam (Sudarsono, 1991: 11) merumuskan arti

selengkapnya dari kenakalan remaja sebagai berikut : tiap perbuatan, jika perbuatan

tersebut dilakukan oleh orang dewasa maka perbuatan tersebut merupakan kejahatan,

jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang dilakaukan anak, khususnya

anaka remaja

Dr Fuad hasan dan Drs. B. simanjuntak dalam (Sudarsono, 1991: 11) juga

memberikan definisi kenakalan remaja sebagai perbuatan anti social yang dilakukan

anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai

kejahatan. Dari kedua pengertian diatas Sudarsono menarik benang merah diantara

keduanya yaitu, kenakalan remaja adalah perbuatan atau kejahatan atau pelanggaran

yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum anti sosial, anti susila

dan menyalahi norma-norma agama.

John W. Santrock mendefinisikan, kenakalan remaja (Juvenile Delinquency)

mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat

9
diterima secara sosial (seperti bertindak berlebihan disekolah), pelanggaran (seperti

melarikan diri dari rumah), hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri).

Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan

anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial,

moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan

ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau

masyarakat

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kenakalan

remaja adalah perilaku yang dilakukan oleh remaja yang bertentangan dengan norma

hukum yang telah dengan jelas ditentukan dalam KUHP, norma sosial dan norma

agama yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

II. 2. Jenis dan Bentuk Kenakalan Remaja

1) Jenis-Jenis Kenakalan Remaja

Berdasar pada beberapa pandangan teori mengenai perilaku delinkuen diatas,

maka delinkuensi remaja dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu:

1) Delinkuensi individual, yaitu perilaku delinkuen anak merupakan gejalah

personal atau individual dengan ciri-ciri khas jahat, disebabkan oleh

predisposisi dan kecenderungan penyimpangan tingkah laku (psikopat,

psokotis, neurotis, a-sosial) yang diperhebat oleh stimuli sosial dan kondisi

kultural.

2) Delinkuensi situasional, yaitu delinkuensi yang dilakukan oleh anak yang

normal; namun mereka banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan

situasional, stimuli sosial, dan tekanan lingkungan, yang semuanya

memberikan pengaruh “menekan-memaksa” pada pembentukan perilaku

buruk.

10
3) Delinkuensi sistematik, yaitu delinkuensi yang telah disistematisir dalam

suatu organisasi (gang). Semua kejahatan dirasionalisir dan dibenarkan sendiri

oleh anggota gang, sehingga kejahatannya menjadi terorganisir atau menjadi

sistematis sifatnya.

4) Delinkuensi kumulatif, yaitu delinkuensi yang sudah teresebar dihampir

semua ibukota, kota-kota, bahkan sampai dipinggiran desa. Pada hakekatnya

delinkuensi ini merupakan produk dari konflik budaya.

Ernest R. Hilgard dalam bukunya “Introduction to Psychologi”

mengelompokkan delinkuensi remaja dilihat dari pelaku perilaku tersebut kedalam

dua golongan, yaitu:

1) Social delinquency, yaitu delinkuen yang dilakukan oleh sekelompok

remaja, misalnya “gang”.

2) Individual delinquency, yaitu delikuensi yang dilakukan oleh seorang

remaja sendiri tanpa teman.

Wright membagi jenis kenakalan remaja dalam beberapa keadaan:

1) Neurotic delinquency, remaja bersifat pemalu, terlalu perasa, suka

menyendiri, gelisa dan mempunyai perasaan rendah diri. Mereka mempunyai

dorongan yang kuat untuk berbuat suatu kenakalan seperti: mencuri sendirian,

melakukan tindakan agresif secara tiba tanpa alasan karena dikuasai oleh

fantasinya sendiri.

2) Unsocialized delinquency, suatu sikap yang suka melawan

kekuasaan seseorang, rasa bermusuhan dan pendendam.

3) Pseudo social delinquency, remaja atau pemuda yang mempunyai

loyalitas tinggi terhadap kelompok atau gang sehingga sikapnya tampak patuh,

setia dan kesetiakawanan yang baik. Jika melakukan perilaku kenakalan bukan

11
atas kesadaran diri sendiri yang baik tetapi karena didasari anggapan bahwa ia

harus melaksanakan sesuatu kewajiban kelompok yang digariskan.

Jensen (1985) yang melihat perilaku delinkuen dari sigi bentuk dan

dampak kenakalan, menggolongkan perilaku delinkuen dalam empat jenis, yaitu:

1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain:

perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian,

pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban difihak orang lain:

pelacuran, penyalah gunaan obat, hubungan seks pra-nikah.

4) Kenakalan yang melawan status: misalnya mengingkari status anak

sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan

cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.

2) Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

William C. Kvaraceus membagi bentuk kenakalan menjadi dua, yaitu:

1) Kenakalan biasa seperti: Berbohong, membolos sekolah, meninggalkan

rumah tanpa izin (kabur), keluyuran, memiliki dan membawa benda tajam,

bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, berpesta pora, membaca

buku-buku cabul, turut dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak

pantas dan minum minuman keras.

2) Kenakalan Pelanggaran Hukum, seperti: berjudi, mencuri, mencopet,

menjambret, merampas, penggelapan barang, penipuan dan pemalsuan,

menjual gambar-gambar porno dan film-film porno, pemerkosaan, pemalsuan

uang, perbuatan yang merugikan orang lain, pembunuhan dan pengguguran

kandungan.Bentuk – bentuk perbuatan kenakalan remaja yang lebih banyak

12
dilakukan dalam kaitan remaja yang bersangkutan dengan gangnya atau

gerombolan remaja lainnya, hakekatnya mencerminkan suatu sub kultur

tersendiri yang dapat dibedakan dalam 3 sub kultur kenakalan yaitu:

1) Sub kultur criminal: suatu bentuk gang kenakalan remaja yang mengarah

pada perbuatan pencurian, pemerasan dll perbuatan illegal yang bertujuan

untuk mendapatkan penghasilan (uang atau income).

2) Sub kultur konflik: suatu bentuk gang yang mengutamakan perbuatan –

perbuatan kekerasan sebagai suatu cara untuk mendapatkan atau

meningkatkan status.

3) Sub kultur pengelakan/ pengasingan (rettreatist sub culture): suatu

bentuk gang yang menekankan pada penggunaan obat – obatan (secara

salah).

Perbuatan kenakalan remaja pada hakekatnya merupakan proses usaha

pencapaian suatu keberhasilan tertentu dalam perkembangan kehidupan

remaja. Kaitan pertumbuhan dan perkembangan individu remaja dengan

lingkungannya terhadap struktur sosial dengan jalur – jalur system yang

tersedia dan berlangsung di masyarakat untuk mobilitas yang lebih baik.

Pada kenakalan remaja sub kultur kriminil, mencerminkan suatu cara

adaptasi yang khusus dari para remaja dalam proses penyesuaian dirinya yang

gagal untuk dapat mencapai keberhasilan hidup atau memperbaiki keadaannya

dengan menempuh jaur – jalur kesempatan yang sewajarnya. Kegagalan ini

antara lain karena ketiadaan kemampuan, keterbatasan pendidikan dan tidak

adanya kesempatan kerja yang sesuai.

Kenakalan remaja sub kultur konflik sering terjadi pada kasatuan

masyarakat yang tidak stabil, tidak cukup terorganisir, yang tinggi mobilitas

13
vertikal dan geografisnya, keluarga cenderung berorientasi tidak pada masa

depan tetapi pada masa kini dan tidak ada kemajuan sosial. Perbuatan

perkelahian antar gang, kebut – kebutan di jalan ramai merupakan contoh

kenakalan remaja sub kultur konflik.

Kenakalan remaja yang termasuk sub kultur pengelakan/ pengasingan

yaitu kenakalan remaja dalam bentuk penyelahgunaan obat – obatan narkotika,

merupakan cara adaptasi terhadap keadaan secara pengelakan, menarik diri

atau mengaisngkan diri, melepaskan perjuangan dalam mencapai kesuksesan.

II. 3. Pengertian Globalisasi

Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai

pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan

dunia yang akan berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai

halangan dan rintangan yang menjadikan dunia semakin terbuka dan saling

bergantung satu sama lainnya. Globalisasi akan membawa prespektif baru tentang

konsep “Dunia Tanpa Tapal Batas” yang saat ini diterima seabagai nrealita masa

depan yang akan memengaruhi perkembangan budaya dan membawa perubahan baru.

(Aim Abdulkarim, 2007: 116)

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan

keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia

melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk

interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Dalam banyak hal,

globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi

sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan

istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas

negara.

14
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.

Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja

(working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang

memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah

yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,

mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan

menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung

oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif

atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah

kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan

kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak

berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh

besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain

seperti budaya dan agama.

Menurut Selo Soemardjan, dalam (Aim Abdulkarim, 2007: 116) globalisasi

adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh

dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama. Globalisasi merupakan

kecenderungan masyarakat di kota-kota besar untuk menyatu dengan dunia terutam di

bidang ilmu pengetahuan, teknologi, pariwisata, dan media komunikasi massa.

Menurut kamus bahasa, dalam (Aim Abdulkarim, 2007: 116) globalisasi

didefinisikan sebagi fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari segi

perhubungan manusia. Hal ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi yang

sangat cepat.

15
Menurut cendekiawan barat dalam (Aim Abdulkarim, 2007: 116) globalisasi

adalah satu proses kehidupan yang serba luas, tidak terbatas, dan merangkum segala

aspek kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi yang dapat dinikmati oleh

seluruh umat manusia di dunia ini.

Menurut pengertian The American Heritage Dictionary, the act if process or

policy making something worldwide in scope or application, dalam (Aim

Abdulkarim, 2007: 116) yaitu globalisasi sebenarnya dapat siartikan sebagai suatu

tindakan atau proses menjadikan sesuatu yang mendunia (universal) baik dalam

lingkupnya atau aplikasinya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

globalisasi dapat dibedakan atas dua hal yaitu :

1) Sebagai Alat

Globalisasi merupakan wujud keberhasilan ilmu dan teknologi, terutama di bidang

komunikasi. Globalisasi sebagai alat juga mengandung hal-hal yang positif

apabila dipergunakan untuk tujuan yang baik. Namun hal tersebut juga dapat

mengandung hal-hal negatif bila dipergunakan untuk tujuan yang tidak baik. Jadi

tergantung siapa yang menggunakan dan apa tujuannya.

2) Sebagai Ideologi

Globalisasi sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti tersendiri dan

netralitasnya sangat sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti memihak suatu

kepentingan sehingga akan menimbulkan akibat, baik yang setuju maupun yang

tidak setuju. Disinilah timbulnya benturan dan pertentangan.

II. 4. Proses Perkembangan Globalisasi

Proses globalisasi lahir dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, transportasi, dan komunikasi. Globalisasi akan memberikan corak budaya

16
baru, dan memberi dampak yang luas terhadap kebebasan budaya setempat dan

mengukuhkan dominasi budaya barat dalam budaya masyarakat di negara-negara

berkembang melalui penjajahan baru, yaitu penjajahan kebudayaan. Kebudayaan baru

yang berasaskan perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan satelit akan

merombak dan mengubah nilai dan sistem budaya masyarakat negara berkembang

selaras dengan visi dan misi globalisasi barat. Gelombang kebudayaan baru yang

terjadi melalui pendominasian budaya akan menjadikan negara berkembang semakin

beruntung dan terikat pada keputusan yang dibuat oleh penguasa barat.

Globalisasi dan perkembangan teknologi ini mengharuskan penduduk dunia

untuk bersatu dalam menentukan masa depan dunia yang lebih baik dan terjamin. Isu

global yang tengah melanda dan mulai terasa memberi kesan buruk kepada

masyarakat dunia menjadi agenda yang menarik perhatian semua pihak. Kesadaran

untuk membentuk masyarakat dan pemimpin dunia yang bertanggung jawab untuk

menjaga kepentingan, keselamatan, dan keamanan dunia membuka prespektif baru

dalam pendekatan isu globalisasi, yaitu isu yang mengancam dunia masa kini dan

masa depan.

Berkembangnya arus globalisasi jelas memberikan dampak pada kebudayaan

manusia. Banyak yang terlihat jelas dalam perubahan dan pergeseran pola hidup

masyarakat, yaitu:

a. agraris tradisional menjadi masyarakat industri modern;

b. kehidupan berasaskan kebersamaan menjadi kehidupan individualis;

c. kehidupan lamban menjadi kehidupan serba cepat;

d. kehidupan berasas nilai sosial menjadi konsumeris materialis;

e. kehidupan yang bergantung pada alam menjadi kehidupan menguasai alam.

17
Dari contoh tersebut, terdapat beberapa macam pengaruh terhadap kehidupan

masyarakat. Pengaruh tersebut dapat dibagi menjadi dua macam aspek, yaitu aspek

positif dan aspek negatif.

Dengan pesatnya perkembangan, aspek positif paling diharapkan manusia.

Diantaranya beberapa aspek positif dari arus globalisasi dan perkembangan teknologi

yakni : 1) Pola hidup yang serba cepat, 2) Pesatnya perkembangan informasi dan

transportasi, 3) Pemanfaaatan sumber daya alam yang melimpah. Selain memberikan

aspek positif, perkembangan arus globalisasi juga memberikan dampak negatif bagi

kebudayaan masyarakat, diantaranya : 1) Beralihnya masyarakat agraris menjadi

masyarakat industri modern, 2) Perubahan dari kehidupan berasaskan kebersamaan

menjadi kehidupan individualis, dan dampak negatif yang sekarang paling banyak

terlihat dan bermunculan yaitu 3) Masuknya pola hidup budaya barat.

Pesatnya teknologi informasi dan transportasi juga mebawa dampak negatif,

seperti masuknya budaya barat yang bertolak belakang dengan budaya timur yang

sederhana, sopan dan santun. Namun, sekarang banyak remaja yang menggunakan

pakaian yang memerlihatkan auratnya, padahal budaya timur jelas melarang hal yang

seperti itu.

Fenomena anak melawan kepaada orangtua, murid yang mengancam atau

melawan gurunya, perkelahian antar-pelajar, mode pakaian yang tidak sesuai, dan

pemakaian perhiasan wanita oleh laki-laki, merupakan perilaku menyimpang sebagai

dampak negatif dari era globalisasi dan arus informasi yang tidak terbendung. Arus

globalisasi yang membonceng nilai-nilai tradisi, budaya, moral, dan agama yang

selama ini kita junjung tinggi akan menghilangkan jati diri dari nilai-nilai budaya itu

sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Selo Soemardjan bahwa perubahan budaya

yang cepat dan saling menyusul mengakibatkan suasana anomi yang berkepanjangan.

18
Suasana anomi adalah suasana ketika masyarakat yang sedang mengalami perubahan

budaya tidak mengetahui secara jelas nilai-nilai budaya mana yang perlu diambil dan

nilai-nilai budaya mana yang haru sdikembangkan. Dengan demikian, globalisasi

akan selalu menimbulkan dampak positif dan negatif.

II. 5. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan

Bernegara

Globalisasi memiliki pengaruh yang positif, yaitu membawa kemajuan,

kesejahteraan, dan keselamatan bangsa dan negara. Namun globalisasi juga membawa

pengaruh positif, seperti adanya budaya Hollywood dan perpustakaan yang negatif,

misalnya pendewaan pikiran nasionalisme, ilmu dan teknologi, sekularisme, dan

tipisnya iman.

Kita menyadari bahwa pengaruh globalisasi tidak mungkin dapat dihindari,

kecuali kita dengan sengaja menghindari interaksi dan komunikasi dengan pihak

yang lain. Ketika seseorang masih membaca surat kabar, menonton televisi, atau

menggunakan alat lainnya, terlebih lagi dengan menggunakan internet, ia tetap akan

terperangkap dalam proses dan model pergaulan global.

Dalam era globalisasi telah terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya

dan agama di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa telekomunikasi, transformasi

dan informasi sebagai hasil dari modernisasi teknologi. Pertemuan dan gesekan

tersebut akan menghasilkan kompetisi liar yang berarti saling mempengaruhi dan

dipengaruhi, saling bertentangan dan bertabrakannya nilai-nilai yang berbeda yang

berakhir dengan kalah atau menang, saling bekerja sama yang akan menghasilkan

sintesa dan antitesa baru.

Ancaman

19
Dengan alat komunikasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan internet, kita

dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan parabola atau internet, kita dapat

menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kita dapat terpengaruh oleh segala

macam bentuk yang sangat konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala

macam film kartun dan film-film yang seharusnya tidak dilihat. Kita pun dapat

dengan mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang terjadi di sinetron-sinetron

kita (terutama sekali yang bertemakan keluarga) yang lebih dari 90% menebar nilai-

nilai negatif dengan ukuran keberagaman dari setiap agama. Meskipun harus disadari

pula bahwa televisi juga banyak menayangkan program-program pengajian, ceramah,

diskusi, dan berita yang mengandung nilai positif bahkan agamis. Adegan kekerasan

(violence) akan lebih berkesan di benak anak-anak dibandingkan dengan petuah

agama.

Tantangan dan Peluang

Pengaruh globalisasi yang memberikan nilai-nilai positif wajib kita serap, terutama

yang tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita, misalnya disiplin, kerja keras,

menghargai orang lain, rasa kemanusiaan, demokrasi dan kejujuran. Kita wajib

menyaring yang baik dan sesuai dengan kepribadian dan moral bangsa kita terima,

sebaliknya yang buruk kita tolak. Peluang dan tantangan ayang dapat kita peroleh dari

globalisasi debagai berikut.

1. Pasar bebas, yaitu pasar dimana suatu produk menjadi semakin luas dan

pemasarannya semakin banyak.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dengan mudah dan

cepat diterima.

3. Wawasan budaya semakin luas. Hal ini memudahkan orang untuk beradaptasi

dengan masyarakat lain

20
BAB III

PEMBAHASAN

III. 1. Aspek-Aspek Negatif Globalisasi yang Memengaruhi

Kenakalan Remaja

Globalisasi merupakan suatu fenomena liberal menyeluruh yang menyebar di

seluruh penjuru dunia, dimana kita sebagai warga negara dunia tidak akan bisa

mengelak dari pengaruh dan dampak-dampaknya. Seperti kita ketahui disamping

membawa efek positif, globalisasi juga membawa efek negatif bagi sendi-sendi

kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat. Salah satu aspek negatif globalisasi

yang paling berpengaruh dalam sendi kehidupan yakni aspek negatif terhadap

kehidupan sosial dan kebudayaan suatu bangsa dan negara. Dalam perkembangannya,

khususnya di Indonesia. Selain membawa banyak dampak positif, globalisasi justru

membawa dampak negatif yang lebih banyak lagi dalam sendi kehidupan masyarakat

Indonesia. Khususnya dan utamanya dalam hal kehidupan sosial dan kebudayaan

berbangsa dan bernegara. Dan dampak serta sasaran terbesar dari aspek negatif sosial

dan budaya globalisasi tersebut, yakni kehidupan para kaum remaja Indonesia.

Seperti kita ketahui bahwa kehidupan sosial para remaja zaman sekarang

semakin mengkhawatirkan. Ditambah masuk dan berkembangnya globalisasi,

memberi dampak yang cukup negatif pula bagi mereka para ramaja yang tiadk bisa

menahan diri mereka. Walhasil bertambah banyak penyimpangan-penyimpangan

sosial yang diakibatkan oleh ulah para remaja ini, oleh ulah kenakalan remaja sekarng

ini.

21
Globalisasi dituding pembawa pengaruh cukup dominan bagi tindakan negatif

para remaja ini. Diantaranya aspek-aspek negatif dari globalisasi yang berpotensi

menimbulkan penyimpangan sosial berupa kenakalan remaja ini di antaranya ;

Masuknya pola hidup budaya barat

Faktor ini adalah faktor utama dan paling luas cakupannya dalam hal penyebab

kenakalan remaja masa kini. Seperi kita ketahui globalisasi yang berasal dari barat ini

sudah pasti membawa kebudayaan sesuai negeri asalnya, dan celakanya bagi negara-

negara berbudaya ketimuran yang sangat bertolak belakang dengan kebudayaan barat

seperti Indonesia, hal tersebit tidak bisa dihindari dan sudah menyebar dalam praktik

kehidupan bermasyarakat Indonesia. Dan yang lebih parahnya lagi pola hidup barat

tersebut banyak memengaruhi dan di salah artikan oleh para remaja Indonesia sebagai

trend yang justru menjadi boomerang bagi mereka untuk membawa ke arah masa

depan kehancuran. Diantaranya contoh pola hidup budaya barat yang memicu

kenakalan remaja masa kini yakni ;

1) Kekerasan dan anarkisme

Hal tersebut merupakan budaya barat yang sangat bertolak belakang dengan

kebudayaan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia khususnya. Di kalangan

remaja hal anarkis maupun premanisme, serta kekerasan dalam hal apapun, seperti

telah menjadi hal yang biasa-biasa saja bagi mereka akhir-akhir ini. Sebenarnya

hal anarkis juga bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Akan

tetapi perkembangannya semakin mengawatirkan manakala perkembangan zaman

semakin pesat dan muncul globalisasi dengan membawa budaya buruk

kehidupannya bagi masyarakat Indonesia. Terlebih lagi hal tersebut semakin

memicu kenakalan remaja dalam hal anarkisme ini. Dimanapun dan kapanpun

para remaja tak segan melakukan tindakan kekerasan pada siapapun, tak peduli

22
orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Masa remaja yang masih labil

menimbulkan salah tafsir pengertian dan implementasi dalam setiap tingkah

lakunya. Salah sedikit kekerasan yang berbicara. Hal ini sebenarnya sungguh

ironis dan mengenaskan bagi pertumbuahan dan perkembangan kepribadian para

remaja. Hal tersebut bisa sangat memengaruhi bahkan merusak mental dan

pribadu para remaja di masa depan. Banyak sudah contoh kekerasan yang

dilakukan para remja masa kini, mulai dari motif modal gengsi maupun sok kuat,

seperti tawuran antar geng maupun sekolah, aksi premanisme dan pemalakkan,

sampai kekerasan yang notabene candaan semata tapi sampai menelan korban

jiwa. Semua itu merupakan bukti juvenile delinquency yang berupa kekerasan

yang bahkan bisa dilakukan oleh para remaja sekarang ini, dan salah satu bentuk

dari perkembangan globalisasi ke arah negatif atau mungkin tertafsir negatif.

2) Narkoba dan Minuman keras

Narkoba dan minuman keras juga merupakan salah satu diantaranya, kebudayaan

negatif barat yang masuk dan menyebar dengan cepatnya di Indonesia. Korban

terbesar dari aspek ternegatif globalisasi ini tak lain dan tak bukan adalah para

remaja. Remaja adalah kelompok masyarakat yang sangat peka terhadap bahaya

penyalahgunaan obat-obatan tersebut. Alasannya, masyarakat pada usia remaja ini

memiliki rasa ingin tahu yang besar dan cenderung akan mencoba menggunakan,

selain itu godaan dan tekanan yang kuat dari lingkungan pergaulan juga menjadi

salah satu faktor maraknya narkoba di kalangan narkoba. Padahal kontrol diri

yang dimilikinya sangat lemah karena belum matangnya jiwa mereka. Apabila

dibiarkan tanpa pengawasan yang ketat, kalangan remaja akan menjadi pemakai

yang ketergantungan obat-obat terlarang. (Idianto, 2004: 159). Sama halnya

dengan narkoba, peredaran minuman keras yang tanpa batas di negeri ini, juga

23
membawa dampak negatif bagi para remaja di negeri ini. Banyak para remaja

yang terjebak dalam kehidupan malam dan pergaulan yang tak terbatas. Sehingga

mengakibatkan banyak dari mereka yang terjerat mabuk-mabukan dan tak jarang

mengakibatkan banyak bentuk penyimpangan sosial lain bahkan yang bersifat

kriminal, sama halnya dengan narkoba. Pada dasarnya perkembangan adiktif

narkoba dan miras di kalangan remaja, lebih pada didasari oleh perkembangan

zaman yang semakin pesat. Jangankan di kota miras dan narkoba pun melanda

desa. Berbagai alasan tak beralasan seperti ; ketinggalan jaman, ataupun

kampungan banyak memengaruhi para remaja dan mendasari mereka mencoba

hingga akhirnya kecanduan bahkan tewas akibat baarang haram tersebut. Remaja

yang berpikiran pendek dan masih dalam pencarian jati diri tentunya bisa menjadi

sasaran empuk pengaruh negatif globalisasi ini. Walhasil, setiap tahunnya banyak

remaja terpengaruh dan terjangkit dua hal negatif tersebut. Dan seiring

perkembangan pasar global yang semakin pesat baik miras maupun narkoba

semakin mengakar dan meluas keberadaannya di Indonesisa ini.

3) Sex bebas

Sex bebas juga merupakan salah satu bentuk tindakan penyimpangan kenakalan

remaja yang sekarang ini semakin marak terjadi seiring berkembangnya zaman.

Seperti kita ketahui sex bebas diluar ikatan pernikahan merupakan salah satu

budaya barat yang sangat bertolak belakang dengan budaya ketimuran Indonesia.

Akan tetapi dengan berkembangnya globalisasi, dimana batas antar negara seakan

hilang, dengan mudahnya, mau tidak mau budaya negatif bagi masyarakat

Indonesia tersebut masuk dan berkembang di Indonesia. Dan lagi-lagi korban

utama dari kebudayaan negatif ini adalah remaja. Kebanyakan para remaja di

Indonesia terjebak akan perilaku seperti ini akibat minimnya pengetahuan mereka

24
akan resiko dan tanggung jawab yang harus ditanggung nantinya. Faktor

rentannya kontrol diri dan iman serta godaan lingkungan sosial dan juga rasa

keingintahuan yang berlebihan seiring hasrat tanpa pikiran jernih, membuat

banyak remaja yang terjerumus dalam budaya surga dunia ini. Kenikmatan sesaat

yang didapatkan, bisa berakibat sangat fatal sekali bagi mereka para remaja di

masa depan. Dapat diungkapkan bahwa perilaku seksual bebas bisa sangat

beresiko bagi para remaja. Mulai dari hamil di luar nikah sampai terjangkitnya

penyakit kelamin mematikan seperti AIDS berpotensi sangat besar terjadi bagi

mereka para remaja yang melakukannya. Dan yang tak kalah fatalnya, akibat sex

bebas pra-nikah ini masa depan mereka bisa hancur begitu saja dan akan menodai

nama baik keluarga mereka.

Perkembangan informasi dan teknologi

Perkembangan informasi dan teknologi merupakan faktor terpenting dalam

perkembangan zaman globalisasi di dunia. Karena bagaimanapun juga teknologi dan

informasi merupakan symbol dari perkembangan zaman, symbol dari globalisasi

dunia. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, tentunya membawa dua

aspek yang saling berlawanan, di satu sisi membawa aspek positif yang sangat

membantu, tepi di lain sisi membawa aspek negatif yang bisa sangat merusak. Akan

tetapi dal tersebut kembali lagi pada SDM sebagi pengguna dari teknologi dan

informasi itu sendiri. Dalam hal kenakalan remaja, perkembangan teknologi juga

memiliki peranan penting dalam penyebaran aspek-aspek negatif globalisasi, bisa

dikatakan perkembangan teknologi sebagai media pengantar pengaruh-pengaruh,

aspek-aspek, maupun kebudayaan-kebudayaan negara lain, khusunya bangsa barat ke

negara lainnya di dunia ini. Tak terkecuali Indonesia sebagai negara yang terletak di

jalur perdagangan dan penerbangan dunia.

25
Teknologi yang semakin canggih dapat membawa hal apapun, dari manapun,

ke manapun dengan cepat dan mudahnya. Berbagai kebudayaan dengan mudahnya

menyebar dan diserap oleh bangsa lain baik positif maupun negatif. Dalam hal

kenakalan remaja, teknologi telah membawa dampak sangat signifikan dalam

perkembangan kenakalan remaja di Indonesia. Kebudayaan barat yang bersifat negatif

dapat dengan mudah dan cepatnya masuk dan merusak kehidupan sosial masyarakat

Indonesia, utamanya remaja. Baik media elektronik seperti televisi atau internet,

maupun media cetak berupa koran dan majalah, banyak yang menampilkan dan

membawa hal-hal yang negatif bagi kehidupan para remaja. Utamanya melalui

internet, banyak remaja-remaja Indonesia yang menyalahgunakan perkembangan

teknologi ini ke arah yang buruk. Contohnya dalam hal kekerasan remaja dan

pornografi. Dua hal ini merupakan bentuk kebudayaan barat yang paling menonjol

implikasinya dalam kehidupan remaja di Indonesia. Tak hanya melahirkan sebuah

kenakalan, tapi juga menimbulkan efek kriminal bagi siapapun yang terjerat. Kita

ketahui bersama, bahwa seiring canggihnya zaman, dua hal negatif tersebut semakin

mudah pula terakses dan menyebar dalam kehidupan remaja Indonesia. Banyak

remaja yang terjebak menyalahgunakan berbagai perkembangan teknologi tersebut

untuk hal-hal yang justru merusak diri mereka sendiri. Situs-situs porno yang banyak

berkembang di internet dapat dengan mudahnya diakses oleh siapapun, tayangan-

tayangan televisi yang semakin berani menampilkan tayangan-tayangan bergenre

kekerasan maupun pornoaksi, serta penyalahgunaan teknologi dalam hal pornografi,

pornoaksi, maupun kekerasan semakin memerburuk aspek psikologis para remaja,

yang sebagian besar terpengaruh dan tersalahgunakan akan hal-hal tersebut. Hasilnya

banayk dari mereka yang tumbuh dewasa sebelum waktunya, dan tak sesuia dengan

yang seharusnya. Berbagai kasus kenakalan bahkan kriminal pun banyak terimplikasi

26
di masyarakat, seperti; remaja yang melakukan hubungan sex diluar nikah, remaja

yang terkena penyakit kelamin akibat sex bebas tanpa pengaman, remaja yang hamil

diluar nikah, remaja yang melakukan aksi anarkis dan premanisme, tawuran antar

pelajar, remaja yang vandalis, dll.

Dua hal tersebut merupakan beberapa dari sekian banyak hal kebudayaan

negatif barat yang masuk dan terimplikasi oleh para remaja melalui penyalahgunaan

aspek globalisasi yakni perkembangan teknologi dan informasi.

Muncul dan berkembangnya pemikiran-pemikiran dan mental yang liberalis

dan hedonis

Selain dua hal tersebut diatas, aspek negatif globalisasi yang bisa melahirkan

kenakalan remaja masa kini lainnya yakni mulai muncul dan berkembangnya

pemikiran-pemikiran sekuleritas dalam kehidupan sosial di masyarakat. Salah satu

contoh dan bentuknya adalah “3F”, Food, Fashion, Film. 3hal ini merupakan salah

satu bentuk sekuleritas hasil dari globalisasi. Meski tidak secara langsung, 3 hal ini

bisa memengaruhi terjadinya kenakalan remaja masa kini. Kita dapat lihat dari bukti

yang berkembang sekarang ini. Banyak para remaja Indonesia yang lebih tertarik

oleh, makanan, mode, gaya dan film-film barat, ketimbang yang berasal dari negrinya

sendiri. Mereka begitu mudahnya terbawa dan mengimplementasikan trend yang

berkembang, seperti tak berkepribadian, mereka ikut saja apa yang dibawa oleh trend,

selama itu berasal dari luar negeri. Banyak remaja Indonesia yang lebih tertarik

makan-makanan fast food/junk food, seperti McDonald, KFC, CFC, dll, yang tidak

baik bagi kesehatan ketimbang makanan dalam negeri yang sehat dan bergizi. Banyak

pula remaja yang menjadi korban fashion yang pesat berkembang, pakaian ataupun

gaya apa yang sedang trend, dengan mudahnya mereka ikuti, tanpa peduli apakah

gaya ataupun pakaian yang mereka pakai itu sesuai dan cocok dengan norma-corma

27
yang sedang berlaku di negara kita atau tidak.Seperi pakaian mini, terbuka, ketat,

tindik, tato dll. Selama itu beraasal dari luar negeri, semua dianggap sah-sah saja,

benar-benar saja. Demikian pula dengan film, banyak remaja Indonesia yang tertarik

dengan film-film barat ketimbang film-film domestic, padahal belum tentu film-film

barat mengandung nilai-nilai baik sesuai dengan nilai-nilai kehidupan di negara ini,

justru yang ada kebanyakan film-film barat menayangkan hal-hal yang bisa merusak

dan memicu kenakalan remaja cukup besar, seperti pornografi, pornoaksi, kekerasan,

vandalisme, dll.

Berdasarkan bukti-bukti tersebut nampak terlihat pemikiran-pemikiran

liberalis sudah merasuk pada sebagian besar remaja-remaja Indonesia. Mereka yang

masih rentan dan labil dapat dengan mudahnya terpengaruh bahkan terdoktrin untuk

mengikuti. Tentu saja dari 3F tersebut bisa memicu kenakalan remaja. Karena

semakin banyak dan seringnya remaja Indonesia mengikuti perkembangan 3F

tersebut, semakin kuat pula kepribadian dan pemikiran liberalisasi mereka terbentuk,

hingga mereka tidak tahu lagi nilai-nilai dan norma-norma yang ada sesungguhnya di

masyarakat, dan menganggap yang dia lakukan selau benar, sesuai paham sekuleritas.

Hingga akhirnya pola hidup mereka menjadi pola hidup barat, yang tak hanya

membawa segi positif, tapi juga segi-segi negatif yang bertentangan dalam nilai-nilai

bermasyarakat Indonesia, dan tentunya tak hanya menghasilkan bentuk kenakalan

remaja pada akhirnya bahkan kriminalitas pun bisa tercipta, akibat doktrinasi

berlebihan secara tidak langsung dari globalisasi ini. Banyak contoh remaja yang

seperti di jabarkan sebelumnya, mereka out of control dan terbawa pengaruh-

pengaruh luar, khususnya yang buruk. dan semua berawal adari hal-hal yang kecil dan

tidak mereka sadari.

28
Akibat dari pemikiran sekuleritas berlebihan itu akan terbentuk dan lahirlah

pemikiran hedonis (memuja kesenangan dan kenikmatan badani / duniawi). Hedonis

sebagai bentuk tindak lanjut dari sekuler pun telah banyak berkembang di Indonesia.

Bagi para remaja jelas hal ini saangat berbahaya dan sangat memicu lahirnya

kenakalan remaja, karena pada dasarnya orang-orang hedonis, lebih mementingkan

kehidupan duniawi dan kesenangan saja, dan cenderung menimbulkan citra hedonis =

atheis. Bila hal tersebut merasuk pada diri remaja-remaj Indonesia, dipastikan tindak

kenakalan remaja dan kriminalitas semakin meningkat. Karena pada dasarnya mereka

akan melakukan apa saja yang menurut mereka itu indah, senang dan nyata, tak peduli

akibat yang akan terjadi dari tindakan mereka, meskipun itu sangat bertentangan

dengan tatanan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan sangat merugikan

bagi orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Berbagai tindak kenakalan remaja

sampai yang ekstrim pun bisa terjadi bila pemikiran hedonis merasuk dalam

pemikiran para remaja Indonesia. Mulai dari tattoo, tindik, berbagai tindak

vandalisme, premanisme, anarkis, free sex, judi, mabuk-mabukan sampai yang

mengarah kriminalitas kelas berat seperti pembunuhan dan lainnya bisa terjadi.

Itu sebabnya pemikiran liberal dan hedonis ini menjadi salah satu aspek

negatif yang mendasar dari globalisasi dalam memengaruhi terjadinya kenakalan

remaja.

III. 2. Faktor-Faktor dan Masalah-Masalah Penyebab Kenakalan

Remaja

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam

menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada

masa kanak-kanaknya. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari

29
konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun

remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya,

perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma

terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa

rendah diri. Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri

(internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

A. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

 Faktor Internal

Perilaku delinkuen pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri

anak terhadap dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu

mengendalikan dorongan-dorongan instingtifnya dan menyalurkan kedalam

perbuatan yang tidak bermanfaat.

1) Segi Psikologis

Pandangan psikoanalisa menyatakan bahwa sumber semua gangguan

psikiatris, termasuk gangguan pada perkembangan anak menuju dewasa

serta proses adaptasinya terhadap tuntutan lingkungan sekitar ada pada

individu itu sendiri, berupa:

a) Konflik batiniah, yaitu pertentangan antara dorongan infatil kekanak-

kanakan melawan pertimbangan yang lebih rasional.

b) Pemasakan intra psikis yang keliru terhadap semua pengalaman,

sehingga terjadi harapan palsu, fantasi, ilusi, kecemasan (sifatnya semu

tetapi dihayati oleh anak sebagai kenyataan). Sebagai akibatnya anak

mereaksi dengan pola tingkah laku yang salah, berupa: apatisme, putus

asa, pelarian diri, agresi, tindak kekerasan, berkelahi dan lain-lain.

30
c) Menggunakan reaksi frustrasi negatif (mekanisme pelarian dan

pembelaan diri yang salah), lewat cara-cara penyelesaian yang tidak

rasional, seperti: agresi, regresi, fiksasi, rasionalisasi dan lain-lain.

Selain sebab-sebab diatas perilaku delinkuen juga dapat

diakibatkan oleh :

a) Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak-anak remaja.

b) Gangguan berfikir dan inteligensi pada diri remaja, hasil penelitian

menunjukkan bahwa kurang lebih 30% dari anak-anak yang

terbelakang mentalnya menjadi kriminal.

c) Gangguan emosional pada anak-anak remaja, perasaan atau emosi

memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar

kecilnya kebagahiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan

dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan

manusia, jika semua terpuaskan orang akan merasa senang dan

sebaliknya jika tidak orang akan mengalami kekecewaan dan frustrasi

yang dapat mengarah pada tindakan-tindakan agresif. Gangguan-

gangguan fungsi emosi ini dapat berupa: inkontinensi emosional

(emosi yang tidak terkendali), labilitas emosional (suasana hati yang

terus menerus berubah, ketidak pekaan dan menumpulnya perasaan.

d) Cacat tubuh, faktor bakat yang mempengaruhi temperamen, dan

ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri (Philip Graham, 1983).

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya,

perilaku delinkuen merupakan kompensasi dari masalah psikologis dan

konflik batin karena ketidak matangan remaja dalam merespon stimuli

yang ada diluar dirinya. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan

31
bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi

yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan

rendah diri yang kuat.

2) Segi Kepribadian

Faktor Pribadi yang kotor yang mengacu kepada orang yang akhlaknya

atau sifat-sifatnya keji (mazmumah) seperti pemarah, tamak, dengki,

pendendam, panas baran, sombong, tidak amanah dan lainnya. Keadaan ini

terjadi kerana individu itu telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak

rasional yang mewakili nafsu kehaiwanan, yang merupakan hasil daripada

pengalaman buruk yang mendendam yang pernah diterimanya sejak kecil.

Pribadi yang kotor mungkin telah bermula sejak kecil dan kemudian

semakin menguat seiring anak itu beranjak remaja dan menjadi pemicu

kenakalan remaja terjadi. Dengan kata lain kepribadian fitrah (baik) anak

telah tertimpa oleh kepribadian kotor yang semakin menguat.

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku

yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada

perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan

dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri

untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. G.W Allport

mengatakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis pada

sistem psikosomatis dalam individu yang turut menentukan caranya yang

unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Dari uraian yang

dikemukakan G.W. Allport bahwa kepribadian seseorang dapat menjadi

penyebab melakukan kenakalan.

32
Contohnya: Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada

kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain

itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan

ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi

waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja

melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah.

Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat

terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng

saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang

dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya.

Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan

sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng

berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat

membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri,

merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.

 Faktor Eksternal

Disamping faktor-faktor internal, perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan

oleh faktor-faktor yang berada diluar diri remaja, dan justru faktor-faktor

eksternal ini memiliki akibat dan pengaruh yang lebih berbahaya bagi para

remaja dalam hal kenakalan remaja, seperti:

1) Faktor Keluarga

keluarga merupakan wadah pembentukan peribadi anggota keluarga

terutama bagi remaja yang sedang dalam masa peralihan, akan tetapi

apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan terbentuk seorang anak

33
yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal kondisi disharmoni

keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua, rejected child, dll.

a) Broken Home dan Quasi Broken Home

Keadaan rumah tangga yang berantakan dapat membawa pengaruh

psikologis buruk bagi perkembangan mental dan pendidikan anak.

Karena dasar pribadi anak terutama dibentuk dalam lingkungan

keluarga. Jika kehilangan salah satu dari kedua orang tua atau

kehilangan keduannya karena meninggal maupun bercerai dan lain-

lainnya, menyebabkan anak kehilangan contoh model orang dewasa.

Kehilangan kasih sayang, kehilangan pendidik atau pemimbing yang

sangat ia butuhkan.

Menurut pendapat umum pada broken home ada kemungkinan

besar bagi terjadinya kenakalan remaja, di mana terutama perseraian

atau perpisahan orang tua memengaruhi perkembangan si anak.

Keadaan yang tidak normal bukan hanya terjadi pada broken home,

akan tetapi dalam masyarakat modern sering pula terjadi suatu gejala

adanya “broken homosemu”, (quasi broken home) ialah, kedua orang

tuanya masig utuh, tetapi karena masing-masing anggota keluarga

(ayah dan ibu) memunyai kesibukan masing-masing sehingga orang

tua tidak sempat memberikan perhatiannya terhadap pendidikan anak-

anaknya. Dalam situasi keluarga yang demikian anak muda

mengaalami frustasi, mengalami konflik-konflik psikologis, sehingga

keadaan ini juga dapat dengan mudah mendorong anak menjadi

delinkuen. (Sudarsono, 2004: 126)

b) Over proteksi dan perhatian orang tua

34
Memanjakan anak secara berlebihan dimana anak selalu mendapatkan

segala sesuatu dari orang tuanya walaupun hal itu tidak sesuai dengan

norma pendidikan. Tidak sedikitpun anak merasa kesulitan dalam

hidupnya. Sikap perhatian orang tua yang berlebihan ini dapat

menumbuhkan sifat malas, apatis kepada anak dalam menghadapi

problema hidup yang sebenarnya sangat penting dan membantu bagi

perkembangan dan kematangan anak itu sendiri. Sehingga anak tidak

percaya akan dirinya, merasa dirinya berpribadi kecil. Akhirnya anak

lebih cenderung kearah kenakalan (juvenile delinquency).

Selain over perhatian, proteksi yang berlebihan oleh orang tua

pun bisa memicu lahirnya kenakalan pada diri mereka. Sikap orang tua

yang otoriter dan keras terhadap anaknya justru sangat berpotensi

menimbulkan pergolakan mental dan batin yang sangat kuat dari si

anak Anak akan sangat merasa tertekan dan berusaha lepas dari

belenggu orang tuanya, dengan melakukan apapun yang bertentangan

dari kehendak orang tua, dan anak yang seperti ini tidak akan peduli

terhadap nilai-nilai yang dipaksakan oleh orang tuanya, meskipun

nilai-nilai itu baik. Dia akan mencari tempat lain yang lebih nyaman

dan bebas ketimbang kehidupan keluarga. Dan banyak pelampiasan

dari otoritas keluarga ini adalah, bentuk-bentuk penyimpangan sosial

yang berupa kenakalan.

c) Rejected Childs

Rejected Childs merupakan sebutan bagi anak-anak yang ditolak oleh

orang tua mereka dan terbuang keberadaannya dari keluarga asalnya.

Baik itu terbuang sewaktu masih kecil, maupun saat sudah beranjak

35
remaja. Kebanyakan anak-anak terbuang ini, bermotif sama, yakni

tidak dinginkan keberadaannya oleh keluarga asalnya, sehingga

mereka dibuang dan ditolak dari sebuah sistem sosial bernama

keluarga. Bagi rejected childs, keluarga adalah suatu ironi, dan

kemunafikan, tapi jufa keinginan dan harapan yang terdalam. Mereka

terlepas dari sistem keluarga dan bertahan untuk hidup sendiri.

Hal tersebut tentunya akan berdampak sangat buruk bagi

psikologis mereka. Mereka harus menjadi dewasa sebelum waktunya,

dan mengetahui kerasnya dunia sebelum waktunya. Tentunya bagi

rejected childs, hal-hal negatif sudah bukan hal yang asing lagi,

terlebih bagi mereka yang tumbuh besar di jalan. Tak adanya peran

orang tua sebagai panutan dan kontrol pribadi tentunya sangat

berpengaruh dalam perkenbangan psikologi dan panyerapan nilai-nilai

yang ada. Selain karena faktor masa lalu yang buruk akan keluarga,

kerasnya kehidupan yang harus dijalani sebelum wajtunya, bisa menjdi

pengaruh sangat kuat remaja-remaja ini menjadi nakal bahkan

kriminal.

d) Pengaruh buruk dari orang tua

Banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang

seharusnya. Mereka hanya menyediakan materi dan sarana serta

fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan batinnya. Orang tua

juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh

yang baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu ketika

berbicara masalah kenakalan remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab,

dari kenakalan seorang remaja selalu dikristalkan menuju faktor

36
eksternal lingkungan yang jarang memerhatikan faktor terdekat dari

lingkungan remaja tersebut dalam hal ini orangtua. Kita selalu menilai

bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan

pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar,

pengaruh media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang.

Padahal sangat mungkin kenakalan remaja yang terlahir berasal dari

pengaruh buruk orang tuanya, berasal dari kenakalan orang tuanya

sendiri.

Kenakalan orangtua dalam ikatan keluarga

Contohnya seperti :

Suka berkata-kata kasar, suka menghujat atau memaki, mengajari anak

untuk melakukan perlawanan ketika anak diganggu orang lain, suka

menyakiti anak secara fisik dan psikis, merokok seenaknya di depan

anak-anak, dl (masalah akhlak), mengabaikan pelaksanaan syariat,

sholat, melalaikan sholat, bahkan tidak pernah sholat, membiarkan

anak-anak gadisnya tidak menutup aurat, membiarkan anak-anaknya

bergaul bebas (pacaran), membiarkan anak-anaknya minum-minuman

keras, dll.

Kenakalan orangtua di masyarakat

Contohnya seperti :

Berjudi, mabuk-mabukan, berzina, berghibah atau memfitnah,

menghambur-hamburkan uang dengan gaya hidup yang konsumtif,

bergaya hidup mewah, menyediakan sarana kemaksiatan, ini misalnya,

jadi bandar narkoba, jadi bandar judi, menyediakan tempat hiburan

(diskotik), dll.

37
Kenakalan orangtua di pemerintahan

Contohnya seperti :

Suka korupsi, kolusi, nepotisme, mengeluarkan kebijakan yang

bertentangan dengan hajat hidup orang banyak, suka melakukan pungli

atau suap menyuap, suka melanggengkan kemaksiatan, memberi izin

untuk usaha prostitusi/lokalisasi, perjudian, tempat diskotik, pabrik

minuman keras, dengan dalih besar pemasukannya, menutup mata

terhadap problem yang diakibatkan usaha prostitusi, perjudian,

narkoba, peredaran minuman keras, diskotik, dll. Menerapkan aturan

kehidupan yang tidak benar dan tidak baik, yakni Kapitalisme-

Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-Komunisme).

Semua pengaruh buruk orang tua tersebut dalam bentuk

kesehariannya, baik langsung maupun tidak lansung akan

memengaruhi mental si anak, untuk melakukan keburukan yang sama

dengan orang tuanya. Karena bagi mereka para remaja yang masih

labil orang tua adalah panutan, apa yang dilakukan orang tua masih

dianggap baik, padahal itu buruk.

2) Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah sebagai tempat pendidikan anak-anak dapat menjadi sumber

terjadinya konflik-konflik psikologis yang pada prinsipnya memudahkan

anak menjadi delinkuen.. Pengaruh negatif yang menangani langsung

proses pendidikan antara lain kesulitan ekonomi yang dialami pendidik

dapat mengurangi perhatiannya terhadap anak didik. Pendidik / guru sering

tidak masuk, akibatnya anak-anak didik terlantar, bahkan sering terjadi

guru marah kepada muridnya. Biasanya guru marah apabila terjadi sesuatu

38
yang menghalangi keinfinannya tertentu. Dia akan marah, apabila

kehormatan direndahkan, baik secara langsung maupun tisak langsung,

atau sumber rejekinya dan sebangsanya dalam keadaan bahaya, sebagian

atau seluruhnya atau lain dari itu. Selain itu lingkungan sekolah yang tidak

menguntungkan, semisal: kurikulum yang tidak jelas, guru yang kurang

memahami kejiwaan remaja, guru yang bersikap reject (menolak), sekolah

atau guru yang mendisiplinkan anak didik dengan cara yang kaku dan

tanpa menghiraukan perasaan anak dan sarana sekolah yang kurang

memadai serta suasana sekolahan buruk, juga bisa menjadi pengaruh

negatif perkembangan kenakalan remaja.

Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman

atau sanksi-sanksi yang kurang menunjang tersapainya tujuan –

pendidikan, ancaman yang tiada putus-putusnya disertai disiplin yang

terlalu ketat, disharmonis antara peserta didik dan pendidik, kurangnya

kesibukan belajar dirumah. Proses pendidikan yang kurang

menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak kerap kali memberi

pengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap peserta didik di

sekolah sehingga menimbulkan kenakalan remaja (juvenile delinquency)

seperti; anak suka membolos, segan atau malas belajar, melawan peraturan

sekolah atau melawan guru, anak meninggalkan sekolah (drop-out) dan

lain-lainnya

Walaupun demikian faktor yang berpengaruh di sekolah bukan

hanya guru dan sarana serta perasarana pendidikan saja. Lingkungan

pergaulan antar teman pun besar pengaruhnya. Pergaulan dengan teman-

teman lainnya di sekolah juga menjadi faktor yang justru lebih kuat dari

39
faktor internal sekolah itu sendiri. Seperti kita ketahui, seiring dengan

perkembanagn teknologi dan zaman sekatang ini, remaja-remaja semakin

berani membebaskan dirinya dari sistem nilai yang ada, dan menimbulkan

perilaku-perilaku menyimpang seperti kenakalan remaja. Banayak remaja

yang menjadikan sekolah dan teman-teman sekolahnya sebagai tempat

mereka bermaksiat, seperti judi, mabu-mabukan, merokok, bahkan

melakukan pornoaksi dan pornografi pun,semua bisa dan banyak sudah

terjadi di sekolah. pengaruh teman-teman sekolah memang sangat besar

pengaruhnya terhadaap kenakalan remaja sekarang ini. Dan sekolah pun

kini bukan hal yang terlarang bahkan tabu lagi bagi remaja masa kini

untuk bertingkah semau mereka, termasuk bentuk kenakalan.

3) Faktor lingkungan sekitar /masyarakat (Milieu)

Lingkungan merupakan faktor eksternal yang paling dominan dalam

perkembangan kenakalan remaja masa kini. lingkungan pun memiliki

pengaruh vital dalam pembentukan karakter remaja yang selanjutnya akan

diperankan dalam proses sosialisasinya sebagai makhluk sosial, termasuk

perannya untuk berbuat kenakalan atau tidak. Seseorang dapat menjadi

buruk atau jelek karena hidup dalam lingkungan yang buruk (Eitzen,

1986:10). Lebih jauh dikritisi, kondisi semacam itu memungkinkan

seseorang (baca: remaja) melakukan penyimpangan karena lingkungan

telah mengalami disorganisasi sosial, sehingga nilai-nilai dan norma yang

berlaku telah lapuk atau seakan tinggal nama/ sebagai simbol. Dengan kata

lain, sanksi yang ada seolah sudah ‘tidak’ berlaku lagi.

Lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi

pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh

40
orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan anti-sosial, yang bisa

merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan

adolesen yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini

mudah terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial.

Anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapat

pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungannya baik langsung

maupun tidak langsung. Dalam hal kenakalan remaja, faktor lingkungan

sekitar menjadi sangat dominan dalam penyebaran dan perkembangan

berbagi bentuk kenakalan remaja. Para remaja yang memang belum

memiliki jati diri dan masih labil, dapat dengan mudahnya terbawa

pengaruh-pengaruh yang buruk. Motif dasar terjerumusnya para remaja ke

jurang kenakalan remaja ini, berawal dari ikut-ikutan teman, coba-coba,

dan mengikuti trend yang sedang berkembang atau tradisi buruk yang

sudah ada. Bagi para remaja yang rentan dan tidak memiliki bekal

pendidikan dan iman yang kuat, tentu akan dengan mudahnya terbawa

pengaruh dari lingkungan sekitar.

Pengaruh dunia luar, apalagi teman, memang sangat kuat daya

tariknya bagi para remaja. Sebagian besar para remja terjerumus dalam

kenakalan remaja akibat pengaruh teman. Di masa pertumbuhan seperti

remaja, peranan teman memang sama kuatnya dengan orang tua, sebab

bagaimanapun juga dengan teman dapat meningkatkan kemampuan

bersosialisasi seorang anak. Akan tetapi tidak selamanya hal-hal yang

positif yang bisa didapat, hal negatif pun dapat dengan mdahnya tersebar

lewat sosialisasi dengan teman. Para remaja yang menganggap teman lebih

baik dari keluarga, kebanyakan terbawa pengaruh pergaulan yang buruk.

41
Sifat yang masih labil dan keingintahuan yang besar seringkali

tersalahgunakan akibat pengaruh dan pergaulan teman. Bermula dari coba-

coba dan ikut-ikutan, hingga akhirnya para remaja tersebut benar-benar

menjadi anak-anak yang nakal dan tidak segan melakukan penyimpangan-

penyimpangan apapun.

Banyak sudah contoh kenakalan remaja yang bermula dari

pengaruh lingkungan sekitar, termasuk yang berawal dari teman. Mulai

dari kenakalan yang berskala kecil seperti tindik, tato, merokok, sampai

kenakalan yang berupa tindak kriminal seperti tawuran, narkoba dan sex

bebas. Semua berbagai bentuk juvenile delinquency tersebut, dapat

denagan mudahnya terasuk dan terimplikasi dalam diri para remaja, jika

mereka tidak memiliki mental dan iman yang kuat. Pengaruh teman salah

satunya, disertai dengan perkembangan zaman yang semakin cepat,

termasuk membawa hal-hal negatif budaya barat, disertai dengan

kerentanan dan kelabilan juga keingintahuan yang besar akan sesuatu yang

baru dari para remaja. Membuka celah yang sangat besar bagi para remaja

untuk melakukan juvenile delinquency bahkan menjadi seorang kriminal.

4) Faktor sosial budaya

Faktor budaya adalah bagian dari faktor sosial sehingga sering disebut

faktor sosial budaya. Di Indonesia kenakalan remaja umumnya terdapat di

kota – kota teristimewa di kota yang besar seperti Jakarta, jarang terjadi di

desa – desa walaupun akhir – akhir ini kenakalan remaja telah merambat

ke daerah pedesaan juga.

Penduduk di desa umumnya berstatus petani, budaya masyarakat

desa umumnya monokultural (satu macam budaya) yang cukup kokoh dan

42
diturunkan melalui transmisi nenek moyang. Anak – anak secara dini

membiasakan diri dengan berbagai kepercayaan budaya seperti pemujaan

nenek moyang, pemujaan roh – roh dan benda – benda. Stimulasi budaya

juga didapatkan dari permainan anak- anak. Dalam transmisi budaya

seorang anak menerima budaya melalui instruksi, observasi dan imitasi.

Berbeda dengan di daerah perkotaan, dengan cepatnya usaha

pembangunan yang menggunakan teknologi modern, usaha industrialisasi

yang pesat, mobilitas yang tinggi dan urbanisasi yang tidak terbendung

sering menyebabkan kegoncangan – kegoncangan sosial disertai dengan

frustasi dari anggota – anggota masyarakatnya. Penduduk perkotaan

umumnya terdiri dari berbagai ragam budaya (multikultral) serta status

sosial ekonomi yang berbeda - beda, sehingga menyulitkan di dalam

melakukan kontrol sosial. Mobilitas yang tinggi memungkinkan

pertukaran budaya yang intensif yang akan mempengaruhi transmisi

budaya keluarga terutama bagi anak remaja yang kepribadiannya sedang

berkembang, mencari bentuk, sangatlah peka terhadap rangsangan –

rangsangan dari lingkungannya dan kurang percaya pada diri sendiri

hingga terbentuk kebiasaan melalui coba – coba (trial and error). Di dalam

usaha melepaskan diri dari dunia anak – anak, umumnya remaja

berkeinginan untuk melepaskan diri dari ketergantungan emosional

terhadap orangtuanya dan lebih mendekati anak – anak sebaya dengan

dirinya (peergroup). Apabila ikatan budaya keluarganya tidak kuat, maka

remaja akan mendekati kelompok anak sebaya yang terdiri dari berbagai

suku bangsa.

43
Faktor – faktor sosial budaya yang dapat menimbulkan konflik pada

remaja:

a) Timbul perbedaan besar antara budaya

keluarga dan pertukaran budaya dalam sikap dan nilai.

b) Transmisi budaya keluarga sangat

minimal (komunikasi terhambat) orangtua acuh tak acuh terhadap

tingkah anaknya (kurang korektif)

c) Trasmisi budaya keluarga kadang –

kadang mengalami kesulitan karena kedua orangtua mempunyai

kebudayaan yang berlainan (orangtua berasal dari suku yang berbeda)

5) Faktor ekonomi

Faktor ekonomi, juga menjadi salah satu faktor eksternal yang dominan

dan tidak kalah penting dalam terciptanya kepribadian anak yang

delinquent. Faktor ekonomi yang lemah dan sangat kurang, sangat

berpotensi menimbulkan kenakalan dalam psikologis para remaja. Mereka

para remaja yang berasal dari orang tua yang berekonomi lemah,

kebanyakan terbawa pengaruh teman maupun trend perkembangan zaman

yang semakin beragam, sehingga termotivasi untuk melakukan delinquent,

maupun menjadi delinquent.

Kebanyakan dari mereka berontak karena keinginan mereka akan

sesuatu tidak bisa terpenuhi oleh orang tuanya yang berekonomi rendah,

sehingga menimbulkan pikiran dan hasrat lain untuk menggapai yang

diinginkannya itu, dan mayoritas, para remaj yang berasal dari kalangan

ekonomi ke bawah ini, melampiaskannya dalam bentuk kenakalan berupa

mencuri, merampok, atau yang lainnya. Mereka beralih melakukan

44
tindakan menyimpang tersebut karena motivasi untuk memiliki sesuatu

telah menutupi akal sehat mereka, didorong dengan keadaan keluarganya

yang kurang mampu. Pengaruh teman juga sama besarnya, kebanyakan

remaja yang kurang mampu ini, termotivasi oleh teman untuk bisa sama

seperti mereka, atau memiliki sesuatu yang sama seperti teman mereka

yang notabene misalkan orang mampu. Tanpa pikir panjang, kebanyakan

para remaja ini mementingkan hasrat mereka ketimbang kenyataan yang

mereka sudah terima.

Tak hanya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah,

para remaja yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas, juga

bisa menjadi remaja delinquent, akibbat terlalu lemahnya pribadi mereka

dengan status ekonomi keluarganya yang mapan. Kebanyakan remaja

delinquent yang berasal dari kalangan menengah ke atas, tromotivasi

menjadi delinquent, karena berbagai hal , seperti, disintegrasi keluarga,

pengaruh teman, kurang perhatian, dan sombong serta apatis. Kebanyakan

para remaja kelas atas, memanfaatkan kekayaan orang tuanya untuk

apapun yang ingin dilakukannya, termasuk hal itu salah. Hal tersebut

semakin didukung oleh basic orang tua mereka yang terlewat sayang atau

mungkin kurang perhatian dengan para anak-anaknya, serta pengaruh

teman dan leingkungan sekitar yang buruk, sehingga semakin

meningkatkanmtivasi untuk menjadi delinkuen. Selain masih ada berbagai

motif lain yang melatari lahirnya kenakalan remaja dari faktor ekonomi

ini.

6) Faktor media elektronik

45
Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental

remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya

menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada

habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika

menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat

berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton

film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja

dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis.

Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang

pernah ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan

adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan

mengindentifikasi film-film yang ditontonnya.

Di Indonesia pun faktor film maupun juga sering melatari berbagai

kenakalan remaja yang ada. Kebanyakan dari para remaja di Indonesia

terindikasi dan termotivasi dari banyak acara di televisi maupun di film,

untuk melakukan kenakalan remaja. Bagi para remaja dengan mengikuti

berbagai hal yang ada di Tv, video, maupun film, mereka akan termotivasi

dan merasa labih abik, merasa keren, dan merasa hebat, padahal

kenyataannya itu hanya sebuah fiktif yang bahkan mungkin berdampak

negatif bagi mereka dan belum tentu bagus juga bagi mereka yang

mengikutinya. Bila tidak di tanggulangi faktor ini akan sangat berdampak

buruk bagi kehidupan remaja. Remaja bisa menjadi lebih dari sekedar

delinquent, akibat pengaruh Tv dan sejenisnya. Mereka bisa menjadi

kriminal bahkan psycho psikopat karena acara-acara yang buruk ditonton

oleh mereka, karena Tv, film, maupun video bisa dengan cepatnya dan

46
ampuhnya memiliki pengaruh besar untuk merombak dan menyimpangkan

paradigma dan kepribadian remaja ke arah dan bentuk yang lain dari yang

seharusnya.

B. Masalah-Masalah Penyebab Kenakalan Remaja

Masalah-masalah yang sering dihadapi remaja masa kini antara lain :

a) Kebutuhan akan figur teladan : remaja

jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dari

keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat-nasihat bagus

yang hanya kata-kata indah.

b) Sikap apatis : sikap apatis merupakan

kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak

mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam

ketidakacuhannya akan apa yang terjadi disekitarnya.

c) Kecemasan dan kurangnya harga diri :

kata stress atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak

kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian”

(memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan

lainnya).

d) Ketidakmampuan untuk terlibat :

kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir

ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional

maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat.

Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.

e) Perasaan tidak berdaya : perasaan tidak

berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya

47
hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau

menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama

berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh

remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak

belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.

f) Pemujaan akan pengalaman : sebagian

besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-

obatan dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan

pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang

pengalaman.

III. 3. Kaitan Jenis dan Bentuk Kenakalan Remaja dalam

Perkembangan Globalisasi

Seperti kita sudah ketahui sebelumnya, globalisasi telah banyak membawa

pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia, khususnya pengaruh dalam

perkembangan kenakalan remaja di Indonesia. Seiring berkembangnya jaman dengan

globalisasi, kenakalan remaja di Indonesia semakin berkembang dan bervariasi bentuk

serta macamnya. Baik itu kenakalan remaja bersifat individual maupun yang bersifat

berkelompok. Masuk dan berkembangnya pola kehidupan budaya barat sebagai aspek

negatif globalisasi berbanding lurus dengan perkembangan kenakalan-kenakalan dan

perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para remaja. Berbagai bentuk

kenakalan maupun penyimpangan remaja yang sebelumnya belum pernah ada

maupun tidak terangkat dalam implementasi dan implikasinya, kini justru semakin

berkembang, bervariasi dan pesat bermunculan dalam kehidupan sosial masyarakat

Indonesia. Para remaja zaman sekarang seakan tak memiliki batasan nilai dan norma

48
khususnya dari dalam dirinya sendiri, untuk tidak bertindak hal-hal yang menyimpang

dari masyarakat. Mereka seakan tidak malu, dan tidak peduli akan tata sosial yang

ada, dan begitu mudahnya terbawa pengaruh buruk globalisasi tersebut. Diantaranya

berbagai bentuk dan variasi kenakalan remaja masa kini sebagai implikasi dari

perkembangan globalisasi yang ada, sebagai berikut :

1. Narkoba

Narkoba merupakan suatu bentuk kenakalan bahkan tindak kriminal sebagai

bentuk implikasi dari aspek negatif globalisasi berupa pola kehidupan budaya

barat. Dalam hal kenakalan remaja, narkoba bisa terbilang baru dalam

perkembangannya di Indonesia. Meskipun sebelum era reformasi, mungkin

penggunaan narkoba sudah ada, tapi tidak separah dan semeledak penggunaan

narkoba masa kini. Faktor globalisasi yang merupakan tuntutan tak terhindarkan,

turut membawa pengaruh besar narkoba dalam tata kehidupan sosial masyarakat

Indonesia, khususnya para remaja. Setelah reformasi terlebih measuki era

millennium, narkoba semakin marak di Indonesia, dan pengguna terbesar dari

barang haram ini adalah remaja. Tak hanya sebagai pengguna, tapi juga para

remaja masa kini telah berani menjadi pengedar barang haram tersebut.

Berdasarkan data, pengguna narkoba di Indonesia hampir 80% berasal dari

kalangan remaja dan anak-anak, sementara sisanya dari kalangan dewasa. Itu

merupakan suatu bukti otentik, bagaimana rusaknya moral generasi penerus

bangsa Indonesia ini akibat narkoba. Tak hanya berupa kenakalan remaja, narkoba

juga bahkan dapat melahirkan berbagai bentuk kenakalan remaja yang lain. mulai

dari vandalisme, perilaku seksual, mabuk-mabukan, kekerasan dan lain-lain.

Narkoba merupakan salah satu bentuk variasi baru dalam perkembangan

kenakalan remaja di Indonesia akibat pengaruh globalisasi saat ini Dalam

49
beberapa daasa warsa terakhir ini penggunaan narkoba di kalangan remaja

semakin meningkat pesat. Khusus di Indoesia keadaan ini kerap kali melanda

anak-anak remaja di kota-kota besar. Jika ditelusuri secara cermat memang sangat

sulit untuk mancari korelasi timbulnya kasus penggunaan narkoba oleh anak

remaja dengan kondisi-kondisi tertentu. Para remaja masa kini banyak yang

terjerumus ke dalamnya karena berbagai motif yang melatari, mulai dari sekedar

coba-coba, pengaruh pihak lain, maupun sebagai bahan pelarian. Dan dalam

perkembangannya kenakalan remaja berupa narkoba sangat berpoternsi besar

untuk semakin berkembang dan bertambah, utamanya merusak generasi remaja

bangsa ini, bila tidak ditindak lanjuti dengan tepat dan berkala. Karena peranan

narkoba di masa kini semakin mengakar dan vital bagi kerusakan bangsa ini,

utamanya para remaja. Siapapun dapat terpengaruh dan terjangkit virus narkoba

ini, khususnya para remaja.

2. Perilaku seksual bebas / Asusila

Seiring berkembangnya waktu dan zaman, para remaja masa kini semakin berani

mengekspresikan diri mereka, salah satunya dalam hal kebutuhan biologis. Hal ini

semakin tersokong oleh adanya perkembangan zaman berupa globalisasi, yang tak

hanya membawa dampak positif, tapi juga negatif bagi remaja. Perkembangan

teknologi pun kini banyak disalahgunakan sebagai media perusak moral berupa

hal-hal anti-susila. Perilaku seksual bebas, merupakan salah satu bentuk kenakalan

remaja hasil adaptasi globalisasi di bangsa ini. Masuknya budaya-budaya barat

yang tidak relevan dengan nilai sosial masyarakat Indonesia, telah memicu

pergolakan moral dan perilaku masyarakat di Indonesia, khususnya remaja.

Pornoaksi dan pornografi yang semakin marak saat ini di berbagai media

informasi, serta mudahnya akses untuk masuk dan mendapatkannya, banyak

50
disalah gunakan oleh para remaja masa kini sebagai suatu bentuk pembelajaran

mereka. Ditambah berkembangnya paham-paham liberalisme dalam kehidupan

sosial yang mengutamakan kebebasan, serta panyalahgunaan perkembangan

teknologi yang semakin canggih untuk hal-hal yang anti susila semakin

melahirkan kebebasan para remaja untuk berekspresi negatif berupa kenakalan

remaja. Seperti kita ketahui saat ini banyak sekali perilaku seksual bebas yang

dilakukan para remaja di Indonesia. Di usianya yang masih muda, mereka sudah

berani beraksi layaknya orang dewasa berhubungan biologis. Melakukan

hubungan seks diluar nikah, bercumbu di depan umum, bertindak anti-susila tanpa

batas, merupakan diantara bentuk-bentuk kenakalan remaja berupa perilaku

seksual bebas ini.

Dalam beberapa tahun terakhir ini berbagai kasus tindakan asusila banyak

merebak di masyarakat, utamanya video-video porno yang banyak dilakukan para

remaja pelajar di Indonesia. Mereka telah berani menyalahgunakan tyeknologi

demi perbuatan biologis yang terbentuk akibat dampak negatif perkembangan

teknologi itu sendiri. Selain itu kasus seks bebas yang dilakukan para remaja pun

semakin berkembang dimana saja. Berdasarkan data dari sebuah LSM,

perkembangan perilaku asusila di Indonesia kian memrihatinkan. Jakarta,

Yogyakarta, Bandung dan Papua, tercatat sebagai kota-kota besar di Indonesia

yang memiliki tingkat perilaku asusila tertinggi di Indonesia. Dan sebagian besar

pelakunya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Hal tersebut merupakan

suatu bukti bahwa bentuk negatif berupa pola kehidupan budaya barat telah

merasuk pada diri remaja-remaja Indonesia, bahkan dianggap oleh mereka sebagai

hal yang lumrah dan trendi. Tentunya bukan tanpa akibat kenakaln remaja yang

satu ini, perilaku seksual bebas dapat sangat berpengaruh bagi masa depan para

51
remaja, mereka bisa kehilangan masa depan mereka, akibat ; hamil diluar nikah,

terjangkit penyakit kelamin, terasingkan dari kehidupan sosial, dikeluarkan dari

sekolah.

3. Kekerasan remaja

Dewasa ini kekerasan oleh para remaja semakin banyak bermunculan di

masyarakat. Para remaja masa kini seakan sangat mudah terpengaruh dengan

berbagai hal yang masuk, khususnya yang berasal dari budaya barat. Kekerasan

salah satunya. Dengan berkembangnya globalisasi dan masuknya budaya barat,

kehidupan sosial para remaja pun perlahan-perlahan mengikuti gaya hidup barat

tersebut, tak peduli baik atau buruk perilaku tersebut. Kekerasan yang sangat tidak

identik dengan budaya kita sebagai bangsa timur, kini nampaknya semakin

menguat implikasinya dalam kehidupan sosial, tak hanya orang dewasa, tapi juga

remaja bahkan anak-anak kini mudah tersulut pikiran dan tindakannya dalam

bentuk kekerasan. Masuknya budaya barat berupa kekerasan ini, terimplikasi

cukup baik dalam kehidupan sosial di Indonesia. Khususnya para remaja yang

masih labil, sangat mudah tersulut amarah hingga melakukan aksi anarkisme dan

violenisme seenaknya. Bagi sebagian remaja yang berpikiran pendek, hanya

dengan kekerasan permasalahan bisa selesai, kekerasan merupakan jalan terbaik

untuk menyelesaikan suatu masalah, atau bahkan kekerasan merupakan suatu

bentuk selebrasi dari kesengangan akan sesuatu. Kenakalan remaja berupa

kekerasan bagi para remaja Indonesia sudah terimplementasi dalam bentuk yang

lebih kompleks lagi yakni vandalisme.

Maraknya acara-acara maupun film-film yang berisikan kekerasan maupun

vandalisme di Tv maupun internet, juga sangat memengaruhi kepribadian para

remaja kearah yang negatif, kebanyakan mereka mencontoh tindakan tersebut,

52
karena menurut mereka itu adalah hal yang hebat dan luar biasa dan patut ditiru.

Salah satu contohnya adalah tawuran para pelajar di Indonesia ini. Tawuran

merupakan bentuk kekerasan yang dilakukan oleh para remaja ini, tak hanya atas

nama kemarahan saja mereka tawuran, bahkan untuk sesuatu yang senang, mereka

menyerang sekolah lain untuk bertawuran. Selain berkelahi para remja ini juga

sering kali bertindak vandalis seenaknya, mereka mencorat-coret sarana umum,

merusak sarana umum dengan kasar, menghancurkan berbagai fasilitas umum,

selagi mereka bertawuran. Memang tak bisa dipungkiri penyalahgunaan teknologi

sekarang ini sangat memengaruhi kekerasan di kalangan remaja. Contoh lainnya

adalah banyak beredarnya video-video berisi kekerasan yang dilakukan para

remaja putri di beberapa daerah di Indonesia, entah apa sebabnya, mereka

bertindak anarkis terhadap teman mereka sendiri dan merekamnya. Ironisnya

bukan sebagai pelajaran, justru rekaman-rekaman kekerasan itu menjadi motivasi

remaja lain untuk membuat hal yang sama bahkan lebih sadis seperti sebelumnya.

Bertindak anarkis kemudian menyalahgunakan teknologi sebagai media nya. Hal

tersebut merupakan salah satu bukti tumbuh suburnya kekerasan di budaya bangsa

generasi remaja kita.

4. Mabuk-mabukan

Kehidupan budaya barat lainnya yang menjadi aspek negatif dari perkembangan

globalisasi di Indonesia, yakni minuman keras / mabuk-mabukan. Marak

berkembangnya peredaran dan penjualan minuman keras di masyarakat akhir –

akhir ini juga telah banyak disalahgunakan oleh sebagian remaja di negeri ini.

Kebanyakan dari mereka menjadikan minuman beralkohol sebagai pelampiasan

manakala mereka sedang sedih maupun senang, faktor coba-coba dan pengaruh

teman pun cukup besar memengaruhi kenakalan remaja ini. Sama halnya dengan

53
narkoba, alcohol pun bisa melahirkan kecanduan yang sangat, remaja yang sudah

terjangkit virus minum-minuman keras, akan selau ketergantungan dalam aktifitas

kehidupannya. Tentunya hal tersebut sangat berdampak negatif bagi para remaja,

selain bisa menimbulkan banyak penyakit, dan merusak tubuh mereka yang masih

muda, mendewasakan sebelum waktunya tanpa alamiah, merusak otak dan

pikiran. Mabuk-mabukan minuman keras juga bisa melahirkan berbagai

kenakalan remaja lainnya bahkan tindakan kriminal, berawal dari mabuk, orang

bisa melakukan apapun dibawah ketidaksadaran mereka, vandalisme, berkata

kasar, pornoaksi, sex bebas, bahkan narkoba, semua bisa terjadi akibat mabuk

minuman keras, sama seperti narkoba.

Itu sebabnya minuman keras dan narkoba merupakan dua bentuk

kenakalan remaja terbahaya bagi perkembangan fisik dan mental para remaja,

karena dua hal ini, seorang remaja bisa melakukan berbagai penyimpangan-

penyimpangan lainnya bahkan tindak kriminal seperti pembunuhan serta

terjerumus dalam berbagai jurang kehancuran dosa dunia.

5. Tato dan Tindik

Tato dan tindik merupakan suatu pola hidup masyarakat barat yang kini semakin

berkembang di kalangan remaja Indonesia. Mereka masuk ke Indonesia tentunya

melalui globalisasi yang terus berkembang di Indonesia. Bagi masyarakat barat

yang menganut sekuleritas dan kebebasan, Tato dan tindik dianggap sebagai suatu

lambang kebebasan berekspresi mereka. Dalam konteks kenakalan, tato maupun

tindik bisa tergolong kenakalan, sebab bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan

agama yang berkembang di Indonesia. Tato maupun tindik umumnya di

Indonesia, identik dengan hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan moral yang

ada. Mereka yang bertindik maupun bertato dianggap memberontak dari sistem

54
nilai yang sudah ada di masyarakat, dan bila tato maupun tindik dilakukan oleh

remaja akan cenderung melahirkan identitas buruk bagi remaja itu sendiri. Dalam

perkembangannya. tato maupun tindik menjadi pro-kontra di negara ini, muncul

komunitas masyarakat yang melumrahkan penggunaan tato dan tindik, tapi

sebagian besar masyarakat Indonesia masih menolak, dan dianggap

penyimpangan

Bagi para remaja di Indonesia kehadiran dan perkembangan tato dan

tindik, justru menarik minat mereka untuk mencobanya. Tak sedikit remaja yang

bertato bahkan bertindik. Masyarakat pun memiliki penilaian tersendiri

terhadapnya, ada yang setuju, tapi lebih banyak yang tidak setuju. Mengapa tato

maupun tindik dimasukkan sebagai bentuk kenakalan remaja?. Karena tato dan

tindik merupakan penyimpangan dari tata nilai sosial dan utamanya agama yang

ada di Indonesia. Remaja yang bertindik atau bertato, cenderung tidak mendapat

respect dari masyarakat umumnya, dalam hal apapun, khususnya pekerjaan,

mereka dianggap “rebel” dan nakal dalam kehidupannya dan cenderung anarkis

dalam tindakannya.

6. Berkata-kata kasar

Bentuk kenakalan remaja lainnya yang juga merupakan hasil perkembangan

globalisasi, yakni berbicara kasar dan kotor. Seperti kita ketahui salah satu

kebudayaan barat yang negatif adalah kata-kata kasar, dalam hal apapun orang-

orang barat bisa dengan mudahnya berkata kasar. Hal tersebut dimplementasikan

oleh banyak remaja masa kini. Remaja-remaja masa kini seakan dengan mudah

dan bebasnya berkata-kata kasar dalam konteks apapun dalam keseharian mereka,

mereka bebas menyertakan kata-kata kasar tak hanya saat mereka marah, tapi juga

bahkan saat senang maupun situasi normal dalam percakapan mereka. Bagi

55
mereka hal tersebut sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa, karena memang tak

hanya para remaja tapi juga semua lapisan masyarakat di Indonesia khususnya,

bebas meggunakan berbagai kata kasar dalam keseharian mereka. Meskipun biasa

dan kecil, tapi berkata-kata kasar juga termasuk dalam kenakalan remaja, karena

juga merupakan suatu tindak penyimpangan, terlepas dari bisa diterima atau

tidaknya penyimpangan tersebut.

III. 4. Bentuk dan Macam Solusi Penanggulangan Kenakalan

Remaja

Kenakalan remaja merupakan suatu problematika sosial yang membutuhkan

penanngulangan berkalan dan kontinu, tak cukup hanya sekali untuk mengatasinya.

Ini bagaikan suatu efek samping yang pasti ada dari kehidupan manusia di dunia.

Sehingga lebih tepat penanggulangan yang ada berikut ini hanya sebatas langkah

preventif dan minimalisir dari kenakalan remaja yang ada. Karena sebagai suatu

resiko dan efek samping dari kehidupan, keberadaan kenakalan remaja akan selalu

ada kapanpun, dimanapaun, oleh siapapun di kehidupan sosial manusia di dunia ini.

A. Remaja Intern

a) Remaja hendaknya selalu memperkuat iman dan takwanya

terhadap agama, sehingga bias menjadi benteng dasar dari berbagai bentuk

tindakan kenakalan maupun criminal.

b) Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur

orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga

mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap

ini.

c) Remaja harus membentuk ketahanan diri agar tidak mudah

56
terpengaruh jika ternyata keluarga (orang tua ), teman sebaya atau komunitas

yang ada tidak sesuai dengan harapan.

d) Remaja harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik

untuk diajak bergaul.

e) Remaja harus bisa kreatif dan inovatif, serta penuh percaya diri

dalam perkembangan kepribadian mereka.

B. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan bersifat

fundamental. Disitulah remaja dibesarkan, memperoleh penemuan-penemuan,

belajar dan berkembang. Bermodalkan pengalaman-pengalaman yang

diperolehnya dalam keluarga inilah bergantung kelangsungan hidupnya. Tidak

hanya remaja yang belajar menghadapi kehidupannya yang “baru” tetapi orang tua

juga perlu banyak belajar menghadapi perubahan-perubahan dan menemukan cara

terbaik untuk menghadapinya.

Orang tua sebaiknya mempersiapkan diri untuk mengenal lebih jauh dalam

membimbing anaknya saat masa remaja :

a) Kenali mereka lebih dekat yaitu informasi mengenai remaja dan

perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dirinya.

b) Kenali perubahan fisik pada remaja dan dampaknya terhadap diri

anak.

c) Kenali perubahan emosi remaja dan caranya mencari perhatian

orang tua serta reaksi emosinya dalam menghadapi masalah.

d) Menciptakan hubungan komunikasi yang harmonis, nyaman dan

penuh kasih sayang bagi remaja, membentuk kebiasaan-kebiasaan yang

57
positif, memberlakukan aturan dalam keluarga, menyikapi “kesalahan” anak,

“mengambil hati” anak dan “mencuri perhatian” anak.

e) Kenali perubahan lingkungan misalnya peran gender serta rasa

keadilan antara pria dan wanita; teman dan permasalahannya; naksir, ditaksir

dan pacaran.

f) Berilah pengertian mengenai masalah-masalah seksualitas,

kelainan seksual dan pengaruh buruk yang ada di masyarakat, secara terbuka,

sabar, dan bijaksana kepada para remaja.

g) Adanya motivasi dari keluarga untuk mendapatkan sebanyak

mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya

dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya

gagal pada tahap mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri

h) mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai,

orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan

sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja tidak dengan

pemaksaan maupun mengada-ada

i) Dalam hal ilmu pengetahuan, arahkanlah agar anak memilih

jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena

kesenangan orang tua.

j) Arahkan anak untuk menyenangi dan mengembangkan bakat dan

keinginannya dalam hal yang baik, jangan memberi tekanan pada anak.

k) Anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan

kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering

tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan.

58
l) orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara

pengawasan dengan kebebasan.

m) Orangtua hendaknya memberikan pengertian dan teladan dalam

menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan.

n) Menumbuh kembangkan perasaan malu dan takut melakukan

perbuatan yang tidak baik ataupun berbagai bentuk kejahatan inilah yang akan

menjadi 'pengawas setia' dalam diri setiap orang, khususnya para remaja.

o) Saat ataupun setelah melakukan kenakalan berikanlah saran agar

dia tidak melakukan maupun mengulangi perbuatan itu lagi. Bila tidak

mempan diberi saran, berilah hukuman yang mendidik bila perbuatan itu tetap

diulang. Usahakan dengan berbagai cara agar anak tidak lagi mengulangi

perbuatan yang tidak baik itu.

p) memberikan uraian tentang akibat perbuatan buruk yang dilakukan

anaknya

q) Orang tua hendaklah berlaku adil tanpa pilih kasih terhadap anak-

anaknya, menerima anak apa adanya tanpa syarat dan pengecualian, walau si

anak nakal sekalipun.

r) Orang tua hendaknya memilih dan mengawasi tayangan yang baik

dan bermanfaat bagi perkembangan anak remaja mereka.

s) Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang untuk mengefektifkan

melatih dan memastikan anak mematuhi peraturan tertentu.

t) Memberi kesempatan dan kebebasan pada anak untuk terbuka

dalam hal apapun terhaadap orang tua, termasuk dalam hal permasalahan yang

menyangkut kenakalan.

59
u) Memberikan solusi-solusi dan motivasi terhadap permasalahan

yang sedang dihadapi si anak.

v) Hendaknya orang tua sabar dalam membimbing anak-anak

remajanya, tanpa bersikap otoriter terhadap anak dalam hal apapun.

Selain itu Keluarga sebagai lembaga pendidikan primer dan fundamental

harus memiliki peranan ;

a) Keluarga sebagai pusat pendidikan : disini orang tua berperan

dalam pembentukan kepribadian remaja karena orang tua mendidik, mengasuh

dan membimbing remajanya untuk hidup di dalam masyarakat.

b) Keluarga sebagai pusat agama : dalam hal ini orang tua memiliki

peranan yang sangat vital, aagaama merupakan suatu pondasi dasar dari

kepribadian seorang remaja. Penanaman, pengembangan, dan

pengimplementasian nilai-nilai keimanan dan ketakwaan wajib hukumnya

bagi orang tua, sebagai suatu indikator moral seorang anak.

c) Keluarga sebagai pusat ketenangan hidup : dalam mempertahankan

hidupnya sering orang mengalami gangguan pikiran, menemui frustasi dan

untuk mendapatkan kekuatannya kembali maka keluarga adalah pangkalan

yang paling vital.

C. Lingkungan Sekolah

a) Sekolah sebagai pusat pendidikan bagi siswa

dalam rangka menimba pengetahuan, keterampilan seni budaya, olahraga

serta meningkatkan budi pekerti yang luhur, untuk ini diperlukan sarana

dan prasarana yang memadai serta perlu diciptakan lingkungan yang

bersih, sehat, tertib serta aman agar dapat menunjang keberhasilan PBM

karena itu guru perlu dapat menciptakannya.

60
b) Sekolah juga wajib memberikan pendidikan

agama lanjutan setelah keluarga, sebagai indikator pengimplementasian

nilai-nilai moral dan agama pada siswa (anak remaja), karena sekolah

merupakan tempat kedua remaja sering dan mudah berinteraksi dengan

berbagai hal termasuk yang buruk.

c) Lingkungan sekolah yang sehat dan dinamis. Guru

adalah orangtua siswa di sekolah karena itu perlu adanya sikap berdialog

guru dengan siswa tentang berbagai hal khusus tentang masalah belajar

sehingga keberhasilan dalam belajar dapat tercapai.

d) Bagi guru layak bersikap objektif terhadap semua

siswa di kelas, jika ada kebiasaan / sifat yang dapat mengganggu interaksi

guru dan siswa atau emosional di dalam kelas, selayaknya cepat diubah

dan di perbaiki.

e) Perhatian guru terhadap siswanya diupayakan agar

dapat mengetahui kelemahan siswa dalam banyak aspek terutama dalam

proses belajar dan pergaulan yang sehat sehingga guru menadapat cara

yang paling baik untuk menolong dan mengatasi kesulitan lainnya

siswanya.

f) Motivasi belajar siswa timbul dari dirinya sendiri

sehingga siswa dapat belajar dengan tertib, patuh pada peraturan yang ada

di sekolah dan tidak terpengaruh oleh hal – hal yang negative

g) Program sekolah yang terpadu. Diberikan kegiatan

intrakurikuler dan ekstrakurikuler secara terpadu. Melalui kegiatan

pramuka, olahraga, kesenian, karya wisata, pencinta alam dan sebagainya,

61
dapat memberikan aktivitas yang sehat dan dinamis serta bekal untuk masa

depannya.

D. Lingkungan Masyarakat

a) Pengadaan karang taruna, remaja masjid, KNPI atau organisasi

pemuda lainnya oleh masyarakat sebagai wadah aktifitas yang bermanfaat

bagi para remaja, serta dalam organisasi remaja diharapkan remaja dapat

berkomunikasi dengan teman – temannya, membicarakan masalah –

masalah atau kesulitan yang dialaminya dengan dibimbing oleh konsultan

yang ada di dalam organisasi tersebut.

b) Bersama remaja warga masyarakat juga aktif dalam melaksanakan

bakti sosial sehingga diperoleh pengalaman praktis yang positif dari

kehidupan bermasyarakat. Hal ini untuk melatih fisik, mental, aktivitas dan

kreativitas remaja sehingga terbentuk pribadi yang militant dan dinamis

sebagai generasi penerus.

c) Masyarakat hendaknya menjadi kontrol sosial terbesar

perkembangan para remaja, dengan mengarahkan remaja kea rah yang

baik

d) Menutup / membubarkan tempat-tempat / tongkrongan-

tongkrongan remaja yang tidak bermanfaat dan cenderung menimbulkan

kemaksiatan, khususnya bagi para remaja.

e) Ikut serta dalam menciptakan suasana lingkungan yang kondusif,

yang secara tidak langsung juga akan sangat bermanfaat memengaruhi

pertumbuhan tingkah laku serta psikologis remaja.

E. Pemerintah

62
a) Dalam hal pendidikan dan ilmu pengetahuan, pemerintah harus

turut serta memberikan penanaman tata nilai dan norma yang baik dan

seuai dengan kehidupan sosial dan beragama Indonesia melalui, pemberian

bidang studi seperti Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,

Ilmu Budaya Dasar, Pendidikan Pancasila, dll.

b) Dalam hal kehidupan sosial, pemerintah wajib menjadi kontrol

sosial bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi muda negaranya,

dengan memberi fasilitas-fasilitas sosial baik berupa, bacaan, tayangan

maupun teknologi yang mendidik dan membentuk pribadi remaja yang

baik.

c) Pemerintah harus bersifat selektif dan preventif terhadap aspek-

aspek globalisasi yang masuk maupun dapat merusak generasi remaja

bangsa, dalam hal dan bentuk apapun.

d) Pemerintah perlu mengadakan berbagai penyuluhan kepada para

remaja mengenai hal-hal negative yang dapat merusak masa depan para

remaja. Salah satunya kenakalan remaja.

63
BAB IV

PENUTUP

IV. 1. Kesimpulan

Kenakalan Remaja merupakan suatu bentuk problematika sosial yang telah

ada dan akan selalu ada dalam kehidupan sosial. Tak hanya sekadar penyimpangan

bahkan kenakalan remaja bisa berupa tindak kriminal bila itu sudah merugikan

bahkan membahayakan nyawa orang lain. Dalam kaitannya dengan era globalisasi

sekarang ini, kenakalan remaja telah menjadi efek langsung yang semakin

berkembang implikasinya dalam masyarakat. Pola hidup budaya barat sebagai salah

satu aspek bawaan globalisasi, banyak memberi implikasi buruk bagi kehidupan para

remaja di Indonesia. Berbagai bentuk kenakalan remaja baru yang belum pernah ada

sebelumnya, kini kian merebak dan menyebar dalam diri remaja. Berbagai paket

negatif globalisasi membawa banyak dampak perubahan bagi perkembangan

psikologis dan fisik remaja di Indonesia. Kian hari remaja Indonesia semakin tak

64
terkendali mengekspresikan diri mereka, berbagai hal menyimpang dan kriminil tak

segan di lakukan mereka. Mulai dari narkoba, seks bebas, miras, vandalisme,

violenisme, sampai tato dan tindik kini telah berkembang sebagai bentuk kenakalan

remaja dan problematika sosial baru di masyarakat. Efek negatif globalisasi terhadap

kenakalan remaja yang semakin mengkhawatirkan tersebut, tentunya membutuhkan

solusi berkala untuk meminimalisir bahkan mencegah, dari kita semua, tak terkecuali

remaja itu sendiri sebagai sumber daya manusia negeri ini dan generasi penerus

bangsa ini. Karena kenakalan remaja merupakan suatu problema sosial yang selauada

dan menjadi resiko kehidupan manusia di dunia ini, kapanpun, dimanapun, dan oleh

siapapun.

IV. 2. Saran

1. Bagi para remaja khususnya, filter (penyaring) yang paling mendasar

adalah kita kembali kepada ajaran agama. Keimanan dan ketakwaan yang

teguh akan menjadi pondasi dan kepribadian dasar yang menyaring

pengaruh kebudayaan barat ataupun kebudayaan buruk lainnya yang dapat

menyeret kita ke jurang dosa berupa kenkalan remaja.

2. Perkembangan Iptek di era globalisasi sekarang harusnya bisa

dimanfaatkan dengan baik sebagai pembentuk kepribadian generasi cerdas

bagi para remaja sekarang ini. Serta bisa disikapi dengan baik dan bijaka

akan berbagaid dampak negatif dari perkembangan teknologi ini. Sehingga

tidak terlahir kenakalan remaja berupa atau akibat disfungsional teknologi

3. Semua pihak yang terkait, khususnya keluarga dan sekolah sebagai dua

lingkungan terdominan remaja, wajib memberi pendidikan dan

pengetahuan yang baik berdasar tata nilai, norma, agama, serta hokum

yang berlaku di negarai ini, serta menjadi pembentuk, pembimbing

65
sekaligus pengawas kepribadian dan pertumbuhan remaja ke arah yang

positif terhindar dari efek-efek negatif, termasuk salah satunya ke dalam

kenakalan remaja.

DAFTAR PUSTAKA

 Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

 Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:

Grafindo Media Pratama.

 Mu’in, Idianto. 2004. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

 Kartini, Kartono. 1986. Psikologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta:

Rajawali.

Sumber Internet :

 http://www.wikipedia.org

 http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id

 http://www.iscribd.com

 http://h2dy.wordpress.com

 http://www.anneahira.com/narkoba

66
 http://eka-punk.blogspot.com

 http://h4b13.wordpress.com

 http://www.ubb.ac.id

KENAKALAN REMAJA

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 - 18 tahun. Seorang
remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup
yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan
orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman
sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa
mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan
inilah yang sering disebut sebagai “kenakalan remaja”.
Kenakalan remaja itu harus diatasi, dicegah dan dikendalikan sedini mungkin agar
tidak berkembang menjadi tindak kriminal yang lebih besar yang dapat merugikan
dirinya sendiri, lingkungan masyarakat dan masa depan bangsa.
Setiap periode hidup manusia punya masalahnya sendiri-sendiri, termasuk periode
remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alasan hal itu
terjadi, yaitu : pertama; ketika masih anak-anak, seluruh masalah mereka selalu
diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak mempunyai
pengalaman dalam menghadapi masalah. Kedua; karena remaja merasa dirinya telah
mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak bantuan dari orang dewasa.
Remaja pada umumnya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu
suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan
psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup.
Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks
dan berteknologi modern.
Arus perubahan kehidupan yang berjalan amat cepat cenderung membuat individu

67
merasa hanya seperti sebuah sekrup dalam mesin raksasa daripada seorang makhluk
utuh yang memiliki di dalam dirinya suatu keyakinan akan identitas diri sebagai
seorang pribadi.

DEFINISI
Istilah “kenakalan” yang dimaksud adalah tingkah laku yang dianggap menyimpang
dari norma-norma sosial masyarakat dan mengganggu ketentraman masyarakat.
Kenakalan remaja (Juvenile Delinquence) adalah merujuk kepada perbuatan dan
aktivitias remaja yang berlawanan dengan norma-norma masyarakat, undang-undang
negara dan agama, seperti mencuri, merampok, menodong, berzina, membunuh,
merampas, durhaka kepada kedua ibu bapak dan sebagainya. Perbuatan remaja
dikatakan “nakal” karena remaja dianggap belum matang, belum dewasa dan
perbuatan yang mereka lakukan tidak dikenakan hukuman berat. Hukuman yang
dijatuhkan kepada mereka ialah remaja itu ditempatkan di pusat-pusat rehabilitasi dan
diberi pendidikan khusus.

JENIS KENAKALAN REMAJA


Kenakalan remaja umumnya dibagi dua :
a. Kenakalan perorangan (individual delinquency)
b. Kenakalan berkelompok (sociologi delinquency)
Yang sering disoroti adalah kenakalan remaja berkelompok atau sering disebut “gang
deliquency”.
Bentuk – bentuk perbuatan kenakalan remaja yang lebih banyak dilakukan dalam
kaitan remaja yang bersangkutan dengan gangnya atau gerombolan remaja lainnya,
hakekatnya mencerminkan suatu sub kultur tersendiri yang dapat dibedakan dalam 3
sub kultur kenakalan yaitu:
a. Sub kultur criminal: suatu bentuk gang kenakalan remaja yang mengarah pada
perbuatan pencurian, pemerasan dll perbuatan illegal yang bertujuan untuk
mendapatkan penghasilan (uang atau income)
b. Sub kultur konflik: suatu bentuk gang yang mengutamakan perbuatan – perbuatan
kekerasan sebagai suatu cara untuk mendapatkan atau meningkatkan status
c. Sub kultur pengelakan/ pengasingan (rettreatist sub culture), suatu bentuk gang
yang menekankan pada penggunaan obat – obatan (secara salah).
Perbuatan kenakalan remaja pada hakekatnya merupakan proses usaha pencapaian
suatu keberhasilan tertentu dalam perkembangan kehidupan remaja. Kaitan
pertumbuhan dan perkembangan individu remaja dengan lingkungannya terhadap
struktur sosial dengan jalur – jalur system yang tersedia dan berlangsung di
masyarakat untuk mobilitas yang lebih baik.
Pada kenakalan remaja sub kultur kriminil, mencerminkan suatu cara adaptasi yang
khusus dari para remaja dalam proses penyesuaian dirinya yang gagal untuk dapat
mencapai keberhasilan hidup atau memperbaiki keadaannya dengan menempuh jaur –
jalur kesempatan yang sewajarnya. Kegagalan ini antara lain karena ketiadaan
kemampuan, keterbatasan pendidikan dan tidak adanya kesempatan kerja yang sesuai.
Kenakalan remaja sub kultur konflik sering terjadi pada kasatuan masyarakat yang
tidak stabil, tidak cukup terorganisir, yang tinggi mobilitas vertikal dan geografisnya,
keluarga cenderung berorientasi tidak pada masa depan tetapi pada masa kini dan
tidak ada kemajuan sosial. Perbuatan perkelahian antar gang, kebut – kebutan di jalan
ramai merupakan contoh kenakalan remaja sub kultur konflik.
Kenakalan remaja yang termasuk sub kultur pengelakan/ pengasingan yaitu kenakalan
remaja dalam bentuk penyelahgunaan obat – obatan narkotika, merupakan cara

68
adaptasi terhadap keadaan secara pengelakan, menarik diri atau mengaisngkan diri,
melepaskan perjuangan dalam mencapai kesuksesan.

PENYEBAB
Penyebab kenakalan remaja dari berbagai sumber, antara lain :
a. Menurut Freedman :
1) Adanya kegoncangan sosial yang disebabkan oleh perubahan masyarakat ke arah
industri modern disertai adanya kemajuan teknologi.
2) Mobilitas yang semakin besar dan urbanisasi ke kota-kota besar sebagai pusat
industri tersebut.
b. Menurut Cloward dan Ohlin: (berdasarkan teori Merton)
Kenakalan remaja kemungkinan besar timbul bila beberapa kelompok dalam
masyarakat tidak mampu untuk mencapai tujuan-tujuan budayanya. Ketidak adilan
dalam kesempatan mencapai tujuan budaya tersebut, terutama berkisar pada
pendapatan finansial, mendorong anak-anak dari kelas bawahan untuk melakukan
tindakan kriminal, memasuki kelompok “gang” yang siap tempur atau menarik diri
dari realitas yang pahit dengan minum obat-obat narkotika.
c. Menurut Friedenberg
Kenakalan remaja sering dihubungkan dengan kegagalan sekolah. Anak-anak yang
berhasil sekolahnya, umumnya adalah anak-anak yang mampu membuat sekolahan
sebagai pusat dari kehidupan berkelompok seusia (peer group life) disamping
mendapatkan informasi dan pengetahuan.
d. Menurut Shaw dan McKay
Tentang teori “keturunan budaya” (cultural transmission).
Dari penelitian yang dilakukan pada beberapa kota dengan pendapatan ekonomi yang
rendah, selalu dihinggapi adanya kenakalan remaja, yang tidak tergantung pada
kelompok nasional yang sedang berkuasa didaerah tersebut. Misalnya yang berkuasa
orang Italy atau Polandia, dan lain-lain, timbulnya kenakalan remaja tetap sama
besarnya.
e. Menurut Y.M Uttamo Thera, kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa
hal sebagian di antaranya adalah:
1) Pengaruh teman sepermainan : di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah
merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai
mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan
terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah
setempat bahkan mungkin pusat, ataupun anak orang terpandang lainnya. Di jaman
sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja
tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau
anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal,
kebanggaan ini adalah “semu” sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan,
pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan
tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan
berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu
memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka
remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat
terlarang, dan lain sebagainya.
2) Pendidikan : memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu
tugas orangtua kepada anak. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai,
pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang
agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan Agama

69
yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di
sekolah. Berilah pengertian yang benar tentang adanya beberapa agama di dunia.
Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja,
anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu
memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak
memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata
karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang
memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang
sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir
dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil
mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang
berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah
sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-
senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu
pengguna obat-obat terlarang.
3) Penggunaan waktu luang : kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada
kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka
bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada
si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk
kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan
menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka
lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa
iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang
dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang
diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya.
Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu
bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu
dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula
karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat,
pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya
maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak
mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-
kawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
4) Uang saku : orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan
pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja
hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai
sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir.
Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang
sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk
menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat.
Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan. Namun,
sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang
saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah yaitu:
anak menjadi boros, tidak menghargai uang, dan malas belajar, sebab mereka pikir
tanpa kepandaian pun uang gampang diperoleh.
5) Perilaku seksual : pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang
dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan
mesra tanpa mempedulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah

70
pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk
gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi
persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi
informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15-20 tahun yang lalu.
Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena
itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan
kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak
seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian
pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak
akan terus berlangsung selamanya.

MASALAH-MASALAH YANG SERING DIHADAPI REMAJA MASA KINI


Masalah-masalah yang sering dihadapi remaja masa kini antara lain :
a. Kebutuhan akan figur teladan : remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai
luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar
nasihat-nasihat bagus yang hanya kata-kata indah.
b. Sikap apatis : sikap apatis merupakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan
pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini
terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi disekitarnya.
c. Kecemasan dan kurangnya harga diri : kata stress atau frustasi semakin umum
dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa
cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat
penenang, seks dan lainnya).
d. Ketidakmampuan untuk terlibat : kecenderungan untuk mengintelektualkan segala
sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara
emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di
masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.
e. Perasaan tidak berdaya : perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena
teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern.
Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita
untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah-tengah
masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala
cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
f. Pemujaan akan pengalaman : sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda
dengan minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dari hanya
mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan
yagn keliru tentang pengalaman.

FAKTOR – FAKTOR SOSIAL BUDAYA SEBAGAI LATAR BELAKANG


KENAKALAN REMAJA
Faktor budaya adalah bagian dari faktor sosial sehingga sering disebut faktor sosial
budaya. Di Indonesia kenakalan remaja umumnya terdapat di kota – kota teristimewa
di kota yang besar seperti Jakarta, jarang terjadi di desa – desa walaupun akhir – akhir
ini kenakalan remaja telah merambat ke daerah pedesaan juga.
Penduduk di desa umumnya berstatus petani, budaya masyarakat desa umumnya
monokultural (satu macam budaya) yang cukup kokoh dan diturunkan melalui
transmisi nenek moyang. Anak – anak secara dini membiasakan diri dengan berbagai
kepercayaan budaya seperti pemujaan nenek moyang, pemujaan roh – roh dan benda
– benda. Stimulasi budaya juga didapatkan dari permainan anak- anak. Dalam
transmisi budaya seorang anak menerima budaya melalui instruksi, observasi dan

71
imitasi.
Berbeda dengan di daerah perkotaan, dengan cepatnya usaha pembangunan yang
menggunakan teknologi modern, usaha industrialisasi yang pesat, mobilitas yang
tinggi dan urbanisasi yang tidak terbendung sering menyebabkan kegoncangan –
kegoncangan sosial disertai dengan frustasi dari anggota – anggota masyarakatnya.
Penduduk perkotaan umumnya terdiri dari berbagai ragam budaya (multikultral) serta
status sosial ekonomi yang berbeda - beda, sehingga menyulitkan di dalam melakukan
kontrol sosial. Mobilitas yang tinggi memungkinkan pertukaran budaya yang intensif
yang akan mempengaruhi transmisi budaya keluarga terutama bagi anak remaja yang
kepribadiannya sedang berkembang, mencari bentuk, sangatlah peka terhadap
rangsangan – rangsangan dari lingkungannya dan kurang percaya pada diri sendiri
hingga terbentuk kebiasaan melalui coba – coba (trial and error). Di dalam usaha
melepaskan diri dari dunia anak – anak, umumnya remaja berkeinginan untuk
melepaskan diri dari ketergantungan emosional terhadap orangtuanya dan lebih
mendekati anak – anak sebaya dengan dirinya (peergroup). Apabila ikatan budaya
keluarganya tidak kuat, maka remaja akan mendekati kelompok anak sebaya yang
terdiri dari berbagai suku bangsa.

Faktor – faktor sosial budaya yang dapat menimbulkan konflik pada remaja:
a. Timbul perbedaan besar antara budaya keluarga dan pertukaran budaya dalam sikap
dan nilai.
b. Dalam lingkungan keluarga terutama nilai dan sikap dalam budaya keluarga terlalu
dipaksakan kepada remaja (sikap orangtua yang kaku)
c. Kurangnya pengertian dari pihak orangtua akan kebutuhan remaja terutama
kebutuhan
emosional
d. Transmisi budaya keluarga sangat minimal (komunikasi terhambat), orangtua acuh
tak acuh terhadap tingkah anaknya (kurang korektif)
e. Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan materi anaknya
f. Kepribadian remaja misalnya kelainan kepribadian
g. Trasmisi budaya keluarga kadang – kadang mengalami kesulitan karena kedua
orangtua mempunyai kebuayaan yang berlainan (orangtua berasal dari suku yang
berbeda)
h. Orangtua sering menyimpang dari ketentuan nilai dan sikap budayanya (sering
cekcok, berkelahi, berjudi, pulang malam, foya – foya)

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PERAN KELUARGA


BAGI REMAJA
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan bersifat fundamental.
Disitulah remaja dibesarkan, memperoleh penemuan-penemuan, belajar dan
berkembang. Bermodalkan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya dalam
keluarga inilah bergantung kelangsungan hidupnya.
Peran keluarga antara lain:
a. Keluarga sebagai pusat pendidikan : disini orang tua berperan dalam pembentukan
kepribadian remaja karena orang tua mendidik, mengasuh dan membimbing
remajanya untuk hidup di dalam masyarakat.
b. Keluarga sebagai pusat agama : dengan kesadaran beragama yang diperoleh
remaja-remaja dan bimbingan orang tua, remaja akan mengenal agama sehingga
membuat mereka untuk berbuat soleh dalam kehidupan.
c. Keluarga sebagai pusat ketenangan hidup : dalam mempertahankan hidupnya sering

72
orang mengalami gangguan pikiran, menemui frustasi dan untuk mendapatkan
kekuatannya kembali maka keluarga adalah pangkalan yang paling vital.

TIPS UNTUK ORANGTUA /KELUARGA


Orang tua sebaiknya mempersiapkan diri untuk mengenal lebih jauh dalam
membimbing anaknya saat masa remaja :
a. Kenali mereka lebih dekat yaitu informasi mengenai remaja dan perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam dirinya.
b. Kenali perubahan fisik pada remaja dan dampaknya terhadap diri anak.
c. Kenali perubahan emosi remaja dan caranya mencari perhatian orang tua serta
reaksi emosinya dalam menghadapi masalah.
d. Menciptakan hubungan komunikasi yang hangat, membentuk kebiasaan-kebiasaan
yang positif, memberlakukan aturan dalam keluarga, menyikapi “kesalahan” anak,
“mengambil hati” anak dan “mencuri perhatian” anak.
e. Kenali perubahan lingkungan misalnya peran gender serta rasa keadilan antara pria
dan wanita; teman dan permasalahannya; naksir, ditaksir dan pacaran.
f. Masalah-masalah seksualitas, kelainan seksual dan pengaruh buruk yang ada di
masyarakat.

PERAN SEKOLAH BAGI REMAJA


a. Sekolah sebagai pusat pendidikan bagi siswa dalam rangka menimba pengetahuan,
keterampilan seni budaya, olahraga serta meningkatkan budi pekerti yang luhur, untuk
ini diperlukan sarana dan prasarana yang memadai serta perlu diciptakan lingkungan
yang bersih, sehat, tertib serta aman agar dapat menunjang keberhasilan PBM karena
itu guru perlu dapat menciptakannya.
b. Lingkungan sekolah yang sehat dan dinamis. Guru adalah orangtua siswa di
sekolah karena itu perlu adanya sikap berdialog guru dengan siswa tentang berbagai
hal khusus tentang masalah belajar sehingga keberhasilan dalam belajar dapat tercapai
c. Motivasi belajar siswa timbul dari dirinya sendiri sehingga siswa dapat belajar
dengan tertib, patuh pada peraturan yang ada di sekolah dna tidak terpengaruh oleh
hal – hal yang negatif
d. Program sekolah yang terpadu. Diberikan kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler secara terpadu. Melalui kegiatan pramuka, olahraga, kesenian, karya
wisata, pencinta alam dan sebagainya, dapat memberikan aktivitas yang sehat dan
dinamis serta bekal untuk masa depannya

PERAN MASYARAKAT BAGI REMAJA


Usaha – usaha untuk menciptakan lingkungan sehat dan dinamis dalam kehidupan di
masyarakat, kaum remaja dapat mengikuti berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh
karang taruna, remaja masjid, KNPI atau oragnisasi pemuda lainnya. Bersama warga
masyarakat remaja juga aktif dalam melaksanakan bakti sosial sehingga diperoleh
pengalaman praktis yang positif dari kehidupan bermasyarakat. Hal ini untuk melatih
fisik, mental, aktivitas dan kreativitas remaja sehingga terbentuk pribadi yang militant
dan dinamis sebagai generasi penerus. Dalam organisasi remaja diharapkan dapat
berkomunikasi dengan teman – temannya, membicarakan masalah – masalah atau
kesulitan yang dialaminya dengan dibimbing oleh konsultan yang ada di dalam
organisasi tersebut.

Tidak hanya remaja yang belajar menghadapi kehidupannya yang “baru” tetapi orang

73
tua juga perlu banyak belajar menghadapi perubahan-perubahan dan menemukan cara
terbaik untuk menghadapinya.
Tahapan perkembangan remaja berbeda – beda pada setiap individu sehingga
diperlukan pemahaman dan pengenalan secara dini setiap perubahan fisik dan mental
yang terjadi pada remaja sehingga perlu diperhitungkan dalam membina dan
mengembangkan remaja.
Era globalisasi sebagai aspek kemajuan iptek telah membuat segala informasi dan
kemajuan dengan cepat tersebar ke segala penjuru dunia tetapi juga penyebaran pola
perilaku yang kurang baik (buku porno, blue film, pil koplo, putauw, ecstasy, sabu –
sabu dan lain – lain) akan cepat menjalar kemana – mana.
Agar terhindar dari pengaruh negatif dari era globalisasi maka diharapkan orangtua,
keluarga, guru dan masyarakat dapat membina remaja dengan baik, mengusahakan
lingkungan hidup yang sebaik – baiknya agar remaja dapat berkembang ke arah yang
kita harapkan serta sesuai dengan kehendak dan kemauan anak sendiri tanpa
mengikuti pola perilaku yang kurang baik yang sedang berkembang saat ini.

http://eka-punk.blogspot.com

Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan
dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.

Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau
batas-batas negara.

Pengertian

Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum
memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga
tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses
sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam
bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian
dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

Ciri globalisasi

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di
dunia.

74
Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan
antarmanusia di seluruh dunia

* Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti


telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan
kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

* Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh
perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization
(WTO).

* Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,


film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat
mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang
melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

* Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis


multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada
globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil
bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan
selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan
yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai
zaman transformasi sosial.

[sunting] Teori globalisasi

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga
posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:

* Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan.
Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa
kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak
memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.

* Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan


semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang
toleran dan bertanggung jawab.
* Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena
negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika
Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat
sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk
kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).

* Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat
bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-
besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional
selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap
lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.

* Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju
bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka
juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi
teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat
hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian

75
besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik,
terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

Sejarah globalisasi

Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang
dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi
dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila
ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan
antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India
mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun
jalan laut untuk berdagang.
Berkas:Mcdonalds oslo 2.jpg
Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan
telah terjadinya globalisasi

Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika.
Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok,
Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan
Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan
nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga
dunia.

Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa.
Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini
didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan
antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan
teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi
di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.

Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga
memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak
politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di
Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum
dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi
ikon globalisasi hingga saat ini.

Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir
dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa
kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya,
negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung
pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat
antarnegara pun mulai kabur.

Reaksi masyarakat

Gerakan pro-globalisasi

Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa


globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia.
Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori
ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling
menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam
bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan
keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif
pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efesien dan bermutu tinggi) sementara
Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang
dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya
untuk memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain
dengan membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.

76
Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-larangan
dan kebijakan proteksi dari pemerintah suatu negara. Di satu sisi, kebijakan ini dapat
melindungi produksi dalam negeri, namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan biaya
produksi barang impor sehingga sulit menembus pasar negara yang dituju. Para pro-
globalisme tidak setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka menginginkan
dilakukannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat ditekan,
akibatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan meningkat, kemakmuran akan
meningkat dan begitu seterusnya.

Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank Dunia dan IMF, mereka
berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada
suatu negara, bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak
pinjaman yang mereka berikan jatuh ke tangan para diktator yang kemudian
menyelewengkan dan tidak menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya,
meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang negara, dan sebagai akibatnya, tingkat
kemakmuran akan menurun. Karena tingkat kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat
negara itu terpaksa mengurangi tingkat konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor,
sehingga laju globalisasi akan terhambat dan -- menurut mereka -- mengurangi tingkat
kesejahteraan penduduk dunia.

Gerakan antiglobalisasi

Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis
orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga
yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Antiglobalisasi" dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang
lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang
berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan
terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis
lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi
penyebab-penyebab lainnya.

Namun, orang-orang yang dicap "antiglobalisasi" sering menolak istilah itu, dan mereka lebih
suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan
atau sejumlah istilah lainnya.

Globalisasi Perekonomian

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan,


dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian
mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang
dan jasa.

Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan
keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam
negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya
produk-produk global ke dalam pasar domestik.

Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam
bentuk-bentuk berikut:

* Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan


sasaran agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh
yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim
usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.

77
Kehadiran tenaga kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja

* Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh


pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di
semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan
sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah
memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama
mitrausaha dari manca negara.

* Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja
dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga
kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh
dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah
dan bebas.

* Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat
mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain
melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah
memfantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai
contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya
selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera
global.

* Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman
tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan
perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.

Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah
intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara
nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai
dengan adanya kekuatan pasar dunia.

Kebaikan globalisasi ekonomi

* Produksi global dapat ditingkatkan

Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif' dari David Ricardo. Melalui
spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih
efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari
spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya
dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.

* Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara

Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor
lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan
barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik
dengan harga yang lebih rendah.

* Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri

Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar
yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.

* Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik

Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara
berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang
berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.

78
* Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi

Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh
perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan
swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau
pasar saham. dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar
uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang
dibutuhkan tersebut.

Keburukan globalisasi ekonomi

* Menghambat pertumbuhan sektor industri

Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang
lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi
menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru
berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas
menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri
domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki
perusahaan multinasional semakin meningkat.

* Memperburuk neraca pembayaran

Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara


tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk
kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran
adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami
defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan
(pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor
dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.

* Sektor keuangan semakin tidak stabil

Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang
semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham.
Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran
bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di
pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran
cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan
di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi
secara keseluruhan.

* memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang

Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka
pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan
yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan
kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak
dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi
menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu
negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi
masyarakat semakin bertambah buruk.

Globalisasi kebudayaan
Sub-kebudayaan Punk, adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang secara global

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk


diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap
berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek

79
kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini
menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi
oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil
pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari
kebudayaan.

Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal
dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat
ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20
dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak
fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan
komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya
perkembangan globalisasi kebudayaan.

Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan

* Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.


* Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu
individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
* Berkembangnya turisme dan pariwisata.
* Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
* Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
wikipedia.org
Kenakalan Remaja
Oleh: AsianBrain.com Content Tea

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma


hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18
tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa
transisi.

Definisi kenakalan remaja menurut para ahli


• Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan
oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan
bentuk perilaku yang menyimpang".
• Santrock
"Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang
tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."

80
Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai
disoroti?
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois,
Amerika Serikat.

Jenis-jenis kenakalan remaja


• Penyalahgunaan narkoba
• Seks bebas
• Tawuran antara pelajar

Penyebab terjadinya kenakalan remaja


Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya
dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi
karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah
laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah
laku sesuai dengan pengetahuannya.

Faktor eksternal:
1. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak
memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi


kenakalan remaja:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah
atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan
sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa
remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.

81
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point
pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta
keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata
teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

http://www.anneahira.com/narkoba

82

You might also like