You are on page 1of 32

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP

HASIL BELAJAR PENGELASAN PADA SISWA


YANG BERPRESTASI TINGGI DAN RENDAH DI
SMK SWASTA 1 TRISAKTI LAGUBOTI -
KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Judul: PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR


PENGELASAN PADA SISWA YANG BERPRESTASI TINGGI DAN RENDAH DI
SMK SWASTA 1 TRISAKTI LAGUBOTI - KABUPATEN TOBA SAMOSIR
Bahan ini cocok untuk Sekolah Menengah bagian PENELITIAN / RESEARCH.
Nama & E-mail (Penulis): Jelarwin Dabutar
Saya Guru di SMK Negeri 1 Laguboti
Topik: PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN
Tanggal: 24-04-2008

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR


PENGELASAN PADA SISWA YANG BERPRESTASI TINGGI DAN RENDAH DI
SMK SWASTA 1 TRISAKTI LAGUBOTI - KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Oleh : JELARWIN DABUTAR

ABSTARAK

Penelitian ini bertujuan untuk


(1) mengetahui pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan,
(2) mengetahui pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan,
(3) mengetahui interaksi antara penggunaan media program power point dan tinggi
rendahnya prestasi siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan.

Jenis penelitian ini quasi eksperimen. Subjek penelitian siswa kelas 1 SMK Swasta
1 Trisakti Laguboti - Kabupaten Toba Samosir yang terdiri dari 2 kelas berjumlah 64
orang yang dibagi menjadi dua kelompok berprestasi tinggi dan berprestasi rendah.

Hasil penelitian menunjukkan:


(1) Ada pengaruh yang sangat signifikan dengan penggunaan media Program
Power Point pada siswa berprestasi tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan,
(2) Ada pengaruh yang sangat signifikan penggunaan media Program Power Point
pada siswa berprestasi rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan,
(3) Terdapat interaksi yang signifikan antara pengajaran yang menggunakan media
program Power Point dan metode konvensional terhadap perolehan belajar sub
kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan.
Kata-kata kunci : Media Pembelajaran, Prestasi, Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam


proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat
membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat
digantikan dengan learning with fun. Jadi proses pembelajaran yang
menyenangkan, kreatif, tidak membosankan akan menjadi pilihan tepat bagi para
guru.

Sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran


konvensional (faculty teaching), kental dengan suasana instruksional dan dirasa
kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang demikian pesat. Lebih dari itu kewajiban pendidikan dituntut untuk juga
memasukkan nilai-nilai moral, budi pekerti luhur, kreatifitas, kemandirian dan
kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan dalam sistem pembelajaran yang
konvensional. Sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam
mengakomodasi perkembangan materi kompetensi karena guru harus intensif
menyesuaikan materi

pelajaran dengan perkembangan teknologi terbaru. Adalah Kurang bijaksana jika


perkembangan teknologi jauh lebih cepat dibanding dengan kemampuan guru
dalam menyesuaikan materi kompetensi dengan perkembangan tersebut, oleh
karenanya dapat dipastikan lulusan akan kurang memiliki penguasaan
pengetahuan/teknologi yang terbaru.

Pada kenyataannya bahwa saat ini Indonesia memasuki era informasi yaitu suatu
era yang ditandai dengan makin banyaknya medium informasi, tersebarnya
informasi yang makin meluas dan seketika, serta informasi dalam berbagai bentuk
yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era
informasi ini akan selalu menggunakan media, baik elektronik maupun non
elektronik. Terkait dengan kehadiran media ini, Dimyati (1996) menjelaskan bahwa
suatu media yang terorganisasi secara rapi mempengaruhi

secara sistematis lembaga-lembaga pendidikan seperti lembaga keluarga, agama,


sekolah, dan pramuka. Dari uraian tesebut menunjukkan bahwa kehadiran media
telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan kita,
meskipun dalam derajat yang berbeda-beda.

Dengan demikian hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya
media pembelajaran yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajari
materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Selain itu
juga gaya belajar atau learning style merupakan suatu karakteristik kognitif, afektif
dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil bagi
pembelajar yang merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan
belajar.

Selanjutnya hasil belajar digambarkan sebagai tingkat penguasaan siswa terhadap


sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur
berdasarkan pada jumlah skor

jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Secara
umum mutu pendidikan kejuruan dikatakan baik dan berhasil jika kompetensi
peserta didik yang diperoleh melalui proses pendidikan berguna bagi
perkembangan diri mereka untuk hari depannya, yaitu ketika mereka memasuki
dunia kerja. Hasil observasi empirik di lapangan menunjukkan bahwa banyak
alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak bisa diserap di lapangan kerja
karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja
(Depdiknas, 2004). Oleh karena itu lembaga pendidikan kejuruan diwajibkan untuk
melakukan upaya introspeksi diri demi masa depan siswa, bangsa dan negara.

Ada kemungkinan rendahnya nilai kompetensi siswa disebabkan oleh strategi


penyampaian pelajaran kurang tepat. Dalam hal ini guru mungkin kurang atau tidak
memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Diantaranya guru dalam
menyampaikan pengajaran sering mengabaikan penggunaan media, padahal
media itu berfungsi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan pada gilirannya
akan meningkatkan mutu pendidikan siswa.

Peranan Media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (1971:285)
ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan yang dimiliki media pengajaran yaitu :

(1) Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan


kembali suatu objek atau kejadian,
(2) Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian
dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan
(3) Media mempunyai kemampuan utuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian
yang mengandung makna.

Begitu juga, Ibrahim (1982:12) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam
proses belajar mengajar antara lain :
(1) Dapat menghindari terjadinya verbalisme,
(2) Membangkitkan minat atau motivasi,
(3) Menarik perhatian,
(4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran,
(5) Mengaktifkan siswa dalam belajar dan
(6) Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Perlu disadari bahwa mutu pendidikan yang tinggi baru dapat dicapai jika proses
pembelajaran yang diselenggarakan di kelas efektif dan fungsional bagi
pencapaian kompetensi

yang dimaksud. Oleh sebab itu usaha meningkatkan mutu pendidikan kejuruan
tidak terlepas dari usaha memperbaiki proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang terdiri atas komponen- komponen


yang bersifat sistemik. Artinya komponen-komponen dalam proses pembelajaran
itu saling berkaitan secara fungsional dan secara bersama-sama menentukan
optimalisasi proses dan hasil pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran
tersebut menurut Mudhoffir (1999) dijabarkan atas pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan lingkungan. Sedangkan menurut Winkel (1999), komponen
pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, kondisi awal, prosedur didaktik,
pengelompokan siswa, materi, media, dan penilaian.

Selanjutnya Winkel (1999), menegaskan bahwa tugas dan peran guru dalam
proses pembelajaran adalah sebagai :
(1) organisator,
(2) fasilitator,
(3) dinamisator, dan
(4) evaluator.

Secara operasional, tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran meliputi
seluruh penanganan komponen pembelajaran yang meliputi proses pembuatan
rencana pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pengelolaan kelas,
pembimbingan, dan penilaian, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar
dan membuahkan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Guru dituntut untuk memiliki kompetensi terhadap materi yang diajarkan dan
kompetensi dalam hal memberdayakan semua komponen pembelajaran, sehingga
seluruh elemen pembelajaran dapat bersinergi dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang dimaksud.

Dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka
fungsi media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media
dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa
terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diberikan.

Pemerintah telah lama menyadari bahwa peran media dalam proses pembelajaran
amat penting. Oleh karena itu telah banyak dana diinvestasikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dengan melalui pengadaan atau pendistribusian
berbagai macam media pembelajaran ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

Efektifitas penggunaan media pembelajaran sangat tergantung pada derajat


kesesuaiannya dengan materi yang akan diajarkan. Disamping itu tergantung juga
pada keahlian guru dalam menggunakan media tersebut. Dalam hal ini Dick &
Carey (dalam Lamudji, 2005) menyatakan bahwa salah satu keputusan yang paling
penting dalam merancang pembelajaran ialah dengan menggunakan media yang
sesuai dalam rangka penyampaian pesan-pesan pembelajaran.

Menurut Miarso (1984) media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu
dapat merangsang timbulnya semacam dialog internal dalam diri siswa yang
belajar. Dengan perkataan lain terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau
secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau guru. Media
berhasil membawakan pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan kualitas
dalam diri siswa.

Pemanfaatan media pembelajaran terkait dengan pembelajaran Kompetensi


melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian, pemotongan dengan panas, telah
dilaksanakan di sekolah-sekolah yang telah memiliki beberapa media
pembelajaran, baik yang diperoleh dari pemerintah (melalui proyek), dibeli sendiri
oleh sekolah, maupun yang dibuat sendiri oleh guru. Demikian pula yang terjadi
pada SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti. Sebagai sekolah yang telah berstandar
nasional, SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti telah menerima bantuan berupa
peralatan pembelajaran dari pemerintah seperti Laptop dan Liquid Crystal Display
(LCD) yang sampai saat ini belum dimanfaatkan sebagai media Pembelajaran.
Sehingga permasalahan yang timbul adalah mediamedia pembelajaran yang
tersedia dirasa kurang informatif untuk menjelaskan Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan,pematrian, pemotongan dengan panas.

Perlu kita diketahui bahwa teknologi informasi telah mengalami perkembangan


yang sangat pesat. Teknologi informasi harus disadari telah mampu membuat
berbagai cara untuk mempermudah penyampaian informasi, seperti misalnya
teknologi program Power Point. Merupakan suatu hal yang menarik untuk
melakukan suatu percobaan dengan penggunaan media belajar program Power
Point dalam pembelajaran Prosedur pengelasan.
Microsoft Power Point merupakan salah satu aplikasi milik Microsoft, disamping
Microsoft Word dan Microsoft Exel yang telah di kenal banyak orang. Ketiga
aplikasi ini lazim disebut Microsoft Office. Pada dasarnya, aplikasi Microsoft Power
Point berfungsi untuk membantu user dalam menyajikan persentasi.

Aplikasi Power Point menyediakan fasilitas slide untuk menampung pokok-pokok


pembicaraan yang akan disampaikan pada peserta didik. Dengan fasilitas animasi,
suatu slide dapat dimodifikasi dengan menarik. Begitu juga dengan adanya fasilitas
: front picture, sound dan effect dapat dipakai untuk membuat suatu slide yang
bagus. Bila produk slide ini disajikan, maka para pendengar dapat ditarik
perhatiannya untuk menerima apa yang kita sampaikan kepada peserta didik.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk


(1) Mengetahui pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan
(2) Mengetahui pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan
(3) Mengetahui interaksi antara penggunaan media program power point dan tinggi
rendahnya prestasi siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong dalam jenis eksperimen quasi yang bertujuan untuk menuji
pengaruh penggunaan Power Point pada proses pembelajaran pada materi sub
kompetensi pelaksanaan prosedur pengelasan. Penelitian dilakukan di SMK
Swasta-1 Trisakti Laguboti yang memiliki dua kelas paralel untuk program keahlian
Teknik Mekanik Otomotif.

Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini meliputi 1) Variabel bebas


proses belajar mengajar dengan menggunakan media Pawer Point, dan 2)Variabel
moderator yaitu prestasi tinggi dan prestasi rendah, serta 3)Variabel terikat adalah
hasil belajar.

Berbagai macam variabel mempunyai ciri dan sifat yang berbeda satu sama
lainnya, tetapi kesemuanya itu memiliki keterkaitan dengan proses pembelajaran.
Penelitian ini mempunyai kelompok perlakuan sebagai variabel bebas yaitu
pemberian pengajaran dengan menggunakan media program Power Point dan
pengajaran Konvensional. Variabel moderator adalah siswa yang berprestasi
dikelompokkan menjadi dua, yaitu berprestasi rendah dan berprestasi tinggi.

Dalam penelitian eksperimental sekurang-kurangnya ada sebuah variabel yang


dimanipulasi untuk diuji pengaruhnya terhadap variabel terikat. Misalnya metode
atau perlakuan tertentu yang terjadi dalam proses pembelajaran. Perlakuan
tertentu yang diuji pengaruhnya terhadap variabel terikat disebut sebagai variabel
bebas.

Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel bebas adalah pembelajaran yang
menggunakan media program PowerPoint dalam suatu kelompok siswa dan
kelompok siswa lainnya tidak diberi perlakuan dengan media Power Point, cukup
hanya menggunakan media konvensional saja. Media Power Point yang dimaksud
merupakan suatu alat bantu untuk menyampaikan materi pelajaran sebagai
variabel bebas. Penggunakan media ini dimanipulasi dan diukur pengaruhnya
terhadap perolehan atau hasil belajar. Variabel moderator yaitu prestasi diukur dan
diklasifikasikan untuk mengetahui adanya interaksi antara variabel bebas dengan
variabel moderator terhadap variabel terikat (perolehan belajar). Variabel lain yang
diprediksikan dapat memberi pengaruh terhadap perolehan belajar seperti waktu,
tempat, guru, keadaan kelas, dikontrol untuk menetralisasi pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam sub kompetensi
Pelaksanaan prosedur pengelasan mengacu kepada Kurikulum 2004.

Populasi penelitian menggunakan seluruh siswa kelas satu Tahun Pelajaran


2006/2007 program keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK Swasta-1 Trisakti
Laguboti. Adapun jumlah siswa sebanyak 64 siswa yang terbagi dalam dua kelas
paralel dengan masing-masing beranggotakan 32 siswa.

Sampel yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari dua kelas sebagaimana
disebut diatas : Langkah pertama, membagi kelas melalui penjaringan nilai Ujian
Nasional (UN) menjadi dua kelas yaitu berprestasi tinggi dan berprestasi rendah.
Langkah kedua, dari tiap kelas tersebut yang dijadikan sampel sebanyak 16 orang
untuk perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Power Point dan selebihnya
dilakukan pembelajaran dengan cara konvensional.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa adalah nilai Ujian
Nasional yaitu data saat pendaftaran yang terekam di Kantor Tata Usaha SMK
Swasta 1 Trisakti Laguboti. Sedangkan instrumen untuk mengukur hasil belajar
menggunakan soal tes. Tolok ukur dalam pengujian butir-butir tes belajar merujuk
kepada Tujuan Khusus Pembelajaran yaitu merupakan jabaran dari Tujuan Umum
Pembelajaran bidang diklat yang dieksperimenkan. Rumusan tujuan pembelajaran
dalam penelitian ini berpedoman pada kurikulum 2004. Hal ini dilakukan agar tidak
menyimpang dari kurikulum yang dipakai oleh guru.

Jumlah tes disusun sebanyak 25 soal, selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli


bidang diklat untuk mengetahui butir-butir tersebut sudah layak untuk mengukur
hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Setelah konsultasi dilakukan kemudian revisi (perbaikan) dilakukan bagi butir yang
belum layak.

Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Cara melaksanakan uji validitas adalah yang pertama
dilakukan oleh para ahli, dalam hal ini guru bidang diklat dan PPPGT Medan
sebagai pembina SMK berstandar Nasional. Setelah disetujui oleh para ahli baru
dilakukan uji coba instrumen. Uji instrumen dilakukan di kelas II Mekanik Otomotif 1
SMK Swasta 1 Trisakti Laguboti karena mata diklat ini telah diajarkan sebelumnya
pada kelas tersebut.

Item instrumen dianggap valid bila nilai koefisien korelasinya lebih besar dari
0,2327. Sedangkan bila nilai koefisien korelasinya kurang dari 0,2327 maka item itu
tidak valid (gugur), artinya tidak layak sebagai item instrumen. Analisis validitas tiap
item dibantu dengan software Excell dan SPSS 12 Validitas butir soal ditentukan
dari nilai r hasil tiap item pada kolom yang merupakan korelasi dari besarnya nilai
setiap item dengan skor totalnya. Jika r hitung bernilai positip dan lebih besar dari r
tabel (rht > rt) maka butir tersebut dinyatakan valid. Apabila r hitung bernilai negatif
dan lebih kecil dari r tabel (rht < rt) maka butir tersebut dinyatakan tidak valid dan
tidak bisa digunakan.

Instrumen penelitian ini diujicobakan pada 32 responden. Batasan valid untuk tiap
butir soal dengan responden sebanyak 32 dan kesalahan 5 % adalah 0,2327 (rt =
0,2327). Menentukan butir soal atau pernyataan valid atau tidak dengan melihat r
hitung pada kolom Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan nilai r
tabel (rt = 0,2327). Untuk menguji hipotesis penelitian ini seperti yang telah
dirumuskan digunakan analisis statistik inferensial. Jenis analisis yang digunakan
adalah uji perbedaan dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) dua jalur.

HASIL

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan media program Power


Point pada siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, penelitian ini
menggunakan analisis ragam ANAVA. Analisis ini dilakukan dengan ketentuan :

. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh atau
tidak ada perbedaan yang signifikan.

. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh atau
terdapat perbedaan yang signifikan.

Atau dengan cara membandigkan antara F hitung dengan F tabel dengan


ketentuan :

. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh atau
tidak ada perbedaan yang signifikan.

. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh atau
terdapat perbedaan yang signifikan.

Pengujian hipotesis 1 :

Dalam pengujian hipotesis, setiap hipotesis alternatif (Ha) dirumuskan dalam


hipotesia (Ho).

Hipotesis nihil pertama (Ho1): tidak ada pengaruh penggunaan media program
Power Point pada siswa berprestasi tinggi pada pembelajaran sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan.

Berdasarkan dari hasil perhitungan maka dapat diketahui bahwa F hitung = 8,94
lebih besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 4,00 sedangkan untuk
F = 8,94 juga lebih besar dari pada F dengan taraf signifikansi 0,01 = 7,08.

Dengan demikian Hipotesis Nol (Ho1) yang berbunyi tidak ada pengaruh
penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi tinggi pada
pembelajaran sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan ditolak pada
taraf signifikansi 0,05 dan juga ditolak pada taraf signifikansi 0,01.

Pengujian hipotesis 2 :

Hipoteisis nihil kedua (Ho2): tidak ada pengaruh penggunaan media Program
Power Point pada siswa berprestasi rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan

Berdasarkan dari perhitungan maka dapat diketahui bahwa F hitung = 15,56 lebih
besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 4,00 sedangkan untuk F
hitung = 15,56 juga lebih besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,01 =
7,08

Dengan demikian Hipotesis Nol (Ho2) yang berbunyi tidak ada pengaruh
penggunaan media Program Power Point pada siswa berprestasi rendah terhadap
hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan Prosedur
Pengelasan ditolak pada taraf signifikansi 0,05 dan dan juga ditolak pada taraf
signifikansi 0,01.

Pengujian hipotesis 3 :

Hipotesis nihil ketiga (Ho3): tidak ada Interaksi antara penggunaan media program
Power Point dan tinggi rendahnya prestasi siswa terhadap hasil belajar sub
kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan.

Berdasarkan dari perhitungan maka dapat diketahui bahwa F hitung = 6,18 lebih
besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 4,00 sedangkan untuk F
hitung = 6,18 adalah lebih kecil dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,01 =
7,08.

Dengan demikian Hipotesis Nol (Ho3) yang berbunyi tidak ada Interaksi antara
penggunaan media program Power Point dan tinggi rendahnya prestasi siswa
terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan ditolak
pada taraf signifikansi 0,05 dan diterima pada taraf signifikansi 0,01.

PEMBAHASAN

Ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di
SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan bahwa pembelajaran dengan
mengunakan media program Power Point pada sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasa di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir mempunyai
pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat diketahui dari nilai Fhitung yang sebesar
8,94 yang lebih besar dari pada Ftabel pada dk

= 60 : 1 dengan tingkat kesalahan 5% yang sebesar 4,00 dan 1 % sebesar 7,08.


Dengan demikian berarti bahwa ada perbedaan atau pengaruh yang sangat
signifikan penggunaan media program Power Point dengan media konvensional
untuk siswa berprestasi tinggi pada pembelajaran sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol yang mengemukakan tidak


ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di
SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir ditolak. Sedangkan hipotesis
alternatif yang berbunyi ada pengaruh penggunaan media program Power Point
pada siswa berprestasi tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir diterima,
karena terbukti bahwa penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi tinggi berpengaruh sangat signifikan terhadap hasil belajar sub
kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti
Toba Samosir.
Hal ini dapat diketahui pula dari nilai rata-rata kompetensi siswa secara
konvensional dengan rata-rata nilai kompetensi siswa kelas 1 otomotif yang
berprestasi tinggi dengan media belajar konvensional adalah 7,40 sedangkan
dengan menggunakan media belajar power point memiliki rata-rata sebesar 8,50.

Ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan
di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data penggunaan media program Power


Point untuk siswa berprestasi rendah pada pembelajaran sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
sangat signifikan antara penggunaan media program Power Point dengan media
konvensional untuk siswa berprestasi rendah pada pembelajaran sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba
Samosir. Hal ini dapat diketahui dari nilai Fhitung yang sebesar 15,56 yang lebih
besar dari pada Ftabel pada dk = 60 : 1 dengan tingkat kesalahan 5% yang
sebesar 4,00 dan 1% sebesar 7,08 yang berarti bahwa ada perbedaan atau
pengaruh yang sangat signifikan penggunaan media program Power Point dengan
media konvensional untuk siswa berprestasi rendah pada pembelajaran sub
kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti
Toba Samosir.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol yang mengemukakan tidak


ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan
ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif yang berbunyi ada pengaruh penggunaan
media program Power Point pada siswa berprestasi rendah terhadap hasil belajar
sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti
Laguboti Toba Samosir diterima, karena terbukti bahwa penggunaan media
program Power Point pada siswa berprestasi tinggi berpengaruh sangat signifikan
terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK
Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir.

Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata nilai kompetensi siswa secara
konvensional dengan rata-rata nilai kompetensi siswa kelas 1 otomotif yang
berprestasi rendah dengan media belajar konvensional adalah 7,15 sedangkan
dengan menggunakan media belajar power point memiliki rata-rata sebesar 8,25.

Hipotesis pertama dan hipotesis kedua tersebut di atas sesuai dengan pendapat
Sulaeman (1988) yang mengatakan bahwa untuk mencapai sasaran akhir,
teknologi-teknologi di bidang pembelajaran perlu dikembangkan sebagai sumber
belajar untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan karakteristiknya. Dalam upaya
itu, teknologi belajar dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai
media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan
desain lainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi,
mengembangkan penggunaannya dan akhirnya menggunakannya di lapangan
baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi.

Semua ini dilakukan oleh para guru teknologi dengan berpijak pada prinsip bahwa
suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh
siswa yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh
media pembelajaran itu. Dengan demikian proses belajar siswa akan amat mudah
dengan adanya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.
Lebih lanjut Sulaeman (1988) mengatakan bahwa penyampaian materi pelajaran
yang lebih banyak ditempuh melalui ceramah dan tanya jawab dua arah (guru-
siswa) dan berlangsung terus-menerus akan dapat membosankan dan
melemahkan aktivitas siswa. Siswa memiliki ketergantungan yang sangat besar
kepada guru dalam melakukan kegiatan tulis. Siswa sangat mudah mengabaikan
guru-guru yang cara mengajarnya berulang-ulang dan karenanya tidak menarik
perhatian mereka. Lebih lanjut dikatakan bahwa berulang-ulang akan
menyebabkan penurunan efisiensi belajar.

Berdasarkan beberapa teori pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa sukses


tidaknya transfer knowledge atau transfer ilmu pengetahuan antara guru dengan
siswa di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir sangat tergantung dengan
media pembelajaran yang digunakan dan cara penyampaian guru. Dalam hal ini
sangat diharapkan tidak monoton, sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan
materi pelajaran yang diberikan atau dengan guru yang bersangkutan. Dalam hal
ini dengan adanya teknologi untuk penyampaian bahan ajar yakni microsoft power
point yang digunakan untuk pembelajaran dalam hal pelaksanaan prosedur
pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, diharapkan para
siswa merasa senang dan tertantang untuk mempelajari lebih jauh penggunaan
teknologi tersebut. Dengan penggunaan power point maka proses pembelajaran
akan berjalan lebih menarik dan tidak menjenuhkan, karena dalam power point
seorang tutor dapat menampilkan hal-hal yang menarik yang diharapkan dapat
mengobati kejenuhan siswa dalam pelajaran, diharapkan siswa tidak jenuh
mengikuti pembelajaran sehingga akan menghasilkan nilai kompetensi yang lebih
baik dibandingkan dengan secara konvensional.

Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata nilai kompetensi siswa secara
konvensional dengan nilai rata-rata 7,28 sedangkan dengan menggunakan media
belajar power point memiliki rata-rata sebesar 8,37. Artinya bahwa pembelajaran
dengan menggunakan media program power point hasil belajarnya lebih tinggi.

Ada interaksi antara penggunaan media program power point dengan prestasi
siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa F hitung (Prestasi * Kompetensi)
adalah sebesar 6,18 yang lebih besar dari Ftabel pada dk = 60 : 1 dengan tingkat
kesalahan 5% yang sebesar 4,00 dan lebih kecil dari Ftabel pada dk = 60 : 1
dengan tingkat kesalahan 1% yang sebesar 7,08. Hal ini berarti bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan media power point dan tinggi rendahnya prestasi
siswa terhadap nilai hasil belajar sub kompetensi siswa, yang berarti bahwa Ho di
tolak atau terbukti ada interaksi antara penggunaan media power point dan tinggi
rendahnya prestasi siswa terhadap nilai hasil belajar sub kompetensi siswa.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa


ada Interaksi antara penggunaan media program Power Point dan tinggi rendahnya
prestasi siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi terbukti benar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bisa saja siswa dengan prestasi tinggi memiliki nilai
kompetensi yang sama dengan siswa yang berprestasi rendah, atau sebaliknya
siswa dengan prestasi rendah kemungkinan bisa memiliki nilai kompetensi yang
sama atau paling tidak mendekati nilai kompetensi siswa dengan prestasi tinggi.

Adanya interaksi antara prestasi siswa dengan nilai kompetensi siswa pada
pembelajaran sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-
1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, menunjukkan bahwa siswa dengan prestasi
rendah maupun siswa dengan prestasi tinggi kemungkinan akan memiliki nilai
kompetensi pelaksanaan prosedur pengelasan yang sama. Sehingga dapat
diartikan bahwa baik buruknya nilai kompetensi siswa dalam hal pelaksanaan
prosedur pengelasan tidak banyak dipengaruhi oleh prestasi siswa pada
pembelajaran pelaksanaan prosedur pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti
Laguboti Toba Samosir.

Hasil analisis hipotesis ketiga sesuai dengan pendapat Sahertian (1983) yang
mengemukakan bahwa analisis psikologis menunjukkan bahwa belajar adalah
proses yang kompleks dan unik. Artinya seseorang yang belajar melibatkan segala
aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental. Keterlibatan dari seluruh aspek
kepribadian ini akan tampak perilaku belajar seseorang. Perilaku belajar yang
nampak adalah unik. Artinya perilaku itu hanya terjadi pada seseorang dan tidak
pada orang lain. Setiap orang memunculkan perilaku belajar yang berbeda.
Keunikan perilaku belajar seperti gaya belajar, gaya kognitif, bakat, minat, motivasi,
tingkat kecerdasan, kematangan intelektual dan lainnya yang dapat diacukan pada
karakteristik individu siswa. Perilaku belajar siswa yang sangat kompleks dan unik
ini menuntut layanan dan perlakuan pembelajaran yang kompleks dan unik pula
untuk setiap siswa. Komponen pembelajaran yang bertanggungjawab untuk
melayani masalah ini adalah strategi penyampaian kepada pembelajaran, lebih
khusus lagi pada media pembelajaran. Media pembelajaran sebaiknya dipilih
sesuai dengan karakteristik individu siswa sedapat mungkin harus memberi
layanan pada setiap siswa sesuai dengan karakteristiknya. Misalnya siswa yang
memiliki gaya auditif hendaknya mendapat rangsangan belajar auditif.

Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang
berprestasi tinggi kemungkinan akan memiliki hasil yang sama dalam Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, karena
adanya rangsangan untuk menghasilkan pengelasan yang sebaik mungkin yang
tidak banyak dipengaruhi oleh kemampuan atau inteligensi siswa, namun lebih
banyak dipengaruhi oleh kemampuan atau ketrerampilan siswa dalam pengelasan.

Sahertian (1983) menyatakan bahwa evaluasi dalam program belajar mengajar di


sekolah merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi penilaian terhadap
beberapa aspek tingkah laku individu maupun sekelompok siswa seperti
pengetahuan, keterampilan dan sikap; penilaian dilakukan oleh guru. Sementara
dalam hal pengelasan, yang paling utama adalah keterampilan siswa dalam hal
pengelasan, sehingga mungkin saja siswa dengan prestasi yang rendah akan lebih
terampil dalam pengelasan dibandingkan dengan siswa yang berprestasi tinggi,
atau sebaliknya siswa yang berprestasi tinggi akan memiliki keterampilan yang
lebih tinggi pula dibidang pengelasan. Sehingga segala kemungkinan bisa saja
terjadi dalam Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti
Laguboti Toba Samosir.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dari sebanyak 64 sampel


siswa kelas I otomotif SMK Swasta 1 Trisakti Laguboti - Kabupaten Toba Samosir
(32 siswa berprestasi tinggi dan 32 siswa berprestasi rendah) dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
(1) Media program Power Point berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang
berprestasi tinggi pada prosedur pengelasan.
(2) Media program Power Point berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang
berprestasi rendah pada prosedur pengelasan
(3) Terdapat interaksi antara media belajar dan prestasi belajar siswa pada sub
kompetensi prosedur pengelasan, baik dengan media program Power Point
maupun tidak menggunakan media program power point (Konvensional), terhadap
siswa dengan prestasi tinggi maupun terhadap siswa dengan prestasi rendah.

Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memiliki prestasi tinggi maupun
siswa yang memiliki prestasi rendah akan lebih terkonsentrasi dalam mengikuti
pelajaran prosedur pelaksanaan pengelasan menggunakan media program power
point dibanding dengan cara konvensional, sehingga program ini sangat cocok
untuk diterapkan di SMK Swasa-1 Trisakti Laguboti - Toba Samosir.

SARAN

Agar pembelajaran dapat dilakukan secara cermat dan menghasilkan nilai


kompensi lebih baik, maka penggunakan program Power Point dapat dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran pada sub kompetensi pelaksanaan prosedur
pengelasan. Akan tetapi, karena materi pelajaran selalu mengalami
perkembangan, diharapkan guru melakukan pemutakhiran isi pada setiap sajian
dengan tetap mempertimbangkan cuplikan-cuplikan gambar yang akan disajian.

Saran-saran untuk Pemanfaatan hasil penelitian yaitu


(1) Sebaiknya penggunaan media belajar dengan program Power Point lebih
ditekankan/ditingkatkan, dan sebaiknya jangan hanya digunakan untuk
pembelajaran prosedur pengelasan saja akan tetapi bisa juga diterapkan pada
pembejalaran yang lain
(2) Untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu agar siswa memiliki pengetahuan
yang lebih baik perlu menggunakan media yang sesuai
(3) Sebaiknya diusahakan agar kompetensi yang diajarkan menarik perhatian
siswa, baik gambar-gambar yang relevan dengan alat-alat yang akan digunakan
maupun cuplikan cara kerja alat.

Untuk peneitian lebih lanjut dikemukakan disarankan


(1) untuk medapatkan gambaran yang utuh tentang pengaruh penggunaan media
Power Point terhadap perolehan hasil belajar, maka dipandang perlu untuk
dilakukan penelitian lanjutan dengan subjek yang lebih besar
(2) supaya dikembangkan metode pembelajaran baru dengan media program
Power Point untuk pelajaran-pelajaran yang lainnya. Juga disarankan untuk
menggunakan media program yang lain yang lebih interaktif
(3) pada penelitian lanjutan disarankan untuk menambah variabel lain misalnya
seperti sikap, kebiasaan belajar oleh karena hal ini juga erat hubungannya dengan
akal pikir yang mempengaruhi prestasi belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Dimyati, M. 1996. Media Massa sebagai Lembaga Pendidikan Kelima Dalam


Masyarakat Indonesia : Dilema Pendidikan Anak Bangsa. Makalah. Malang : IKIP
Malang

Departemen Pendidikan Nasional. 2004, Kurikulum SMK Program Keahlian Teknik


Mekanik Otomotif. Jakarta : Depdiknas

Ely, G. 1971. Teaching and Media Systematic Approach. New Jersey Prentice Hall,
Inc.

Ibrahim, 1982. Media Instruksional. Malang : FIP IKIP Malang

Lamudji, 2005. Pengaruh Penggunaan OHP terhadap hasil belajar Matematikan


pada siswa Sekolah Menengah Pertama yang bermotivasi Tinggi dan Rendah.
Tesis tidak diterbitkan. Malang : Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Miarso, Y. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan, pengertian dan penerapannya


di Indonesia. Jakarta : Rajawali

Mudhoffir, & Tjun Surjaman. 1999. Teknologi Instruksional, sebagai landasan


Perencanaan dan penyusunan program Pengajaran (Cetakan ke-7). Bandung :
Remaja Rosdakarya

Sahertian, P.A. 1983. Teknik-teknik Manajemen Modern Dalam Bidang Pendidikan.


Malang : Institut Keguruan Pendidikan Malang

Sulaeman, D. 1988. Teknologi/Metodologi Pengajaran, Jakarta : Proyek


Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran (Cetakan kelima). Jakarta : Grasindo


Indra Agus Eka Hariawan
04202241006
PBI

100 judul yang berpotensi untuk dijadikan judul dalam skripsi

1. Pengaruh pembelajaran metode e-learning terhadap motivasi siswa SMU.


2. Komparasi keberhasilan belajar antara mahasiswa yang ‘study-oriented’ dan kerja
‘part time’.
3. Efektivitivitas penggunaan IT dalam KBM kelas 3 SMUN 1 Lubuk Linggau.
4. Pengaruh baca komik terhadap baca buku pelajaran sekolah siswa SLTPN 3
Yogyakarta.
5. Usaha memperbaiki ketepatan grammar dalam percakapan mahasiswa UNY
pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2004.
6. Komparasi ketepatan gramatikal dan struktural antara mahasiswa PBI dan Sastra
Inggris dalam percakapan.
7. Kesenjangan antara mahasiswa dan dosen dalam KBM.
8. Respon mahasiswa UNY terhadap E-learning.
9. Persentase perbandingan antara penggunaan PUSKOM untuk kepentingan kuliah
dan untuk hiburan.
10. Pengaruh karakter masyarakat kuningan terhadap karakter mahasiswa di UNY.
11. Pemahaman aplikatif mahasiswa terhadap psikolinguistics.
12. Analisa komparatif kesuksesan mahasiswa yang sering melakukan penelitian
ilmiah dan yang sesekali melakukan penelitian ilmiah.
13. Pengaruh negatif kerja sambilan pada mahasiswa UNY.
14. Analysis kesiapan UNY menyongsong BHMN 2010.
15. Tingkat kerapian catatan mahasiswa yang menggunakan binder saat kuliah.
16. Karakteristik kesiapan guru bahasa Inggris pada SMA Jogja sebagai pelaksana
kebijakan BNSP.
17. Komparasi deskriptif belajar antara pengajaran bermetode CTL dan GTM.
18. Pengaruh ruangan terhadap efektifitas dan efisiensi proses KBM.
19. Efektifitas penggunaan media rekaman dalam memperbaiki pronunciation siswa
SMAN 1 Bantul.
20. Analisa pengoptimalan fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan pada mahasiswa-
mahasiswi fakultas bahasa dan seni UNY .
21. Studi analisis pemanfaatan IT terhadap proses perkuliahan.
22. Komparasi antara Strategi fakultas bahasa dan seni dalam peningkatan mutu
pendidikan dan keberhasilan yang dicapai.
23. Tingkat pemahaman mahasiswa dalam menggunakan e-learning dalam
mengerjakan tugas kuliah.
24. Perbandingan mutu Bahasa Inggris siswa SMU dan SMK se-DIY.
25. Pengkajian sertifikasi sebagai syarat menjadi tenaga pendidik.
26. Tingkat keseringan dosen memberikan bimbingan secara moril terhadap
mahasiswa UNY.
27. Pengaruh Bahasa ibu terhadap pembelajaran bahasa Inggris.
28. Efektifitas penyeleksian mahasiswa baru dalam mendapatkan calon akademia
yang kompeten.
29. Pengembangan materi mendengarkan bahasa Inggris pada laboratorium bahasa
SMAN 1 LLG.
30. Kecenderungan mahasiswa PBI UNY dalam menggunakan posedur penelitian.
31. Efektifitas penggunaan system pembelajaran ‘hafalan’ dalam bahasa Inggris.
32. Analisa Peran Wakasek dalam penentuan kebijakan pendidikan terhadap
keberhasilan KBM.
33. Pengembangan materi speaking pada laboratorium bahasa di SMAN 2 PLG.
34. Intensitas lulusan fakultas kependidikan yang menjadi tenaga pengajar periode
2000-2008.
35. Efektivitas penggunaan Microsoft Office sebagai langkah awal dalam pengenalan
IT di dunia pendidikan: Pembuktian.
36. Analisa komparatif antara Ketepatan memperoleh data dengan teknik wawancara
dan kuisioner.
37. Analisa ragam interaksi mahasiswa UNY dengan masyarakat sekitar Kuningan.
38. Dasar pemahaman mahasiswa pendidikan terhadap pendidikan.
39. Itensitas mahasiswa bahasa Inggris menggunakan Oxford Dictionary diluar
perkuliahan dan pengaruhnya terhadap skill speaking.
40. Perbaikan komprehensi mahasiswa pada mata kuliah Phonetic and Phonology.
41. Jumlah referensi rata-rata yang digunakan mahasiswa dalam pembuatan tugas
makalah.
42. Penilaian dosen terhadap kualitas mahasiswa tahun 2004 berdasar prestasi
akademik.
43. Perbandingan jumlah mahasiswa lulusan tahun 1998-2007 yang menggunakan
metode kulitatif, kuantitatif dan action research terhadap visi dan misi akademik.
44. Analisa kuantitatif dan kualitatif skripsi antara mahasiswa yang dibimbing dosen
senior dan yang dibimbing dosen baru.
45. Analisa korelatif antara jumlah dosen s1, s2, dan s3 di UNY dan Pengaruhnya
terhadap kualitas akademik pada tahun ajaran 2000-2008.
46. Perbandingan prestasi akademik mahasiswa yang lebih sering menggunakan
metode komunikasi verbal dan menggunakan metode menulis.
47. Penggunaan teknik pembelajaran grammar yang komunikatif pada SMUN 1
Pleret.
48. Efektifitas belajar kelompok dalam mengerjakan tugas kuliah.
49. Tingkat pemahaman linguistik mahasiswa PBI.
50. Pengaruh kompetensi mendengarkan pada kompetensi berkomunikasi bahasa
Inggris mahasiswa PBI UNY.
51. Usaha Peningkatan pemahaman mahasiswa pada E-Learning.
52. Pengaruh catatan terhadap hasil studi mahasiswa PBI UNY 2004.
53. Kajian kinerja dosen bahasa Inggris sebagai tenaga pengajar.
54. Intensitas mahasiswa menulis artikel berbahasa Inggris dan pengaruhnya terhadap
prestasi akademik.
55. Kemampuan verbal mahasiswa bahasa Inggris angakatan 2004.
56. Pengaruh tingkat ekonomi mahasiswa pada keberhasilan akademik.
57. Pengaruh mikro teaching terhadap kompetensi mahasiswa dalam mengajar.
58. Kajian keberhasilan akadeik fakultas bahasa dan seni antara tahun 1999-2005.
59. Pengaruh seringnya mendengarkan lagu barat terhadap pronounciation mahasiswa
PBI 2004.
60. Tingkat kualitas makro skill mahasiswa PBI: listening, Speaking, reading, and
writing.
61. Pengaruh kosakata yang digunakan terhadap pembentukan karakter.
62. Perbandingan jumlah sarjana UNY yang bekerja dan yang belum bekerja.
63. Pengaruh silabus terhadap minat belajar mahasiswa.
64. Ragam kesalahan penggunaan preposisi pada kompetensi verbal mahasiswa UNY.
65. Ragam pengaruh tugas rumah dari dosen terhadap pemahaman materi pada mata
kuliah Writing.
66. Mutu pendidikan pada kepemimpinan presiden SBY dan JK.
67. Analsis perbandingan IPK mahasiswa dan mahasiswi PBI 2007 tahun ajaran
2009/2010 dan pengaruhnya terhadap kebijakan fakultas.
68. Analisa komparatif pemahaman guru SMA di Yogyakarta terhadap KTSP.
69. Realita semangat mahasiswa PBI mempelajari literatur bahasa Inggris dan
pengaruhnya terhadap IPK tahun ajaran 2008/2009.
70. Ragam peran dan pengaruh satpam dalam dunia pendidikan dasar dan menengah.
71. Korelasi antara kebiasaan penulis menulis diary dan kualitas penulisan ilmiah.
72. Intensitas, efektivitas, dan efisiensi pemakaian sarana dan prasarana dalam
kegiatan perkuliaahan.
73. Pemahaman mahasiswa terhadap softwares berbasis pendidikan dan
kemanfaatanya dalam perkuliahan.
74. Penggunaan teks otentik dan tugas yang komunikatif dalam pengajaran membaca
pada SLTP.
75. Hubungan antara motivasi tujuan, kepercayaan diri, dan tujuan pembelajaran pada
siswa kelas 2 SLTPN 3 Depok.
76. Pencapaian pemahaman motivasi dan mendengarkan pada mahasiswa FBS UNY.
77. Efektifitas respon fisik dalam pembelajaran kosakata untuk siswa SD 1 Bantul.
78. Analisa pembelajar berasal dari Jawa pada kesalahan pengucapan Bahasa Inggris.
79. Kesalahan tata bahasa dan kosakata pada siswa SD.
80. Relevansi pengajaran bahasa Inggris terhadap KTSP di SMUN 1 Pleret.
81. Karakteristik kemampuan membaca teks Bahasa Inggris SMAN 2 Sleman.
82. Strategi pembelajaran anak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
83. Kemampuan menulis siswa dan hubungannya dengan kebiasaan membaca dan
strategi belajar.
84. Beberapa usaha untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar
mengajar bahasa Inggris di Pondok Pesantren Sinar Melati.
85. Respon mahasiswa PBI terhadap mata kuliah Linguistik.
86. Analisa Kemampuan membaca cepat literatur pada mahasiswa FBS.
87. Penelitian pada sikap siswa SMK 2 terhadap bahasa Inggris dan hubungannya
dengan keberhasilan pembelajaran.
88. Hubungan antara motivasi untuk belajar bahasa Inggris dan sikap terhadap
implementasi pengajaran bahasa Inggris yang komunikatif dan pencapaian
pembelajaran.
89. Komparasi kualitas akademik Mahasiswa UNY lulusan Sekolah umum dan
kejuruan.
90. Pengaruh penggunaan media ’visual aid’ terhadap motivasi belajar SMAN1
Klaten.
91. Tingkat kepahaman KTSP guru bahasa Inggris SMUN 6 Yogyakarta dan
penerapannya dalam kelas.
92. Penelitian kesiapan dan kelayakan UNY untuk menjadi BHP/BHMN dan
hubungnannya terhadap mahasiswa.
93. Karakteristik Kinerja BNSP dalam penerapan KTSP terhadap pemahaman guru
bahasa Inggris propinsi DIY.
94. Intensitas literatur yang digunakan dan hubungannya dengan tingkat kepahaman
mahasiswa pada mata kuliah ’Phonetic and Phonology’.
95. Analisis karakter Helmer pada drama ’A Dolls House’.
96. Minat mahasiswa PBI terhadap bahasa Inggris dan hubungannya dengan indeks
prestasi.
97. Riset frekuensi dan kuantitas membaca buku berbahasa Inggris mahasiswa PBI
2006.
98. Komparasi keberhasilan akademik antara mahasiswa PBI UNY berdomisili di
Samirono dan Kuningan.
99. Efektivitas pembelajaran menulis pada mata pelajaran bahasa Inggris dengan
metode CTL di Sekolah Menengah Umum.
100.Pengaruh jarak tempat tinggal ke kampus terhadap motivasi belajar mahasiswa
UNY dan pengaruhnya terhadap IPK tahun 2010.

ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK


MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA KOTA TANJUNG BALAI

Jenny Carolyn Barus1 dan Pasar Maulim Silitonga 1


1
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl Pancing Pasar V Medan, Sumatera Utara

ABSTRACT

This research is intended to know whether the implementation of curriculum based


competence for chemistry subject in Senior High School in Tanjung Balai city has been
appropriate with the ideal condition of the real implementation of curriculum based
competence. It is also to know the percentage of successful achievement of senior high
school students in Tanjung Balai city in the implementation of curriculum based
competence. The analysis of the implementation of curriculum based competence
for the chemistry subject in senior high school in Tanjung Balai can be seen from 4
(four) elements of curriculum based competence. They are (1)Curriculum component
and Learning Achievement. (2)Learning Activity Component, (3)Assessment
Component Based Class, (4)Curriculum Management Component Based
School.Through the interview to the headmaster and students, the observation to the
document of learning plan, Annual Program, Semester Program, the questions made
by the teachers of chemistry subject. The result of research shows that the rate of
successful implementation of curriculum based competence in Tanjung Balai city seen
from curriculum component and learning achievement result, it is ideally (96,7%),
component of learning result of chemistry subject is ideally (38,1%) and assesment
component based on class is ideally (49,2%), Component Based on School is ideally
(57,8%).
Key word: Analisis, pelaksanaan KBK, pelajaran kimia, SMA, Tanjung Balai

Pendahuluan

Pendidikan mempunyai per- anan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu
disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkem-bangan kepribadian
manusia. Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan sebagainya
berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan
berkaitan langsung dengan pembentukan manusia. Pendidikan “menentukan” model
manusia yang akan dihasilkannya. (Syaodih, 2002).

Perwujudan masyarakat ber- kualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama


dalam me- persiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan
keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan professional pada bidangnya
masing-masing. Hal tersebut diperlukan, terutama untuk mengantisipasi era globalisasi,
khususnya globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti AFTA,
dan AFLA, maupun di kawasan negara- negara Asia Pasifik (APEC). (Mulyasa, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PERC, Political and Economical Risk
Consultancy 2001 (www.warta unair.ac.id) : Sistem Pen didikan di Indonesia menduduki
urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Banjar (Analisa, 25 November, 2005) juga
melaporkan bahwa : Du- nia Pendidikan Indonesia kini berada di peringkat 111 dari 175
negara yang diteliti Human Development Indonesia (HDI) pada Tahun 2004, jauh di
bawah negara anggota ASEAN, seperti Singapura (25), Brunei Darussalam (33),
Malaysia (58), Thailand (70), Vietnam (109).

Salah satu upaya peningkatan mutu Pendidikan adalah Pe- nyempurnaan Kurikulum
(Sianturi dan Simatupang, 2004). Menurut Zu- baedi (www.suara merdeka.com, 2005)
mengharapkan bahwa: Dengan menyempurnakan kurikulum, secara tidak langsung akan
meningkatkan mutu Pendidikan Nasional, meskipun diakui Kurikulum bukan satu-
satunya faktor yang mempengaruhi mutu Pendidikan. Abdullah juga mengemukakan
bahwa : Muatan Kurikulum Pendidikan di Indonesia perlu dibuat standar berbasis pada
kebutuhan masa depan sehingga tercipta manusia Indonesia yang cerdas, unggul, dan siap
bersaing di era globalisasi, kurikulum juga harus dibuat menarik, interaktif, dan
menyenangkan bagi siswa sehingga mereka tidak jenuh ketika di dalam kelas. (Sib, 1
November 2004).
Pembaharuan pendekatan dalam pengembangan kurikulum di Indonesia mengacu pada
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004, Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum 1994 menjadi
kurikulum 2004, yang diberlakukan mulai awal Tahun pelajaran 2004/2005. Me- ngingat
Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi), dan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 telah mengatur pem- bagian
kewenangan Pusat dan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000,
Khususnya tentang bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa ke- wenangan
Pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar
serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara na- sional serta
pedoman pelaksanaanya dan penetapan standar materi pelajaran pokok, yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian, serta
penetapan kalender pendidikan dan jumlah belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan
dasar, menengah, dan luar sekolah. Pemerintah Daerah memiliki ke- wenangan
mengembangkan silabus dan sistem penilaian sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa,
keadaan sekolah, dan kondisi daerah, oleh karena itu Pemerintah Daerah diberikan
kewenangan penambahan kompetensi dasar dan indikator pencapaian. (Depdiknas,
2003).

Pelaksanaan Kurikulum Ber- basis Kompetensi membutuhkan berbagai persyaratan ideal


yang mencakup Dokumen kurikulum dan hasil belajar, kemampuan Guru dalam
melaksanakan pembelajaran Kimia, Penilaian Berbasis Kelas, dan Pengelolaan
Kurikulum Berbasis Sekolah yang meliputi pengembang- an silabus yang dilakukan oleh
pihak sekolah dan tersedianya fasilitas dan sumber belajar yang ada di sekolah tersebut.
(Nurhadi 2004).

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti, sejak Tahun ajaran 2004/ 2005 di SMA
Kota Tanjung Balai telah dilaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini berarti
bahwa pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi di daerah Tanjung Balai sudah dua
tahun berlangsung.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksana- an kurikulum berbasis
kompetensi untuk mata pelajaran Kimia SMA Di Kota Tanjung Balai telah sesuai dengan
kondisi ideal kurikulum ber- basis kompetensi yang sesungguhnya dan untuk
mengetahui berapa persen tingkat keberhasilan SMA Di Kota Tanjung Balai dalam
melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi. Sehingga Penelitian ini bermanfaat
Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah, Departemen Pendidikan Nasional untuk
membuat kebijakan penambahan fasilitas dan sumber be- lajar demi mendukung
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yang ideal, serta Sebagai kontribusi ilmiah
terhadap persoalan kurikulum berbasis kompetensi yang berguna bagi pengetahuan dan
penelitian selanjutnya.

Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kompetensi merupakan per- paduan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar
yang direfleksi- kan dalam kebiasaan berfikir dan ber tindak. Achsan juga
mengemukakan bahwa kompetensi : “… is a knowledge, skills, and abilities or
capabilities that a person achieves, which become part of his or he being to the exent he
or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor
behaviors. “ Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pe- ngetahuan, ketrampilan dan
ke- mampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat me- lakukan perilaku-perilaku kognitif, affektif, dan psikomotorik
dengan sebaik-baiknya. (Mulyasa, 2002).

Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pe- ngaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian kegiatan belajar m
ngajar, dan pemberdayaan sumber da ya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah (Nugraha, 2004).

Tujuan utama kurikulum ber- basis kompetensi adalah me- mandirikan atau
memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan
kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan (Mulyasa, 2004).

Kurikulum berbasis kom- petensi memiliki karakteristik sebagai berikut : (1)


Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal
(2) Beriorentasi pada hasil belajar dan keberagaman (3) Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi (4) Sumber belajar
bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif (5)
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi (Depdiknas, 2002).

Karakteristik KBK Untuk Kimia

Karakteristik KBK untuk mata pelajaran Kimia merupakan kondisi ideal pelaksanaan
KBK di SMA, yang diperoleh dari empat komponen-komponen dalam kurikulum
berbasis kompetensi. Empat komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi yaitu : (1)
Kurikulum dan hasil belajar (2) Kegiatan belajar mengajar kimia (3) Penilaian Berbasis
Kelas (4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS) (Nurhadi, 2004). Di dalam
komponen kurikulum dan hasil belajar ada 12 hal yang menjadi aspek pendukung yaitu :
(1) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran ( dua semester ) adalah 34 Minggu (2)
Jam sekolah efektif permingu minimal 30 jam (1800) menit (3) Alokasi waktu yang
disediakan adalah 36 pelajaran per minggu (4) Satu jam pelajaran tatap muka
dilaksanakan selama 45 menit (5) Alokasi waktu untuk mata pelajaran kimia untuk kelas
X semester I dan 2 adalah 3 jam pelajaran, Kelas XI semester 1 adalah 4 jam pelajaran
dan semester 2 adalah 5 jam pelajaran, Kelas XII semester 1 adalah 4 jam pelajaran dan
semester 2 adalah 5 jam pelajaran. (6) Ada waktu yang disediakan untuk me- laksanakan
kegiatan sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olah raga, bakti sosial, dan sejenisnya.
(7) Kelas X merupakan program ber- sama yang diikuti semua peserta didik (8) Terdapat
program studi ilmu alam yang lebih difokuskan pada mata pelajaran matematika, fisika,
kimia, dan biologi (9) Ada mata pelajaran teknologi Informasi dan komunikasi/
ketrampilan, dimana alokasi waktu- nya diatur oleh sekolah (10) Ada penambahan mata
pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan daerah maksimal sebanyak 4 jam pelajaran (11)
Ada target pencapaian prestasi siswa untuk menentukan jurusan di SMU dan MA (12)
Ada target pencapaian prestasi siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Kemudian komponen kegiatan belajar mengajar kimia ada 19 hal yang menjadi aspek
pendukung yaitu : (1) Ada identifikasi dan pengelompokan kompetensi yang ingin
dicapai oleh siswa (2) Ada pengembangan materi standar kimia yang dilakukan oleh guru
(3) Ada pemilihan metode yang tepat sesuai dengan materi kimia (4) Ada perencanaan
penilaian yang berbasis kelas (5) Ada pembinaan keakraban antara guru dengan siswa,
dan antara siswa dengan siswa (6) Ada pe- laksanaan pretest (7) Ada penjelasan guru
tentang kompetensi mata pelajaran kimia yang harus dicapai siswa (8) Penjelasan materi
standar kimia secara logis dan sistematis (9) Ada upaya guru untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar kimia (10) Ada
pengembangan dan mo- difikasi kegiatan pembelajaran kimia (11) Ada pemilihan media
pem- belajaran yang sesuai dengan materi standar kimia (12) Ada pembagian lembar
kegiatan siswa untuk setiap siswa (13) Ada pemantauan dan pemeriksaan yang dilakukan
oleh guru kepada siswa dalam me- ngerjakan lembar kegiatan siswa (14) Ada upaya guru
dalam memotivasi siswa untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi kimia
yang dipelajarinya di dalam kehidupan sehari-hari (15) Ada pem- berian tugas / posttest
(16) Guru mengenal siswa secara perorangan (17) Guru memanfaatkan perilaku siswa
dalam pengorganisasian belajar siswa (18) Guru me- ngembangkan kemampuan berpikir
kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah kimia (19) Guru mengembangkan
ruangan kelas sebagai lingkungan belajar kimia yang menarik. Dilanjutkan dengan
Komponen penilaian berbasis kelas ada 17 hal yang menjadi aspek pendukung yaitu : (1)
Ada upaya guru memberikan peng- hargaan pencapaian belajar kimia siswa (2) Ada
upaya guru untuk memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran kimia (3) Penilaian
yang dilakukan harus valid (4) Penilaian yang dilakukan harus mendidik (5) Penilaian
yang dilakukan harus berorientasi pada kompetensi (6) Penilaian yang d lakukan harus
adil dan objektif (7) Penilaian yang dilakukan harus terbuka (8) Penilaian yang dilakukan
harus berkesinambungan (9) Penilaian yang dilakukan harus menyeluruh (10) Penilaian
yang di- lakukan harus bermakna (11) Guru harus membuat kisi-kisi penilaian /
rancangan penilaian secara me- nyeluruh untuk satu semester (12) Adanya penagihan
semua indikator (13) Adanya penggunaan berbagai teknik penilaian dan ujian yang
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran kimia (14) Guru harus menganalisis hasil
penilaian untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi (15) Guru harus
memberikan proses pem- belajaran jika peserta didik belum menguasai suatu kompetensi
dasar (16) Guru harus memberikan tugas jika siswa telah menguasai suatu kompetensi
dasar (17) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kompetensi dasar
berikutnya jika siswa telah me- nguasai semua atau sebagaian kompetensi dasar.

Dan terakhir komponen Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS) ada 18 hal yang
menjadi aspek pendukung yaitu : (1) Pihak sekolah membentuk tim pengembang silabus
KBK tingkat sekolah bagi yang mampu melakukannya (2) Pihak sekolah diberikan
kebebasan untuk mengembangkan silabus sendiri bagi yang mampu dan memenuhi
kriteria untuk melakukannya (3) Adanya identifikasi kompetensi sesuai dengan
perkembangan siswa dan kebutuhan daerah dalam penyusunan silabus yang dilakukan
oleh pihak sekolah (4) Adanya permohonan pihak sekolah kepada dinas kabupaten dan
kota dalam proses penyusunan silabus (5) Pihak sekolah harus mengimplementasikan
silabus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah (6) Adanya uji kelayakan
silabus KBK yang di- implementasikan disekolah tersebut yang dilakukan pihak sekolah
(7) Pihak sekolah memberikan masukan kepada dinas pendidikan kabupaten dan kota,
dinas pendidikan provinsi, dan pusat kurikulum departemen pen didikan nasional tentang
efektifitas dan efisiensi silabus KBK, ber- dasarkan kondisi aktual di lapangan (8) Materi
harus memiliki tingkat kesesuaian, teruji, dan dapat di- pertanggung jawabkan secara
ilmiah (9) Materi memiliki tingkat ke- pentingan, kebermaknaan dan sumbangan
terhadap pencapaian suatu kompetensi (10) Materi yang dikembangkan bermanfaat bagi
siswa (11) Materi yang di- kembangkan layak untuk dipelajari siswa (12) Materi yang
dikembangkan menarik bagi siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih
lanjut (13) Pihak sekolah mengadakan sosialisasi perubahan kurikulum (14) Pihak
sekolah mengembangkan fasilitas dan sumber belajar (15) Adanya usaha dari pihak
sekolah untuk mendisiplinkan siswa (16) Adanya pengembangan kemandirian kepala
sekolah (17) Pihak sekolah mem- berdayakan tenaga kependidikan (18) Pengawas
memantau pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan dan Pengawas memberikan gagasan
baru untuk melaksanakan pembelajaran yang bermutu

METODE PENELITIAN.

Populasi Dan Sampel.

Penelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kota Tanjung Balai, pada bulan April- Mei
2006. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMA di Kota Tanjung Balai Tahun
ajaran 2005/ 2006. Jumlah SMA yang ada di Kota Tanjung Balai ada 9, yaitu SMA
Negeri ada 5 dan 4 SMA Swasta. Sampel diambil secara purposif sebanyak 5 (lima
sekolah), yaitu 3 (tiga) SMA Negeri dan 2 (dua) SMA Swasta yang telah melaksanakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu : (1) SMA Negeri 1 Tanjung Balai (2) SMA
Negeri 2 Tanjung Balai (3) SMA Negeri 3 Tanjung Balai (4) SMA Swasta
Sisingamangaraja (5) SMA Swasta Sisingamangaraja. Sampel individu dalam penelitian
ini adalah siswa, guru bidang studi kimia dan kepala sekolah. Sampel siswa diambil
secara acak dengan menggunakan tabel Krejcie pada taraf Signifikansi 5% (Silitonga
2005). Sampel guru bidang studi kimia dan kepala sekolah diambil dengan tehnik
sampling total.

Variabel dan Instrumen Penelitian


Variabel penelitian ini adalah pelaksanaan kurikulum berbasis konpetensi. Untuk
memperoleh data digunakan alat pengumpul data yaitu (1) Angket yang bersifat tertutup
(2) Wawancara yang bersifat terpimpin (3) Observasi yang bersifat sistematik.

Pengumpulan dan pengolahan data

Langkah- langkah yang harus dilakukan dalam pengumpulan data adalah Tahap
Persiapan, tahap pelaksanaan, dan Pengolahan Data. Tahap persiapan digunakan untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan surat ijin penelitian, menguji
validitas angket yang telah disusun pada sampel per- cobaan, untuk mendapatkan angket
yang valid. Tahap pelaksanaan di lakukan dengan mengedarkan angket kepada setiap
responden, melaksana- kan wawancara kepada kepala sekolah dan siswa, serta
melakukan observasi terhadap dokumen Rencana Pengajaran (RP), Program tahunan
(Prota) dan soal-soal yang dibuat oleh guru kimia dan observasi terhadap kelengkapan
Laboratorium kimia. Data penelitian yang di kumpulkan, ditabulasi, dan dianalisis
dengan mencari Tingkat Keberhasil an KBK dengan menggunakan Rumus P = F/N x
100%. Dan kemudian dilakukan Penarikan Kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sampel

Adapun Jumlah Responden yang menjawab Angket yang ditujukan kepada siswa kelas X
dan XI IA di SMA Kota Tanjung Balai berjumlah 751 orang, dengan perincian SMA
Negeri 1 sebanyak 175 siswa, SMA Negeri 2 sebanyak 175 siswa, SMA Negeri 3
sebanyak 113 siswa, SMA Swasta Tritunggal sebanyak 92 siswa, dan SMA Swasta
Sisingamangaraja sebanyak 196 siswa. Begitu juga dengan Jumlah Responden yang
menjawab Angket yang ditujukan kepada Guru kimia di SMA Kota Tanjung Balai
berjumlah 9 orang, dengan perincian SMA Negeri 1 sebanyak 3 guru, SMA Negeri 2
sebanyak 2 guru, SMA Negeri 3 sebanyak 1 guru, SMA Swasta Tritunggal sebanyak 1
guru, dan SMA Swasta Sisingamangaraja sebanyak 2 guru.

Pelaksanaan KBK Untuk Mata Pelajaran Kimia Di SMA Kota Tanjung Balai Dilihat Dari
22 Indikator

Pelaksanaan KBK Untuk Mata Pelajaran Kimia Di SMA Kota Tanjung Balai Dilihat Dari
22 Indikator secara jelas terdapat pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pelaksanaan struktur kuri- kulum program studi ilmu
alam SMA di Kota Tanjung Balai idealnya sebesar (93,4%), persentase program
pencapaian hasil belajar idealnya sebesar (100%), tingkat keberhasilan guru kimia dalam
keterampilan me- laksanakan proses belajar mengajar kimia idaalnya sebesar (38%),
tingkat keberhasilan guru kimia dalam keterampilan melaksanakan evaluasi proses
belajar mengajar kimia idealnya sebesar (37,6%), Keterampilan menggunakan media
sumber idealnya sebesar (17,6%), Keterampilan mengelola kelas ideal nya sebesar
(35,2%), Keterampilan mengelola interaksi belajar mengajar kimia idealnya sebesar
(40,8%), Keterampilan mempersiapkan bahan ajar idealnya sebesar (60%), Ke-
terampilan melaksanakan penilaian dari segi prinsip dan tujuan idealnya sebesar (59,9%),
Keterampilan me laksanakan penilaian berkelanjutan idealnya sebesar (35%),
Keterampil- an melaksanakan penilaian kognitif idealnya sebesar (100%), Keterampil an
melaksanakan penilaian afektif idealnya sebesar (0%), Keterampilan melaksanakan
penilaian psiko motorik idealnya sebesar (51,4%), Kemandirian kepala sekolah dalam
melaksanakan KBK idealnya sebesar (42,7%), Tingkat keberhasilan pihak sekolah dalam
pengadaan sosialisasi kurikulum idealnya sebesar (26,7%), Usaha mendisiplinkan siswa
idealnya sebesar (20%), Pengembangan si- labus kimia idealnya sebesar (80%), Tingkat
keberhasilan pengawas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjung Balai
dalam pe- ngembangan sistem pemantauan idealnya sebesar (100%), Kelengkap an
fasilitas laboratorium kimia ideal nya sebesar (26,7%), Kelengkapan fasilitas
perpustakaan idealnya sebesar (35%), Pemberian Honorium idealnya sebesar (100%), Pe
ngembangan Materi kimia yang dilakukan oleh guru idealnya sebesar (89,3%).
Tabel 1. Persentase/ Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan KBK Dilihat dari Tingkat Kondisi Ideal (%)
22 Indikator di Kota Tanjung Balai Keberhasilan SM SMA SMA SMA SMA Rata-
Pelaksanaan A Negeri Negeri Tritunggal Sisingamangaraj rata
KBK Dari 22 Neg 2 3 a
eri 1
Indikator

No

1 Struktur 91,7 91,7 91,7 100,0 91,7 93,4


Kurikulum
2 Program 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Pencapaian
Hasil Belajar
3 PBM Kimia 43,0 34,5 38,7 31,9 41,7 38,0
4 Evaluasi PBM 63,1 19,3 25,0 55,7 25,0 37,6
Kimia
5 Media Sumber 25,3 7,2 21,4 14,3 19,7 17,6
6 Mengelola 39,8 23,3 34,0 16,7 62,3 35,2
Kelas
7 Mengelola 44,6 44,4 29,4 32,6 52,9 40,8
Interaksi PBM
Kimia
8 Mempersiapka 75,0 75,0 75,0 75,0 0,0 60,0
n Bahan Ajar
9 Penilaian Segi 72,5 34,9 63,0 73,7 55,2 59,9
Prinsip Dan
Tujuan
10 Penilaian 37,5 25,0 25,0 75,0 12,5 34,0
Berkelanjutan
11 Penilaian 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Kognitif
12 Penilaian 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Afektif
13 Penilaian 85,7 0,0 85,7 0,0 85,7 51,4
Psikomotorik
14 Kemandirian 53,3 20,0 0,0 60,0 80,0 42,7
Kepala Sekolah
15 Pengadaan 33,3 0,0 0,0 0,0 100,0 26,7
Sosialisasi
Kurikulum
16 Usaha 0,0 0,0 0,0 0,0 100,0 20,0
Mendisiplinkan
Siswa
17 Pengembangan 57,1 85,7 85,7 100,0 71,4 80,0
Silabus Kimia
18 Pengembangan 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sistem
Pemantauan
19 Fasilitas 33,4 25,0 0,0 0,0 75,0 26,7
Laboratorium
Kimia
20 Fasilitas 50,0 25,0 0,0 0,0 100,0 35,0
Perpustakaan
21 Pemberian 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Honorium
22 Pengembangan 66,7 100,0 100,0 100,0 80,0 89,3
Materi Kimia
Pelaksanaan KBK Untuk Mata Pelajaran Kimia Di SMA Kota Tanjung Balai Dilihat Dari
4 Komponen KBK

Berdasarkan Komponen Kurikulum dan Hasil Belajar, Hasil Penelitian menunjukkan


bahwa Tingkat Ke sesuaian Pelaksanaan Komponen Kurikulum dan Hasil Belajar di
SMA Kota Tanjung Balai Pada Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya sebesar (96,7%)
(Gambar 1). Hal ini diduga karena sebagian besar Struktur Kurikulum Program Studi
Ilmu Alam dan Program Pencapaian Hasil Belajar di SMA Kota Tanjung Balai sangat
sesuai dengan kondisi ideal KBK.

Gambar 1 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Kurikulum Dan Hasil Belajar di SMA
Kota Tanjung Balai (%).

Jika dilihat dari Komponen Kegiatan Belajar Mengajar Kimia, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian pelaksanaan komponen kegiatan belajar
mengajar Kimia SMA di Kota Tanjung Balai Pada Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya
sebesar (38,1%) (Gambar 4.2). Fenomena ini diduga karena kurangnya Sosialisasi KBK
tentang pelaksanaan kegiatan belajar me ngajar kepada guru kimia, sehingga
mengakibatkan guru kimia kurang memahami pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
kimia yang sesuai dengan kondisi ideal KBK. Hal ini dapat dilihat melalui Angket yang
di jawab oleh Responden yang me ngatakan bahwa kurangnya ke terampilan guru kimia
dalam me laksanakan evaluasi proses belajar mengajar kimia, keterampilan dalam
menggunakan media sumber, keterampilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar
kimia, keterampilan mengelola kelas serta keterampilan mengelola interaksi belajar
mengajar kimia.
Gambar 2 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Kegiatan Belajar Mengajar Kimia di SMA
Kota Tanjung Balai (%)

Tingkat Kesesuaian Pe- laksanaan Komponen Penilaian Berbasis Kelas di SMA Kota
Tanjung Balai Pada Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya sebesar (49,2%) (Gambar 4.3).
Fenomena ini diduga karena Rencana Pengajaran (RP) guru kimia SMA di Kota Tanjung
Balai masih belum sesuai dengan kondisi ideal KBK. Khususnya pada bagian Penilaian.
Guru kimia tidak membuat perencanaan penilaian berbasis kelas. Penilaian yang
dilakukan tidak merinci bagaimana guru memperoleh data kemajuan siswa dalam belajar,
melainkan penilaian yang dilakukan oleh guru kimia hanya berupa soal-soal kimia yang
umumnya mengukur ke mampuan kognitif siswa. Sedangkan soal-soal yang mengukur ke
mampuan afektif siswa hanya dilihat dari sikap dan tingkah laku siswa yang tertib,
menghargai guru, disiplin dalam kelas. Akan tetapi soal afektif tersebut tidak dikaitkan
dengan materi standar kimia. Hal ini diakibatkan karena Sosialisasi KBK tentang
penilaian berbasis kelas kepada guru kimia masih kurang. Begitu juga dengan penilaian
ber kelanjutan yang dilakukan oleh guru kimia masih belum sesuai dengan kondisi ideal
KBK, yang dibuktikan melalui remedial yang dilakukan oleh guru kimia kepada siswa
hanya sebatas satu kali saja, padahal tuntutan ideal KBK, siswa perlu diberikan remedial
sampai siswa tersebut tuntas belajar dalam satu kompetensi dasar. Hal ini di akibatkan
karena waktu yang tidak cukup, sementara materi kimia masih banyak.

Jika dilihat dari Pelaksanaan Komponen Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah


(PKBS), Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Tingkat kesesuaian Pelaksanaan
Komponen Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah di SMA Kota Tanjung Balai Pada
Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya sebesar (57,8%) (Gambar 4.4). Hal ini diduga karena
pengadaan sosialisasi KBK yang masih kurang dilihat dari segi pe laksanaan kegiatan
belajar mengajar kimia maupun penilaian berbasis kelas, Pihak sekolah (Guru-guru SMA
di kota Tanjung Balai) belum sejalan dalam usaha mendisiplinkan siswa, Pengembangan
silabus yang dilakukan oleh pihak sekolah belum sesuai dengan visi dan misi sekolah,
Pengawasan silabus dari Dinas Pendidikan Kota Tanjung Balai meskipun sudah
melaksanakan pemantauan 100%, akan tetapi pelaksanaannya masih kurang teliti,
kemudian keadaan fasilitas laboratorium kimia yang kurang memadai demi mendukung
pe- laksanaan KBK dimana alat dan bahan kimia yang ada di 3 SMA jarang digunakan,
sedangkan di 2 SMA kota Tanjung Balai alat dan bahan kimia masih kurang memadai,
begitu juga dengan honorium yang diberikan kepada guru kimia yang melakukan
praktikum umumnya berjumlah sedikit, sehingga hal ini mengakibatkan praktikum kimia
sangat jarang dilakukan. Dan hal inilah yang mengakibatkan keadaan PKBS belum sesuai
dengan kondisi ideal KBK.

Gambar 3 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Penilaian Berbasis Kelas di SMA Kota
Tanjung Balai (%)

Gambar 4 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah


(PKBS) di SMA Kota Tanjung Balai (%)
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Kurikulum Berbasis


Kompetensi untuk mata pelajaran kimia SMA di kota Tanjung Balai dilihat dari segi
komponen kurikulum dan hasil belajar idealnya sebesar ( 96,7%), Pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk mata pelajaran kimia SMA di kota Tanjung Balai
dilihat dari segi komponen Kegiatan Belajar Mengajar kimia idealnya sebesar ( 38,1%),
Pelaksanaan Ku rikulum Berbasis Kompetensi untuk mata pelajaran kimia SMA di kota
Tanjung Balai dilihat dari segi komponen Penilaian Berbasis Kelas idealnya sebesar
(49,2%), Pe- laksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk mata pelajaran kimia
SMA di kota Tanjung Balai di lihat dari segi komponen pengelolaan kurikulum berbasis
sekolah (PKBS) idealnya sebesar ( 57,8%), Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Ku
rikulum Berbasis Kompetensi di SMA Kota Tanjung Balai idealnya hanya sebesar
(37,1%- 57,8%)

SARAN

Perlu dilaksanakan Sosiali sasi KBK secara menyeluruh, guna membenahi Guru kimia
dalam meningkatkan kreativitas untuk me laksanakan kegiatan belajar mengajar kimia
dan Penilaian Berbasis Kelas yang sesuai dengan tuntutan KBK yang ideal, Perlu
dipersiapkan Fasilitas yang memadai seperti Laboratorium dan Perpustakaan oleh pihak
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan kelengkap an-kelengkapan belajar
yang me madai di sekolah oleh sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dan guru
sebagai pelaksana pendidikan agar tuntutan dari KBK dapat terpenuhi secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ant, (2004), Sekolah Berstandar Internasional Perlu Di perbanyak, Harian SIB, Senin, 1
November 2004.

Arikunto, S, 2001, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

, 2003, Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Banjar, H, (2005), Semangat Berprestasi Yang Perlu Terus Menerus Di


tumbuhkembangkan, Harian Analisa, Jumat, 25 November 2005.
Departemen Pendidikan Nasional, (2003), Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia,
Jakarta.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum Dirjen Dikdasmen Depdiknas, (2003), Pedoman


Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia, Jakarta.

Ibrahim, dan, Sudjana, N, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Penerbit Sinar Baru,
Bandung.

Mardapi, Dj, dan Ghofur, A, (2003), Pedoman Umum Pe ngembangan Penilaian, Proyek
Pelita, Depdiknas, Jakarta

Mulyasa, E, (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Remaja Rosdakarya,


Bandung.

, (2004), Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Menyukseskan MBS dan


KBK, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung

, (2004), Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pem belajaran KBK,


Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nadapdap, A, P, (2005), Beberapa Kendala Mengimplementas ikan KBK, Harian SIB,


Selasa 29 Maret 2005.

Nugraha, A, W, (2005), Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMA,


Pembekalan Mahasiswa PPL Jurusan Kimia Unimed, Medan.

Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Penerbit Grasindo, Jakarta.

Simatupang, Z, dan Sianturi, P,(2004), Telaah Kurikulum Berbasis Kompetensi, Buku


Pegangan Kuliah Mahasis wa, FMIPA, Unimed, Medan.

Silitonga, P, M, (2005), Metodologi Penelitian, FMIPA, Unimed, Medan.

Sukmadinata, S, N, (2002), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Penerbit


Remaja Rosdakarya, Bandung.

Unair, (2005), Tahun Ajaran Baru, Kurikulum Baru, http:// www.suara


merdeka.com/harian, Senin, 19 Juli 2004

Zubaedi, (2005), Membenahi Pendidikan Nasional, http:// www.warta


unair.ac.id/artikel/index/php, November 2004

You might also like