You are on page 1of 5

PARIWISATA SENI-BUDAYA: TARIAN GANDRUNG BANYUWANGI

Mochamad Bachtiar
Jurusan Tata Boga (TB), Kel. Maengket
Sekolah Tinggi Dyana Pura (STDP)
Jalan Raya Padang Luwih Tegaljaya Dalung Kuta Utara, Bali (80361).
Email : moch_bachtiar@yahoo.com

Abstrak
Kesenian gandrung merupakan kesenian tradisional Kabupaten Banyuwangi yang
hingga saat ini masih berkembang pesat baik di dalam wilayah Kabupaten
Banyuwagi maupun di luar wilayah Kabupaten Banyuwangi. Pada dasarnya
kesenian gandrung merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang pribumi.
Dalam rangkaian pertunjukannya, tarian ini menyimpan banyak nilai sejarah
serta mempunyai bentuk penyajian yang menarik meliputi tata busana penari,
musik pengriring dan tahapan – tahapan pertunjukkan.

Kata Kunci : Sejarah tarian gandrung, pertunjukkan tarian gandrung.

Namun pada saat ini tarian


1. PENDAHULUAN gandrung telah jarang dimainkan, saat
1.1 Latar Belakang ini banyak
Kabupaten Banyuwangi atau sering
disebut kota gandrung merupakan didirikan organisasi untuk belajar tari
Kabupaten yang terletak diujung yang lebih modern dan terarah.
paling timur pulau Jawa dan mungkin ini faktor dari lingkungan
bersebrangan dengan pulau Bali. lingkungan yang mempengaruhi
Secara tidak langsung posisi tersebut seseorang untuk lebih tertarik
menyebabkan perpaduan antara terhadap budaya asing yang di anggap
budaya Jawa dan Bali. Perpaduan lebih modern bukan budaya negeri
inilah yang disebut dengan Akulturasi sendiri yang sudah di lestarikan sudah
budaya yang meliputi beberapa aspek sejak dahulu, Oleh sebab itu juga
tari, musik dan pakaian adat. tarian tersebut jarang ada yang
Salah satu bukti bahwa mengenalnya. Melihat peristiwa
Banyuwangi merupakan tempat tersebut perlu adanya pengembangan
terjadinya akulturasi budaya adalah di khusus tentan tarian gandrung. Hal ini
lihat dari sebutan “kota gandrung” agar masyarakat secara luas mengerti
untuk Banyuwangi. Sebutan tentang tarian gandrung dan dapat
“gandrung” diambil dari tarian melestarikannya.
tradisional Banyuwangi yaitu tarian
gandrung, di mana tarian ini 1.2 Tujuan
merupakan tarian tradisional yang Kesenian tari gandrung ini sering
menjadi identitas Banyuwangi yang dipentaskan pada berbagai acara,
merupakan hasil akulturasi budaya seperti perkawinan, pethik laut,
Jawa dan Bali. Akulturasi ini terlihat khitanan, tujuh belasan dan acara-
baik dari segi pakaian sang penari acara resmi maupun tak resmi lainnya
sampai alat musik yang di pakai untuk baik di Banyuwangi maupun wilayah
mengeringi tarian gandrung ini. lainnya. Sehingga secara tidak
langsung tarian gandrung bisa Menurut cerita yang dipercaya, waktu
mempersatukan tali kekeluargaan dan itu Semi menderita penyakit yang
bisa dijadikan ikon suatu daerah serta cukup parah. Segala cara sudah
bisa mengundang ketertarikan para dilakukan hingga ke dukun, namun
wisatawan. Maka dari itu dengan Semi tak juga kunjung sembuh.
penulisan ini diharapkan masyarakat Sehingga ibu Semi (Mak Midhah)
atau pembaca mengetahui lebih dalam bernazar seperti “Kadhung sira waras,
tentang tarian gandrung yang meliputi sun dhadekaken Seblang, kadhung
sejarah, tata busana, musik pengiring sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya
dan tahapan pertunjukkan. jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya
tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi
sembuh dan dijadikan seblang
2. SENI-BIDAYA TARIAN sekaligus memulai babak baru dengan
GANDRUNG ditarikannya gandrung oleh wanita.
2.1 Sejarah Tarian Gandrung Tradisi gandrung yang dilakukan
Tari Gandrung Banyuwangi Semi ini kemudian diikuti oleh adik-
berasal dari kata “gandrung”, yang adik perempuannya dengan
berarti ‘tergila-gila’ atau ‘cinta habis- menggunakan nama depan Gandrung
habisan’ dalam bahasa Jawa. Dengan sebagai nama panggungnya. Kesenian
melibatkan seorang wanita penari ini kemudian terus berkembang di
profesional yang menari bersama- seantero Banyuwangi dan menjadi
sama tamu (terutama pria) dengan ikon khas setempat. Pada mulanya
iringan musik (gamelan). Menurut gandrung hanya boleh ditarikan oleh
catatan sejarah, gandrung pertama para keturunan penari gandrung
kalinya ditarikan oleh para lelaki yang sebelumnya, namun sejak tahun 1970-
didandani seperti perempuan dan, an mulai banyak gadis-gadis muda
menurut laporan Scholte (1927), yang bukan keturunan gandrung yang
instrumen utama yang mengiringi mempelajari tarian ini dan
tarian gandrung lanang ini adalah menjadikannya sebagai sumber mata
kendang. Pada saat itu, biola telah pencaharian di samping
digunakan. Namun demikian, mempertahankan eksistensinya yang
gandrung laki-laki ini lambat laun makin terdesak sejak akhir abad ke-
lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 20.
1890an, yang diduga karena ajaran
Islam melarang segala bentuk 2.2 Tata Busana Penari
transvestisme atau berdandan seperti Busana untuk tubuh terdiri dari
perempuan. Namun, tari gandrung baju yang terbuat dari beludru
laki-laki baru benar-benar lenyap pada berwarna hitam, dihiasi dengan
tahun 1914, setelah kematian penari ornamen kuning emas, serta manik-
terakhirnya, yakni Marsan. manik yang mengkilat dan berbentuk
Menurut sejumlah sumber, leher botol yang melilit leher hingga
kelahiran Gandrung ditujukan untuk dada, sedang bagian pundak dan
menghibur para pembabat hutan, separuh punggung dibiarkan terbuka.
mengiringi upacara minta selamat, Di bagian leher tersebut dipasang ilat-
berkaitan dengan pembabatan hutan ilatan yang menutup tengah dada dan
yang angker. Gandrung wanita sebagai penghias bagian atas. Pada
pertama yang dikenal dalam sejarah bagian lengan dihias masing-masing
adalah gandrung Semi, seorang anak dengan satu buah kelat bahu dan
kecil yang waktu itu masih berusia bagian pinggang dihias dengan ikat
sepuluh tahun pada tahun 1895. pinggang dan sembong serta diberi
hiasan kain berwarna-warni sebagai 2.4 Tahapan – tahapan
pemanisnya. Selendang selalu pertunjukkan
dikenakan di bahu. Kepala dipasangi Dalam tarian gandrung tedapat
hiasan serupa mahkota yang disebut beberapa tahapan yaitu, Jejer, maju
omprok yang terbuat dari kulit kerbau dan seblang subuh. Jejer merupakan
yang disamak dan diberi ornamen pembuka seluruh pertunjukan
berwarna emas dan merah serta diberi gandrung. Pada bagian ini, penari
ornamen yang berkepala manusia menyanyikan beberapa lagu dan
raksasa namun berbadan ular serta menari secara solo, tanpa tamu. Para
menutupi seluruh rambut penari tamu yang umumnya laki-laki hanya
gandrung. menyaksikan.
Penari gandrung juga Tahapan yang kedua adalah Maju,
menggunakan kain batik dengan corak pada tahapan ini sang penari mulai
bermacam-macam. Namun corak batik memberikan selendang-selendang
yang paling banyak dipakai serta untuk diberikan kepada tamu. Tamu-
menjadi ciri khusus adalah batik tamu pentinglah yang terlebih dahulu
dengan corak gajah oling, corak mendapat kesempatan menari
tumbuh-tumbuhan dengan belalai bersama-sama. Biasanya para tamu
gajah pada dasar kain putih yang terdiri dari empat orang, membentuk
menjadi ciri khas Banyuwangi. bujur sangkar dengan penari berada di
Sebelum tahun 1930-an, penari tengah-tengah. Sang gandrung akan
gandrung tidak memakai kaus kaki, mendatangi para tamu yang menari
namun semenjak dekade tersebut dengannya satu persatu dengan
penari gandrung selalu memakai kaus gerakan-gerakan yang menggoda, dan
kaki putih dalam setiap itulah esensi dari tari gandrung, yakni
pertunjukannya. Di samping itu penari tergila-gila atau hawa nafsu. Setelah
juga menggunakan kipas sebagai selesai, si penari akan mendatangi
pelengkap tariannya itupun digunakan rombongan penonton, dan meminta
hanya pada bagian tahapan tertentu. salah satu penonton untuk memilihkan
lagu yang akan dibawakan. Acara ini
2.3 Musik Pengiring diselang-seling antara maju dan repèn
Musik pengiring untuk gandrung (nyanyian yang tidak ditarikan), dan
Banyuwangi terdiri dari satu buah berlangsung sepanjang malam hingga
kempul atau gong, satu buah kluncing menjelang subuh. Kadang-kadang
(triangle), satu atau dua buah biola, pertunjukan ini menghadapi
dua buah kendhang, dan sepasang kekacauan, yang disebabkan oleh para
kethuk. Di samping itu, pertunjukan penonton yang menunggu giliran atau
tidak lengkap jika tidak diiringi panjak mabuk, sehingga perkelahian tak
atau kadang-kadang disebut terelakkan lagi.
pengudang (pemberi semangat) yang Tahapan yang terakhir adalah
bertugas memberi semangat dan Seblang subuh. Bagian ini merupakan
memberi efek kocak dalam setiap penutup dari seluruh rangkaian
pertunjukan gandrung. Peran panjak pertunjukan gandrung Banyuwangi.
dapat diambil oleh pemain kluncing. Setelah selesai melakukan maju dan
Selain itu kadang-kadang diselingi beristirahat sejenak, dimulailah bagian
dengan saron Bali, angklung, atau seblang subuh. Dimulai dengan
rebana sebagai bentuk kreasi dan gerakan penari yang perlahan dan
diiringi electone. penuh penghayatan, kadang sambil
membawa kipas yang dikibas-kibaskan
menurut irama atau tanpa membawa
kipas sama sekali sambil menyanyikan jalur akademis , perlu ada penyuluhan
lagu-lagu bertema sedih seperti ke sekolah-sekolah yang ada ,
misalnya seblang lokento. Suasana terutama yang masih jenjang kecil
mistis terasa pada saat bagian seblang (SD) karena jika kita pupuk saat
subuh ini, karena masih terhubung dini Tarian ini tak akan lekang di
erat dengan ritual seblang, suatu ritual makan waktu.
penyembuhan atau penyucian dan
masih dilakukan (meski sulit dijumpai)
oleh penari-penari wanita usia lanjut. Daftar Pustaka:
Pada masa sekarang ini, bagian Saugi, Ahmad. (2009). Tari Gandrung.
seblang subuh kerap dihilangkan Diakses 13 Agustus 2010 pada World
meskipun sebenarnya bagian ini Wide
menjadi penutup satu pertunjukan Web:http://achmadsaugi.wordpress.co
pentas gandrung. m/2009/12/11/tari-gandrung/

3. KESIMPULAN Syahri. (2009). Analisa Tari Gandrung.


Tari Gandrung dalam Diakses 13 Agustus 2010 pada World
pementasannya didukung oleh Wide
berbagai unsur, yaitu penari, pemusik, Web:http://wartawarga.gunadarma.ac.
alat musik, nyanyian, gerak tari, dan id/2009/11/29727/
arena atau panggung. Masing-masing
unsur mempunyai tugas dan Velmots. ( 2009). Tari Gandrung.
peranannya sendiri-sendiri. Selain itu Diakses 13 Agustus 2010 pada World
dalam pementasan juga didukung oleh Page Wide:
pemaju, yaitu penonton yang menari http://grafityindonesia.wordpress.com/
bersama penari Gandrung. Setiap category/tari-gandrung/
penonton mempunyai kesempatan
untuk menari bersama Gandrung. Oktaviani Tyas, Ratna, Kesenian
Sebagai suatu hasil kebudayaan, Tari Gandrung Banyuwangi dan Nilai-nilai
Gandrung mengalami perkembangan. yang Bermanfaat bagi pendidikan.
Perkembangan terjadi tidak secara Jurnal P&PT, (106).
revolusioner. Perubahan atau
perkembangan terdapat dalam busana
atau pakaian. Tari Gandrung dewasa
ini mendapat perhatian yang besar
dari Departemen Pendidikan Nasional.
Di sekolah-sekolah khusunya di
Banyuwangi diadakan kegiatan
ekstrakurikuler Tari Gandrung. Upaya
ini tidak lain untuk melestarikan dan
mewariskan Tari Gandrung kepada
generasi muda.
Untuk melestarikannya Kita dapat
belajar melalui dua jalur, yaitu jalur
tradisional dan jalur akademis.
Misalnya di jalur tradisional kita dapat
mendirikan sanggar – sanggar agar
dapat mengajarkan tentang tarian –
tarian Indonesia kepada anak-anak
sebagai penerus bangsa. di dalam

You might also like