You are on page 1of 7

KARAKTERISTIK GLOBALISASI DAN

DAMPAK GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar pendidikan


yang dibimbing oleh Ibu Sunarni

Oleh

Kelompok 5

1. Anna Rahmaniyah (209331417414)


2. Galih Ayhusta Laras (209331420871)
3. Nur Shofwah al-Kiswiyah (209331423412)
4. Rosita Mei Susanti (209331423414)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Oktober 2010
KARAKTERISTIK GLOBALISASI DAN
DAMPAK GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan
antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama
lain yang melintasi batas negara
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah
suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap
individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki
definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi, sehingga bergantung dari sisi mana
orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau
proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan
baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang
diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki
pandangan. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme
dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis
akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya
karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar
terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali
menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang
dengan globalisasi:
1. Internasionalisasi
Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional.
Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya
masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
2. Liberalisasi
Globalisasi merujuk pada `sebuah proses penghapusan hambatan--
hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara
untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang `terbuka' dan `tanpa-
batas.'
3. Universalisasi
Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material
maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat
menjadi pengalaman seluruh dunia.
4. Westernisasi
Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin
menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
5. Hubungan transplanetari dan supra teritorialitas
Dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan
negara-negara.
Globalisasi mendorong `rekonfigurasi geografis, sehingga ruang-sosial
tidak lagi semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial,
dan batas-batas teritorial.' Dalam konteks ini, globalisasi juga dipahami
sebagai sebuah proses (atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah
transformasi dalam spatial organisation dari hubungan sosial dan transaksi-
ditinjau dari segi ekstensitas, intensitas, kecepatan dan dampaknya-yang
memutar mobilitas antar-benua atau antar-regional serta jejaringan
aktivitas.

Beberapa ciri yang dapat menandakan bahwa globalisasi sudah


mempengaruhi masyarakat dunia adalah :
1. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan
internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya,
sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan
kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung
3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa
(terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional).
4. Meningkatnya masalah bersama.

B. Dampak Globalisasi
Dampak yang timbul akibat globalisasi :
1. Dampak positif
Dampak positif adanya globalisasi pendidikan yaitu :
 adanya kompetisi. Dimana sekolah – sekolah saling berkompetisi
dalam meningkatkan kualitas pendidikan masing – masing sekolah.
 Banyak sekolah di Indonesia menerapkan system pendidikan
secara globalisasi yaitu dimana sekolah tersebut dikenal dengan
Billingual School, yang menerapkan bahasa asing seperti bahasa
inggris, mandarin sebagai mata pelajaran wajib.
 Diterapkannya sistem pendidikan globalisasi akan melahirkan
sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yang diharapkan
tenaga kerja akan mampu bersaing dalam pasar dunia.
 Globalisasi pendidikan juga membawa dampak bagi perpustakaan
sekolah, karena dengan biaya yang sangat mahal layanan
perpustakaan juga semakin baik hal ini dibuktikan dengan layanan
– layanan yang bersifat menglobal seperti layanan internet, layanan
Wifi juga koleksi perpustakaan sangat bervariasidan disesuaikan
dengan lembaga pendidikan internasional seperti diperbanyaknya
koleksi buku – buku berbahasa asing(inggris, mandarin, dsb) dan
dilanggannya jurnal – jurnal yang standar nasional.
2. Dampak negatif
 globalisasi pendidikan menjadikan sekolah sebagai ladang bisnis.
 globalisasi membawa keburukan dan jurang kemiskinan bagi
masyarakat kelas menengah kebawah, karena mereka yang
berekonomi pas – pasan akan diterjang mengingat biaya yang
dikeluarkan tidaklah murah, dan tidak bisa menikmati pendidikan
yang layak untyuk anak – anak mereka.
 Dapat memicu kecemburuan yang berpotensi akan terjadinya
kecemburuan social, karena yang ekonomi kelas atas dapat
menyekolahkan anaknya ke kelas yang mewah sementara yang
ekonominya lemah harus bersusuah payah untuk menyekolahkan
anaknya ke sekolah – sekolah biasa.

C. Perubahan Sistemik Dalam Pendidikan


Semakin meningkatnya globalisasi pada jaman sekarang ini, tampaknya
juga mempengaruhi sistem pendidikan yang ada.
Dalam tingkat kompetisi global tahun 2002, Indonesia berada pada posisi
ke-72 dari 115 negara yang disurvei. Indonesia berada di bawah India yang
menempati posisi ke-56, Vietnam pada posisi ke-60, dan Filipina pada posisi ke-
66. Meskipun konfigurasi yang dibuat oleh Global Economic Forum ini lebih
merupakan kuantifikasi dari aspek ekonomi dan bersifat relatif, tetapi secara
umum prestasi tersebut juga merefleksikan kualitas dunia pendidikan kita. Dari
sudut persepsi publik terhadap korupsi tahun 2002, hasil survei yang dilakukan
oleh Transparency International dan Universitas Gottingen menempatkan
Indonesia pada urutan ke-122. Indonesia berada di bawah India yang menempati
posisi ke- 83, Filipina pada posisi ke-92, dan Vietnam pada posisi ke-100.
Mengingat sikap dan watak merupakan hasil pembinaan pendidikan, dunia
pendidikan kita bisa dianggap `liable' terhadap perilaku korup. Implikasi indikator
ini terhadap dunia pendidikan kita secara umum ialah proses pendidikan kita
belum mampu secara signifikan menghasilkan lulusan yang bersih, jujur dan
amanah.
Era pasar bebas memungkinkan masuknya lembaga pendidikan dan tenaga
pendidik yang mempunyai kemampuan internasional ke Indonesia, untuk itu,
kemampuan bersaing lembaga pendidikan dan tenaga pendidik harus ditingkatkan.
Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional cenderung
mengambil pendekatan educational production function yang tidak dilaksanakan
secara konsekuen. Artinya, dalam suatu produksi, yang harus diperhatikan tidak
saja aspek input, tetapi juga prosesnya. Dalam hal ini Indonesia masih kurang
memperhatikan dimensi `proses' ini sehingga mutu outputnya menjadi rendah.
Pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input
pendidikan semata yang harus digarap di tingkat pusat tetapi juga harus terus
memperhatikan faktor proses pendidikan itu sendiri di sekolah-sekolah. Input,
merupakan hal mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi
jaminan secara otomatis dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan sumber
daya manusia dengan latar belakang pendidikan formal yang baik, tetapi juga
diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan non
formal. Selanjutnya setelah seluruh tenaga pendidik terpenuhi, maka kita
dihadapkan pada masalah peningkatan kualitas mutu pendidikan. Gambar di
samping menjelaskan tentang
faktor-faktor yang menentukan
mutu pendidikan dimana di
lingkaran paling dalam adalah
siswa sebagai the learner.
Selanjutnya yang ikut
berpengaruh dalam proses
peningkatan mutu pendidikan
adalah proses learning, teaching, enabling environment serta education sector
policy. Jelas di sini menunjukkan bahwa kebijaksanaan pemerintah sangat
menentukan kualitas mutu pendidikan di Indonesia.
Penyelenggaraan pendidikan menggunakan pendekatan yang sentralistik
sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi, yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan
kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan
lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan
pendidikan nasional.
Untuk menghadapi globalisasi dapat diterapkan kiat 3C yaitu:
 Competence,
 Concept
 Connection
Dengan mengembangkan 3C diatas maka diharapkan akan terjadi peningkatan
sumber daya manusia Indonesia menghadapi globalisasi.
Dalam menghadapi berkembangnya isu globalisasi, pemerintah juga
mengadakan suatu upaya dalam bidang Pendidikan dalam upaya menghadapi
tantangan globalisasi dan perkembangan IPTEK antara lain :
 Meningkatkan kemampuan akademik dan kesejahteraan tenaga
kependidikan sebagai tenaga kependidikan sebagai tenaga pendidikan
mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan
watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa  lembaga dan
tenaga pendidikan.
 Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik
oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem
pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

You might also like