Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
”TINJAUAN ATAS PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI TENTANG ASET
TETAP DALAM PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN MELATI TAHUN 2008”
1.4 Metodologi
Ada 2 (dua) metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan dengan cara pengumpulan data-data primer yang
diperoleh melalui observasi (pengamatan langsung), wawancara/interview dan
data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang diterbitkan oleh Pemerintah
Kabupaten Melati.
2
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data-data
pendukung lainnya yang dapat berfungsi sebagai bahan referensi yang bisa di
dapat dari buku-buku atau bahan-bahan lainnya yng berkaitan dengan topik yang
dibahas.
BAB I. PENDAHULUAN
Memuat topik tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan, metodologi penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MELATI
Memuat tentang gambaran umum Kabupaten Melati, kebijakan APBD yang
digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Melati, serta kebijakan akuntansi dan
sistem akuntansi yang digunakan Pemerintah Kabupaten Melati dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
BAB III. KAJIAN LITERATUR
Menguraikan tentang teori yang mendukung analisis terhadap topik bahasan
mengenai Kebijakan Akuntansi tentang aset tetap.
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang hasil analisis dan pembahasan terhadap kebijakan
akuntansi tentang Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Melati.
BAB V. KESIMPULAN
Berupa kesimpulan dari keseluruhan uraian pendahuluan sampai dengan
analisis dan pembahasan.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN
MELATI
A. Informasi Umum
Kabupaten Melati merupakan salah satu kabupaten yang ada di negara Republik
Indonesia, Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 37 tahun 2003
tanggal 18 Desember 2003 tentang pembentukan Kabupaten Melati. (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 1821).
Secara geografis Kabupaten Melati terletak antara 103,22 derajat sampai dengan
104,21 Bujur Timur dan 04,14 derajat sampai dengan 04,55 derajat lintang selatan
dengan luas wilayah 549.394 Ha.
B. Organisasi
Susunan Bupati, Wakil Bupati, Seretaris daerah Kabupaten Melati sebagai berikut :
- Bupati
- Wakil Bupati
- Sekretaris Daerah
4
b. Badan
Terdapat 5 (lima) Badan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Melati, yaitu :
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penenaman Modal
2. Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat
3. Inspektorat Daerah
4. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
5. Bsadan Pelaksanaan Penyuluh Pertaniaan, Perikanan dan Peternakan.
5
BAB III
KAJIAN LITERATUR
6
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer (Deddi Nordiawan, dkk. ; 2007).
7
3.3. Proses Penyusunan Kebijakan Akutansi Pemerintah Daerah
Proses penyususnan kebijakan akutansi pemerintah daerah merupakan suatu
rangkaian mekanisme prosedural yang meliputi tahap – tahap kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh suatu tim kelompok kerja (pokja) atau tim lainnya yang dibentuk
oleh kepala daerah untuk menyusun suatu kebijakan akutansi yang akan menjadi
aturan–aturan dan praktek praktek spesifik dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.
Proses yang digunakan dalam penyusunan kebijakan akutansi pemerintahan daerah ini
mengikuti proses yang berlaku umum dengan melakukan penyusuaian – penyusuaian
terhadap situasi dan kondisi yang ada di daerah. Penyesuaian ini dilakukan
berdasarkan pertimbangan–pertimbangan atas kebutuhan yang mendesak serta
kemampuan tiap–tiap pengguna dalam memahami dan melaksanakan standar yang
ditetapkan. Tahap–tahap kegiatan yang dilaksanakan dalam proses penyusunan
kebijakan akutansi, ialah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan dan mengidentifikasi topik–topik yang berkaitan dengan
sistem akutansi dan pelaporan yang akan dikembangkan menjadi suatu standar.
b. Pembentukan tim kelompok kerja (pokja) yang bertugas menghimpun dan
membahas topik–topik yang sudah disetujui. Anggota tim ini terdiri dari berbagai
instansi yang kompeten di bidangnya dan atau berkaitan dengan topik yang akan
dibahas.
c. Tim pokja sebelum membahas suatu topik, harus melakukan riset terbatas
terhadap literatur–literatur, peraturan–peraturan, prinsip–prinsip akutansi yang
berlaku, praktek–praktek akutansi yang sehat serta sumber–sumber lainnya yang
berkaitan dengan topik yang akan dibahas.
d. Penyusunan dan penulisan draf berdasarkan hasil riset tersebut dan riset
lainnya.
e. Pembahasan terhadap draf yang telah disusun oleh pokja. Dalam pembahasan
ini dapat dilakukan perubahan–perubahan dan atau tambahan terhadap draf awal
yang diusulkan tersebut. Pembahasan dapat dilakukan oleh tim pokja itu sendiri
atau tim lain yang dibentuk khusus dan atau dapat dikoordinasikan dengan tim
pengawas lainnya (seperti BPKP) untuk menyamakan persepsi.
f. Pengambilan keputusan untuk menyusun draf menjadi suatu kebijakan
akutansi pemerintahan daerah yang akan dituangkan dalam peraturan kepala
daerah.
8
3.4 Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap
9
Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap
sebagai berikut:
(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying
amount);
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
- Penambahan;
- Pelepasan;
- Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
- Mutasi aset tetap lainnya.
(c) Informasi penyusutan, meliputi:
- Nilai penyusutan;
- Metode penyusutan yang digunakan;
- Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
- Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir
periode;
(d) Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
- Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
- Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset
tetap;
- Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
- Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
1.4.5 Saldo Normal
Saldo normal asset tetap adalah di sebelah debit, ini berarti bahwa penambahan
asset tetap dicatat di sebelah debet sedangkan pengurangan asset tetap dicatat di
sebelah kredit.
10
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi tentang Aset Tetap Dalam Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Melati Tahun 2007.
4.1 Dasar acuan penyusunan dan penyajian laporan keuangan Kabupaten
Melati
Kebijakan akuntansi yang digunakan Pemerintah Kabupaten Melati dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan Tahun 2007 mengacu pada
Keputusan Bupati Melati Nomor: 900/Kpts.147-Huk/VIII/2007 tentang
Kebijakan Akuntansi Kabupaten Melati. Keputusan Bupati tersebut mengacu
kepada Permendagri No.13 Tahun 2006 sebagaimana telah dirubah menjadi
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri No. 13
11
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang diantaranya
menyebutkan tentang definisi asset tetap seperti tertuang pada Pasal 53, yaitu :
1. Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c
digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan. (dipermendagri No.13 Tahun 2006 : seperti
dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
2. Nilai aset tetap berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset ditambah
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai
aset tersebut siap digunakan..
3. Dihapus
4. Kepala daerah menetapkan batas minimal kapitaslisasi
(capitalization treshold) sebagai dasar pembebanan belanja modal.
12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Atas masalah-masalah yang telah disampaikan pada Bab IV dapat kami sampaikan
beberapa aturan yang dapat memberikan solusi masalah tersebut :
- Sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006 Pasal 239
1. Kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan
akuntansi pemerintah daerah dengan berpedoman pada standar akuntansi
pemerintahan.
2. Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan.
3. Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya memuat:
a. definisi, pengakuan, pengukuran dan pelaporan setiap akun dalam
laporan keuangan;
b. prinsip-prinsip penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan.
4. Dalam pengakuan dan pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a juga mencakup kebijakan mengenai harga perolehan dan kapitalisasi aset.
5. Kebijakan harga perolehan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas yang dibayarkan terdiri dari belanja
modal, belanja administrasi pembelian/pembangunan, belanja pengiriman,
pajak, dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai komponen
harga perolehan aset tetap.
13
6. Kebijakan kapitalisasi aset sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas dan nilai wajar imbalan lainnya
yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap.
14