You are on page 1of 5

MEMBANGUN PENEGAKAN HUKUM INDONESIA KE

ARAH YANG LEBIH BAIK

Hedi Yanuardi
110110090185
Kelas C

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN


“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow.”
Albert Einstein

Negara Indonesia merupakan negara hukum, negara yang berlandaskan hukum. Tetapi
perwujudan hukum di Indonesia saat ini dapat dikatakan masih jauh dari yang
seharusnya. Ketidaksesuaian antara tujuan dan fungsi dari hukum masih terlihat di dalam
proses penegakan hukum di negara kita ini. Kesulitan para penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya memang sangat beralasan. Tidak bisa diterapkannya teori yang
benar dengan kondisi yang ada, mungkin merupakan faktor utama adanya kesetimpangan
ini, mulai dari petinggi hukum yang korup hingga rakyat yang tidak mengakui hukum.
Padahal, dengan diterapkannya hukum secara baik dan benar, maka hasilnya akan
berbanding lurus dengan ketertiban yang berujung pada kesejahteraan warga negaranya.
Disini saya ingin membahas tentang bagaimana praktek dalam menjalankan hukum yang
seharusnya , dengan harapan agar sistem penegakan hukum di Indonesia bisa menjadi
lebih baik, dan hukum menjadi suatu sarana untuk menciptakkan keselarasan antar Warga
Negara Indonesia. Tujuan akhirnya tentu adalah terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh
rakyat, “the greatest happiness for the greatest number”.1.

Pendapat Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M. tentang hukum adalah, “tidak
hanya keseluruhan asas-asas dan kaedah-kaedah yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat, melainkan meliputi lembaga-lembaga dan proses yang mewujudkan
berlakunya kaedah-kaedah itu dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan”. Kita telah
mengetahui, apa yang benar dan seharusnya dalam sistem penegakkan hukum. Tetapi
masalah timbul, seperti biasa kesulitan dalam menjalankan sesuatu adalah prakteknya.
Kita telah memiliki landasan hukum yang menurut kita benar, tetapi masalahnya ialah
kesulitan dalam menerapkannya dalam kenyataan. Kesetimpangan antara das sein
(keadaan saat ini) dan das sollen (keadaan yang seharusnnya) sangat terlihat dalam
hukum kita. Setelah ini saya akan mencoba menguraikan tentang kedua hal diatas,
keadaan yang seharusnya dan keadaan yang sebenarnya dalam kehidupan bermasyarakat.
1
Jeremy Bentham, teori utility, Introduction to The Morals and Legislation. Artinya bahwa tujuan hukum
adalah faedah bagi orang banyak tanpa mementingkan keadilan. Hukum pada dasarnya adalah berusaha
untuk mewujudkan keinginan seseorang yang juga dapat merugikan orang lain. Maka tujuannya adalah
untuk memberikan keuntungan sebanyak banyaknya kepada orang sebanyak banyaknya.
Negara kita memiliki patokan atau sumber dalam hukum, yaitu Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945. Mengapa Pancasila termasuk didalamnya? Dikatakkan dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 bahwa sumber tertib hukum Republik Indonesia
adalah pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang
meliputi suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia2. Jadi sumber hukum utama
dalam penegakkan hukum di Republik Indonesia adalah Pancasila. Sumber lainnya
adalah UU. Seperti asas hukum pidana, “nullum crimen sine lege” atau tiada kejahatan
tanpa ketentuan perundang-undangan terlebih dahulu. Jadi, segalanya telah diatur dalam
dua sumber hukum pokok diatas. Maka seharusnya tidak akan ada apa yang disebut
penyalahgunaan hukum yang banyak terjadi sekarang. Di Indonesia, hukum adalah
undang-undang, tetapi dalam kenyataannya undang-undang tersebut belum dipraktekkan
dengan baik, mengingat adanya faktor emosional atau penilaian subjektif dalam memutus
suatu perkara.

Disebutkan pada UUD 45 pasal 27 ayat 1 bahwa “segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Yang perlu digarisbawahi dalam kalimat
tersebut ialah setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum. Maka jelaslah
siapapun orangnya, baik itu warga negara maupun pemerintah, memiliki posisi yang
sama dalam hukum. Misalnya saja bila pelanggaran dan faktornya sama, apapun posisi
sosial dari orang tersebut, akan mendapat hukuman yang sama berat. Ini berkaitan dengan
kepastian hukum. Tetapi dalam kenyataanya lagi-lagi tidak sesuai kaidah tersebut. Masih
terjadinya penegakkan hukum yang tidak sesuai hanya karena status sosial dari pelaku
tersebut. Orang yang memiliki status sosial yang biasa saja terkesan dipersulit dalam
proses hukum. Lihat saja pandangan masyarakat pada umumnya mengenai persepsi
tentang hukum, bahwa hukum membela yang bayar. Ini menandakkan bahwa perlunya
pembenahan di bagian ini. Contohnya masih ada kasus suap menyuap dalam proses
penegakkan hukum, yang membuat hukum menjadi lemah dan tidak pasti.

2
Santiaji Pancasila. 1991 hal. 18.
Masalah yang paling sulit adalah objek dari hukum, yaitu masyarakat tidak mengakui
atau mengerti hukum yang ada. Tidak adanya kesadaran dalam tujuan hukum yang benar
di dalam diri masyarakat menjadi faktor yang paling sulit dibenahi. Hal yang seharusnya
adalah masyarakat mengetahui tujuan dari hukum itu dan menyadari akibat apabila
hukum tidak diterapkan dengan baik. Kurangnya pengertian dari Pancasila dan UU
sebagai dasar pedoman hukum juga menjadi permasalahan. Apabila masyarakat mengerti
arti dan tujuan hukum, dan merasa perlu adanya hukum yang teratur untuk menciptakan
ketertiban, maka akan bisa didapat masyarakat yang tertib hukum. Maksud dari tertib
hukum ini adalah masyarakat menyadari perlu adanya peraturan, bukan sekedar takut
menerima hukuman, kerena dampak bila ia melanggar hukum bukan hanya mendapat
hukuman, tetapi jauh lebih besar dari hanya penjara dan denda. Perlunya menyadari
Pancasila sebagai tujuan dan pandangan hidup pun perlu dirasakan oleh setiap warga
negara.

Sebenarnya, masalahnya tidak segampang itu. Urusan ini adalah sangat kompleks, tidak
sesempit dan semudah yang ditulis. Tetapi saya meyakini bahwa bila terwujudnya hal
diatas, maka tidak diragukan dalgi bahwa masalah paling mendasar dalam lemahnya
proses penegakkan hukum bisa terselesaikan. Hal yang paling baik adalah berpegang
teguh pada pedoman hukum, yaitu Pancasila dan UU, dan mengamalkannya sesuai
dengan yang ada di pedoman tersebut. Mungkin dengan terwujudnya kepastian hukum
dan tujuan hukum, tujuan negara yang terdapat pada Pancasila dan Pembukaan UUD 45
bisa terwujud, dan kita menjadi bangsa yang sejahtera karena bisa mencapai tujuan itu.
Hal yang bisa kita lakukan sekarang adalah berpegang teguh pada hal-hal diatas dan
membawa penegakkan hukum di negara kita ini menjadi lebih baik lagi dari sekarang.
Daftar Pustaka

Darmodiharjo, Darji. 1991. Santiaji Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional.


Kusumaatmadja, Mochtar, Arif Sidharta. 2000. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung :
Alumni.
Soeroso, R., 2007. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika.
Undang Undang Dasar 1945. CV Pustaka Setia.

You might also like