You are on page 1of 22

“ Pengembangan Formulasi Gel Piroksikam”

IV. STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF

Analgesik antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan kelompok obat yang


heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Analgesik berfungsi
sebagai penghilang rasa sakit atau nyeri, sedangkan antiinflamasi berfungsi sebagai anti
radang atau nyeri yang disertai panas dan bengkak.

Analgesik-antiinflamasi dapat dibagi menjadi:

1. Asam karboksilat
a. Asam asetat  derivat asam fenilasetat: fenklofenak, diklofenak
b. Derivat asam salisilat : metil salisilat
c. Derivat asam propionat : ketoprofen, ibuprofen, naproksen
d. Derivat asam fenamat : asam mefenamat, meklofenamat
2. Asam enolat
a. Derivat pirazolon : fenilbutazon, oksifenazon
b. Derivat oksikam : piroksikam, tenoksikam

Piroxicam (C15H13N3O4S)

(2H-1,2-Benzothiazine-3-carboxamide,4-hydroxy-2-methyl-N-2-Pyridinyl,1-1-dioxide)

O
O
S CH3
N

CONH

OH N

BM : 331,35

Titik lebur : 198°C-200°C

Deskripsi : kristal putih, larutan jenuh dalam dioxane:air (2:1)

pKa : 6,3
Kelarutan : sedikit larut dalam air, kelarutan dalam kloroform (1:100), dalam
etanol panas dan metanol (1:1000). Larut dalam diklormetan, sangat
sedikit larut dalam kebanyakan larutan organik, sangat sedikit larut
dalam larutan alkali cair.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Dosis : untuk pemakaian topikal pada sediaan topikal gel konsentrasi 0,5%
digunakan 3-4 kali sehari. Pengobatan diamati kembali setelah 4
minggu. Pada beberapa negara, digunakan 1% untuk sediaan krim.

Penggunaan : piroksikam digunakan sebagai analgesik, anti inflamasi, antipiretik


dan digunakan untuk penyembuhan rhematoid arthritis (radang sendi
rematik) dan gangguan rematik lainnya. Dan juga mempunyai efek
urikosurik dan telah digunakan dalam pengobatan asam urat akut.
Dalam sediaan topikal yang berupa gel atau salep, penggunaannnya
dengan dioleskan pada kulit yang luka 3-4 kali sehari.

Efek samping : melepuh, ruam, menimbulkan rasa gatal bintik merah dan bengkak,
kulit pucat, lemah lesu, gangguan pencernaan, kulit atau mata
menguning.

Mekanisme aksi : NSAID digunakan secara luas untuk mengurangi nyeri pada pasien
ostearthritis. Mekanisme aksi NSAID akan menghalangi aktivitas
cyclooksigenase (Cox) sehingga menghalangi sintesis prostaglandin,
menghalangi pembentukan tromboksan A2 (TXA2) yang penting untuk
merangsang agregasi pletelet.

V. JENIS DAN CONTOH BAHAN TAMBAHAN DALAM FORMULA

A. BASIS KRIM

1. Vanishing Cream

R/ Lanolini 2.0

Cetylalcoholi 1.0

Parafin liquidi 5.0


Acidi stearicini 9.0

Kalii hydroidi 0.5

Propylene glycoli 5.0

Aquadest 77.5

a. Lanolin
Fungsi : emulsifying agent, ointment base
Densitas : 0.932-0.945 g/cm3 pada 15°C
Temperatur autognisi : 445°C
Flash point : 238°C
Refraksi indek : nD40 = 1,478-1,482
Solubilitas : mudah larut dalam benzena, kloroform, eter dn petroleum,
larut dalam etanol 95% dingin, lebih larut dalam etanol panas
(95%), praktis tidak larut dalam air.
Inkompatibilitas : lanolin mungkin terdiri dari pro-oksidan yang mempengaruhi
stabilitas obat tersebut.
Deskripsi : lanolin berwarna kuning pucat, agak manis, seperti lilin yang
buram mempunyai rasa yang khas, pada titik lelehnya. Lanolin
berwarna terang atau hampir terang, cairan kuning.
b. Cetyl alkohol
Deskripsi : cetyl alkohol berbentuk seperti lilin, serpihan putih, granul,
kubus atau gips. Karakteristik cetyl alkohol bau khas lemah
rasa lemah.
Titik didih : 314-344°C
344°C untuk meterial murni
Densitas : 0.908 g/cm3
Titik leleh : 45-52° C
49° C untuk material murni
Refraktive index : nD79 = 1,4283 (untuk material murni)
Fungsi : coating agent, emulsifiying agent, stiffening agent.
Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter. Kelarutan
bertambah dengan naiknya suhu.
Inkompatibilitas : tidak bercampur drngan oksidator kuat.
c. Parafin cair
Deskripsi : transparan, tidak berwarna, viskositas seperti minyak cair
tidak dapat berflouresen pada siang hari. Praktis tidak berasa
dan berbau ketika dingin. Berbau khas seperti petroleum ketika
dipanaskan.
Fungsi : emolien, solvent, lubrikan, fase minyak.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin dan air. Larut
dalam aseton, benzena, kloroform, karbondisulfit, eter dan
petroleum eter. Tidak bercampur dengan minyak menguap dan
minyak jenuh, kecuali minyak castor.
Viskositas : 110-230 mpas pada suhu 20°C
Inkompatibilitas : tidak bercampur dengan reduktor kuat
Penyimpananan : terlindung dari cahaya, simpam di tempt sejuk dan kering
Titik leleh : lebih dari 360°C
Flash point : 210-224°C
Index refraktive : nD2o = 14756-14800

d. Acidi stearicinini
Deskripsi : keras, putih, kunuing buram, berkilau, berupa kristal padat
atau serbuk putih kekuningan, bau khas tajam.
Fungsi : emulsifying agent, solubilizying agent.
Karakteristik : biasa digunakan untuk sediaan topikal dan oral, untuk sediaan
topikal asam stearat digunakan sebagai emulsifying dan
solubilizying agent.
Inkompatibilitas : asam stearat inkompatibel dengan sebagian besar logam
hidroksida dan agen-agen oksidasi.
Penggunaan : ointment dan creams 1-2%
Pelicin tablet 1-3%
Kelarutan : mudah larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform,
eter. Larut dalam etanol, heksana dan propilen glikol. Praktis
tidak larut air.
e. Kalii Hidroksida

Karakteristik : basa digunakan dalam formulasi farmasetis sebagai adjuster


pH larutan. Juga dapat digunakan untuk membentuk garam
dengan mereaksikan dengan asam lemah. Efek terapeutik
Kalium Hidroksida untuk aplikasi dermatologi sangat
bervariasi. Bersifat higroskopis dan deliquesent dengan
pemejanan di udara. Cepat diabsorbsi oleh karbondioksida
membentuk potassium karbonat.

Kelarutan : Pelarut Kelarutan

(pada suhu 20o C) Etanol 95% 1:3

Eter praktis tidak larut

Glycerin 1 : 2,5

Air 1 : 0,9 dan 1 : 0,6

dalam 100o C

Inkompatibilitas : inkompatibel dengan banyak senyawa yang mudah


terhidrolosis atau teroksidasi.Tidak boleh disimpan dalam gelas
atau wadah aluminium dan akan bereaksi dengan asam, ester,
dan eter terutama dalam larutan air.

Fungsi : Sebagai agen pengalkalis

f. Propylen glykol

Karakteristik : digunakan sebagai solvent, zat- zat pengekstraksi dan sebagai


pengawet dalam berbagai sediaan parenteral dan non
parenteral. Secara umum sebagai plastisizer dalam formulasi
tablet salut film.Sebagai emulsifier dan pembawa dalam
kosmetik dan idustri makanan.
Penggunaan : sebagai humectant untuk sediaan topikal ± 15 %. Pengawet,
untuk larutan dan semisolid 15-30 %. Sebagai solvent atau
kosolvent, sediaan aerosol 10-30 %; oral 10-25 %; parenteral
10-60 %; topikal 5-80 %

Inkompatibilitas : inkompatibel denganreagen oksidasi seperti kalium


permanganat.

Kelarutan :larut dalam aseton, kloroform, etanol 95 %, gliserin, dan air.


Larut dalam 1: 6 bagian eter. Tidak bercampur dengan minyak
mineral, atau fix oil. Tidak larut dalam beberapa minyak
esensial

Fungsi : Antimikroba, preservatif, disinfektan, humectant, plastisizer,


solvent, stabilizer, kosolvent

2. Emulsifiying Agent

a. Carbomer

Sinonim : Carbopol, Carboxy polymethilene, Polyacrilic Acid

Karakteristik : biasa digunakan untuk sediaan topikal/ preparasi semisolid


dan oral. Larut dalam air dan setelah netralisasi larut dalam
etanol (95 %) dan gliserin. Tingkat viskositas yang lebih tinggi
pada pH 6-11 dan viskositas akan menurun pada pH di bawah 3
atau di atas 12.

Inkompatibilitas : carbomer akan kehilangan warna dengan adanya resorsinol.


Inkompatibilitas dengan fenol, polimer kationik, asam kuat dan
elektrolit. Intensitas panas akan meningkat ketika kontak
dengan basa kuat seperti amonia, KOH, NaOH, dan basa amin
kuat.

Penggunaan : Emulsifiying agant 0,1–0,5%, Gelling agent 0,5–2,0%,


Suspending Agent 0,5- 1,0 %, Pengikat tablet 5- 10 %.
b. TEA

Sinonim : daltogen, Tealan, Triethanolamin

Karakteristik : digunakan secara luas untuk formulasi emulsi topikal.


Digunakan untuk membentuk emulsi stabil minyak dan air.
Sering digunakan untuk sediaan topikal analgesik. Secara luas
tidak menimbulkan toksisitas yang berarti pada penggunaan,
kemungkinan hipersensitivitas dan iritasi.

Penggunaan :Emulsifiying Agent 2-4 % v/v

Inkompatibilitas : bereaksi dengan amin tersier dan alkohol.Bereaksi dengan


asam mineral membentuk garam kristal dan ester. Dengan asam
lemak TEA membentuk garam larut air dan dapat menimbulkan
penyabunan. TEA bereaksi dengan thionil klorida untuk
mengganti gugus hidroksi dan halogen. Produk yang dihasilkan
sangat toksik.

c. Diethanolamine

Sinonim:

 Bis (hydroxyethyl) amin


 DEA
 Diolamine
Karakteristik:

 Bersifat higroskopis
 Menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan membran mukosa pada konsentrasi tinggi.
 Pada tikus toksisitas akut dan sub akut lebih besar.
 Pada tikus merupakan hepatokarsinogenik dan dapat menyebabkan defisiensi colin
hepatik.
Inkompatibilitas:

 Bereaksi dengan amin sekunder dan alkohol.


 Gugus menimbulkan aktivitas yang lebih besar dengan mengambil alih gugus amin
atau gugus hidroksi yang lain.
Penggunaan:

 Emulsifiying agent

d. CMC Na

Sinonim:

 Akucell
 Aquasorb
 Cellulose gum
 Tylose CB
Karakteristik:

 Digunakan secara luas untuk formulasi oral dan topikal.


 Mudah terdispersi dalam air, praktis tidak larut dalam pelarut organik (eter, etanol,
toluen).
 Stabil pada pH 2-10
 Konsumsi dalam jumlah besar berfungsi sebagai pencahar
 Menyebabkan iritasi mata
 Bersifat higroskopis.
Penggunaan:

 Emulsifiying Agent 0,25 – 1,0 %


 Gel forming agent 3,0 – 6,0 %
 Injection 0,05 – 0,75 %
 Oral solution 0,1 – 1,0 %
 Tablet binder 1,0 – 6,0 %
Inkompatibilitas:

 Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan garam besi dan beberapa logam
lain seperti Al, Hg, dan Zn.
 Presipitasi terjadi pada pH <2 dan jika dicampur dengan etanol (95 %)
 Pembentukan kompleks conservates dengan gelatin dan pektin juga dengan halogen.
3. Suspending agent
1. Hydroxyethyl cellulose
Sinonim : cellosize, alcoramnosan

Karakteristik :

- mempunyai pH stabil pada 5-12 dalam larutan berair


- larut dalam air dingin atau panas
- digunakan secara luas untuk formulasi farmasetik topikal dan kosmetik
- tidak menimbulkan toksik dan iritasi yang berarti
Penggunaan : suspending agent, peningkat viskositas

Inkompatibilitas :

- tidak larut dalam pelarut organik


- inkompatibel dengan zein, sebagian kompatibel dengan asam, glatin,
methylcellulose, polivinyl alkohol dan pati
- dapat dijadikan salting art dengan larutan garam
- inkompatibel dengan pewarna, fluoresent da dengan desinfektan kuarterner
dengan adanya peningkat viskositas dalam larutan berair
2. Hypromellose
Sinonim : hydroxypropil methyl cellulose

Karakteristik :

- lebih cocok digunakan untuk sediaan gel karena menghasilkan massa yang
jernih
- menimbulkan efek pencahar ( laksantif )
- digunakan dengan konsentrasi 20-30% dalam larutan berair, dan 0.45-1%
untuk sediaan tetes mata dan telinga, 2-5% sebagai pengikat
- tidak direkomendasikan untuk penggunaan oral
Penggunaan : suspending agent, pengikat, coating agent

Inkompatibilitas :

- terhadap senyawa pengoksidasi


- jika dalam bentuk nonionik, hipromellose tidak menimbulkan kompleks garam
metal dan ion organik untuk membentuk senyawa tidak larut
4. Preservatif
1. Propilenglikol
Sinonim : 1,2-dihydroxypropane, methyl ethylene glycol

Karakteristik :

- secara luas digunakan sebagai pelarut dan pengawet


- larut pada berbagai macam bahan seperti : kortikosteroid, fenol, obat sulfa,
barbiturat, vitamin A dan D, alkaloid dan anestesi lokal lainnya
Kelarutan :

- tidak larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin dan air
- larut pada 1 dalam 6 bagian eter
- tidak larut dengan minyak mineral ringan tetapi larut dalam beberapa minyak
atsiri
- stabil pada suhu dingin dalam kemasan tertutup dan stabil pada suhu panas
dalam kondisi terbuka
- secara kimia stabil saat dilarutkan dengan etanol 95%, gliserin atau air
- propilenglikol higroskopis, disimpan dalam kemasan tertutup, terlindung dari
cahaya, tempat yang dingin dan kering
- memberi efek iritasi minimal kecuali penggunaaan pada membran mukosa
Penggunaan : pengawet antimikroba

Viskositas : 58.1 mPas (58.1 cP) pada suhu 20oC

Inkompatibilitas : inkompatibel dengan reagenpengoksidasi seperti Kalium


permanganat

2. Chlorocresol
Sinonim : 4-chloro-m-cresol; p-chloro-m-cresol; 2-chloro-5-hydroksitoluen; PCMC

Karakteristik :

- digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik dan formulasi farmasetik


- digunakan secara luas dengan konsentrasi di atas 0.2% kecuali untuk
pemakaian peroral
- pada konsentrasi tinggi, chlorocresol aktif sebagai desinfektan
- aktif terhadap gram positif dan negatif ( termasuk Pseudomonas aeruginosa ),
spora dan jamur
- memiliki toksisitas lebih rendah dari fenol
- menyebabkan iritasi kulit, mata dan membran mukosa
- jika terbakar menghasilkan asap beracun berisi fosgen dan rice
Penggunaan :

- tetes mata 0.05%


- injeksi 0.1%
- shampo dan kosmetik lain 0.1-0.2%
- cream topikal dan emulsi 0.075-0.12%
Inkompatibilitas :

- efektifitas akan menurun dengan penambahan surfaktan nonionik


- dapat didekomposisi dengan penambahan alkali kuat
- inkompatibel dalam larutan yang mengandung CaCl2, kodeinfosfat, diamorfin
HCl, papavertum dan kuinin HCl
- pada konsentrasi 0.1% akan diinaktifkan secara sempurna dengan adanya
surfaktan anionik seperti polisorbat 80
- penurunan kemampuan bakterisida dengan adanya cetomacrogel atau
methylcellulose
3. Metil paraben
Sinonim : methyl hydroksi benzoat

Karakteristik :

- kristal putih tidak berwarna, serbuk putih, tidak berbau, rasa getir
- aktivitas antimikroba akan meningkat 2-5% jika dikombinasi dengan
propilenglikol
- aktif pada pH 4-8, efek preserfatif akan menurun dengan kenaikan pH
- titik lebur 125-128oC
- relatif aman
- jika dikombinasi dengan propil paraben umumnya digunakan pada formulasi
sediaan parenteral (0.18%-0.22%)
Kelarutan pada suhu 25oC :
Pelarut Kelarutan

- etanol 1:2
- etanol 95% 1:3
- etanol 50% 1:6
- eter 1:10
- gliserin 1:60
- minyak mineral tidak larut
- propilen glikol 1:5
- water 1:400, 1:50 suhu 50oC, 1:30 suhu 80oC
Inkompatibilitas :

- aktivitas menurun dengan adanya surfaktan nonionik seperti polysorbat 80


- inkompatibel dengan bentonit, atropin, minyak esensial dan sodium alginat
4. Asam benzoat
Sinonim : benzenecarboxylic acid, benzeneformic acid, phenylformic acid

Karakteristik :

- digunakan secara luas untuk sediaan kosmetik, makanan dan pengobatan


sebagai pengawet
- aktivitas paling besar pada pH 2.5-4.5
- dapat terjadi konjugasi dengan glisin di dalam liver membentuk asam hippuric
yang diekskresikan lewat urin, sehingga dihindari penggunaan bagi pasien
dengan penyakit liver
- menyebabkan iritasi lambung dan iritasi biasa pada kulit serta pada mata dan
membran mukosa
Penggunaan :

- IM dan IV injeksi 0.17%


- Larutan oral 0.01-0.1%
- Suspensi oral 0.1%
- Sirup oral 0.15%
- Topikal 0.1-0.2%
- Preparasi vaginal 0.1-0.2%
Inkompatibilitas :
- reaksi asam organik dengan alkali atau logam berat
- aktivitas antibakteri barkurang dengan interaksi kaolin
5. propyl paraben
Sinonim : nipasol, propagin BM = 180.20

Karakteristik :

- warna putih kristal, tidak berbau, tidak berasa


- aktivitas antimikroba berada pada pH 4-8, aktivitas akan menurun dengan
adanya kenaikan pH
- pKa 8.4 pada suhu 22oC
Kelarutan pada suhu 20oC :

- mudah larut pada aseton dan eter


- etanol (1:1.1), etanol 50% (1:5.6), gliserin (1:20), mineral oil (1:3330), minyak
kacang (1:70), propilen glikol (1:3.9), propilen glikol 50% (1:110), air
(1:2500)
Inkompatibilitas :

- aktivitas menurun dengan adanya surfaktan nonionik, magnesium aluminium


silikat, magnesium trisilikat, yellow iron oxid, ultramarina blue
Penyimpanan : tempat tertutup, sejuk dan kering

6. Chloroxylenol
Sinonim : 4-chloro-3,5-dimethylphenol, nipacide Px, PCMx

Karakteristik :

- digunakan secara meluas sebagai disinfektan untuk kulit


- digunakan dengan konsentrasi rendah untuk preservative pada krim dan salep
- digunakan untuk terapi jerawat
- efektif terhadap gram positif dan sedikit pada gram negatif
- aktivitas terhadap gram negatif akan meningkat dengan penambahan kelating
agent seperti asam adetat
- relatif aman digunakan sebagai bahan tambahan meskipun pernah dilaporkan
menyebabkan reaksi alergi pada kulit
Penggunaan :
- bubuk atau serbuk antiseptik 0.5%
- untuk preparasi topikal dan telinga 0.1-0.8%
- disinfektan 0.25-0.50%
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan surfaktan nonionik dan metil selulosa

5. Adjuster pH larutan

a. Natrium hidroksida

Karakteristrik:

1. sebagai adjuster pH larutan


2. Untuk membentuk garam dengan mereaksikan dengan asam lemah
Kelarutan pada suhu 20o celcius:

Pelarut Kelarutan

Etanol 1:7,2

Eter tidak larut

Gliserin larut

Metanol 1:4,2

Air 1:0,9 dan 1:0,3 pada suhu 100o celcius

Inkompatibilitas

1. Inkompatibel dengan senyawa senyawa yang mudah mengalami teroksidasi


dan terhidrolisis.
2. Ketika ada kontak dengan udara NaOH cepat mengabsorbsi kelembaban dan
menjadi cair. Tetapi menjadi padat kembali dengan mengabsorbsi
karbondioksida membentuk Na Karbonat.
Fungsi:

1. sebagai buffer agent


2. sebagai alkalizing agent
b. Asam sitrat

Karakteristrik:

1. sebagai adjuster pH larutan


2. Asam sitrat monohidrat digunakan untuk formulasi sediaan terapoeutik dan
sediaan makanan terutama untuk mengadjust pH larutan.
3. Dalam produk makanan asam sitrat digunakan sebagai flavor pemberi rasa
asam.
Kelarutan dalam etanol 95% dengan perbandingan 1:1,5, larut eter.

Inkompatibilitas

1. asam sitrat inkompatibel dengan potasium tartrat alkali bikarbonat, karbonat.


2. Inkompatibel dengan oksidator, basa dan nitrat.
3. Bisa meledak jika dikombinasikan dengan logam nitrat.
Fungsi:

1. sebagai chelating agent


2. sebagai antioksidan
3. sebagai flavor enhancer
4. sebagai buffer agent
c. Natrii sitrat

Karakteristrik:

1. Umumnya digunakan sebagai sediaan farmasetis pada produk makanan untuk


mengadjust pH dari larutan.
2. Na sitrat anhidrous digunakan untuk tablet effervesen.
3. sodium sitrat umumnya digunakan sebagai anti koagulan, baik digunakan
sendiri maupun dikombinasikan dengan sitrat yang lain seperti disodium
hidrogen sulfat.
Kelarutan:

Pelarut Kelarutan

Air 1:1,5

Air mendidih 1:0,6


Praktis tidak larut dalam etanol 95%

Inkompatibilitas

1. pada larutan berair akan bereaksi dengan substansi asam.


2. Inkompatibilitas dengan basa, reduktor dan oksidator.
Fungsi:

1. sebagai sequestering agent


2. sebagai emulsifier
3. sebagai buffer agent
VI. Susunan formula dan Komposisi Bahan yang Direncanakan

no bahan Fungsi 1 wadah (15 g ) Per 100 g

1 piroxicam Bahan aktif 0,15 1

2 Carbomer (carbopol emulgator 0,075 0,5


guo)

3 Triethanolamin emulgator 0,045 0,3

4 Hydroxypropyl Gelling agent 0,3 2


methyl cellulose
(HPMC)

5 Propilen glikol Pelarut dan pengawet 0,75 5


kombinasi

6 Methyl paraben pengawet kombinasi 0,0075 0,05

7 NaOH Dapar 0,23 1,53

8 Asam sitrat Dapar 0,003 0,02

9 Air murni Pelarut Ad 15 g Ad 100 g

Perhitungan pembuatan pH adjuster sebanyak 2% dari sediaan (dari asam sitrat dan NaOH)


Jumlah pH adjuster yang akan dibuat =


pH sediaan = 7,5

pKa asam sitrat  pKa1 = 3,1
pKa2 = 4,8
pKa3 = 6,4 (Handbook of Excipient: 159)

pH = 7,5  H+ = 3,1 . 10 -8
pKa= 6,4  Ka = 3,981 . 10 -7

β yang diinginkan = 0,1

c = 0,648

0,6477 0,6477 -
0,6477 0,6477 0,6477
- - 0,6477

0,6477 0,6477 -
0,6477 0,6477 0,6477
- - 0,6477

0,6477 0,6003 -
0,6003 0,6003 0,6003
0,048 - 0,6003

- Penimbangan

= 0,003 gram

= 0,230 gram
VII. Metode Pembuatan

a. Alat:

a. Alat pembuatan skala kecil


1. timbangan analitik
2. mortir
3. stamper
4. gelas ukur
5. pipet
6. gelas arloji
7. cawan porselen
b. Alat pembuatan skala produksi industri
1. mixer
2. timbangan analitik ohaus scout
3. filling machine
4. sealing machine
5. homogenisator

c. Alat Evaluasi
1. brookfield viscometer
2. pH meter
3. himogenisator
4. cawan petri
5. ose
6. bunsen
7. inkubator
b. Prosedur Pembuatan:

1. setarakan timbangan
2. Timbang HPMC 0,3 g, taburkan di atas air panas 20 kalinya sampai
mengembang, aduk cepat (100 rpm) ad terbentuk massa gel.
3. Timbang carbomer 0,075 g taburkan di atas air panas 10 kalinya sampai
mengembang, aduk cepat (100 rpm) ad terbentuk massa gel, masukkan no
2.
4. Timbang TEA, masukkan no 3, aduk ad homogen.
5. Timbang metal paraben 7,5 mg, dilarutkan dalam prppilen glikol (1:5) aduk
ad larut, masukkan no 4, aduk ad homogen.
6. Timbang piroksikam, larutkan dalam aquadest, masukkan no 5, aduk ad
homogen.
7. tambah sisa aquadest, aduk ad homogen.
8. masukkan sediaan gel ke dalam tube + etiket + brosur + wadah sekunder.
C. Prosedur Evaluasi
1. Homogenitas
Sampel dioleskan pada lempeng kaca secara merata, kemudian diamati secara visual
homogenitas krim peroksikam dalam basis.

2. Daya sebar
Krim sebanyak 0.5 g diletakkan ditengah-tengah kaca bulat, ditutup dengan kaca lain
yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama satu menit kemudian di ukur
diameter sebar krim. Setelah itu ditambah beban 50 g dan dibiarkan satu menit
kemudian di ukur diameter sebarnya. Penambahan berat seberat 50 g setelah satu
menit dilakukan terus-menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat
pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar krim.

3. Daya lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai berikut: Krim dengan berat 0.25 g
diletakkan diatas dua gelas objek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan
beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu objek gelas dipasang pada alat tes. Alat tes
diberi beban 80 g dan kemudian dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek.

4. Pemisahan
Formula yang telah dibuat dituang kedalam adah sebanyak 10 ml. pemisahannya
diamati pada minggu 0, 1, 2, 3, dan 4. Cara pengukuran persen pemisahan dapat
dilihat pada:

F= Hu X 100%

Ho

F : Persen pemisahan (%)

Hu : Tinggi endapan air

Ho : Tinggi mula-mula

IX. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dipilih sediaan gel daripada krim, karena berdasarkan literatur jurnal “
In Vitro and In Vivo Percutaneous absorption of Topical Dosage Form: Case Studies “ yang
dilakukan oleh, universitas Szegaed, Hongaria. Jurnal tersebut meneliti perbandingan absorpsi sediaan
piroksikam berupa hidrogel, likuid kristal, dan krim. Hidrogel dibuat dengan cara menambahkan
carbapol 971P yang berupa polimer ke dalam aquadest, kemudian karbamide dilarutkan ke dalam fase
air tersebut. Likuid kristal dibuat dengan memanaskan campuran likuid petroleum, gliserol dan brijj
96V sampai 80 °C. Sedangkan krim dibuat dengan mencampur lelehan polisorbat 80, cetostearyl
alkohol, isopropil miristat, kemudian piroksikam disuspensikan dalam basis. Dari jurnal tersebut
didapatkan hasil bahwa:
1. Tingkat difusi piroksikm kedalam membran sintetik dari yang terbesar hingga terkecil: hidro
gel> liquid kristal > krim o/w. absorbsi hidro gel dalam membran memiliki absorbsivitas
paling besar ( paling mudah berpenetrasi ke membran / sel sasaran )

2. Meskipun tingkat aktivitas antiinflamasi dari liquid kristal paling besar dibanding hidrogel
dan krim (likuid kristal paling poten), tetapi bila tingkat absorpsivitas likuid kristal lebih kecil
daripada hidrogel, maka untuk mendapatkan aktivitas antiinflamasi, likuid kristal
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan hidrogel.

3. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa tingkat keefektivan antiinflamasi dari hidrogel dan
likuid kristal lebeih besar dibandingkan krim o/w.
Efektivitas : hidrogel : besar
Likuid kristal : besar
Krim : sedang

You might also like