You are on page 1of 6

INFLASI

Inflasi adalah suatu gejala-gejala kenaikan harga barang-barang yang sifatnya


itu umum dan terus-menerus. Dapat disebut inflasi jika ada tiga faktor yaitu :
1. Kenaikan harga
2. Bersifat umum
3. Berlansung terus-menerus
· Kenaikan harga
Harga barang dapat di katakana naik jika harganya menjadi tinggi dari
harga sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu lalu,
sedangkan pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih mahal dari
minggu kemarin.
· Sifatnya umum
Kenaik harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika naiknya
barang tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum . Contohnya :
jika harga BBM naik maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan pokok
menjadi naik ini baru bias disebut inflasi.
· Berlanasung terus-menerus
Naiknya harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika naiknya
barang tersebut terjadinya hanya sesaat, inflasi itu dilakukan dalam rentang
minimal bulanan.
Ada beberapa faktor maslah sosial yang muncul dari inflasi yaitu :
1. Menurunya tingkat kesejahtraan rakyat
2. Memburuknya distribusi pendapatan
3. Terganggunya stabilitas ekonomi
Saya mengambil referensi dari buku Mikro Ekonomi &
Makro Ekonomi yang diterbitkan olehFakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. ( http://muhamadzainudin-
dzay.blogspot.com/2009/05/pengertian-inflasi.html).

Analisa Data : Analisis Data Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Inflasi di Indonesia
Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat
menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi seringkali menjadi
target kebijakan pemerintah. Inflasi yang tinggi begitu penting untuk diperhatikan
mengingat dampaknya bagi perekonomian yang dapat menimbulkan ketidakstabilan,
pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan pengangguran yang selalu meningkat.
Seperti pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu dihadapi dalam
perekonomiansuatu negara. Sampai di mana buruknya masalah inflasi ini berbeda
antara satu waktu ke waktu yang lain, dan berbeda pula dari satu negara ke negara
lain. Tingkat inflasi yaitu persentasi kenaikan harga – harga dalam suatu tahun
tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan baik buruknya
masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi
yang rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2
sampai 4 persen.. Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya
mencapai 5 sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu
peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih
tinggi yang kenaikan tersebut dinamakan hiperinflasi (Sukirno, 2004).
Akibat buruk inflasi pada perekonomian yang oleh sebagian ahli ekonomiberpendapat
bahwainflasiyang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator bagi
pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya diikuti oleh
kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan keuntungan
akan menggalakkan investasi di masa akan datang dan ini akan menyebabkan
percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika inflasi lebih serius
keadaannyaperekonomiantidak akan berkembang seperti yang diinginkan.
Pengalaman beberapa Negara yang pernah mengalami hiperinflasi menunjukkan
bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan social dan politik, dan
tidak mewujudkan pertumbuhanekonomi (Sukirno, 2004).
Baru – baru ini pada Agustus 2007 tingkat inflasi di indonesia mencapai 0,75 persen
telah melampaui ekspektasi atau kenaikan harga – harga. Tingkat inflasi Agustus
2007 dibanding bulan juli yang sama tahun lalu hanya 0,33 persen.
Sedangkan inflasi year on year (Agustus 2007 terhadap Agustus 2006) mencapai 6,51
persen. Inflasiyear on year tersebut juga lebih tinggi dari bulan lalu yang mencapai
6,06 persen (Sri Mulyani, 2007).
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan dijumpai di
hampir semua Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk
menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau
mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain (Boediono, 1995).
Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan
(Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan
(Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasisebagai
suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan
satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang
sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990).
Bank Indonnesia sebagai otoritas moneter memegang kendali yang sangat strategis
dalam menciptakan kebijakan moneter yang stabil dalam perekonomian nasional,
Namun dalam perjalanannya kebijakan Bank Indonesia yang dibuat atau kebijakan
yang diambil Bank Indonesia menjadi tidak efektif dan bahkan tidak efisien
sebagaimana yang dinginkan oleh bank Indonesia terhadap kebijakan tersebut
untuk perekonomian.
Bank Indonesia harus dapat mengukur peredaran uang, antara lain dengan
menentukan tingkat suku bunga SBI, selain itu pemerintah juga memegang peranan
penting dalam mengendalikan laju inflasiuntuk itu salah satu kebijakannya adalah
mengatur pengeluaran untuk pengeluaran rutinnya (government expenditure). Dilain
pihak sektor luar negeri juga cukup memegang peranan dalam
mengendalikan inflasi diantaranya yaitu penerimaan export. Dengan demikian laju
pertumbuhaninflasi dapat dikendalikan ditekan atau bahkan kemunculannya dapat
dicegah.
Oleh karena itu untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan
stabil diperlukan adanya kerjasama dan kemitraan dari seluruh pelaku ekonomi. Mulai
dari bank indonesia, pemerintah maupun swasta inflasi tidak boleh diabaikan begitu
saja, karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Inflasi yang sangat tinggi
sangat penting diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomianyang bisa
menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat
dan pengangguran yang meningkat. Dengan hal tersebut, upaya
mengendalikan inflasi agar stabil sangat penting untuk dilakukan.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang di
peroleh dari BI (Bank Indonesia) dan BPS (Badan Pusat Statistik). Variabel yang di
gunakan antara lain : permintaan uang, tabungan domestik, produk domestik bruto,
tingkat suku bunga bank, dan kurs dollar terhadap rupiah.
Metode yang digunakan adalah metode destkriptif dan kuantitatif, yaitu
menggambarkan suatu permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang
berhubungan dengan rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah
yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu
dengan Metode Mackinnon, White dan Davidson (uji MWD).
Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa permintaan uang dan tingkat suku
bunga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap inflasi, sedangkan produk
domestik bruto (PDB)berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap inflasidan kurs tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap inflasi di Indonesia pada kuartal tahun penelitian.
Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat
menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi seringkali menjadi
target kebijakan pemerintah. Inflasi yang tinggi begitu penting untuk diperhatikan
mengingat dampaknya bagi perekonomian yang dapat menimbulkan ketidakstabilan,
pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan pengangguran yang selalu meningkat.
Seperti pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu dihadapi dalam
perekonomian suatu negara. Sampai di mana buruknya masalah inflasi ini berbeda
antara satu waktu ke waktu yang lain, dan berbeda pula dari satu negara ke negara
lain. Tingkat inflasi yaitu persentasi kenaikan harga – harga dalam suatu tahun
tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan baik buruknya
masalah ekonomiyang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi
yang rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2
sampai 4 persen. Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya
mencapai 5 sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu
peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih
tinggi yang kenaikan tersebut dinamakan hiperinflasi (Sukirno, 2004).
Akibat buruk inflasi pada perekonomian yang oleh sebagian ahli ekonomi
berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang
sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak
secepatnya diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah.
Pertambahan keuntungan akan menggalakkan investasi di masa akan datang dan ini
akan menyebabkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika inflasilebih
serius keadaannya perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan.
Pengalaman beberapa Negara yang pernah mengalami hiperinflasi menunjukkan
bahwainflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan social dan politik, dan
tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2004).Baru – baru ini pada
Agustus 2007 tingkat inflasi di indonesia mencapai 0,75 persen telah
melampaui ekspektasi atau kenaikan harga – harga. Tingkat inflasi Agustus 2007
dibanding bulan juli yang sama tahun lalu hanya 0,33 persen.Sedangkan inflasi year
on year (Agustus 2007 terhadap Agustus 2006) mencapai 6,51 persen. Inflasi year on
year tersebut juga lebih tinggi dari bulan lalu yang mencapai 6,06 persen (Sri
Mulyani, 2007).
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan dijumpai di
hampir semua Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-hargauntuk
menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau
mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain (Boediono, 1995).
Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan
(Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan
(Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasisebagai
suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan
satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang
sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990).
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter memegang kendali yang sangat strategis
dalam menciptakan kebijakan moneter yang stabil dalam perekonomian nasional,
Namun dalam perjalanannya kebijakan Bank Indonesia yang dibuat atau kebijakan
yang diambil Bank Indonesia menjadi tidak efektif dan bahkan tidak efisien
sebagaimana yang dinginkan oleh bank Indonesia terhadap kebijakan tersebut
untuk perekonomian.
Bank Indonesia harus dapat mengukur peredaran uang, antara lain dengan
menentukan tingkat suku bunga (SBI), selain itu pemerintah juga memegang peranan
penting dalam mengendalikan laju inflasi untuk itu salah satu kebijakannya adalah
mengatur pengeluaran untuk pengeluaran rutinnya (government expenditure). Dilain
pihak sektor luar negeri juga cukup memegang peranan dalam
mengendalikan inflasi diantaranya yaitu penerimaan export. Dengan demikian laju
pertumbuhan inflasi dapat dikendalikan ditekan atau bahkan kemunculannya dapat
dicegah.
Oleh karena itu untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan
stabil diperlukan adanya kerjasama dan kemitraan dari seluruh pelaku ekonomi. Mulai
dari bank indonesia, pemerintah maupun swasta inflasi tidak boleh diabaikan begitu
saja, karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Inflasi yang sangat tinggi
sangat penting diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang bisa
menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pengangguran
yang meningkat. Dengan hal tersebut, upaya mengendalikan inflasiagar stabil sangat
penting untuk dilakukan.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang di
peroleh dari BI (Bank Indonesia) dan BPS (Badan Pusat Statistik). Variabel yang di
gunakan antara lain : permintaan uang, tabungan domestik, produk domestik bruto,
tingkat suku bunga bank, dan kurs dollar terhadap rupiah.
Metode yang digunakan adalah metode destkriptif dan kuantitatif, yaitu
menggambarkan suatu permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang
berhubungan dengan rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah
yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu
denganMetode Mackinnon, White dan Davidson (uji MWD).
Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa permintaan uang dan tingkat suku bunga
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap inflasi, sedangkan produk
domestik bruto (PDB) berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap inflasidankurs tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap inflasi di Indonesia pada kuartal tahun penelitian.
Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat
menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi seringkali menjadi
target kebijakan pemerintah. Inflasi yang tinggi begitu penting untuk diperhatikan
mengingat dampaknya bagi perekonomian yang dapat menimbulkan ketidakstabilan,
pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan pengangguran yang selalu meningkat.Seperti
pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu dihadapi dalam
perekonomiansuatu negara. Sampai di mana buruknya masalah inflasi ini berbeda
antara satu waktu ke waktu yang lain, dan berbeda pula dari satu negara ke negara
lain. Tingkat inflasi yaitu persentasi kenaikan harga – harga dalam suatu tahun
tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan baik buruknya
masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomianyang pesat berkembang inflasi
yang rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2
sampai 4 persen.. Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya
mencapai 5 sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu
peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih
tinggi yang kenaikan tersebut dinamakan hiperinflasi (Sukirno, 2004).Akibat
buruk inflasipada perekonomian yang oleh sebagian ahli ekonomi berpendapat
bahwainflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator bagi
pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya diikuti oleh
kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan keuntungan
akan menggalakkan investasi di masa akan datang dan ini akan menyebabkan
percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika inflasilebih serius
keadaannyaperekonomian tidak akan berkembang seperti yang
diinginkan.Pengalaman beberapa Negara yang pernah
mengalami hiperinflasimenunjukkan bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan
ketidakstabilan social dan politik, dan tidak mewujudkan
pertumbuhanekonomi(Sukirno, 2004).Baru – baru ini pada Agustus 2007
tingkat inflasi di indonesia mencapai 0,75 persen telah melampaui ekspektasi atau
kenaikan harga – harga. Tingkat inflasi Agustus 2007 dibanding bulan juli yang sama
tahun lalu hanya 0,33 persen.Sedangkan inflasi year on year (Agustus 2007 terhadap
Agustus 2006) mencapai 6,51 persen. Inflasiyear on year tersebut juga lebih tinggi
dari bulan lalu yang mencapai 6,06 persen (Sri Mulyani, 2007).Inflasimerupakan
salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua
Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan
kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain (Boediono, 1995).Menurut A.P.
Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand)
terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan (Anton H. Gunawan,
1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga
yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja
dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan
sebagai inflasi (Iswardono, 1990).Bank Indonnesia sebagai otoritas moneter
memegang kendali yang sangat strategis dalam menciptakan kebijakan moneter yang
stabil dalam perekonomian nasional, Namun dalam perjalanannya kebijakan Bank
Indonesia yang dibuat atau kebijakan yang diambil Bank Indonesia menjadi tidak
efektif dan bahkan tidak efisien sebagaimana yang dinginkan oleh bank Indonesia
terhadap kebijakan tersebut untuk perekonomian.Bank Indonesia harus dapat
mengukur peredaran uang, antara lain dengan menentukan tingkat suku bunga SBI,
selain itu pemerintah juga memegang peranan penting dalam mengendalikan
laju inflasiuntuk itu salah satu kebijakannya adalah mengatur pengeluaran untuk
pengeluaran rutinnya (government expenditure). Dilain pihak sektor luar negeri juga
cukup memegang peranan dalam mengendalikan inflasi diantaranya yaitu penerimaan
export. Dengan demikian laju pertumbuhaninflasi dapat dikendalikan ditekan atau
bahkan kemunculannya dapat dicegah.Oleh karena itu untuk dapat mencapai dan
menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil diperlukan adanya kerjasama dan
kemitraan dari seluruh pelaku ekonomi. Mulai dari bank indonesia, pemerintah
maupun swasta inflasi tidak boleh diabaikan begitu saja, karena dapat menimbulkan
dampak yang sangat luas. Inflasi yang sangat tinggi sangat penting diperhatikan
mengingat dampaknya bagiperekonomian yang bisa menimbulkan ketidakstabilan,
pertumbuhan ekonomi yang lambat danpengangguranyang meningkat.
Dengan hal tersebut, upaya mengendalikan inflasi agar stabil sangat penting
untuk dilakukan.Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yang di peroleh dari BI (Bank Indonesia) dan BPS (Badan Pusat Statistik).
Variabel yang di gunakan antara lain : permintaan uang, tabungan domestik, produk
domestik bruto, tingkat suku bunga bank, dan kurs dollar terhadap rupiah.Metode
yang digunakan adalah metode destkriptif dan kuantitatif, yaitu menggambarkan suatu
permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang berhubungan dengan rumus
perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti.
Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan Metode Mackinnon,
White dan Davidson (uji MWD).Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa
permintaan uang dan tingkat suku bunga berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap inflasi, sedangkan produk domestik bruto (PDB)berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap inflasi dan kurs tidak mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap inflasi di Indonesia pada kuartal tahun penelitian.
(http://bengkeldata.wordpress.com/2010/07/13/analisis-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-inflasi-di-indonesia/)

You might also like