You are on page 1of 12

Pengertian Sejarah dan Ruang Lingkup

A.Pengertian Sejarah

1.Pengertian sejarah ditinjau dari asal kata


Menurut Jan Romein, kata “sejarah” memiliki arti yang sama dengan kata “history” (Inggris),
“geschichte” (Jerman) dan “geschiedenis” (Belanda), semuanya mengandung arti yang sama,
yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Sementara menurut sejarawan William H. Frederick, kata sejarah diserap dari bahasa Arab,
“syajaratun” yang berarti “pohon” atau “keturunan” atau “asal-usul” yang kemudian berkembang
dalam bahasa Melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi “sejarah”. Menurutnya kata
syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai gambaran silsilah atau keturunan.

2.Rumusan batasan pengertian sejarah


Ada banyak rumusan pendapat yang diberikan para sejarawan terkait dengan pengertian sejarah.
Dari berbagai pendapat yang ada dalam arti yang luas sejarah dapat diartikan sebagai gambaran
tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami manusia, disusun secara
ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah
dimengerti dan dipahami.

B.Ruang Lingkup Studi Sejarah

1.Sejarah sebagai cerita


Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita, yaitu
cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau. Bahwasanya sejarah
pada hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa disangkal lagi. Ucapan teoritikus-
teoritikus sejarah seperti Renier: “nothing but a story”; Trevelyan: “the historian’s first duty is to
tell the story”; Huizinga: “the story of something that has happened”, semuanya mencerminkan
gagasan bahwa sejarah itu hakekatnya adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita.
Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita, sejarah
bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongeng ataupun novel. Ia
adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan metode yang khusus yang
bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah, mengujji jejak-jejak tersebut dengan
metode kritik yang ketat (kritik sejarah) dan diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk
akhirnya disusun dengan cara-cara tertentu pula menjadi sebuah cerita yang menarik tentang
pengalaman masa lampau manusia itu.  

2.Sejarah sebagai ilmu


Sejarah dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia memiliki syarat-syarat dari suatu ilmu
pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah. Syarat-syarat keilmuan yang dimaksud adalah:
•Ada objek masalahnya
•Memiliki metode
•Tersusun secara sistematis
•Menggunakan pemikiran yang rasional
•Memiliki kebenaran yang objektif

Karena sejarah memiliki kesemua syarat keilmuan tersebut, termasuk memiliki metode
sendiri dalam memecahkan masalah, maka tidak ragu lagi akan unsur-unsur keilmuan dari
sejarah. Pendapat ahli sejarah Bury bahwa “history is a science, no less and no more” kiranya
memberikan penegasan akan hal itu. Meski demikian dalam kenyataannya banyak pihak yang
masih menyangsikan keberadaan sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu.
Dilihat dari cara kerja ilmiah, dua tahapan terakhir dalam metode sejarah yaitu interpretasi
dan historiografi masih sering dianggap sebagai titik-titik lemah. Interpretasi misalnya, dimana
di dalamnya terdapat unsur menyeleksi fakta sehingga sesuai dengan keseluruhan yang hendak
disusun, terkadang unsur subjektivitas penulis atau sejarawan seperti kecenderungan pribadinya
(personal bias), prasangka kelompoknya (group prejudice), teori-teori interpretasi historis yang
saling bertentangan (conflicting theories of historical interpretation) dan pandangan hidupnya
sangat mempengaruhi terhadap proses interpretasi tersebut.
Semuanya itu bisa membawa sejarawan pada sikap subjektif yang dalam bentuknya yang
ekstrim menjurus pada sikap emosional, bahkan mungkin irasional yang kurang bisa
dipertanggung jawabkan seperti kecenderungan mengorbankan fakta sejarah atau
memanipulasikannya demi suatu teori, pandangan hidup yang dipercayai secara berlebihan atau
keberpihakan pada penguasa. Memang sulit untuk menghindar dari subjektivitas, sehingga
sejarawan sangat dituntut untuk melakukan penelitian sejarah yang seobjektif mungkin atau
setidaknya sebagai suatu ideal. Pokoknya yang penting bagi sejarawan adalah seperti yang
pernah dikemukakan G. J. Renier, “we must not cheat”.

3.Beda sejarah dengan fiksi, ilmu sosial dan ilmu agama


a.Kaidah pertama: sejarah itu fakta
Perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah bahwa sejarah itu menyuguhkan fakta,
sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi atau fantasi.

b.Kaidah kedua: sejarah itu diakronik, ideografis dan unik


•Sejarah itu diakronik (menekankan proses), sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan
struktur). Artinya sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu sosial meluas dalam
ruang. Sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A
sampai waktu B. Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Contoh:
Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920; Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949; Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.
•Sejarah itu ideografis, artinya melukiskan, menggambarkan, memaparkan, atau menceritakan
saja. Ilmu sosial itu nomotetis artinya berusaha mengemukakan hukum-hukum. Misalnya sama-
sama menulis tentang revolusi, sejarah dianggap berhasil bila ia dapat melukiskan sebuah
revolusi secara menditil hingga hal-hal yang kecil. Sebaliknya ilmu sosial akan menyelidiki
revolusi-revolusi dan berusaha mencari hukum-hukum yang umum berlaku dalam semua
revolusi.
•Sejarah itu unik sedang ilmu sosial itu generik. Penelitian sejarah akan mencari hal-hal yang
unik, khas, hanya berlaku pada sesuatu, di situ (di tempat itu dan waktu itu). Sejarah menulis hal-
hal yang tunggal dan hanya sekali terjadi. Topik-topik sejarah misalnya Revolusi Indonesia,
Revolusi di Surabaya, Revolusi di Pesantren “X”, Revolusi di Desa atau Kota “Y”. Revolusi
Indonesia tidak terjadi di tempat lain dan hanya terjadi sekali pada waktu itu, tidak terulang lagi.
Sedang topik-topik ilmu sosial misalnya Sosiologi Revolusi, Masyarakat Desa, Daerah Perkotaan
yang hanya menerangkan hukum-hukum umum terjadinya proses tersebut.

c.Kaidah ketiga: sejarah itu empiris


Inilah antara lain yang membedakan antara sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu empiris, ia
berdasarkan pengalaman manusia yang sebenarnya, sedang ilmu agama itu lebih bersifat
normatif, mengikuti kaidah-kaidah hukum yang sudah ada, yang tercantum dalam Kitab Suci
masing-masing agama, yang dipercaya sebagai yang diwahyukan oleh Tuhan.
Manfaat Dan Pengertian Sumber Sejarah
C.Manfaat atau Guna Sejarah

Banyak orang yang menilai sinis terhadap keberadaan ilmu sejarah atau bidang studi sejarah.
Diantaranya banyak yang mempersoalkan hal yang berkaitan dengan kegunaan sejarah atau lebih
tepatnya manfaat mempelajari sejarah baik bagi individu ataupun bagi masyarakat. 

Persoalan seputar guna sejarah


Pertanyaan pokok yang sering dipertanyakan orang (termasuk anak didik) adalah “bisakah kita
belajar dari sejarah?”. Pembicaraan tentang hal ini biasanya bertolak pertama-tama dari
pertanyaan “apa arti masa lampau itu bagi manusia?”.  Berkaitan dengan pertanyaan ini pula, ahli
sejarah G. J. Reiner pernah mengemukakan jawaban singkatnya, bahwa “tanpa pengalaman
masa lalu kita tidak mungkin untuk membangun ide-ide tentang konsekuensi dari tindakan kita”.
Jawaban Reiner tersebut bisa dianggap sebagai cerminan bagi hubungan manusia dengan masa
lampau tersebut. Tetapi ini pun tidak cukup memberikan kepuasan banyak orang termasuk
peserta didik, terutama jika dikaitkan dengan fakta bahwa suatu peristiwa sejarah lebih bersifat
kondisional.
Atas jalan pemikiran terakhir ini kita mungkin menjadi ragu akan peranan atau sumbangsih
masa lalu bagi manusia, atau lebih tegas lagi kita jadi ragu akan guna dari sejarah itu, kalau tiap
peristiwa tertentu itu hanya terjadi sekali, sehingga setiap kali kita akan menghadapi peristiwa
yang berbeda. Persoalan tersebut akan berlanjut dengan pertanyaan lainnya adakah hukum-
hukum tertentu dalam sejarah, sebagaimana hukum-hukum yang terdapat dalam ilmu ekonomi
misalnya. Karena tanpa adanya hukum-hukum tertentu dalam sejarah maka sulit dibayangkan
kita akan bisa belajar dari sejarah, sebab tidak ada yang bisa dijadikan pegangan untuk
memperhitungkan kemungkinan di waktu yang akan datang.
Dengan berpegang pada konsep-konsep peristiwa yang unik (salah satu sifat sejarah adalah
unik) dan peristiwa massal beberapa sejarawan menyatakan bahwa disamping peristiwa khusus
yang menjadi perhatian utama sejarawan, masih diakui adanya unsur-unsur generalisasi
(keumuman) dalam sejarah seperti ilmu-ilmu lainnya, meski generalisasi itu bersifat khas
sejarah. Dengan dasar pemikiran ini, maka unsur keteraturan atau keajegan yang merupakan
dasar bagi suatu hukum itu juga bisa dikembangkan dalam sejarah, meskipun hukum sejarah itu
sendiri juga harus dilihat sebagai sesuatu yang khas dalam arti bahwa itu berkaitan dengan
sejenis keteraturan yang bisa diserap pada sejumlah kejadian atau peristiwa yang menunjukkan
persamaan relatif, bukan kesamaan absolut (identik) seperti yang terjadi dalam gejala-gejala
alam.
Dengan demikian maka “I’histoire se repete” (sejarah berulang) tidaklah sama sekali salah,
sebab dalam banyak hal peristiwa sejarah dalam gambaran umumnya berulang juga, kendati
tidak sama persis. Maka dari itu, terutama dalam aspek umumnya kita bisa belajar dari sejarah.
Dari sini sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah pertanyaan, “apakah kita bisa belajar dari
sejarah”? tetapi “apakah kita mau belajar dari sejarah”?  
Guna Sejarah
Secara umum guna sejarah atau manfaat mempelajari sejarah dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1.Guna edukatif
Sejarah bisa memberikan kearifan dan kebijaksanaan (make man wise) bagi yang
mempelajarinya. Dengan belajar sejarah orang akan senantiasa berdialog antara masa kini dan
masa lampau. Mencari hubungan antara waktu sekarang dengan lampau, sehingga ia bisa
memperoleh nilai-nilai penting yang berguna bagi kehidupannya. Nilai-nilai berupa ide-ide
maupun konsep kreatif sebagai sumber motivasi bagi pemecahan masalah kini dan selanjutnya
untuk merealisasikan harapan masa yang akan datang. Bahwa hanya apabila kita bisa
memperoyeksikan masa lampau ke masa kinilah kita bisa berbicara tentang arti dan makna
edukatif dari sejarah, sebab dalam kemasakinianlah masa lampau itu baru merupakan “masa
lampau yang penuh arti” (the meaningfull past) bukan “masa lampau yang mati” (the dead
past).

2.Guna inspiratif
Belajar sejarah disamping akan diperoleh ide-ide atau konsep-konsep kreatif yang berguna bagi
pemecahan masalah masa kini, juga penting untuk memperoleh inspirasi dan semangat bagi
mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa, semangat nasionalisme maupun dalam upaya
menumbuhkan harga diri bangsa.

3.Guna rekreatif
Guna rekreatif disini merujuk pada nilai estetik dari sejarah, terutama sejarah yang berkaitan
dengan cerita-cerita indah tentang peristiwa sejarah ataupun tokoh. Dengan membaca sejarah
seseorang akan bisa menerobos batas waktu dan tempat menuju masa lalu yang jauh sekalipun
untuk mengikuti berbagai peristiwa manusia di dunia.

4.Guna instruktif
Guna instruktif sejarah berkaitan dengan fungsi sejarah dalam menunjang bidang-bidang
teknologi (sejarah teknologi), dalam artian bahwa studi atau hasil penelitian sejarah yang
menyangkut penemuan-penemuan teknik sepanjang sejarah kehidupan manusia, dimana sejarah
masing-masing penemuan tersebut diperlukan bagi usaha menjelaskan prinsip-prinsip kerja
teknik-teknik tertentu dalam masa setelahnya. Dikaitkan dengan bidang hukum misalnya, salah
satu acuan dalam penentuan hukum atas suatu masalah diantaranya banyak yang didasarkan pada
kebiasaan masa lalu. Artinya penyelesaian atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu
dipakai sebagai rujukan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Ini biasanya dipakai dalam
menyelesaikan sengketa internasional.
D.Pengertian Sumber Sejarah

Sejarah sebagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dapat diungkap kembali oleh para ahli
sejarah berdasarkan sumber-sumber sejarah yang dapat ditemukan. Meskipun demikian, tidak
semua peristiwa masa lampau dapat diungkap secara lengkap karena terbatasnya sumber sejarah.

Dalam penulisan sejarah, peran atau keberadaan sumber sejarah menjadi sesuatu yang tidak bisa
diabaikan. Sumber sejarah merupakan bahan utama yang dipakai untuk mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan subjek sejarah. Untuk memperolehnya seseorang dapat
memanfaatkan museum, perpustakaan, arsip nasional, arsip daerah sebagai tempat untuk
mendapatkan informasi yang terkait dengan subjek sejarah yang akan ditulis.
Ditinjau dari wujudnya, secara umum sumber sejarah dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber
primer dan sumber sekunder.

1.Sumber primer
Yaitu sumber yang berkaitan langsung dengan peristiwa yang diceritakan. Sumber primer ini
dapat berupa kesaksian langsung dari pelaku sejarah (sumber lisan), dokumen-dokumen, naskah
perjanjian, arsip (sumber tertulis), dan benda atau bangunan sejarah atau benda-benda arkeologi
(sumber benda)
a.Sumber lisan
Sumber lisan adalah keterangan tentang peristiwa pada masa lampau yang diperoleh secara
langsung dari para pelaku atau saksi peristiwa tersebut. Misalnya, keterangan yang diberikan
oleh orang-orang yang mengalami sendiri atau menyaksikan terjadinya suatu peristiwa.

b.Sumber tulisan
Sumber tulisan adalah keterangan tentang peristiwa pada masa lampau yang diperoleh melalui
prasasti, dokumen, naskah, dan rekaman suatu kejadian. Sumber tertulis merupakan sumber
sejarah yang paling baik.

c.Sumber benda
Sumber benda adalah keterangan tentang peristiwa pada masa lampau yang diperoleh melalui
benda-benda peninggalan. Fosil, alat-alat atau benda-benda budaya (kapak, tombak, gerabah,
perhiasan, manik-manik, dan sebagainya), tugu peringatan, bangunan, dan sebagainya
merupakan peninggalan sejarah yang sangat penting, terutama bagi masyarakat pra-aksara.

2.Sumber sekunder
Yaitu kesaksian dari siapa pun yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yakni orang yang
tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Disamping berupa kesaksian dari orang yang tidak
terlibat langsung dalam peristiwa sejarah, yang termasuk dalam sumber sekunder lainnya adalah
buku-buku tangan kedua dari penulis sejarah lain.
Pengertian Bukti , Fakta dan Sejarah Lokal
E.Pengertian Bukti Sejarah

Bukti sejarah adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang terkait langsung dengan terjadinya
peristiwa tertentu yang keasliannya sudah tidak diragukan lagi karena telah melalui tahap
verifikasi dan kritik. Ia bisa berujud benda material atau hasil rekaman (tertulis, suara atupun
visual) dari kesaksian orang yang mengalami atau mengetahui langsung peristiwa tersebut.

F.Pengertian Fakta Sejarah

Pengertian fakta sejarah, menimbulkan banyak pendapat dari para sejarawan. Pendapat umum
yang selama ini berkembang menyatakan bahwa: pertama, fakta adalah apa yang benar-benar
telah terjadi dan kedua fakta sebagai bukti-bukti dari apa yang telah benar-benar terjadi. Menurut
Patrick Gerdiner, kedua pengertian itu adalah salah.
Menurut Gerdiner, bukti-bukti dari apa yang telah terjadi di masa lalu itu belum merupakan
suatu kebulatan gambaran tentang peristiwa masa lampau. Jadi lebih bersifat sebagai data yang
berserakan yang menyebabkan kita sering ragu, apakah itu benar-benar bukti dari peristiwa yang
kita cari itu. Dengan kata lain untuk bisa membuat pernyataan bulat bahwa sesuatu peirstiwa di
masa lampau benar-benar telah terjadi, diperlukan suatu proses untuk mengumpulkan dan
kemudian menguji bukti-bukti tersebut, melalui kegiatan kritik sumber terutama untuk
menentukan kebenarannya. Hasil dari proses inilah baru bisa kita namakan sebagai fakta sejarah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fakta sejarah merupakan keterangan baik itu lisan,
tertulis, atau berupa benda-benda peninggalan sejarah yang kita peroleh dari sumber-sumber
sejarah setelah disaring dan diuji dengan kritik sejarah.

G.Sejarah Lokal di Indonesia: Contoh-contoh Peninggalan dan Monumen Peringatan


Peristiwa Sejarah di Kalimantan Timur

Beberapa peninggalan sejarah yang terdapat di Kalimantan Timur antara lain berupa:

1.Paleografi tujuh buah prasasti


Paleografi tujuh buah prasasti yang menggunakan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta.
Paleografi ini diperkirakan dibuat pada abad ke-5 Masehi, yang merupakan peninggalan kerajaan
Kutai. Sekaligus menjadi bukti sejarah bahwa Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di
Indonesia.

2.Bekas bangunan Keraton Kutai


Bangunan keraton kayu peninggalan Sultan Alimuddin dari kerajaan Kutai. Pada tahun 1936
bngunan ini dibongkar diganti dengan bangunan beton. Pembuatan bangunan keraton baru
tersebut dilakukan oleh HBM (Hollandsche Beton Maatschappij) Batavia dengan arsiteknya
Estourgie. Hingga pemerintahan akhir Kutai (1960) keraton ini masih tetap menjadi tempat
kediaman Sultan A. M. Parikesit hingga tahun 1971.

3.Musium Mulawarman
Pada tanggal 25 Nopember 1971, keraton Kutai ini diserahkan kepada Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur, yang kemudian pemerintah propinsi menyerahkannya kepada Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan dijadikan museum negara dengan nama Museum Mulawarman.
Disamping bangunan keraton, di dalam Museum Mulawarman sendiri terdapat beraneka ragam
koleksi peninggalan kesultanan Kutai Kartanegara, di antaranya singgasana, arca, perhiasan,
perlengkapan perang, tempat tidur, seperangkat gamelan, koleksi keramik kuno dari China, dan
lain sebagainya.

4.Candi Agung
Pandangan umum yang menyebut bahwa bangunan candi hanya terdapat di Jawa ternyata salah.
Di Kalimantan Timur juga terdapat bangunan candi yang disebut dengan Candi Agung.

H.Periodisasi Sejarah Indonesia

Tujuan utama mempelajari masa lalu adalah untuk mencari pola-pola tingkah laku dan
mengambil kesimpulan mengenai hubungan sebab-akibat yang muncul kembali pada waktu-
waktu yang berlainan dan di tempat-tempat yang berbeda. Terkait dengan masalah tersebut, salah
satu hal yang penting untuk diketahui adalah identifikasi periode-periode yang ditandai oleh
beberapa ciri tertentu yang kuat.
1.Tujuan pembabakan sejarah
•Memudahkan pemahaman dan pengertian tentang peristiwa tertentu yang terjadi dalam periode
tertentu
•Melakukan penyederhanaan
•Klasifikasi dalam ilmu sejarah
•Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan

2.Beberapa kriteria dalam periodisasi atau pembabakan sejarah


•Kriteria geografis (kewilayahan)
•Kriteria urutan jaman
•Kriteria waktu atas dasar dinasti
•Kriteria waktu atas dasar perkembangan ekonomi, dan sebagainya.

3.Beberapa contoh periodisasi sejarah Indonesia


Ditinjau dari segi kronologi sejarah Indonesia, secara garis besar dibedakan menjadi dua.
Pertama adalah periode prasejarah yaitu masa sebelum manusia Indonesia mengenal tulisan.
Kedua adalah periode sejarah, yaitu masa setelah ditemukannya bukti-bukti tertulis di Indonesia.
Periodisasi Prasejarah Indonesia
a.Pembabakan prasejarah Indonesia menurut pendapat P. V. Van Stein Callenfels, Th. Van der
Hoop, dan H. R. Van Heekeran. Menurut para ahli ini ditinjau dari pendekatan atau kriteria jenis
teknologinya periode prasejarah Indonesia dibagi menjadi: Zaman Batu Tua (Paleolitikum),
Zaman Batu Madya (Mesolitikum), Zaman Batu Muda (Neolitikum), dan Zaman Logam (Zaman
Perunggu dan Zaman Besi). Masing-masing zaman tersebut menunjukkan tingkat pemahaman
dan penguasaan teknologi yang berbeda-beda dari masyarakatnya. Dalam hal ini zaman batu
madya memeiliki tingkat teknologi yang lebih maju dibanding zaman batu tua. Perbedaan yang
paling nyata adalah pada alat batu yang digunakan. Pada zaman batu madya alat batu yang
digunakan telah diasah atau diupam pada bagian tertentu yang diinginkan untuk mendapatkan
keruncingan atau ketajaman. Demikian juga zaman batu muda lebih maju teknologinya dari
zaman batu madya, dan seterusnya.
b.Pembabakan prasejarah Indonesia menurut pendapat R. P. Soejono. Menurutnya ditinjau dari
segi terjadinya hubungan antara lingkungan, manusia dan budayanya, periode prasejarah
Indonesia dibagi dalam beberapa pembabakan zaman, yaitu periode berburu dan meramu,
periode bercocok tanam dan periode perundagian.

Periodisasi Sejarah Indonesia


Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh sejarawan terkait dengan periodisasi sejarah
nasional Indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a.Pembabakan sejarah Indonesia menurut H. J. De Graaf (1949) dalam bukunya “Geschiedenis
van Indonesia” yang membagi sejarah Indonesia dalam lima babakan besar. Pertama, orang
Indonesia dan Asia Tenggara hingga 1650; kedua, bangsa Barat di Indonesia (1511-1800) yaitu
sejarah VOC; ketiga, orang Indonesia di Jaman VOC (1600-1800); keempat, VOC di luar
Indonesia; dan kelima, orang Indonesia dalam lingkungan Hindia Belanda (pasca 1800).
b. Pembabakan sejarah Indonesia menurut J. J. Meinninsma (1972) dalam bukunya
“Geschiedenis van de Nederlandsch Oost-Indische Bezettingen”. Meinninsma membagi periode
sejarah Indonesia dalam dua babakan utama. Pertama, Nederlandsch Indie masa VOC dan kedua,
Nederlandsch Indie masa Belanda.
Jenis Penulisan Sejarah
I.Jenis - jenis penulisan sejarah

1.Sejarah Lisan
Merupakan upaya mengetahui kejadian masa lalu yang dilakukan dengan teknik wawancara pada
tokoh atau pelaku sejarah yang berkaitan dengan kejadian atau tema tertentu. Sejarah lisan
dengan demikian memiliki dua fungsi, pertama ia sebagai metode (cara penulisan sejarah) dan
kedua sebagai sumber sejarah.

2.Sejarah Sosial
Merupakan penulisan sejarah yang berkaitan dengan tema-tema sosial seperti kemiskinan,
perbanditan, kekerasan, kriminalitas, pelacuran, perlawanan terhadap kolonial, pertumbuhan
penduduk, migrasi, urbanisasi dan sebagainya.

3.Sejarah Kota
Sebagaimana sejarah sosial, permasalahan yang menjadi bidang kajian sejarah kota juga sangat
luas. Diantara bidang kajian yang termasuk dalam sejarah kota antara lain, perkembangan
ekologi (lingkungan) kota; transformasi atau perubahan sosial ekonomi masyarakat kota
(termasuk di dalamnya adalah industrialisasi dan urbanisasi); sistem sosial dalam masyarakat
kota; problem-problem sosial seperti masalah kepadatan dan heterogenitas; dan mobilitas sosial
masyarakat perkotaan. Sejarawan banyak yang memasukkan sejarah kota juga dalam sejarah
sosial atau sejarah lokal.

4.Sejarah Pedesaan
Sejarah pedesaan adalah sejarah yang secara khusus meneliti tentang desa atau pedesaan,
masyarakat petani, dan ekonomi petanian.

5.Sejarah Ekonomi
Sejarah ekonomi merupakan salah satu unit penulisan sejarah yang mempelajari berbagai faktor
yang menentukan jalannya perkembangan perekonomian (produksi, distribusi dan konsumsi)
suatu masyarakat.

6.Sejarah Kebudayaan
Merupakan kajian historis yang membahas tentang pola-pola kehidupan (morfologi budaya) dan
kesenian.

7.Sejarah Lokal
Beberapa tema yang merupakan objek penulisan sejarah lokal adalah dinamika masyarakat
pedesaan, interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat majemuk, revolusi nasional di tingkat
lokal, dan biografi tokoh-tokoh lokal.
8.Sejarah Wanita
Bidang kajian dari sejarah wanita ini antara lain meliputi: tentang peranan wanita dalam berbagai
sektor sosial-ekonomi, biografi tokoh wanita, gerakan-gerakan wanita, sejarah keluarga dimana
peran wanita disini sangat dominan, tentang budaya wanita, dan tema tentang kelompok-
kelompok wanita. Sebagai spesialisasi dalam kajian sejarah, sejarah wanita dapat dimasukkan
dalam sejarah sosial.

9.Sejarah Agama
Kajian dalam sejarah agama antara lain meliputi, sejarah awal lahirnya agama-agama dunia,
aliran-aliran keagamaan pada agama-agama tertentu, gerakan-gerakan keagamaan,
pemberontakan ulama dan lain sebaginya.

10.Sejarah Politik
Sejarah politik merupakan sejarah yang mengkaji tentang masalah-masalah pemerintahan,
kenegaraan (termasuk partai-partai politik) dan power (kekuasaan).

11.Sejarah Pemikiran
Sejarah pemikiran dapat didefinisikan sebagai the study of the role of ideas in historical events
and process. Secara lebih kongkrit sejarah pemikiran mencakup studi tentang pemikiran-
pemikiran besar, yang berpengaruh pada kejadian bersejarah, serta pengaruh pemikiran tersebut
pada masyarakat bawah.

12.Sejarah Kuantitatif
Sejarah kuantitatif adalah penggunaan metode kuantitatif (teknik matematika) dalam penulisan
sejarah. Perbedaannya dengan penulisan sejarah lain (sejarah kualitatif) dengan demikian terletak
pada penggunaan data sejarah. Kalau sejarah kualitatif datanya berupa deskripsi (berita),
peninggalan (bangunan, foto), pikiran, perbuatan, dan perkataan (sejarah lisan), maka sejarah
kuantitatif datanya berupa angka-angka (misalnya: angka kejahatan, jumlah murid), statistik
(misalnya: harga sembako, perpajakan) dan sensus (misalnya: penduduk, ternak).

13.Sejarah Mentalitas
Tema-tema yang menjadi objek studi sejarah mentalitas antara lain meliputi mentalitas
revolusioner, kontrarevolusioner, orang-orang militan, kaum anarkis, perbanditan, pelacuran,
petualangan, pembunuhan, kriminalitas, konflik desa-kota, fenomena bunuh diri, ketidakwarasan
(gila), budaya populer (budaya pop), penindasan perempuan, pertenungan, aborsi,
homoseksualitas, dan kematian.

14.Biografi
Merupakan sejarah tentang perjalanan hidup seseorang. Misalnya biografi Ki Hajar Dewantoro,
Soeharto dan lain sebagainya.

You might also like