Professional Documents
Culture Documents
Ideologi, falsafah, dasar erat kaitanya dengan kepribadian, jiwa dan pandangan hidup
bangsa dalam menjalankan kehidupana sebagai makhluk tuhan ataupun dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Setiap bangsa memilki ideologi, falsafah dan dasar negara yang
tertulis atau pun tidak tertulis dan di jadikan dasar, landasn dalam pengaturan kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga membedakan ideologi suatu bangsa dengan bangsa
lain. Di Indonesia kita mengetahui bahwa ideologi, dasar, dan palsaafh kita adalah
PANCASILA yang di jadikan dasar dalam membuat peraturan, maupun hukum serta
merupakan kepribadian dan jiwa bangsa. Tujuan di berikanya tugas PANCASILA ini agar
mahasiswa dapat memahami makna dan maksud dari setiap pancasiaa sebagai dasar,
faslasah, ideologi, pandangan hidup serat jiwa dan kepribadian bangsa. Selain itu juga
mahasiswa dapat menjaga pancasila yang merupakan filter masuknya budaya dari luar
Ideoligi berasal dari kata “Idea” yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita –
cita dan logos yang berarti ilmu jadi Ideologi dapat diartikan adalah Ilmu pengeertian –
pengertian dasar. Dengan demikian Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dimana pada
hakekatnya Pancasila merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau
angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta religius yang terdapat
dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara sebelum
membentuk suatu negara, dengan kata lain pancasila merupakan bahan yang di angkat
Prof.Dr.Wiliam T.Blum PhD, guru besar dalam political Science pada Chicago
1. Teori Kepentingan yaitu ideologi itu bersifat kejiwaan yang bisa di selidiki dan di
jelaskan.
2. Teori Kebenaran yaitu usaha kebenaran dapat diwujudkan dengan usaha politik.
3. Teori Kesulitan Sosial yaitu Ideologi yang lahir dari hal – hal yang tidak di sadari,
4. Teori Kesulitan Kultural yaitu ideologi yang timbul karena hal -hal yang
Dalam upaya actualisasi ideologi melalui kegiatan pandangan hidup yang akhirnya akan
menciptakan jati diri bangsa yang merupakan identitas dan kepribadian bangsa serta
Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka sedangkan ideologi tertutup
merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri khas Ideologi tertutup :
1. ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-
cita satu kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan
membaharui masyarakat. Hal ini berarti demi ideologi masyarakat harus
berkorban untuk menilai kepercayaan ideologi dan kesetiaannya sebagai warga
masyarakat.
2. Isinya bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan terdiri dari
tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras.
Jadi ideologi tertutup bersifat totaliter dan menyangkut segala segi kehidupan.
1. nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan
diambil dari suatu kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
2. dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil
musyawarah.
3. tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dan ditemukan masyarakat itu
sendiri.
4. Isinya tidak operasional. Menjadi operasional ketika sudah dijabarkan ke dalam
perangkat peraturan perundangan.
Jadi ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat dan masyarakat dalam menemukan
dirinya, kepribadiannya di dalam ideologi tersebut.
Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan sistem nilai yang diyakini kebenarannya
sehingga dijadikan dasar atau pedoman dalam memandang realitas alam semesta,
manusia, masyarakat, bangsa dan negara, tentang makna hidup dan sebagai dasar dan
pedoman dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dengan demikian filsafat telah
menjadi suatu sistem cita-cita/keyakinan-keyakinan yang telah menyangkut praksis
karena dijadikan landasan cara hidup manusia/masyarakat, sehingga filsafat telah
menjelma menjadi ideologi.
Sedangkan ideologi memiliki kadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan norma,
dan sekaligus praksis karena menyangkut operasionalisasi, strategi dan doktrin.
Ideologi juga menyangkut hal-hal yang berdasarkan satu ajaran yang menyeluruh
tentang makna dan nilai-nilai hidup bagaimana manusia harus bersikap dan
bertindak.
Pancasila sebagai ideologi terbuka maksudnya adalah Pancasila bersifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Sebagai
suatu ideologi terbuka, Pancasila memiliki dimensi :
1. Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila yang
bersifat sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai yang terkandung dalam lima
sila Pancasila.
2. Dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan
dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD
1945.
3. Dimensi realistis, harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila harus dijabarkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga bersifat realistis artinya mampu dijabarkan dalam
kehidupan nyata dalam berbagai bidang.
Dengan kata lain kita sudah mengetahui bahwa Ideologi kita adalah PANCASILA
yaitu :
permusyawaratan/perwakilan
Didalam sila – sila tersebut ada sila ke-4 yang menunjukan demokrasi dan sila kelima
menunjukan sosialisme jadi Indonesia adalah campuran demokrati dan sosialis tapi bukan
negara sosialis karena di dalam Pancasilla juga terdapat sila yang mengakui adanya tuhan
YME yaitu sila-1 dan selain ketiga sila – sila tersebut juga terdapat sila ke-2 dan ke-3
yang kesemua sila tersebut terdapat ciita – cita dan tujuan Bangsa Indonesia.
Selain itu di dalam sila – sila terdapat butir butir sila yang merupkan nilai – nilai adat –
istiadat, kebudayaan, religius hidup serta indentitas bangsa Indonesia yang heterogen dan
mempunyai nilai universal yang bermakna dapat di terima dan sesungguhnya dapat di
Setiap negara harus mempunyai dasar negara. Dasar negara merupakan fundamen
atau pondasi dari bangunan negara. Kuatnya fundamen negara akan menguatkan
berdirinya negara itu. Kerapuhan fundamen suatu negara, beraikbat lemahnya negara
tersebut. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah
negara (filosofische gronslag dari negara), Staats fundamentele norm, weltanschauung
dan juga diartikan sebagai ideologi negara (staatsidee).
Negara kita Indonesia. Dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegara ini
dilandasi oleh filsafat atau ideologi pancasila. Fundamen negara ini harus tetap kuat dan
kokoh serta tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen, dasar, atau ideology berarti
mengubah eksistensi dan sifat negara. Keutuhan negara dan bangsa bertolak dari sudut
kuat atau lemahnya bangsa itu berpegang kepada dasar negaranya.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yaitu Pancasila sebagai dasar dari
penyelenggaraan kehidupan bernegara bagi negara Republik Indonesia. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara seperti tersebut di atas, sesuai dengan apa yang tersurat
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia 4 antara lain menegaskan: “…..,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalm permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dengan kedudukan yang istimewa tersebut, selanjutnya dalam proses
penyelenggaraan kehidupan bernegara memiliki fungsi yang kuat pula. Pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 menggariskan ketentuan-ketentuan yang menunjukkan
fungsi pancasila dalam proses penyelenggaraan kehidupan bernegara. Berikut ini
dikemukakan ketentuan-ketentuan yang menunujukkan fungsi dari masing-masing sila
pancasila dalam proses penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu:
kehidupan bernegara bagi Negara Republik Indonesia berdasar Ketuhanan Yang Maha
Esa, negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama serta
untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannnya, negara menghendaki adanya
toleransi dari masing-masing pemeluk agama dan aliran kepercayaan yang ada serta
diakui eksistensinya di Indonesia, negara Indonesia memberikan hak dan kebebasan
setiap warga negara terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kemanusiaan yang
adil dan beradab, antara lain : pengakuan negara terhadap hak bagi setiap bangsa untuk
menentukan nasib sendiri, negara menghendaki agar manusia Indonesia tidak
memeperlakukan sesame manusia dengan cara sewenang-wenang sebagai manifestasi
sifat bangsa yang berbudaya tinggi, pengakuan negara terhadap hak perlakuan sama dan
sederajat bagi setiap manusia, jaminan kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan serta kewajiban menjunjung tinggi hokum dan pemerintahan yang ada bafi
setiap warga negara.
Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Persatuan Indonesia, yaitu:
perlindungan negara terhadp segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiba dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, negara mengatasi segala paham golongan dan segala paham
perseorangan, serta pengakuan negara terhadap kebhineka-tunggal-ikaan dari bangsa
Indonesia dan kehidupannya.
Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kerkyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarata perwakilan, yaitu: penerapan
kedaulatan dalam negara Indonesia yang berada di tangan rakyat dan dilakukan oleh
MPR, penerapan azas musyawarah dan mufakat dalam pengambilan segala keputusan
dalam negara Indonesia, dan baru menggunakan pungutan suara terbanyak bila hal
tersebut tidak dapat dilaksanakan, jaminan bahwa seluruh warga negara dapat
memperoleh keadlan yang sama sebagai formulasi negara hokum dan bukan berdasarkan
kekuasaan belaka, serta penyelenggaraan kehidupan bernegara yang didasarkan atas
konstitusi dan tidak bersifat absolute.
Yang terakhir adalah ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Keadlan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, antara lain: negara menghendaki agar perekonomian
Indonesia berdasarkan atas azas kekeluaraan, penguasaan cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara serta menguasai hajat hidup orang banyak oleh negara, negara
menghendaki agar kekayaan alam yang terdapat di atas dan di dalam bumi dan air
Indonesia dipergunakan untuk kemakmuran rakyat banyak, negara menghendaki agar
setiap warga negara Indonesia mendapat perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan,
baik material maupun spiritual, negara menghendaki agar setiap warga negara Indonesia
memperoleh pengajaran secara maksimal, negara Republik Iindonesia mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang pelaksanaannya ditur
berdasarkan Undang-Undang, pencanangan bahwa pemerataan pendidikan agar dapat
dinikmati seluruh warga negara Indonesia menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat dan keluarga, dan negara berusaha membentuk manusia
Indonesia seutuhnya.
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi
sekarang. Pada bulan Juni 1945,64 tahun yang lalu, lahirlah sebuah konsepsi kenengaraan
memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star
bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam
berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik
Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali
bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18
Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar
berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di
negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung
toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup
faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif
ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang
positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang
bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk
kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-
agama.
berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang
cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang
sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak
Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati,
menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan
Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan
Isi Pembukaan UUD 1945 adalah nilai-nilai luhur yang universal sehingga
Pancasila di dalamnya merupakan dasar yang kekal dan abadi bagi kehidupan bangsa.
Gagasan vital yang menjadi isi Pancasila sebagai dasar negara merupakan jawaban
kepribadian bangsa sehingga dalam kualitas awalnya Pancasila merupakan dasar negara,
tetapi dalam perkembngannya menjadi ideologi dari berbagai kegiatan yang berimplikasi
positif atau negatif.
1. Tahun 1945-1948 merupakan tahap politis. Orientasi Pancasila diarahkan pada Aand
character building. Semangat persatuan dikobarkan demi keselamatan NKRI terutama
untuk menanggulangi ancaman dalam negeri dan luar negeri. Di dalam tahap dengan
atmosfer politis dominan, perlu upaya memugar Pancasila sebagai dasar negara
secara ilmiah filsafati. Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandangan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dalam karya-karyanya ditunjukkan segi
ontologik, epismologik dan aksiologiknya sebagai raison d’etre bagi Pancasila
(Notonagoro, 1950)
Resonansi Pancasila yang tidak bisa diubah siapapun tecantum pada Tap MPRS No.
XX/MPRS/1966. Dengan keberhasilan menjadikan “Pancasila sebagai asas tunggal”,
maka dapatlah dinyatakan bahwa persatuan dan kesatuan nasional sebagai suatu state
building.
Secara politis pada tahap ini bahaya yang dihadapi tidak sekedar bahaya latent sisa G
30S/PKI, tetapi efek PJP 1 yang menimbulkan ketidakmerataan pembangunan dan
sikap konsumerisme. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial yang mengancam pada
disintegrasi bangsa.
Distorsi di berbagai bidang kehidupan perlu diantisipasi dengan tepat tanpa perlu
mengorbankan persatuan dan kesatuan nasional. Tantangan memang trerarahkan oleh
Orde Baru, sejauh mana pelakasanaan “Pancasila secara murni dan konsekuen” harus
ditunjukkan.
Komunisme telah runtuh karena adanya krisis ekonomi negara “ibu” yaitu Uni
Sovyet dan ditumpasnya harkat dan martaba tmanusia beserta hak-hak asasinya
sehingga perlahan komunisme membunuh dirinya sendiri. Negara-negara satelit
mulai memisahkan diri untuk mencoba paham demokrasi yang baru. Namun,
kapitalisme yang dimotori Amerika Serikat semakin meluas seolah menjadi penguasa
tunggal. Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya sekedar dihantui
oleh bahaya subversinya komunis, melainkan juga harus berhadapan dengan
gelombang aneksasinya kapitalisme.
Kini terjadi krisis politik dan ekonomi karena pembangunan menghadapi jalan
buntu. Krisis moral budaya juga timbul sebagai implikasi adanya krisis ekonomi.
Masyarakat telah kehilangan orientasi nilai dan arena kehidupan menjadi hambar, kejam,
gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan spiritual. Pancasila malah diplesetkan
menjadi suatu satire, ejekan dan sindiran dalam kehidupan yang penuh paradoks.
Idealitasnya: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah sekedar
utopi tanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai “kata
kerja” untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga
masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif, menuju hari
esok lebih baik.
Fleksibilitasnya: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan
mandeg dalam kebekuan oqmatis dan normatif, melainkan terbuka
bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan zaman yang
berkembang. Dengan demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya,
Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai
tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan
jiwa dan semangat “Bhinneka tunggal Ika”
Hanya dengan pendidikan bertahap dan berkelanjutan, generasi sadar dan terdidik
akan dibentuk, yaitu yang mengarah pada dua aspek. Pertama, pendidikan untuk
memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman akademis, ketrampilan profesional, dan
kedalaman intelektual, kepatuhankepada nilai-nilai (it is matter of having). Kedua,
pendidikan untuk membentuk jatidiri menjadi sarjana yang selalu komitmen dengan
kepentingan bangsa (it is matter of being).
Bangsa Indonesia dihadapkan pada perubahan, tetapi tetap harus menjaga budaya-
budaya lama. Sekuat-kuatnya tradisi ingin bertahan, setiap bangsa juga selalu
mendambakan kemajuan. Setiap bangsa mempunyai daya preservasi dan di satu pihak
daya progresi di lain pihak. Kita membutuhkan telaah-telaah yang kontekstual, inspiratif
dan evaluatif.
Perevitalisasikan Pancasila sebagai dasar negara dalam, kita berpedoman pada
wawasan :
1. Spiritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religius sebagai dasar dan arah
pengembangan profesi
2. Akademis, menunjukkan bahwa MKU Pancasila adalah aspek being, tidak sekedar
aspek having
Dalam kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang dilanda oleh arus
krisis dan disintegrasi maka Pancasila tidak terhindar dari berbagai macam gugatan,
sinisme, serta pelecehan terhadap kredibilitasnya. Namun perlu kita sadari bahwa tanpa
adanya “platform” dalam dasar negara atau ideologi maka suatu bangsa mustahil akan
dapat bertahan dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman.
yang secara konsensual akan dapat mengembangkan nilai praktisnya yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang serba pluralistik. Selain itu melestarikan dan
ditradisikan oleh para pendahulu, merupakan suatu kewajiban etis dan moral yang