Professional Documents
Culture Documents
STRATEGI
GURU AGAMA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
MATA
PELAJARAN AGAMA ISLAM
DI SMA
NEGERI 3 UNGGULAN KAYUAGUNG
A.
Latar
Belakang Masalah
semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi
garis besar lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lingkungan
menyebutkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua,
Kondisi
pendidikan, dalam suasana formal baik melalui seminar dan lokakarya, simposium,
Oleh
sebab itu, tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam
memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh
keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan)
harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara
Agar
guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya ini, maka setiap guru
harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawab
tersebut. Dia harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat
kurikulum secara baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa,
Masalah
guru adalah masalah yang penting. Penting oleh sebab mutu guru turut menentukan
mutu pendidikan. Sedangkan mutu pendidikan akan menentukan mutu generasi muda,
sebagai calon warga negara dan warga masyarakat. Masalah mutu guru sangat
Salah
satu komponen penting lainnya dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena
kurikulum merupakan komponen yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan
dan penyelenggara, khususnya guru dan kepala sekolah. Oleh sebab itu, perlu
pemerintah menyusun kurikulum. Dalam hal ini kurikulum dibuat oleh pemerintah
pusat secara sentralistik, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang
lebih dikenal dengan KTSP yang diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh
Kurikulum
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004. KTSP lahir
karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dari pemerintah pusat
dalam hal ini depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan
kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP beban siswa sedikit berkurang dan
Kebijakan
yang terus berubah-ubah walaupun dengan perencanaan matang, namun hal ini cukup
membuat pendidik dan pelaksana pendidikan merasa bosan, resah, dan akhirnya
lebih bersikap diam, bahkan bisa menjadi apatis dan membiarkan perubahan itu
mulai dari 1968, 1975, 1984, 1994, sampai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
yang konon disiapkan untuk membuat para lulusan terampil dan cerdas. Tetapi
pada kenyataannya dengan berubahnya kurikulum itu juga selama ini mutu
kekeliruan, dan jika demikian hanya membuang waktu dan biaya saja.
Hingga
kini banyak pengamat pendidikan, ahli pendidikan, dan para pejabat pendidikan
mengartikan pendidikan berkualitas dengan ukuran perolehan nilai ujian atau
Ebta Murni (NEM) atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sering kali dijadikan
jimat dalam kehidupan seseorang. Bagaimana tidak, NEM atau IPK itulah yang
Apalagi
sejak beberapa tahun belakangan ini, Ujian Nasional (UN) masih menjadi momok
yang menakutkan bagi para siswa terutama SMA. Lalu dengan adanya ujian
nasional, kelulusan siswa ditentukan oleh pusat yang bahkan standar kelulusan
situasi dan kondisi yang ada di setiap daerah dan sekolah berbeda-beda (apalagi
Ujian
nasional ini bukan hanya memberatkan siswa sebagai peserta namun juga guru dan
sekolah karena dituntut untuk bisa memberikan materi yang baik agar siswanya bisa
lulus. Orangtua siswa juga tak kalah bingungnya dengan nasib anaknya apakah
Kualitas
Meskipun
berbagai nusaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan persoalan yang
ada, namun berdasarkan sinyalemen beberapa pihakl ternyata masih saja dijumpai
notabenenya fungsi dan peranan ini berada di pundak para guru (praktisi
ditingkatkan, agar mereka dapat mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai
Unggulan
Kayuagung?
penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada mata pelajaran agama Islam
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
dapat berguna bagi insan akademis dalam menambah wawasan dan memperkaya
mata
Kurikulum
D. Kerangka Teori
kompleks, dan sudah banyak didefinisikan oleh para pakar. Esensinya, kurikulum
membicarakan proses penyelenggaraan pendidikan sekolah berupa acuan, rencana,
Dalam
pengertian yang lebih luas, kurikulum adalh semua pengalaman yang dengan
sengaja disediakan oleh sekolah bagi para siswanya untuk mencapai tujuan
berpebgaruh dalam proses pendidikan. Sedangkan KTSP merupakan salah satu wujud
Dengan
demikian, ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan Kurikulum
1.
KTSP
dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan
karakteristik
daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
2.
Sekolah
dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi
lulusan,
di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama
yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan.
3.
Kurikulum
tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan
mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.[6]
KTSP
1.
KTSP
menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara Kurikulum
Tingkat
Satuan Pendidikan individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik
dibentuk
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap,
dan minat
yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.
2.
KTSP
beorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3.
Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.
Sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
5.
penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian
suatu kompetensi.[7]
E. Definisi Operasional
1.
Strategi
Implementasi
Dalam
teknik, media, dan taktik yang digunakan guru yang memungkinkan terjadinya
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
pendidikan (KTSP) mata pelajaran agama Islam adalah tindakan nyata atau usaha
yang ditempuh seorang guru dalam implementasi KTSP, seperti diskusi profesi,
2.
Kurikulum
Kurikulum
pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan
Kurikulum
tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum yang secara konsep berbasis kompetensi,
jawab.
Kurikulum
[12]
Jadi,
dan dirancang disesuaikan dengan keadaan atau kondisi di Kayuaguing dan keadaan
peserta didik sendiri, sedangkan pemerintah yang dalam hal ini adalah BSNP (
maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana strategi guru agama
dilakukan penulis berkaitan dengan penelitian skripsi ini, maka dapat penulis
cantumkan beberapa karya penelitian yang telah dilakukan oleh para akademisi
Pendidikan (KTSP) mata pelajaran agama Islam di SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung.
Hal inilah yang memotivasi penulis, terlebih apabila kita melihat pada fenomena
yang terjadi dalam sekolah kita saat ini dimana banyak guru agama yang mulai
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan
Sumber Data
Jenis
penelitian yang diterapkan dalam tulisan ini adalah penelitian yang bersifat
yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan
langsung dari tangan pertama, yaitu guru agama dan kepala sekolah. Sedangkan
sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung berupa bahan-bahan
Adapun
variabel dalam penelitian ini adalah strategi guru agama dan Kurikulum Tingkat
a. Metode Observasi
teknik yang diterapkan, keadaan geografis, serta sarana dan prasarana ynag
b. Metode Wawancara
Metode
ini dilakukan langsung untuk memperoleh data deskriptif, baik dalam bentuk
c. Metode Dokumentasi
Metode
ini digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah pegawai, jumlah murid,
jumlah kelas, laboratorium, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian
ini, seperti keadaan guru, kepala sekolah, serta latar belakang atau sejarah
Analisis data
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses
penyederhanaan dan transformasi data ‘kasar’ yang muncul dari data tertulis
di
mengkode,
2. Penyajian data
tindakan.
3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
dari data yang lulus diuji kebenarannya yang merupakan validitas dari data
tersebut.[13]
H.
Sistematika Pembahasan
pengembangan KTSP, komponen KTSP, standar kompetensi KTSP, dan sistem evaluasi
KTSP.
Kayuagung, letak geografis, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan
KTSP mata pelajaran agama Islam di SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung. Karena
fokus penelitian ini pada segi implementasi KTSP di SMA Negeri 3 Unggulan
Daradjat,
Zakiyah. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. Ke-6. Jakarta: Bumi Aksara.
Jamarah,
Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Rineka Cipta.
Kunandar.
2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Zuhairini, dkk.,
[3]
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi,
(Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), hlm.78-79
[9]
Kunandar, hlm.233
[10]
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, cet. 6, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 122
[11]E.
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis,
cet. 1, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 19
[12]
Kunandar, hlm. 125
[13]
Huberman, A. Michael, Mathew B. Anderson, Analisis Data Kualitatif,
(Jakarta, Universitas Indonesia Press, 1992), terj. Tjetjep Rohedi, hlm.,
16-18.
BAB II
STRATEGI PEMBELAJARAN
DAN
A. Strategi Pembelajaran
Bila belum mencapai hasil yang optimal, dia berusaha mencari cara lain yang dapat
mencapai tujuannya. Proses tersebut menunjukkan bahwa orang selalu berusaha
menunjukkan bahwa orang tersebut telah melakukan strategi. Dan strategi tersebut
dipakai sesuai dengan kondisi waktu dan tempat saat dilaksanakannya kegiatan.
Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, yaitu strategi dan pembelajaran.
Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani,
sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata “stratos” (militer) dan “ago”
(memimpin), sebagai kata kerja, stratego, berarti merencanakan (to plan).[1] Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi berarti rencana yang cermat mengenai
mengandung pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
strategi sebagai suatu cara yang dianggap mampu untuk mencapai suatu tujuan yang
mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau siswa. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses di
serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan penyediaan sumber belajar.[5] Jadi,
menurut penulis, pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya yang
dilakukan oleh pendidik (guru) untuk membantu peserta didik (siswa) aktif dalam
pendayagunaan dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektifitas dan efisien
melaksanakan variabel pengajaran (yaitu tujuan, materi, metode, dan alat serta
evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[7]
pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif
terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.
belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran
adalah pendidik serta peserta didik yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang
lainnya. Isi kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu
dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal,
ini yang dinamakan dengan metode. Ini berarti, metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu
strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab
atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
tertentu. Misalnya, ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada
lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik
dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah
Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang
berceramah pada siang hari dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan
berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode
tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya, walaupun dua
orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang
sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik
menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik
itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan
yang lain.
learning.[8]
bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Sebagaimana yang
dikutip oleh Wina, Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung
strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa; siswa tidak dituntut
Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan
ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih
banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang
demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.
didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar
secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru.
Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau
pembelajaran klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil
individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok
dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang
kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi.
juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran
induktif.
kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari
hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkrit.
dimulai dari hal-hal yang konkrit atu contoh-contoh yang kemudian secara perlahan
siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan
kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus
dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang
harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat
penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana
cara mencapainya.
1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja ?
2) Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat
digunakan ?
menetapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan
upaya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek afektif atau aspek
psikomotor, dll.
Posisi dan peran guru dalam proses pembelajaran, dimana guru harus
b. Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.
c. Moderator belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta
didik. Guru sebagai moderator tidak hanya mengatur arus kegiatan belajar, tetapi
juga bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah
sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas
dan diajukan peserta didik.
d. Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang objektif dan
komprehensif. Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau
proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga
berkewajiban untuk melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik,
menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual,
kelompok, maupun secara klasikal.[10]
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa posisi dan peran guru dalam proses
pembelajaran sangat penting dan mempunyai tanggung jawab yang besar sebagi
pemimpin belajar, fasilitator, moderator dan evaluator belajar bagi peserta didiknya.
Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada zaman
Yunani Kuno. Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu Currir
yang artinya pelari dan Curere yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah ini berasal
dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani yang mengandung
pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis
finish.[11]
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
ada di daerah.[12]
kurikulum sebagai alat yang dilakukan berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran
dan hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa yakni pengetahuan, sikap dan
keterampilan.[13]
Dalam perkembangannya kurikulum dapat dipandang sebagai kurikulum
tradisional dan kurikulum modern. Secara tradisional menurut Oemar Hamalik yang
“kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk
kurikulum merupakan segala usaha yang menjadi tanggung jawab dari suatu lembaga
pendidikan formal ataupun non formal untuk mempengaruhi belajar anak, baik di
dalam maupun di luar kelas.[15] Sedangkan menurut Ahmad Rohani dan Abu
Ahmadi, kurikulum adalah program belajar untuk peserta didik terdiri dari
pengetahuan ilmiah, pengalaman dan kegiatan belajar mereka yang telah disusun
secara sistematis untuk mencapai tujuan program, isi dan struktur program dan
pendidikan.[17]
harus dikuasai oleh peserta didik secara menyeluruh dalam segala aspek untuk
mengubah tingkah laku sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional dan tujuan
tersebut harus mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang
pendidikan nasional.[18]
setempat dan karakteristik peserta didik. KTSP juga merupakan upaya untuk
menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak
dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. KTSP yang
oleh peserta didik pada setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan pendidikan
dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan
h. Agama;
yang disusun dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang telah mampu atau
siap untuk melaksanakannya dengan mengacu pada Standar Pendidikan yang telah
dan sesuatu yang dicita-citakan, berbasis nilai dan mudah diingat dan
membumi (kontekstual).
dan global.
3. Kalender Pendidikan
4. Pengembangan Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu
sumber belajar.
RPP adalah penjabaran dari silabus sebagai rencana guru dalam pelaksanaan
pembelajaran untuk setiap pertemuan. Dalam RPP guru harus menyusun strategi
dan langkah-langkah apa yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
yang terdiri dari dua bagian, yaitu: Dokumen I dan Dokumen II. Seperti terlihat
Bagan 1
Dokumen KTSP
Dokumen I:
BAB I : Pendahuluan
a. Mata pelajaran
b. Muatan lokal,
c. Pengembangan diri,
d. Beban belajar,
e. Ketuntasan belajar,
g. Penjurusan,
a. Standar Kompetensi
b. Kompetensi Dasar
Dokumen II :
A. Silabus
1.2. Silabus dari SK/KD yang dikembangkan sekolah (Muatan lokal dan mata pelajaran
tambahan)
yang akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini.
Hal ini diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap peningkatan efesiensi dan
Karakeristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai
setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan kekuasaan
yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak
hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan tetapi melalui komite sekolah
kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Kepala sekolah dan guru-
oleh kinerja tim yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam
pendidikan.
Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru” mengemukakan bahwa sebagai
sebuah konsep sekaligus sebagai sebuah program KTSP memiliki karakteristik sebagai
berikut:
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristis KTSP itu, selain
memiliki kerja sama antara pihak sekolah dengan masyarakat, juga memiliki karakteristik
yang lebih ditekankan pada usaha pembentukan kompetensi peserta didik. Hal ini dapat
dilihat pada tujuan KTSP, yaitu untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, yang pada akhirnya akan
a. Prinsip Relevansi
Ada dua macam relevansi dalam pengembangan kurikulum yaitu: relevan ke luar
dan relevan ke dalam. Relevan ke luar maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang
dan penilaian.
b. Prinsip fleksibilitas
mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di
tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
c. Prinsip kontinuitas
d. Prinsip praktis
murah.
e. Prinsip efektifitas
Di dalam “Panduan Penyusunan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
disusun oleh BSNP (2006)”, dinyatakan bahwa KTSP dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan
supervisi Dinas Pendidikan atau Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk
Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh
untuk “Pendidikan Khusus” dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi
dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
didik, kondisi daerah, jenis dan jenjang pendidikan, serta menghargai dan tidak
diskriminasi terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
sepanjang hayat.
berikut:
Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan,
tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu
Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang
dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (SI).
SKL adalah kualifikasi kemampuan llusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan
materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Standar Isi untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut
Standar Isi (SI), mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Kompetensi Lulusan
pelaksanaan SKL dan SI. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa Pendidikan Dasar
bersangkutan.[29]
berbagai komponen, yang tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak
kondisi yang ada. Itulah sebabnya proses penyusunan dan pengembangan kurikulum
merupakan sebuah proses berantai yang berkesinambungan antara proses yang satu
dengan proses yang lain. Kurikulum sebagai suatu rencana pada intinya adalah upaya
untuk menghasilkan lulusan, atau mengubah input peserta didik dari kondisi awal
yang baik dari penguasaan ilmu (knowledge), keterampilan dalam melaksanakn pekerjaan
(skill), dan sikap yang dituntut untuk menguasai suatu pekerjaan (attitude) dalam
kehidupannya sehari-hari.
dibagi menjadi tiga bagian proses, yaitu bagian pertama akan menghasilkan kurikulum
sebagai suatu ide, kemudian berlanjut pada bagian kedua yang diwujudkan dalam sebuah
dilakukan langsung pada dokumen kurikulum, namun juga dapat dilakukan pada area
Bagan 2
Karakteristik Siswa
Kompetensi Lulusan
Yang Diinginkan
Landasan-Landasan yang
digunakan
Struktur dan
organisasi kurikulum
Proses
Pengembangan
Proses Pembelajaran
Pengukuran Outcomes
sekolah
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
standar nasional pendidikan tersebut yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum.[31]
dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Pasal 1
ayat 3 Permen Diknas Nomor 24 Tahun 2006). Satuan pendidikan dasar dan menengah
dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar
dan menengah yang disusun oleh BSNP (Pasal 1 ayat 4 Permen Diknas Nomor 24 Tahun
2006). Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan
pendidikan dasar dan menengah setelah memerhatikan pertimbangan dari komite Sekolah
atau Komite Madrasah (Pasal 1 ayat 5 Permen Diknas Nomor 24 Tahun 2006).
komite sekolah, dan dewan pendidikan. Tim pengembang ini ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
Proses Pengembangan KTSP tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini pada
Bagan 3
Konteks Pendidikan
Kebangkitan Islam, Clean and Good Governance, Otonomi Daerah, Millenium Goals
2015 (globalisasi), Demokratisasi, Pembangunan Berkelanjutan, Perkembangan
IPTEKS serta Ekonomi Berbasis Spiritual,Moral dan Intelektual
KURIKULUM AKTUAL
PROSES PEMBELAJARAN
Dari gambar di atas, tampak bahwa pengembangan kurikulum mencakup beberapa
tingkat, yaitu :
dilakukan dalam rangka mengembangkan Standar Nasional Pendidikan, yang pada saat
ini mencakup standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (SI) untuk setiap satuan
pendidikan pada masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur
pendidikan sekolah.
2. Pengembangan KTSP
Isi (SI).
b. Merumuskan visi dan misi serta merumuskan tujuan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan.
c. Berdasarkan SKL, SI, visi, misi serta tujuan satuan pendidikan, selanjutnya
guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan dengan berpedoman pada standar
kemudahan belajar sesuai dengan standar sarana dan prasarana pendidikan yang
3. Pengembangan Silabus
a. Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan setiap bidang
studi.
pembelajaran.
kompetensi.
4. Pengembangan RPP
Berdasarkan standar kompetensi dan standar isi dalam silabus yang telah
diidentifikasi dan diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiap bidang
5. Kurikulum Aktual
Kurikulum aktual adalah interaksi antara peserta didik dengan guru dan lingkungan
pembelajaran. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa bagaimanapun bagusnya suatu
2. Penyiapan draf penyusunan isi KTSP sesuai hasil analisis dan model KTSP yang
dikembangkan di satuan pendidikan masing-masing.
3. Melakukan pembahasan, review dan validasi model dan isi KTSP yang dihasilkan.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan khusus atau forum-forum
rapat kerja sekolah/madrasah dan konsultan ahli bila diperlukan.
5. Finalisasi produk KTSP yang akan dilaksanakan pada tahun ajaran yang ditetapkan
setelah mendapatkan pengesahan dari komite sekolah/madrasah dan diketahui oleh
dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk
tingkat SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk tingkat SMA dan SMK. Sementara
dokumen KTSP pada MI, Mts, MA dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala
madrasah setelah mendapatkan pengesahan dari komite madrasah dan diketahui oleh
Mapendais Kandepag Kotamadya/Kabupaten untuk MI dan MTs dan Kabid
Mapendais KANWIL Depag untuk MA dan MAK.[34]
Bagan 4
Analisis SWOT
Analisis Konteks
Penyusunan KTSP
5. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.
sistem rekayasa. Pengertian ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada
aktifitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme
mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang
untuk mencapai tujuan kegiatan. Implementasi juga merupakan suatu proses penerapan
ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Oleh
karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya
pengembangan kurikulum.
proses guru atau staf pengajar melaksanakan kurikulum (kurikulum yang sudah ada)
dengan kata lain, implementasi kurikulum adalah proses aktualisasi kurikulum potensial
menjadi kurikulum aktual oleh guru/staf pengajar di dalam proses belajar mengajar
(perkuliahan).
(Written Curriculum) adalah bentuk pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan
pembelajaran.
Sedangkan definisi implementasi KTSP adalah suatu penerapan ide, konsep dan
[37]
diskusi, pengamatan, dan tanya jawab, serta kegiatan yang dapat mendorong
Mulyasa, ada tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu: dukungan
kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru dan dukungan internal yang datang dari
dalam diri guru sendiri. Dari berbagai faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di
samping faktor-faktor lain. Dengan kata lain, keberhasilan implementasi KTSP sangat
ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila
guru tidak melaksanakan tugas dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum
dan evaluasi.[40]
Dari penjelasan tersebut, maka diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan KTSP
hal yang paling penting diperhatikan adalah potensi dan perkembangan peserta didik.
adalah:
a. Pengembangan Program
setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun
tahunan ini, antara lain: Daftar standar kompetensi, ruang lingkup dan urutan
2) Program semester
ini berisikan tentang kegiatan bulanan, pokok bahasan yang hendak disampaikan,
3) Program modul
dan pokok bahasan yang akan disampaikan yang merupakan penjabaran dari
program semester dan berisi lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci
lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban dan kunci jawaban. Dengan program
modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan
yang perlu diulang bagi setiap peserta didik. Melalui program ini juga
peserta didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul yang dikerjakan dan
peserta didik yang memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata kelas. Bagi peserta
didik yang cepat bisa diberikan pengayaan, sedang bagi yang lambat dilakukan
dan harian. Berdasarkan hasil analisa terhadap kegiatan belajar dan tugas-tugas
modul, hasil tes dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap
peserta didik.
pengembangan diri melalui bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang
b. Pelaksanaan Pembelajaran
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal yang datang dari individu, maupun faktor eksternal yang datang dari
didik.
yaitu: Pre tes, Pembentukan Kompetensi, dan Post tes. Pre Tes adalah awal
pembelajaran yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar
kemampuan awal yang dimiliki oleh peserta didik dan untuk mengetahui darimana
tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Adapun post tes adalah tes pada akhir
terhadap kompetensi yang telah ditentukan, untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-
tujuan yang telah dikuasai oleh peserta didik dan yang belum dikuasai, untuk
mengetahui peserta didik yang belum mengikuti kegiatan remedial serta sebagai
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam
hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu,
belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, belajar untuk hidup
bersama dan berguna bagi orang lain, dan belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif dan
menyenangkan.
yang saling menerima, menghargai, akrab, hangat dan terbuka dengan prinsip
Tut Wuri Handayani, Ing Madia Mangun Karsa, Ing Ngarsa Sung Tulada (di
dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.[43]
c. Evaluasi Hasil Belajar.
Pendidikan dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian
1) Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian
kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus
dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan
ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan
sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat
Belajar (STTB) tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir
jenjang sekolah.
4) Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang
berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.
5) Penilaian Program
untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan
kemajuan zaman.[44]
[1] Sudjana S, Strategi Pembelajaran, cet. 3, (Bandung: Falah Production, 2000), hal.
5
[2] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi
ke-3, cet. 1, hal. 1092
[3] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), cet. 2, hal.5
[5] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
hal. 297
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta:
[6]
Bumi Aksara, 1991), hal. 50
[16] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), hal. 485
[19] Masnur Muslich, KTSP: Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hal. 10
UU. RI tentang Guru dan Dosen dan Undang-Undang Sisdiknas, (Jakarta: Asa
[21]
Mandiri, 2007), hal. 66
[28] Muhaimin, Sutiah dan Sugeng Listyo Prabowo, Op. Cit., hal. 21-23
http://zanikhan.multiply.com/profile