You are on page 1of 23

MUSYARAKAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalah II

Dosen Pembimbing :
Bpk. Muh. Harfin Zuhdi

Kelompok III :

Adriansyah ( 108046100174 )
Ema Febriani ( 108046100154 )
Qurratul Ainy ( 108046100155 )

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
DAFTAR ISI

1
Daftar isi…………………………………………………………… 1

Latar Belakang…………………………………………………….. 2

Pembahasan………………………………………………………... 3

Kesimpulan ……………………………………………………….. 18

Daftar Pustaka………………………………………………………19

LATAR BELAKANG
Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syari’ah dapat dilakukan empat akad
utama yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzhara’ah, al- musaqah. Namun prinsip yang
paling banyak dipakai adalah musyarakah dan mudharabah, sedangkan muzara’ah dan musaqah
dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank
islam.

Adapun akad yang dipakai dalam prinsip bagi hasil ini adalah akad tijarah
( mu’awadhah ) yaitu segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction,
berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya.

Akad tijarah pun dapat kita bagi jadi dua kelompok besar yaitu natural certainty contracts
( NNC ) dan natural uncertainty contracts ( NUC )

Dalam makalah ini akan dibahas musyarakah yang termasuk kedalam natural uncertainty
contracts dimana dalam musyrakah atau yang disebut syirkah pihak-pihak yang yang
bertransaksi saling mencampurkan asetnya ( baik real assets maupun financial asset ) menjadi
suatu kesatuan dan kemudian menanggung resiko bersama untuk mendapatkan keuntungan .

Banyak masyarakat umum yang tidak memahami definisi dari musyarakah sendiri dan
banyak juga masyrakat yang menganggap sama antara musyarakah dan mudharabah. Inilah
salahsatu alas an yang melatarbelakangi kami menyajikan makalah ini yaitu untuk mengetahui
secara jelas definisi dari musyarakah serta syarat-syarat dan rukun-rukun serta ketentuan berlaku.

Sehingga pembaca dapat mengetahui lebih jela tentang musyarakah yang melatarbelakangi
makalah ini, juga sebagai bahan tanbahan untuk fiqih muamalah.

PEMBAHASAN

A. Pengertian

3
• Pengertian menurut bahasa

Musyarakah secara bahasa diambil dari bahasa arab yang berarti


mencampur. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan
modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kata syirkah dalam bahasa arab berasal dari kata syarika (fi’il
madhi), yashruku (fi’il mudhari’)
syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); artinya
menjadi sekutu atau syarikat (kamus al Munawar) Menurut arti
asli bahasa arab, syirkah berarti mencampurkan dua bahagian
atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bahagian
dengan bahagian lainnya, (An-Nabhani).

• Pengertian secara terminologi

Menurut Ulama Malikiyah, syirkah adalah : Suatu keizinan untuk


bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama
terhadap harta mereka.

Menurut Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, syirkah aadlah : Hak


bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang
mereka sepakati.

Menurut Ulama Hanafiyah, syirkah adalah : Akad yang dilakukan


oleh orang – orang yang bekerjasama dalam modal dan
keuntungan.

• Pengertian secara fiqih

Adapun menurut makna syara’, syirkah adalah suatu akad antara


2 pihak atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja dengan
tujuan memperoleh keuntungan. (An-Nabhani).

Secara keseluruhan definisi syirkah yaitu, kerjasama antara dua


orang atau lebih dalam berusaha , yang keuntungan dan
kerugiannya ditanggung bersama.

B. Landasan Hukum

• Al-Qur’an

ôMßgsù âä!%Ÿ2uŸà° ŸÎû Ï]è=ŸW9$# 4

“ . . .maka berserikat pada sepertiga . . . “ ( an-Nissa:12 )

‫وإن كثيرامن الخلطاء ليبغي بعضهم علي بعض إل الذ ين ء ا منوا وعملوا الصلحت‬

“ Dan sesungguhnya kebnyakan dari orang – oang yang berserikat


iu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain
kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh”
( Shaad:24 )

• Hadits

‫عن أ بي هر يرة رفعه قال إن ال يقول أنا ثالث الشر يكين ما لم يخن أحدهما صاحبهه‬

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda “ Sesungguhnya


Allha Azza wa Jalla berfirman, ‘ Aku piha ketiga dari dua orang
yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati
lainnya.’ “ ( HR Abu Dawud no. 2936 dalam kitab al-Buy, dan
Hakim )

• Ijma

Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata, “ Kaum


muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarah
secara global walaupunterdapat perbedaan pendapat dalam
beberapa eleven darinya.”1

1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke praktek.Gema Insani

5
C. Rukun dan Syarat

• Rukun syirkah yaitu :

1) ijab-kabul yang juga disebut sighah.

2) dua pihak yang berakad (‘aqidani), dan memiliki


kecakapan melakukan pengelolaan harta.

3) objek aqad(mahal) yang disebut juga ma’qud alaihi, yang


mencakup modal atau pekerjaan

• Syarat Syirkah menurut Hanafiah :

1) Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah


baik dengan harta maupun yang lainnya. Dalam hal ini
terdapat dua syarat, yaitu:

i.Yang berkenaan dengan benda yang


diakadkan adalah harus dapat diterima
sebagai perwakilan.

ii.Yang berkenaan dengan keuntungan


yaitu pembagian keuntungan yang jelas
dan diketahui orang pihak-pihak yang
bersyirkah.

2) Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal ( harta )


dalam hal ini terdapat dua perkara yang harus dipenuhi
yaitu:

i.Bahwa modal yang dijadikan objek akad

perss.Jakarta.2001.hal 91
syirkah adalah dari alat pembayaran
(nuqud).

ii.Yang dijadikan modal ( harta pokok )


ada ketika akad syirkah dilakukan.

Syarat Syirkah menurut Malikiyah :

1) Merdeka

2) Baligh

3) Pintar

Syarat – syarat syirkah uqud secara umum, adalah :

1) Perserikatan merupakan transaksi yang bisa diwakilkan,


menurut Iman Hanafi, semua jeis syirkah mengandung arti
perwakilan. Berarti salah satu pihak diperbolehkan untuk
menerima atau mengirimkan wakilnya untuk bertindak hukum
terhadap objek perserikatan sesuai dengan izin pihak – pihak
lainnya.

2) Presentase pembagian keuntunagn untuk masing-masing


pihak yang berserikat hendaknya diketahui ketika
berlangsungnya akad.

3) Keuntungan untuk masing – masing pihka ditentukan secara


global berdasarkan presentase tertentu sesuai kesepakatan,
tidak boleh ditentukan dalam jumlah tertentu/pasti.

D. Macam – Macam Syirkah

• Syirkah Amlak

Ialah bahwa lebih dari satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad.

7
Adakalanya bersifat ikhtiyariyah ( sukarela ) atau jabari ( terpaksa ).

1) Syirkah Ikhtiariyah
Persekutuan atau kerjasama terjadi atas perbuatan dan kehendak pihak-
pihak yang berserikat.

2) Syirkah Ijbariyah
Persekutuan yang terjadi tanpa adanya perbuatan dan kehendak pihka
yang berserikat (perserikatan yang muncul secara paksa, bukan atas
keinginan yang berserikat).

• Syirkah Uqud

Ialah bahwa dua orang atau lebih melakukan akad untuk


bergabung dalam suatu kepentingan harta dan hasilnya berupa
keuntungan

1) Syirkah al-‘inan

Kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak


memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja. Kedua belah pihak berbagi
dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang
disepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi masing-
masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi
hasil, tidak harus sama dan identik sesuai kesepakatan
mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis al-
musyarakah ini.

2) Syirkah Muwafadah

Kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak


memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi
keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikan,
syarat utama dari jenis al-musyarakah ini adalah
kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab,
dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.

3) Syirkah A’mal/Abdan

Kontrak kerja sama dua orang yang seprofesi untuk


menerima pekerjaan secara bersama dan bebagi
keuntungan dari pekerjaan itu.

4) Syirkah Wujuh

Kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki


reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan
menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi
dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan
kepada penyulpai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis al-
musyarakah ini tidak memerlukan modal karena
pemebelian secara kredit berdasar pada jaminan tersebut.
Karenanya kontrak ini pun lazim disebut sebagai
musyarakah piutang.

5) Syirkah al-Mudharabah2

E. Ketentuan – Ketentuan yang Terkait

1) Semua modal dijadikan satu untuk dijadikan modal


proyek musyarakah dan dikelola bersama – sama. Setiap
pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan
kebijaksanaan usaha yang dijalankan oleh pelaksana

2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke praktek.Gema Insani


perss.Jakarta.2001.hal 92-93

9
proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan
proyek musyarakah dan tidak boleh :

i.Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi

ii.Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain


tanpa izin pemilik modal lain

iii.Memberi pinjaman kepada pihak lain

iv.Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan


atau diganti oleh pihak lain

2) Biaya yangg timbul dalam pelaksanaan proyek dan


jangka waktu proyek harus diketahui bersama.
Keuntungan dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.

3) Proyek yang dijalankan harus disebutkan dalam akad.


Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana
tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati
umutuk Bank.3

F. Berakhirnya Akad Musyarakah

• Proyek / usaha telah selesai

• Salah satu pihak mundur

• Salah satu pihak meninggal dunia

• Salah satu pihak hilang kecakapan hukum

• Modal atau proyek / usaha hilang total4

Manfaat al-musyarakah terdiri dari:


3 Adiwarman Karim,Bank Islam analisis fiqih dan keuangan.PT.Raja
Grafindo.Jakarta.2007.hal

4 http://www.slideshare.net/zudin/produk-produk-perbankan-syariah
a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha meningkat.

b. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada


nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan atau hasil usahabaik, sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread.

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow


atau arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan
nasabah.

d. Bank akan lebih efektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Karena keuntungan
yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda


dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima
pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga. Tetapi berapapun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan
terjadi krisis ekonomi.

Risiko:

a. Side steaming nasabh menggunakan dana itu bukan seperti yang


disebut kontrak.

b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.

c. Penyembuhan keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak


Jujur.5

5 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke praktek.Gema Insani


perss.Jakarta.2001.hal 93-94

11
G. Aplikasi Dalam Bank Syariah

• Pembiayaan proyek

Al-Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek


dimana nasabah dan Bank sama-sama menyediakan dana untuk
membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati oleh Bank.

• Modal ventura

Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan


investasi dalam kepemilikan perusahaan, al-musyarakah
diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal
dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu Bank
melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya abaik
secara singkat.6

H. Fatwa Dewan Syariah Nasional Pada Pembiayaan Musyarakah

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL


NO: 08/DSN-MUI/IV/2000
Tentang PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Menimbang :
Mengingat :
Memperhatikan :
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : FATWA TENTANG PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Pertama : Beberapa Ketentuan:

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan

6 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke praktek.Gema Insani


perss.Jakarta.2001.hal 93
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak


(akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan


menggunakan cara-cara komunikasi modern.

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil.

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis
normal.

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset
dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas
musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan
kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana


untuk kepentingannya sendiri.

3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)

a. Modal

i.Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya
sama.
Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti,

13
dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai
dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.

ii.Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau


menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar
kesepakatan.

iii.Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan,


namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta
jaminan.

b. Kerja

i.Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan


musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan
syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang
lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan
bagi dirinya.

ii.Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan
wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja
harus dijelaskan dalam kontrak.

c. Keuntungan

i.Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan


perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian
musyarakah.

ii.Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar


seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang
ditetapkan bagi seorang mitra.

iii.Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah


tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya.
iv.Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.

d. Kerugian

Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham
masing-masing dalam modal.

4. Biaya operasional dipersengketakan

a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan
diantara kedua belah pihak, maka penyelaesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase
syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah

No.08 DSN-MUI/IV/20007

PERSYARATAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA BANK MUAMALAT

Pembiayaan Konsumtif dengan pengajuan minimal Rp, 50 juta (plafond)


Usia 21-54 tahun (tidak melebihi usia pensiun)

Masa kerja minimal dua tahun

Foto kopi KTP suami istri sebanyak dua buah

Foto kopi Kartu Keluarga

Foto kopi Surat Nikah

Surat persetujuan suami/istri

7 http://www.pkesinteraktif.com/download/fatwadsn/08.pdf

15
Slip gaji asli selama 3 bulan terakhir

Surat keterangan/rekomendasi dari perusahaan

Foto kopi NPWP (bagi pengajuan diatas Rp. 100 juta)

Rekening bank selama 3 bulan terakhir

Foto kopi jaminan (tanah, bangunan atau kendaraan yang dibeli)

Angsuran tidak melebihi 40% dari gaji pokok

Pembiayaan Koperasi
Surat Permohonan

Foto kopi NPWP

Foto kopi SIUP

Foto kopi TDP

AD/ART Koperasi dan perubahannya

Surat pengesahan dari Departemen Koperasi


Susunan pengurus koperasi yang disahkan oleh Departemen Koperasi

Laporan Keuangan 2 tahun terakhir

Laporan Rapat Anggaran Tahunan (RAT) selama 2 tahun terakhir

Cash flow projection selama masa pembiayaan

Data jaminan

Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha

Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat

Pembiayaan Korporasi (PT/CV)


Surat Permohonan

Foto kopi NPWP

Foto kopi SIUP

Foto kopi TDP dan kelengkapan izin usaha lainnya

Foto kopi KTP Direksi

17
Company Profile

Akta pendirian dan perubahannya

Surat pengesahan dari Departemen Kehakiman

Foto kopi rekening koran 3 bulan terakhir

Laporan Keuangan 2 tahun terakhir

Cash flow projection selama masa pembiayaan

Data jaminan

Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha

Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat


PERSYARATAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI

PERSYARATAN PEMBIAYAAN

Keterangan Konsumtif Produktif

Badan
Pegawai Wirausaha Perorangan
Usaha

Identitas diri dan pasangan v v - v

Kartu keluarga dan surat


nikah v v - v

Slip gaji 2 bulan terakhir v - - -

SK Pengangkatan terakhir v - - -

Copy rekening bank 3 bulan


terakhir v - - -

Akte pendirian usaha - - v -

Identitas pengurus - - v -

Legalitas usaha - v v v

Laporan keuangan 2 tahun


terakhir - v v v

19
Past performance 2 tahun
terakhir - v v v

Rencana usaha 12 bulan


yang akan datangs - v v v

Data obyek pembiayaan v v v v

Ada beberapa perbedaan mendasar antara syarat yang diberlakukan Bank Muamalat dan
Bank Syariah Mandiri pada pembiayaan musyarakah.

Persyaratan pembiayaan musyarakah yang diberlakukan Bank Muamalat ternyata lebih banyak
dan lebih kompleks atau mendetail dibandingkan dengan persyaratan yang diberlakukan oleh
Bank Syariah Mandiri. Hal ini terjadi mungkin saja dikarenakan Bank Muamalat yang memang
dari awalnya adalah Bank yang berasaskan syariah Islam sedangkan Bank Syariah Mandiri
adalah sebuah Bank yang awalnya satu fondasinya adalah Bank Konvesional yang kemudian
mengkonversi kan diri dengan membentuk pula Bank yang berasakan Syariah, hal ini lah yang
mungkin mempengaruhi adanya perbedaan yang cukup signifikan dari syarat – syarat dari akad
musyarakah ini.

Dapat kita lihat bahwa syarat yang mesti diajukan oleh calon ‘aqidani pada Bank Muamalat
untuk perseorangan yaitu harus mengajukan persetujuan dari suami atau istri , untuk lembaga
koperasi dan perusahaan harus adanya persetujuan atua pengesahan dari dewan kopersai dan
dewan kehakiman serta harus juga menyerahkan beberapa dokumen tambahan yang berkaitan
dengan usaha yang dijalankan , sedangkan pada Bank Syariah Mandiri syarat yang harus
diajukan tidak serumit dan sekomplek itu , hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Bank
Muamalat benar – benar memikirkan betul pihak – pihak lain yang dapat mendukung usaha
tersebut dan juga memikirkan secara mendetail hal – hal yang dapat menjelaskan usaha – usaha
yang dilaksanakan sehingga usaha yang dijalankan dapat diketahui betul oleh Bank, sedangkan
pada Bank Syariah Mandiri syarat – syarat yang diajukan hanya secara umumnya saja tidak
secara mendetail seperti yang dilakukan Bank Muamalat.

Syarat yang paling membedakan antara kedua Bank tersebut adalah pada Bank Muamalat
seluruh Nasabah yang akan melaksanakan akad syirkah harus memutasikan seluruh dananya
pada Bank Muamalat , sehingga seluruh tabungan modal untuk akad syirkah ditabung pada Bank
tersebut sedangkan pada BSM hal ini tidak masuk dalam persyaratan , sehingga dana dapat
berasal dari mana saja sedangkan pada Bank Muamalat memikirkan sumber dana juga dengan
mengharuskan adanya permutasian dana sehingga dana jelas darimana berasal dan tidak
tercampur dengan riba atau sumber dana lain yang dilarang oleh syariat Islam.

KESIMPULAN
Syirkah atau Musyarakah merupakan kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih yang
terikat hukum yang berkaitan dengan modal , jasa dan keuntungan. Keuntungan dan kerugian
yang terjadi pada akad Syirkah ditanggung bersama.

Penerapan Syirkah pada akad perbankan sangat membantu sekali bagi para penanam
modal karena dapat memanfaatkan modal nya yang ada dengan melakukan kerjasama yang telah
sesuai dengan syariat Islam, Penerapan syirkah pada Perbankan Syariah pun telah dilaksanakan
dengan baik terlihat dari jelasnya pesyaratan – persyaratan untuk melaksanakan akad syirkah
yang setelah dilihat sudah sesuai dengan rukun dan syarat dari Syirkah itu sendiri.

Namun tidak seragamnya persyaratan antara Bank Syariah satu dengan Bank Syariah laiinya
dirasa membuat kerancuan karena kami rasa pada akhirnya akan menimbulkan satu masalah
berkaitan dengan perbedaan syarat – syarat Syirkah tersebut, adanya penyesuaian persyaratan
pokok kami rasa perlu agar terlaksana nya akad Syirkah yang baik dan akhirnya tidak
menimbulkan masalah dari persyaratan itu sendiri.

Pendapat kami penerapan persyaratan akad Syirkah pada Bank Muamalat sangat sangatlah sesuai
dan benar-benar mendetail bagi calon Nasabah yang memang mengharapkan akad Syirkah yang
akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari syariat Islam melihat juga bahawa Bank
Muamalat adalah Bank yang memang fondasi dasarnya berdasarkan pada Syariah , namun
apabila calon Nasabah menginginkan kemudahan dalam persyaratan Bank Syariah Mandiri data
menjadi solusinya.

21
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i.2001.Bank Syariah Dari Teori ke Praktik,Jakarta:Gema Insani Press.

Karim, Adiwarman.A.2007.BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan,Jakarta:PT.RajaGrafindo


Persada.

Lathif, AH . Azharudin.2005.Fiqh Muamalat,Jakarta:UIN Jakarta Press.

Saeed, Abdullah.2006.Menyoal bank syariah.jakarta: paramadina

http://ekonomiislamkita.blogspot.com/2008/08/musyarakah-dan-prakteknya-dalam.html

http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/syirkah-makalah.html

http://www.slideshare.net/zudin/produk-produk-perbankan-syariah

http://www.syariahmandiri.co.id/produkdanjasa/pembiayaan/persyaratanpembiayaan.php

http://www.muamalatbank.com/index.php/home/produk/bagihasil_musyarakah
23

You might also like