You are on page 1of 6

PROSES PEMBUATAN BATAKO

Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu
bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland dan air dengan perbandingan
1 semen : 7 pasir. Batako difokuskan sebagai konstruksi-konstruksi dinding bangunan non
struktural.

Bentuk dari batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang
berlubang (hollow block) dan batu cetak yang tidak berlubang (solid block) serta mempunyai
ukuran yang bervariasi. Supribadi (1986: 5) menyatakan bahwa batako adalah “Semacam
batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran
semen, kapur, pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi
balok-balok dengan ukuran tertentu”.

Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (1982) pasal 6, “Batako


adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab”.
Menurut SNI 03-0349-1989, “Conblock (concrete block) atau batu cetak beton adalah
komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland atau pozolan, pasir, air dan
atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi
syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding”.
Sedangkan Frick Heinz dan Koesmartadi (1999: 96) berpendapat bahwa: ” Batu-batuan yang
tidak dibakar, dikenal dengan nama batako (bata yang dibuat secara pemadatan dari trass,
kapur, air)”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian batako
adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar
dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya
dapat ditambahkan dengan jerami sebagai bahan pengisi antara campuran tersebut atau bahan
tambah lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi
bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui
pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak
terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian
rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan
sebagai bahan untuk pasangan dinding.

1. Proses produksi dan mesin-mesin


yang digunakan
Batako dan paving block yang
diproduksi, bahan bakunya terdiri dari
pasir, semen dan air dengan perbandingan
75:20:5. Perbandingan komposisi bahan
baku ini adalah sesuai dengan Pedoman
Teknis yang dikeluarkan oleh Departemen

1
Pekerjaan Umum tahun 1986
Adapun proses produksi batako dan paving block adalah sebagai berikut:

1. Pasir diayak untuk mendapatkan pasir


yang halus dengan menggunakan mesin
seperti tertera pada Gambar 1.

2. Pasir tanpa diayak dan semen diaduk


sampai rata dengan menggunakan mesin
pengaduk (Gambar 2) dan setelah rata
ditambahkan air.

3. Adonan pasir, semen dan air tersebut


diaduk kembali sehingga didapat adukan
yang rata dan siap dipakai.

4. Adukan yang siap dipakai ditempatkan di


mesin pencetak batako/paving block dengan
menggunakan sekop dan di atasnya boleh ditambahkan pasir halus hasil ayakan (bergantung
pada jenis produk batako/paving block yang akan dibuat).

5. Dengan menggunakan lempengan besi khusus


tersebut dipres/ditekan sampai padat dan rata
mekanisme tekan pada mesin cetak seperti pada
Gambar 3.

6. Batako/paving block mentah.yang sudah jadi


tersebut kemudian dikeluarkan dari cetakan
dengan cara menempatkan potongan papan di
atas seluruh permukaan alat cetak.

7. Berikutnya alat cetak dibalik dengan hati-hati


Skala produksi dan keunggulan produk akhir
sehingga batako paving block mentah tersebut
keluar dari alat cetaknya.

8. Proses berikutnya adalah mengeringkan


batako/paving block mentah dengan cara
diangin-anginkan atau di jemur di bawah terik
matahari sehingga didapat batako/ paving block
yang sudah jadi.

2
Hasil produksi batako/paving block sebelum dipasarkan harus menjalani pengujian
mutu yang meliputi :

a. pengujian ukuran dan tampak luar;

b. pengujian daya serap, dan

c. pengujian kuat tekan

Keseluruhan proses produksi batako/ paving block samapai kepada pemasaran nya
dapat di gambarkan dengan diagram sebagai berikut :

3
Skala produksi dan keunggulan produk akhir

Batako/paving block yang dihasilkan dengan sistem produksi ini mempunyai kelebihan
bentuk cetakan lebih bagus, permukaan lebih rata dan pori-porinya lebih rapat sehingga kuat
tekan dan tegangan tekannya lebih tinggi serta tidak mudah retak. Di samping itu dengan
sistem produksi ini skala produksi harian dapat ditingkatkan dari 200-250 buah batako/hari
(dengan sistem produksi manual) menjadi 650 buah batako setiap harinya. Untuk produksi
paving block dapat ditinglcatkan dari 20 m2/hari (sistem manual) menjadi 40 m2/hari.
Keuntungan lain yang bisa didapat dari sistem produksi barn itu ialah menurnnnya tingkat
produk cacat dari 35% menjadi20%.

1. Pembuatan Batako dari Styrofoam Bekas

Dewasa ini pemakaian plastik di Indonesia


telah mencapai 50 – 60%. Hal ini dikarenakan
pemakaiannya yang lebih ekonomis, fleksibel dan
sebagainya. Apalagi dalam pemakaian plastik berjenis
polystyrene, yaitu styrofoam, telah banyak digunakan
di Indoesia khususnya dalam hal makanan. Namun
dibalik dari keunggulan dalam menggunakan
styrofoam, ternyata menyimpan banyak bahaya,
khususnya bagi kesehatan manusia. Para ahli
lingkunagn menyebutkan bahwa styrofoam sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Namun hal tersebut bukan berarti
mengurangi pemakaian styrofoam di Indonesia. Sebaliknya pemakaian styrofoam di
Indonesia menjadi semakin meningkat, hal ini ditandai dengan semakin mudahnya kita dalam
menjumpai penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan di berbagai tempat makan.
Sangat mudah menemukannya dimana-mana. Mulai dari restoran cepat saji sampai ketukang-
tukang makanan di pinggir jalan, menggunakan bahan ini untuk membungkus makanan.
Namun, dibalik penggunaannya yang terlihat fleksibel dan higienis tersebut, tersebut,
tersimpan bahaya yang sangat mengancam bagi kesehatan.

Styrofoam sendiri yang dibuat dari kopolimer styrene ini, menjadi pilihan yang sangat
bagus dalam hal menyimpan makanan ataupun dalam industri pangan lainnya. Karena
mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu,
bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang,
mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman,
serta ringan. Berdasarkan penilitian dari Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang,
mengungkapkan bahwa residu Styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat
menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen
dalam makanan.

4
Masalah lain yang akan muncul dalam penggunaan styrofoam adalah pada limbah
styrofoamnya. Seperti yang telah diketahui, Styrofoam merupakan jenis plastik polystyrene
yang memiliki sifat sangat sukar untuk didaur ulang. Adapun melalui proses pembakaran,
tentunya aka mengeluarkan gas-gas toksik yang tentunya akan berbahaya bagi kesehatan
manusia dan juga lingkungan. Sampai saat ini pun masalah daur ulang dari styrofoam
merupakan masalah serius yang belum terpecahkan solusinya. Sehingga sampai saat ini sudah
banyak negara-negara yang telah melarang penggunaa styrofoam sebagai tempat makanan,
seperti di Cina dan banyak negara bagian di Amerika. Adapun di ITB, pemakaian styrofoam
dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, unit, ataupun kegiatan himpunan telah dilarang oleh
pihak rektorat, alasannya tidak lain karena masalah pendaur-ulangan dari material styrofoam
tersebut yang sangat sukar.

Namun, baru-baru ini limbah styrofoam bisa menjadi batako ataupun batu bata.
Dengan proses sederhana, styrofoam dapat diubah menjadi produk yang lebih bermanfaat
dengan harga bersaing dengan batako biasa. Dalam pengolahannyapun akan dapat lebih
menghemat bahan baku untuk membuat batako yang biasa. Pada pengolahannya, styrofoam
digiling seperti jagung. Kemudian, dicampur pasir dan ditambah semen, lalu dicetak. Dengan
komposisi  50% styrofoam, 40% pasir, dan 10% semen. Sehingga dalam hal ini, penggunaan
styrofoam akan dapat menghemat pasir dan semen sekitar 50%.

Dalam hal kekuatannya pun, batako yang terbuat dari styrofoam ini cukup kuat, dan
dari sifat styrofoam sendiri yang memiliki sifat hidrofob (menolak air), sehingga membuat
tanah tidak lembab. Pengolahan styrofoam menjadi batako ini merupakan suatu terobosan
dari masalah atas kesulitan daur ulang dari styrofoam di banyak negara. Yang tentunya akan
menimbulkan banyak keuntungan dari segi ekonomi serta dari segi lingkungan hidup, serta
dapat menjadi solusi alternatif atas masalah dari daur ulang limbah styrofoam.

2. Pembuatan Batako dari Limbah Got

Got yang sepintas kelihatannya adalah tempat pembuangan dan mengalirnya air kotor,
jika kita jeli, limbah di got tersebut bisa dimanfaatkan dan menghasilkan uang, maka limbah
cair got tersebut dapat dibuat batako, dan pupuk air, dan dengan sendirinya akan mempunyai
nilai ekonomis .

5
Cara mudah memproses limbah got menjadi batako dan pupuk air sebagai berikut:

1. Kumpulkan Lumpur dan kotoran yang terdapat didalam parit atau got.

2. Kemudian dipilah-pilah dengan komposisi pasir 75%, Lumpur dan air 20%, sedang
sisanya 10% dari limbah tersebut berupa sampah plastic, kayu, paku tidak usah
dipakai.

3. Lumpur disaring, kemudian diberi cairan kimia, untuk menghilangkan bau, bisa juga
menggunakan gula merah untuk menghilangkan baunya.

4. Setelah itu diberi cairan kimia molase dan biokatifator untuk menyemai semua bahan,
lantas disaring kedalam saringan halus.

5. Tambahkan pasir dari limbah itu dengan semen, kemudian siap dicetak.

6. Komposisinya satu banding lima, yakni satu zak semen ditambah 250 kg pasir, dan
akan menghasilkan 200 batako ukuran standar.

Sedangkan untuk hasil maksimal, batako harus dijemur diterik matahari selama dua sampai
tiga hari.

You might also like