You are on page 1of 6

TUGAS BAHASA INDONESIA

MENGANALISIS UNSUR – UNSUR INSTRINSIK


PENGGALAN NOVEL JELIHIM SANG PEMBEBAS

KELAS XI IA 3

Kelompok I
Anggota:
1. Amelia Retnaningrum (1)
2. Anindita Prabawati (3)
3. Fadhilaz Digdaya Haq (13)
4. Rahasih Lupita Maheswari (29)
5. Rida Almiravalda Hidayat (30)
BAB II
ISI

Analisis Penggalan Novel “ Jelihim Sang Pembebas ”

Sebuah novel karya Asinar Radjam yang cukup dikenal adalah “ Jelihim Sang Pembebas
“. Dalam novel ini menggunakan gaya bahasa Indonesia lama (bahasa hikayat). Novel ini
bertemakan kehidupan sosial, tema ini tersiratkan dari isi novel, yaitu: “ Hiruk pikuk
perkampungan di wilayah pasar dan sekitarnya “. Dalam cuplikan tadi tersirat bahwa suasana
kehidupan di suatu perkampungan di wilayah pasar yang sepi. Selain bertemakan kehidupan
sosial, novel ini juga bertema romantisme karena terdapat cuplikan di dalam nocel yang
berisikan perebutan kekuasaan antara penguasa kute selatan dan utara, Rentasan dengan Jelihim
karena memperebutkan Redendan, seorang bidadari berparas elok nan cantik.
Para tokoh yang berperan dalam novel ini antara lain yaitu :
 Jelihim. Seorang yang bijaksana karena memutuskan untuk tidak berperang tetapi
karena warga kotanya diancam akan dihancurkan maka ia menerima tantangan dari
Rentasan. Jelihim juga memiliki gaya hidup yang sederhana, karena walaupun dia
pemimpin, dia tidak segan memakai pakaian yang berupa kain belacu.
 Redendam. Merupakan tokoh yang berwujud rupawan. Terlihat dalam cuplikan
novel berikut : “ Parasnya elok, harumnya wangi bayi, jadikan keringat menjadi bumbu.
Parasnya elok benar, mata – mata mengintip dari jendela rumah – rumah yang sudah
menjadi pasar”.
 Rentasan. Tokoh ini berwatak serakah, karena dia ingin menguasai kedua kute
dengan merebutnya dari tangan Jelihim. Merupakan tokoh bertipe perusuh yang suka
memancing keributan.
Penggalan novel ini berlatar tempat di Kute Muare Cawang, dekat Batang Hari. Tersurat
dalam kalimat pertama cuplikan novel ini : “ Kute Muare Cawang terlihat lenggang”. Latar
waktu pada novel ini adalah pagi menjelang siang. Dapat disimpulkan dari kalimat : “Lenyap
sudah keindahan disisa mentari terbit. Latar Suasana pada cuplikan novel ini berubah ubah,
namun sebagian besar bersuasana tegang, karena terjadi perdebatan cukup hebat antara Rentasan
dengan Jelihim.
Alur yang terdapat pada penggalan novel ini merupakan alur maju. Karena urutan
ceritanya runtut tanpa ada penceritaan mengenai masa lampau. Penggalan novel ini juga
memiliki sudut pandang orang ketiga.
Amanat yang dapat kita peroleh dari penggalan novel ini adalah berpikir panjanglah
sebelum berbuat sesuatu. Artinya sebelum melakukan sesuatu kita harus memikirkan resiko yang
akan terjadi apabila kita melakukan hal tersebut. Selain itu kita bisa mengendalikan emosi dan
amarah agar perbuatan kita ketika dikuasai amarah tidak merugikan orang sekitar.
BAB III
PENUTUP

Hasil karya sastra Indonesia sungguh beragam dan bermacam rupa. Setiap karya sastra
memiliki unsur – unsur instrinsik yang khas dan berbeda beda. Setiap karya sastra memiliki nilai
yang berbeda beda apabila dilihat dari orang yang berbeda atau sudut yang berbeda. Sebagai
pemuda terpelajar sudah sewajarnya kita menjaga kekhasan sastra-sastra Indonesia. Jangan
sampai kekhasan sastra Indonesia pudar dan tercemar budaya-budaya yang kurang cocok dengan
budaya Indonesia.
Semoga karya sastra Indonesia terus berkembang dan selalu dihargai oleh bangsa
Indonesia. Semoga dari hasil analisa ini dapat membantu para pembaca untuk menentukan unsur
instrinsik suatu sastra. Sehingga dapat menilai dan mengerti dengan benar kekhasan karya sastra
khusunya karya sastra berjenis hikayat.
Demikian hasil analisa kami. Apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam penyusunan
analisa ini, kami mohon maaf yang sebesar besarnya.
BAB I
PENDAHULUAN

Hikayat merupakan salah satu jenis karya sastra Melayu klasik yang berbentuk prosa. Oleh
sebab itu, bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang.
Jenis karya sastra ini memiliki ciri – ciri tersendiri. Ciri-ciri ini tentu saja, merupakan kekhasan
yang dimiliki hikayat, baik yang berkaitan dengan cara pengungkapan bahasanya, perilaku
tokohnya, sosok tokohnya, maupun nilai-nilai kehidupan yang diangkat. Di samping itu, hikayat
juga mempunyai unsur pembangun kesastraan, baik instrinsik maupun ekstrinsik.
Unsur instrinsik suatu hikayat meliputi hal berikut,

a. Tema
Tema adalah makna yang dikandung sebuah cerita.

b. Tokoh dan Penokohan


Tokoh adalah orang atau pelaku cerita sedangkan penokohan atau perwatakan menunjuk
pada sikap dan sifat para tokoh yang ditafsirkan pembaca.

c.Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita fiksi yang dijalin dalam hubungan
sebab akibat.

d. Latar
Latar atau setting adalah pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
e.Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa
yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi.

f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas pengarang dalam menggunakan bahasa untuk
menyampaikan pikiran dan perasaan.

g. Amanat
Amanat adalah ajaran yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah nilai-nilai moral yang ingin disampaikan pengarang.
Namun, dalam laporan hasil analisa ini hanya menganalisa unsur instrinsik dari sebuah
penggalan novel berjudul “ Jelihim Sang Pembebas”, karya Asinar Radjam.

You might also like