You are on page 1of 18

PEMBARUAN PEMIKIRAN ISLAM DI INDIA

(Tinjauan terhadap pemikiran Sayyid Ahmad Khan dan Gerakan Aligarh)

Oleh: Moh. Syafi'i WS Allamunjani (Makalah 2009)

A. Pendahuluan

Sejak awal abad XVIII kekuasaan Islam Mughal yang berpusat di Delhi semakin
merosot. Lemahnya kemampuan serta kewibawaan Sultan tidak dapat mengahalangi
kehendak para Amir untuk melepaskan diri dan berkuasa penuh di wilayah mereka.
Selain itu kaum Brahmana mulai bergerak ingin membangun kembali kerajaan
Hindu. Rakyat Maratha yang sebelumnya telah berulangkali memberontak dan
akhirnya berhasil membebaskan diri dan mendirikan kerajaan Hindu yang merdeka di
India Barat.

Bangsa Inggris semenjak permulaan abad XVII telah tiba di India sebagai
pedagang dengan angkatannya yang bernama "The East India Company" mengetahui
pertentangan-pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu
pihak, dan antara kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di
pihak lain, akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik mengail di air keruh. Selera
mereka tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang
telah mereka dirikan. Dengan politik adu domba yang lihai mereka berhasil. Madras
dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka.
Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan angkatan bersenjata, politik adu-domba
dan senjata uang, kekuasaan hakiki kesultanan Islam Munghal dilumpuhkan.

Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh Inggris.


Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang
mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818. Begitu juga pada tanggal 10 Mei
1857 umat Hindu dan umat Islam mengadakan pemberontakan terhadap penguasa
Inggris namun masih belum mendapatkan hasil.

1
Pada saat itu muncullah Ahmad Khan, tokoh pembaruan yang berusaha
mendekati pemerintahan Inggris. Ahmad Khan berpendapat bahwa menentang
kekuasaan Inggeris tidak akan membawa kebaikan bagi ummat Islam India, tetapi
akan menjadikan umat Islam semakin mundur serta akan jauh ketinggalan dari
masyarakat Hindu India. Selain itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk di
dalamnya Inggris, adalah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sehingga untuk
mendapatkan kemajuan, umat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam memperoleh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu
dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan
Inggris.

Ahmad Khan dikenal sebagai seorang tokoh pembaru di kalangan umat Islam
yang memiliki ide-ide cemerlang. Ide-ide pembaruan yang dicetuskan Sir Sayyid
Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikut dan
timbullah apa yang dikenal dengan Gerakan Aligarh. Pusatnya adalah sekolah
M.A.O.C yang didirikan pemimpin pembaruan Islam India itu di Aligarh. Setelah
ditingkatkan menjadi universitas, dengan nama Universitas Islam Aligarh, perguruan
tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaruan Islam India.

Dalam makalah ini akan dibahas kiprah pemikiran Sayyid Ahmad Khan dan
Gerakan Aligarh yang telah memberikan kontribusi dalam pentas pembaruan sejarah
umat Islam di India pada khususnya dan di Negara-negara Islam pada umumnya.

B. Mengenal Sosok Sayyid Ahmad Khan (1817–1898 M)

Ahmad Khan dilahirkan di India pada tahun 1817. Nenek moyangnya berasal dari
Semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke Herat, Persia (Iran), karena tekanan
politik pada zaman dinasti Bani Umayyah (41 H/661 M – 133 H/750 M). Dari Herat
mereka hijrah ke Hindustan (India) dan menetap di sana. Kakek Sayyid Ahmad Khan
adalah Sayyid Hadi yang menjadi pembesar istana pada zaman Alamghir II ( 1754-

2
1759 ). Sedangkan Ayahnya bernama al-Muttaqi, seorang ulama shalih yang
mempunyai pengaruh besar di Kerajaan Mughal pada masa pemerintahan Akbar Syah
II (1806-1837). Ahmad Khan memiliki pertalian darah dengan Nabi Muhammad
SAW melalui cucu beliau dari keturunan Fatimah al-Zahra dan Ali bin Abi Talib.
Karena itulah dia bergelar Sayyid. Sedangkan ibunya adalah seorang wanita cerdas
dan pandai mendidik anak-anaknya (TIM UIN Syarif Hidayatullah 2005, jilid I:
109).

Ahmad Khan memulai pendidikannya dalam pengetahuan agama secara


tradisional. Di samping itu dia juga mempelajari bahasa Persia dan bahasa Arab,
matematika, mekanika, sejarah dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Dia juga
banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Hal ini menjadikannya sebagai seorang yang luas ilmu pengetahuannya,
berpikiran maju, dan dapat menerima ilmu pengetahuan moderen.

Sejak sang ayah meninggal tahun 1838, Ahmad Khan mulai bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, karena ibunya enggan menerima tunjangan
pensiun dari istana. Dia bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia pindah bekerja
sebagai hakim di Fatehpur (1841), selanjutnya ia dipindahkan ke Bignaur. Pada tahun
1846 dia kembali lagi ke Delhi. Masa delapan di Delhi merupakan masa yang paling
berharga dalam hidupnya karena dia dapat melanjutkan pelajarannya. Ketika terjadi
pemberontakan umat Hindu dan umat Islam terhadap penguasa Inggris pada tanggal
10 Mei 1857, Ahmad Khan berada di Bignaur sebagai salah seorang pegawai
peradilan. Dalam peristiwa ini dia tidak ikut memberontak, bahkan banyak membantu
melepaskan orang-orang Inggris yang teraniaya di Bignaur. Atas jasa-jasanya,
pemerintah Inggris menganugerahkan gelar Sir dan memberikan berbagai hadiah
kepadanya. Ahmad Khan menerima gelar tersebut, tetapi dia menolak hadiah-hadiah
itu, kecuali kesempatan untuk berkunjung ke Inggris pada tahun 1869. Kesempatan
tersebut dimanfaatkan olehnya untuk meneliti lebih jauh sistem pendidikan serta
menyaksikan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris
(TIM UIN Syarif Hidayatullah 2005, jilid I: 109).

3
Ahmad Khan menjelaskan kepada pemerintah Inggris bahwa dalam
pemberontakan di tahun 1857, umat Islam tidaklah memainkan peran utama. Hal itu
dijelaskan lewat buku yang berisikan catatan kronologis pemberotakan tersebut, yaitu
Tarikhi Sarkhasi Bijnaur (1858). Buku lainnya, berjudul Asbab Baghawat Hind
(1858) yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris, The Causes of the Indian Revolt
(Sebab-sebab Revolusi India). Akhirnya Ahmad Khan berhasil mendamaikan umat
Islam dengan pemerintah Inggris (www.republika.co.id.html).

Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang dia tunjukkan terhadap Inggris,
Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merubah pandangan Inggris terhadap
umat Islam India. Sementara itu anjuran supaya jangan mengambil sikap melawan
tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan Inggris untuk menjalin hubungan baik
antara orang Inggris dan umat Islam.

Adapun di antara hasil karya Sayyid Ahmad Khan adalah Atsar al-Sanadid
(1874) yang merupakan hasil penelitiannya tentang arkeologi di Delhi dan sekitarnya,
Essay on life of Muhammad (1870), Tafsir al-Qur’an sebanyak 6 jilid, Ibthal al-
Ghulami (1890) dan Tabyin al-Kalam (1860). Selain itu juga menulis dua buku
Tarikh Sarkhasi Bignaur (1858) dan Asbab Baghawat Hind (1858). Dari hasil
karyanya ini terihat pula bahwa Sayyid Ahmad Khan termasuk penulis yang
produktif.

Ahmad Khan mengakhiri perjuangannya dengan berpulang ke rahmatullah


pada tanggal 27 Maret 1898 setelah menderita sakit beberapa lama dalam usia 81
tahun, dan dimakamkan di Aligarh.

C. Pemikiran Sayyid Ahmad Khan dalam Pembaruan Islam di India

Sir Sayyid Ahmad Khan dikenal sebagai seorang tokoh pembaru di kalangan umat
Islam India pada abad ke-19 dan memiliki ide-ide yang cemerlang. Bahkan ide
pembentukan Negara Pakistan bermula dari gagasannya dan dicetuskan oleh

4
Muhammad Iqbal, kemudian akhirnya diwujudkan oleh Ali Jinnah pada tahun 14
Agustus 1947 (TIM UIN Syarif Hidayatullah 2005, jilid 8: 5).

Berbagai pemikiran pembaruan yang yang telah dimunculkannya sangat


berpengaruh bagi kemajuan rakyat India selanjutnya, baik dalam bidang pendidikan,
keagamaan, sosial, politik ataupun bidang lainnya.

Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa meningkatkan kedudukan umat


Islam India, hanya dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan Inggris (TIM UIN
Syarif Hidayatullah 2005, jilid I: 109). Sebab saat itu, Inggris merupakan penguasa
yang menjajah India dan masih mempunyai kekuasaan yang kuat. Menentang
kekuasaannya tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India, bahkan akan
membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat
Hindu India.

Selain dasar ketinggian dan kekuasaan Barat, termasuk yang dimiliki Inggris
adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) modern. Bagi umat Islam, untuk
dapat maju, juga dapat menguasai IPTEK seperti mereka. Jalan yang harus ditempuh
umat Islam untuk memperoleh IPTEK yang diperlukan itu bukan bekerja sama
dengan Hindu dalam menentang Inggris, tapi memperbaiki dan memperkuat
hubungan baik dengan mereka.

Dia berpendapat bahwa Islam adalah agama akal. Ia menolak segala hal dalam
agama yang bertentangan dengan fakta-fakta ilmu pengetahuan yang sudah terbukti
kebenarannya. Dia melihat bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak
mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah
timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru adalah IPTEK Barat dan
bangsa Eropa yang mengolah demikian rupa IPTEK untuk memudahkan mewujudkan
keinginan-keinginan mereka, termasuk dalam menaklukkan umat Islam. Penaklukan
dapat dilakukan dengan mudah, karena umat Islam tidak memiliki kelebihan di
bidang yang dikuasai Bangsa Barat (M. Chabib Thoha 1996: 34).

5
IPTEK modern adalah hasil olah pemikiran manusia, karena itu dunia barat
mendapat penghargaan yang tinggi. Kalau umat Islam mau maju harus mau
menghargai akal pikiran. Sayyid Ahmad Khan sangat menghargai akal pikiran
rasional, dia percaya bahwa kekuatan dan kebebasan serta kemerdekaan manusia
dalam menentukan kehendak dan perbuatan, akan diserahkan sepenuhnya kepada
manusia itu sendiri. Dengan kata lain, dia mempunyai kesamaan paham dengan
Qadariyah (free will and free act) dan tidak berpaham Jabariyah atau fatalisme.

Sejalan dengan faham Qodariyah, dia percaya bahwa bagi tiap makhluk
Tuhan telah menentukan tabi’at atau naturnya. Natur yang ditentukan Tuhan ini dan
yang di dalam Al-Qur’an disebut sunnatullah.

Segalanya dalam alam terjadi menurut hukum sebab akibat. Karena kuatnya
kepercayaannya pada hukum alam dan kerasnya dia mempertahankan konsep hukum
alam, dia dianggap kafir oleh golongan Islam yang belum dapat menerima ide
tersebut. Bagi mereka percaya kepada hukum alam mesti membawa kepada faham
naturalisme dan materialisme yang akhirnya membawa pula kepada keyakinan tidak
adanya Tuhan. Kepadanya diberi julukan Nechari, kata Urdu yang berasal dari kata
Inggris, nature dalam laws of nature (TIM UIN Syarif Hidayatullah 2005, jilid I:
110).

Sejalan dengan ide-idenya, dalam bidang agama, dia menolak faham taklid
bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut
pendapatnya hanyalah Al-Qur’an dan Hadits yang benar dan tidak bertolak belakang
dengan akal. Pendapat ulama’ di masa lampau tidak mengikat bagi umat Islam dan
diantara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat
serupa itu dapat ditinggalkan. Oleh karena itu pintu ijtihad tetap terbuka lebar-lebar
sehingga umat Islam dapat berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern (TIM UIN Syarif Hidayatullah 2005, jilid I: 110).

Sistem penafsiran Ahmad Khan terhadap Al Qur’an didasarkan atas dasar


nature (alam). Ketika menerangkan ayat tentang peperangan, dia melemahkan
kewajiban jihad pada masa yang akan datang. Sedangkam ayat yang berhubungan

6
dengan Ahlul Kitab, dia tafsirkan bahwa tak ada jarak antara Ahlul Kitab dan ummat
Islam. Dia mengajak kerja sama antara orang-orang Islam dan orang-orang Barat, dia
mengajak kepada Humanisme Agama (yakni kemanusiaan yang dianjurkan oleh
semua agama samawi). Dalam konsep tersebut tak ada perbedaan negara, bangsa,
agama dan paham. Dengan demikian Ahmad Khan memiliki jasa di bidang politik
dan pendidikan disertai motivasi pembaharuan agama (Al Bahiy 1986: 4-8).

Menurutnya, dalam perkawinan yang menjadi dasar bagi sistem perkawinan


dalam Islam adalah sistem monogami, dan bukan sistem poligami sebagaimana
dijelaskan oleh ulama-ulama di zaman itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi
dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri
bukan suatu hukum yang wajib dijalankan, tetapi hanya merupakan hukum maksimal
yang dijatuhkan dalam keadaan tertentu. Di samping hukum potong tangan terdapat
hukum penjara bagi pencuri.

Perbudakan yang disebut dalam Al-Qur’an hanyalah terbatas pada hari-hari


pertama dari perjuangan Islam. Sesudah jatuh dan menyerahnya kota Makkah,
perbudakan tidak dibolehkan lagi dalam Islam.

Tujuan sebenarnya dari do’a ialah merasakan kehadiran Tuhan, dengan kata
lain, do’a diperlukan untuk urusan spiritual dan ketenteraman jiwa. Faham bahwa
tujuan do’a adalah meminta sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan
permintaan itu, dia tolak. Kebanyakan do’a, demikian ia menjelaskan, tidak pernah
dikabulkan Tuhan (www.nicohendrick.wordpress.com.html).

Dengan pemikiran-pemikirannya yang dianggap masih tabu pada saat itu,


maka Sayyid Ahmad Khan dihujat dan dicap kafir oleh para ulama’ Makkah, dia
tidak langsung putus asa dalam memperjuangkan pendapatnya, bahkan dia tidak
menggubrisnya. Sementara menurut para cendekiawan muda Muslim India, dia
diagungkan karena memiliki ide-ide untuk membangkitkan umat Islam India dari
keterpurukan.

7
Dalam ide politik, Sayyid Ahmad Khan, berpendapat bahwa umat Islam
merupakan satu umat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan umat Hindu.
Umat Islam harus mempunyai Negara tersendiri. Bersatu dengan umat Hindu dalam
satu Negara akan membuat minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap
dalam mayoritas umat Hindu yang lebih tinggi kemajuannya (www.nicohendrick.
wordpress.com.html). Oleh karena itu dia dikenal dan disebut sebagai penggagas
munculnya Negara Pakistan (Baverley Nichals 1982: 192)

D. Mendirikan M.A.O.C

Sir Ahmad Khan sangat mementingkan pendidikan umat Islam India. Dengan
menggiatkan pendidikan modern ala Barat, dia telah memiliki peran penting dalam
memunculkan para intelektual Muslim yang berpandangan maju (Baverley Nichals
1982: 192)

Menurut Ahmad Khan, satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat
Islam India dari keterbelakangan adalah pendidikan. Sir Ahmad Khan kemudian
mendirikan lembaga pendidikan pertama yaitu Sekolah Inggris di Mudarabad pada
tahun 1861. Untuk menunjang lembaga pendidikan tersebut, Sir Ahmad Khan pada
tahun 1864 mendirikan The Scientific Society (Translation Society) sebagai lembaga
penerjemahan ilmu pengetahuan modern ke dalam bahasa Urdu (TIM UIN Syarif
Hidayatullah 2005, jilid I: 110-111).

Pada tahun 1876 dia memilih berkonsentrasi pada pendidikan dan meminta
berhenti sebagai pegawai pemerintah Inggris hingga akhir hayatnya pada tahun 1898.

Berdasarkan pengalaman dalam berkunjung ke Inggris pada tahun 1969/70


untuk mempelajari sistem pendidikan Barat, maka pada tahun 1878, dia mendirikan
sekolah Madrsatul Ulum Musalmanan, lebih dikenal sebagai Muhammad Anglo-
Oriental College (M.A.O.C) di Aligarh yang merupakan karyanya yang bersejarah
dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan umat Islam India
(www.nieujik.blogspot.com.html).

8
M.A.O.C dibentuk sesuai dengan model sekolah di Inggris, begitu juga bahasa
yang dipakai di dalamnya ialah bahasa Inggris. Direkturnya berbangsa Inggris sedang
guru dan stafnya banyak terdiri atas orang Inggris. Ilmu pengetahuan modern
merupakan sebagian besar dari mata pelajaran yang diberikan, sedangkan pendidikan
agama tidak diabaikan. Sekolah ini terbuka bukan hanya bagi orang Islam, tetapi juga
bagi orang Hindu dan Kristen ( Mukti Ali 1993: 19)

Pada waktu itu banyak golongan Muslim India menolak belajar bahasa
Inggris, dan mereka menganggap sebagai murtad untuk belajar di sekolah-sekolah
dan perguruan tinggi yang didirikan oleh bangsa Inggris sehingga pendidikan mereka
jauh tertinggal dari golongan Hindu yang memenuhi sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi Inggris dan mengejar pengetahuan modern dengan penuh semangat.

Maka dengan adanya hal itu Ahmad Khan punya tugas yang sulit yaitu (M.
Chabib Thoha1996: 35):

1. Dia harus meyakinkan bangsa Inggris bahwa golongan muslim itu tidak ikut
andil dalam pemberotakan dan penentangan terhadap Inggris.

2. Dia harus membujuk golongan Muslim agar belajar bahasa Inggris dan
melengkapi dirinya dengan pengetahuan moderen.

Dengan tugas ini maka dia berusaha menghilangkan antipati golongan muslim
terhadap bahasa Inggris dan pengetahuan modern melalui pidato-pidatonya.

Kemudian pada tahun 1886, dia membentuk Muhammedan Educational


Conference dalam usaha mewujudkan pendidikan Nasional dan seragam untuk umat
Islam India (TIM UIN Syarif Hidayatullah 2005, jilid I: 111).

Lembaga pendidikan (M.A.O.C) terus berkembang dan selanjutnya pada


tahun 1920 Setelah ditingkatkan menjadi universitas, dengan nama Aligarh Muslim
University (Universitas Islam Aligarh). Perkembangan pendidikan di universitas ini
diarahkan pada wawasan dan cakrawala pemikiran humanisme dan sikap ilmiah. Oleh
karena itu wajar jika dari lembaga ini muncul para pemikir dan pembaru yang

9
membangkitkan umat Islam India dari masyarakat yang terbelakang menjadi
masyarakat yang bangkit menuju kemajuan (Harun Nasution 1975: 175).

Aligarh Muslim University adalah wujud karya nyata cendikiawan Muslim


India yang menerobos pakem di Negaranya, sistem sekolah ini mengadopsi konsep
pendidikan modern bagi generasi muda. Kiprah perguruan tinggi inilah yang
membuat Ahmad Khan dijuluki sebagai bapak pendidikan moderen India. Sejumlah
tokoh penting pernah mempunyai sangkutan sejarah dengan perguruan tinggi ini,
misalnya tokoh pergerakan nomor satu India mahatma Gandhi dan Ishwari Prasad.
Mantan presiden India, Zakir Husain dan presiden Maldives, Abdul Ghayom juga
pernah tercatat sebagai siswa perguruan tinggi ini. Perguruan tinggi ini memiliki 12
fakultas yang semuanya diunggulkan, yaitu seni budaya, ilmu sosial, sains, Life
Sciences, bisnis, teknik dan teknologi, kedokteran, pengobatan tradisional, hukum,
pertanian, manajemen, dan teologi. Saat ini, mahasiswa di Aligarh datang dari seluruh
dunia, terutama Asia Barat, Asia Tenggara dan Afrika. Adapun para mahasiswanya
tinggal dalam asrama (www.republika.co.id.html).

E. Gerakan Aligarh.

Gerakan Aligarh muncul setelah wafatnya Ahmad Khan. Keberadaan Gerakan


Aligarh tidak dapat lepas dari ketokohan Sayyid Ahmad Khan dan Perguruan Tinggi
yang didirikannya, yaitu M.A.O.C (Ira M Lavidus 1975: 264). Melalui (M.A.O.C) ini,
ide-ide pembaruan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan
selanjutnya oleh murid serta pengikutnya yang kemudian muncullah apa yang dikenal
dengan Gerakan Aligarh (Ira M Lavidus 1975: 276).

M.A.O.C. merupakan markas Gerakan Aligarh dengan potensinya yang telah


berkembang menjadi sebuah institusi yang memainkan peran dalam mencarikan jalan
keluar persoalan di bidang pendidikan, sosial dan politik umat Islam di India (TIM
UIN Syarif Hidayatullah 2005, jilid I: 154).

10
Gerakan Aligarh inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya
pembaruan dikalangan ummat Islam India. Dengan adanya gerakan ini, ide-ide
pembaruan selanjutnya bermunculan seperti yang dicetuskan oleh Amir Ali,
Muhammad Iqbal, Maulana Abdul Kalam Azad, dan sebagainya. Gerakan ini pula
yang yang meningkatkan umat Islam India untuk bangkit menuju kemajuan.
Pengaruhnya telah dirasakan pada golongan intelektual Islam India.

Adapun cirri-ciri pokok gerakan Aligarh sebagaimana yang disempaikan oleh


Mustafa Khan dalam An Apology for the New Light 1891 adalah (Akbar S. Ahmad
1993: 178):

1. Gerakan ini ingin mengadopsi berbagai macam peradaban Eropa.

2. Gerakan ini menginginkan adanya perbaikan kondisi sosial, terutama


sosial minoritas Muslim India.

3. Gerakan ini menginginkan adanya perubahan pemahaman keagamaan


dari yang bercorak tradisional menuju corak moderen.

Akbar S. Ahmad (1993: 178)) mengatakan, bahwa Aligarh merupakan


jawaban Muslim India terhadap modernitas. Lebih lanjut lagi, bahwa Universitas ini
memberi kesadaran baru dan kepercayaan diri bagi umat Islam di anak Benua India
pada gilirannya mendorong lahirnya Negara Islam Pakistan.

Sedangkan keberhasilan Gerakan Aligarh melalui M.A.O.C dalam menempa tokoh


pemikir Muslim India ditunjang oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut
(TIM UIN Syarif Hidayatullah 2005, jilid I: 156) :

1. Bidang Kurikulum. Kemajuan Gerakan Aligarh disebabkan adanya mata


pelajaran umum, seperti ilmu alam, filsafat, humaniora dan sebagainya.

2. Bahasa. Bahasa yang dipakai sebagai bahasa pengantar adalah bahasa


Inggris. Hal ini didasari bahwa ilmu pengetahuan di Barat kebanyakan
ditulis dalam bahasa Inggris.

11
Gerakan Aligarh dipimpin secara silih berganti oleh para tokoh yang
memperjuangkan nasib umat Islam India. Di antaranya adalah:

1. Sayyid Mahdi Ali (Nawab Muhsin al-Mulk) (1837-1907).

Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat, maka kepemimpinan Aligarh pindah ke tangan
Sayyid Mahdi Ali, yang dikenal dengan nama Nawab Muhsin al-Mulk (1837-1907).
Pada mulanya dia adalah pegawai Serikat India Tifluk, kemudian menjadi pembesar
di Hyderabad. Dia pernah berkunjung ke Inggris untuk keperluan Pemerintah
Hyderabad. Di tahun 1863 dia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan kemudian
antara keduanya terjalin tali persahabatan yang erat. Dia banyak rnenulis artikel di
Tahzib Al Akhlaq dan juga di majalah yang diterbitkan M.A.O.C. Dia pindah ke
Aligarh dan menetap di sana mulai pada tahun 1893. Pada tahun 1897 dia
menggantikankan kedudukan Sayyid Ahmad Khan di M.A.O.C. Dia mempunyai jasa
yang besar dalam menyebarkan ide ide Sayyid Ahmad Khan yang dilakukannya
melalui Muhammedan Educational Conference (Harun Nasution 1975: 175).

Jasanya dalam memajukan M.A.O.C terlihat dengan bertambah banyaknya


jumlah mahasiswa lembaga pendidikan tersebut, keuangan perguruan tinggi
meningkat, administrasi juga tertata rapi dan pengembangan pembangunan sarana dan
prasarana fisik juga tidak luput dari perhatiannya.

Dalam soal keagamaan Nawab Muhsin al-Mulk dengan idenya menentang


taklid pada ulama’ klasik dan mengadakan ijtihad baru. Tetapi dalam menghadapi
ulama’ klasik dia lebih lembut dari pada Sayyid Ahmad Khan.

Muhsin al-Mulk berhasil membuat golongan ulama India merubah sikap keras
terhadap Gerakan Aligarh. Sebagaimana diketahui bahwa Deoband yang banyak
menghasilkan ulama ulama India tradisional, mempunyai sikap yang tidak kooperatif
dengan Inggris, sedang Sayyid Ahmad Khan terkenal dengan sikap pro Inggris. Jadi
antara M.A.O.C terdapat perbedaan bukan hanya dalam soal-soal keagamaan saja
tetapi juga mengenai sikap politik.

12
Muhsin al-Mulk tidak hanya membawa para ulama dekat dengan Aligarh,
lebih jauh dia mampu menarik beberapa lawan politik pendiri Perguruan Tinggi
tersebut. Dia adalah orang yang paling cinta damai, namun dia dihadapkan juga
kepada kontraversi Hindu-Urdu yang telah ada sejak akhir-akhir kehidupan Sayyid
Ahmad.

2. Viqar al-Mulk (1841 1917)

Tokoh lain yang berpengaruh ialah Viqar al-Mulk (1841 1917). Dia semenjak muda
telah menjadi pembantu dan pengikut Sayyid Ahmad Khan. Pada tahun 1907 dia
menggantikan Nawab Muhsin al-Mulk dalam pimpinan M.A.O.C. Masa inilah
terjadinya perubahan-perubahan besar dalam adminsitrasi Perguruan Tinggi Aligarh,
bahkan dalam kebijaksanaan politik umat Muslim India ( Mukti Ali 1993: 113-114)

Viqar al-Mulk bernama Mushtaq Hussain yang lahir 1841, di Distrik Moradabad,
United Pravinces. Dia adalah rekan Sayyid Ahmad Khan dan juga Muhsin al-Mulk.
Bersama dengan Muhsin al-Mulk dia selalu bekerja sama dalam masalah administrasi
Aligarh.

Pada masa Viqar ini terjadi pertentangan antara Viqar al-Mulk dengan Mr.
Archbold yang menjadi Direktur M.A.O.C di waktu itu. Dalam pertentangan ini
Gubernur Daerah menyebelah Archbold sedang Viqar al-Mulk disokong oleh Agha
Khan serta Amir Ali dan selanjutnya oleh masyarakat Islam di luar. Archbold
akhirnya terpaksa mengundurkan diri. Kekuasaan Inggris di M.A.O.C dari semenjak
itu mulai berkurang ( Mukti Ali 1993: 115)

Viqar al-Mulk sebagai seorang ulama yang keras pendirian dan pegangannya
terhadap agama, hidup keagamaan di M.A.O.C diperkuatnya. Pelaksanaan ibadah,
terutama shalat dan puasa diperketat pengawasannya. Lulus dalam ujian, agama
menjadi syarat untuk dapat naik tingkat. Hal-hal tersebut di atas membuat M.A.O.C
menjadi lebih populer di kalangan ulama India (Harun Nasution 1975: 176).

13
Dalam pandangan politik, dia pada mulanya sependapat dengan Sayyid
Ahmad Khan. Dia menegaskan bahwa ummat Islam India yang hanya berjumlah
seperlima dari umat Hindu, kalau India telah ditinggalkan Inggris akan hidup
tertindas oleh mayoritas Hindu. Nyawa, harta, kehormatan dan agama umat Islam
akan dalam keadaan bahaya. Kelanjutan wujud umat Islam India akan dapat terjamin
dengan berlanjutnya kekuasaan Inggris di India. Tetapi setelah rencana pembagian
Bengal menjadi dua daerah pemilihan, daerah pemilihan Islam dan daerah pemilihan
Hindu dibatalkan, dia merubah pandangan politiknya. Katanya, Inggris bukan lagi
tempat orang Islam menggantungkan nasib, masa untuk itu telah berlalu. Pandangan
Viqar dapat terlihat pada tulisan artikelnya ‘The Fate of Muslim in India’ ( Mukti Ali
1993: 128)

Dengan demikian, pada masa pimpinan Viqar al-Mulk ini terlihat bahwa
ketergantungan Gerakan Aligarh kepada Inggris telah berkurang dan tidak lagi seperti
pada zaman Sayyid Ahmad Khan.

3. Altaf Husain Hali (1837-1914).

Tokoh India lainnya yang terkenal sebagai penyebar ide ide pembaruan Sayyid
Ahmad Khan adalah Altaf Husain Hali (1837 1914). Dia pernah bekerja sebagai
penerjemah di kantor Pemerintah Inggeris di Lahore, tetapi kemudian pindah ke
Delhi. Di sinilah dia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan keduanya menjadi
teman baik. Hali terkenal sebagai seorang penyair, tetapi dia juga menulis karangan
karangan untuk Tahzib al-Akhlaq. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan dia menulis
syair tentang peradaban Islam di Zaman Klasik. Keluarlah di tahun 1879 apa yang
terkenal dengan nama Musaddas. Syair itu antara lain juga mengandung ide-ide
Aligarh. Musaddas sangat berpengaruh terhadap ummat Islam India, sehingga
dikatakan bahwa di samping M.A.O.C dan Muhammedan Educational Conference,
Musaddas-lah yang mempunyai jasa besar dalam mempopulerkan Gerakah Aligarh.

14
Terhadap pendidikan wanita dia memandang adanya kesejajaran yang sama
dengan lelaki. Oleh karenanya dia lebih progresif dari Sayyid Ahmad Khan yang
memandang bahwa kaum wanita saat itu belum perlu mendapat pendidikan sebagai
kaum lelaki (Harun Nasution 1975: 178).

Dalam soal politik dia juga berpendapat bahwa ummat Islam India merupakan
suatu kesatuan tersendiri di samping umat Hindu. Tetapi dia tidak bersikap anti
Hindu, dia menganjurkan supaya penulis-penulis Islam India juga mempelajari
bahasa Hindu (Harun Nasution 1975: 178).

Semangat patriotisme Hali ini terlihat dalam syairnya (www.gampoalam.


blogspot.com):

Jika Anda ingin kebaikan dari negerimu.

Maka janganlah menganggap sebagai orang asing sesama patriot dari tanah airmu,

Apakah dia Muslim atau Hindu,

Apakah Budha atau Brahma,

Pandanglah mereka dengan mata persahabatan yang sahdu,

Anggaplah mereka seperti bagian hitam dari matamu.

4. Muhammad Syibli Nu’mani

Muhammad Syibli Nu’mani (1857 1914) diangkat pada tahun 1883 sebagai Asisten
Profesor Bahasa Arab di Aligarh. Dia mempunyai pendidikan Madrasah Tradisional
dan pernah pergi ke Mekah dan Medinah memperdalam pengetahuannya tentang
agama Islam (www.gampoalam.blogspot.com).

Ketika di M.A.O.C., dia berjumpa dengan ide ide baru yang dikemukakan
oleh Gerakan Aligarh dan tertarik padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya,
membuat dia tidak mempunyai sikap se-liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi dia tidak
menentang pemakaian akal dalam soal-soal agama; mempelajari falsafat barat

15
bukanlah haram. Ulama-ulama zaman klasik juga mempelajari dan banyak yang
menguasai filsafat. Pemikiran moderen dalam bentuk moderat dapat diterimanya.

Syibli Nu’mani tidak lama dalam pengabdiannya di Aligarh dan pada


akhirnya dia meninggalkannya, kemudian pergi ke Lucknow untuk memimpin
perguruan tinggi Nadwat al-Ulama (yang didirikannya pada tahun 1894). Pemikiran
modern moderat yang dianutnya membawa perubahan pada perguruan tinggi ini.
Salah satu dari muridnya yang kemudian menjadi pemimpin pembaharuan di abad
XX ialah Abdul Kalam Azad (TIM UIN Syarif Hidayatullah 2005, jilid I: 156).

Kritik Syibli yang membawa kepada sikap meninggalkan Aligarh adalah


bahwa sejak masa Sayyid Ahmad Khan telah terjadi pemisahan agama dari politik.
Walaupun pada kenyataannya Sir Sayyid sangat memperhatikan agama, Syibli
percaya bahwa agama sebagai bantuan untuk tujuan-tujuan duniawi. Ini barangkali
obsesi masa lalu ketika para ulama memegang kekuasaan spiritual sekaligus duniawi
(www.gampoalam.blogspot.com).

Pada masa inilah, gaung Aligarh mulai agak memudar, namun ide-ide
pembaharuan yang dicetuskan melalui lembaga ini terus dikembangkan oleh tokoh-
tokoh yang lahir kemudian.

F. Kesimpulan

Sayyid Ahmad Khan adalah pencetus pembaruan India. Berbagai pemikiran


pembaruan yang ditelornya sangat berpengaruh bagi kemajuan rakyat India
selanjutnya. Ide-ide pembaharuannya baik dalam pendidikan, keagamaan, juga dalam
bidang sosial politik merupakan refleksi dari gejolak sosial masa itu.

Sebagai langkah untuk membangkitkan kembali umat Islam, Sayyid Khan


mengemukakan langkah-langkah yang harus ditempuh: menjalin hubungan dengan
negara Inggris dan menyingkirkan penolakan kaum muslimin terhadap kemajuan
Barat mulai ia perjuangkan, mengambil ilmu-ilmu kebudayaan Barat, menafsirkan
ulang Islam dalam bidang pemikiran. Di samping itu, pembaruan dalam Islam dia

16
memberikan penghargaan tinggi pada akal manusia, percaya kepada hukum alam
ciptaan Tuhan, menentang taklid dan pintu ijtihad masih terbuka lebar seiring dengan
perubahan zaman.

Paham dan pemikiran yang dianut Oleh Sayyid Ahmad Khan ada kesamaan
dengan faham yamg dianut oleh Qadariyah, misalnya manusia di anugrahi Tuhan
berbagai macam daya diantaranya fikiran yang berupa akal dan daya fisik untuk
merealisasikan kehendak. Dengan pikiran-pikirannya yang dianggap aneh sebagaian
kalangan Islam, dia dicap sebagai kafir.

M.A.O.C. di Aligarh merupakan cikal bakal bagi lahirnya tokoh-tokoh


pembaharu India yang akan mengantar India kepada kemajuan pasca keterpurukan –
kekalahan Mughal dan penguasaan Inggris di India. Aligarh melahirkan tokoh-tokoh
yang terus mengembangkan ide-ide pembaharuan Sir Sayyid, seperti Muhsin Al-
Mulk, Viqar al-Mulk, dan lain-lain. Dalam perkembangan selanjutnya M.A.O.C.
berkembang menjadi Universitas Aligarh yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh
penting, seperti Amir Ali, Muhammad Iqbal dan lain-lainnya.

M.A.O.C. adalah markas Gerakan Aligarh yang telah memberikan jalan


keluar pada persoalan-persoalan umat Islam di India

17
REFERENSI

Ahmad, Akbar S., Living Islam (Bandung: Mizan, 1993)

Ali, Mukti, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Bandung, Mizan:
1993)

Al-Bahi, Muhammad, Pemikiran Islam Modern (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986)

Houstma, Firt Encyclopedia of Islam (London: EJ. Brill, 1987)

Lavidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam (Jakarta, Bulan Bintang: 1975)

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)

Nichals, Baverley, Pakistan a Natioality (New York: Vintage Book, 1982)

Thoha, M. Chabib, Reformasi Filsafat Pendidikan Islam (Semarang: Pustaka Pelajar,


1996)

TIM UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, (Jakrata: Ichtiar Baru Van Hoeve,
2005), Jilid I

TIM UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, (Jakrata: Ichtiar Baru Van Hoeve,
2005), Jilid VIII

www.republika.co.id.html, 21-11-09

www.gampoalam.blogspot.com.html, 21-11-09

www.nicohendrick. wordpress.com.html, 21-11-09

18

You might also like