You are on page 1of 14

PENERAPAN ERGONOMI

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan


sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya
peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi
lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya
potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi
pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Perbagai risiko
tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua
pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang berarti kerja dan
Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat
diartikan aturan/hukum dalam bekerja. Secara umum ergonomi didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang kesesuaian pekerjaan, alat kerja dan atau
tempat/lingkungan kerja dengan pekerjanya. Semboyan yang digunakan adalah
“Sesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya dan sesuaikan pekerja dengan
pekerjaannya” (Fitting the Task to the Person and Fitting The Person To The
Task). Kohar Sulistiadi dan Sri Lisa Susanti (2003) menyatakan bahawa fokus
ilmu ergonomi adalah manusia itu sendiri dalam arti dengan kaca mata ergonomi,
sistem kerja yang terdiri atas mesin, peralatan, lingkungan dan bahan harus
disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia tetapi bukan
manusia yang harus menyesuaikan dengan mesin, alat dan lingkungan dan bahan.
Ilmu ergonomi mempelajari beberapa hal yang meliputi:
1. Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu,
pencahayaan, sirkulasi udara , desain peralatan dan lainnya.

Page | 1
2. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan
sebuah pekerjaan: pendidikan,postur badan, pengalaman kerja,
umur dan lainnya
3. Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan
kecelakaan kerja: pisau, palu, barang pecah belah, zat kimia dan
lainnya
4. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja,
kesehatan dan keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja
dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainny.

Sasaran dari ilmu ergonomi adalah meningkatkan prestasi kerja yang


tinggi dalam kondisi aman, sehat, yaman dan tenteram. Aplikasi ilmu ergonomi
digunakan untuk perancangan produk, meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja serta meningkatkan produktivitas kerja. Dengan mempelajari tentang
ergonomi maka kita dapat mengurangi resiko penyakit, meminimalkan biaya
kesehatan, nyaman saat bekerja dan meningkatkan produktivitas dan kinerja serta
memperoleh banyak keuntungan. Oleh karena itu penerapan prinsip ergonomi di
tempat kerja diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja dan
kinerja pekerja
2. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja
3. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat
bekerja
4. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian
antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja.
5. Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk
meningkatkan produktivitas.
6. Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja
7. Meningkatkan faktor keselamatan kerja
8. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan
untuk individu dan institusi. (www.wsib.on.ca)

Page | 2
Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja dapat diperoleh 3
keuntungan yaitu:
1. Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja
2. Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja
3. Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja Peran ergonomi
sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan
sehat.

Penerapan ergonomi di indonesia terus terang masih tertinggal


jauh,dibandingkan di luar negeri. Ada beberapa prinsip dasar dalam melakukan
program ergonomi yaitu :
1. Sebagai upaya proaktif untuk pencegahan terjadinya kecelakaan dan
gangguan kesehatan.
2. Pelaksanaannya didasarkan pada hasil ilmu pengetahuan dan hasil
penelitian yang terbaik
3. Bekerjasama dengan pekerja dan departemen terkait
4. Fleksibel dan hindari satu ukuran untuk semua
5. Program yang dilaksanakan harus terjangkau dan sesuai kekuatan
sumberdaya yang dimiliki
6. Program yang dilaksanakan harus jelas, singkat dan sederhana. (OSHA,
2004)

Adapun 3 Langkah Awal Untuk Membangun Program Ergonomi di


Tempat Kerja:
1. Membangun komitmen dari manajemen ( ini sangat diperlukan dalam
setiap penerapan program, karena sistem yang baik harus ditunjang oleh
dukungan dari top management).
2. Mengadakan pelatihan ergonomi untuk mendorong adanya partisipasi dari
seluruh karyawan.( memeberikan pengetahuan kepada pekerja akan
pentingnya penerapan ergonomi demi meningkatkan produktivitas di
tempat kerja).

Page | 3
3. Membentuk working group yang bertanggung jawab untuk penerapan
program ini ( team P2K3/ Health and Safety Executive).

Penerapan Ergonomi akan dapat berjalan dengan baik apabila semua


berpartisipasi aktif dari karyawan pada semua level di tempat kerjanya untuk
meningkatkan kondisi lingkungan kerjanya. (Norman dan Wells, 1998). Sukapto
(2008) menyatakan partisispatori ergonomi memiliki 4 elemen pokok yang saling
berinteraksi yang terdiri dari karyawan, pengelola perusahaan, pengetahuan dan
metode ergonomi dan konsep disain pekerjaan. Pentingnya melibatkan karyawan
pada semua level untuk mencapai kesuksesan dalam intervensi ergonomi adalah :
1. Karyawan adalah orang yang paling tahu terhadap pekerjaannya
2. Karyawan akan tahu solusi ergonomi yang paling tepat untuk dirinya
agar semakin nyaman dalam bekerja
3. Menjadikan karyawan terlibat dalam proses perubahan 4.Untuk
membangun budaya ergonomi yang aman, sehat dan nyaman.

contoh penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:


1. Bila posisi kerja Anda lebih banyak duduk, maka menurut Sanders & Mc.
Cormick :
• Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun
dan naik
• Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada
posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi
horizontal atau sedikit menurun. Duduklah dengan posisi
bersandar.
• Ketinggian landasan kerja tak memerlukan menekuk tulang
belakang yang berlebihan
• Jika pekerjaan Anda menuntut diskriminasi penglihatan dan
koordinasi tangan atau mata (contoh: mengetik dengan komputer)
maka posisi pekerjaan perlu di dekat daerah mata, sedikit di bawah
ketinggian bahu, untuk menstabilkan tangan diberi bantalan

Page | 4
siku/pergelangan yang nyaman dengan tujuan mengurangi beban
otot bahu
• Sesekali lakukan ‘disguised pauses’, istirahat sekedar untuk
mengurangi konsentrasi pada pekerjaan misalnya: merubah posisi
duduk, berdiri sebentar dari kursi atau berjalan-jalan sebentar

2. Bila posisi kerja Anda lebih banyak berdiri maka:


• Bekerjalah dengan posisi tegak ke depan. Usahakan pekerjaan
terlihat dengan kepala dan badan tegak, kepala agak ke depan
• Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang senyaman
mungkin
• Manfaatkan waktu istirahat semaksimal mungkin agar kerja dan
istirahat seimbang.
• Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali regangkan
otot-otot Anda
• Apabila Anda memerlukan aktivitas menjangkau barang-barang
tertentu, maka letakkan barang-barang tersebut dalam posisi yang
minimal atau terdekat dan mudah dijangkau dan mudah terlihat

3. Bila posisi kerja Anda dinamis (duduk dan berdiri bergantian) maka:
• Usahakan benda yang akan Anda jangkau berada maksimal 15 cm
di atas landasan kerja
• Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90cm-120cm,
merupakan ketinggian yang paling tepat dan baik untuk posisi
duduk maupun berdiri

4. Dalam mengendarai mobil


Mengendarai mobil dengan jarak tempuh yang cukup jauh sangat
melelahkan bagi pengemudi. Hal tersebut wajar terjadi pada setiap orang
karena banyaknya gerakan yang harus dilakukan saat mengemudi. Apalagi
jenis gerakan yang dilakukan sifatnya monoton sehingga menimbulkan
kebosanan. Apabila keadaan semacam ini berlangsung cukup lama maka

Page | 5
akan menimbulkan rasa hambar, lelah dan puncaknya adalah rasa ngantuk.
Meskipun sesungguhnya secara psikologis rasa lelah bersifat melindungi,
sama seperti rasa lapar. Timbulnya rasa lelah berarti memberi isyarat
kepada manusia untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi
kesempatan untuk memulihkan tenaga. Apabila dalam kondisi lelah terus
dipaksakan, maka akan mengurangi kesiagaan yang dapat membuahkan
kesalahan atau kecelakaan bagi pengemudi atau orang lain yang ada di
sekitanya. Oleh karena itu pengemudi memerlukan waktu untuk
beristirahat walau sejenak. Di samping itu kendaraan yang dikemudikan
harus mampu bergerak secara tepat sesuai kehendak pengemudi sehingga
ada keterkaitan antara manusia dengan kendaraan dapat berjalan serasi.
Informasi yang diberikan harus tersedia setiap saat dan setepat mungkin.
Demikian juga perintah yang diberikan pengemudi harus segera mendapat
respon yang cepat dan tepat dari kendaraannya. Kondisi yang tidak
ergonomis dapat diberikan contoh antara lain : tempat duduk tidak nyaman
dan terlalu rendah sehingga mengganggu medan pandang, ruang kemudi
terlalu sempit, desain interior kurang indah dan penempatan kontrol-
kontrol tidak tepat. Ergonomi merupakan suatu cara untuk menekan agar
kelelahan yang timbul pada manusia sekecil mungkin sehingga
menurunnya gerak reflek pengemudi karena kelelahan dapat ditingkatkan
dan interval waktu siaga sampai timbulnya kelelahan dapat diperpanjang.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk
menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis antara lain : desain
tempat duduk, perlengkapan pengendali kendaraan, medan pandang,
istrumen dan panel, desain interior, dan kontrol-kontrol..

• Desain Tempat Duduk

Kelengkapan mobil yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan


pengemudi/penumpang adalah tempat duduk, karena sebagian besar
tubuh manusia berada di sini. Berbeda dengan perangkat lainnya yang
hanya dikenai sebagian kecil anggota badan manusia. Oleh karena itu

Page | 6
kenyamanan tempat duduk mempunyai pengaruh terhadap
kenyamanan secara menyeluruh bagi yang menempatinya.

Kenyamanan tempat duduk sangat dipengaruhi oleh distribusi tekanan


permukaan tempat duduk. Orang yang berada di atasnya akan disangga
di bagian pinggul dan punggungnya oleh permukaan tempat duduk.
Apabila penyangga tersebut terlalu kuat, pengemudi akan tersiksa dan
mengakibatkan kelelahan yang pada akhirnya dapat me-nimbulkan
rasa ngantuk. Keadaan yang sama akan dialami jika tata letak
penyangga berada pada tempat yang salah.

Untuk meningkatkan kenyamanan maka tempat duduk harus dirancang


secara khusus karena pengemudi akan duduk lama di atasnya. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat tempat
duduk dengan tekanan yang cukup tinggi di sekitar tulang pinggul,
tetapi harus mempunyai tekanan yang lebih rendah di bagian paha dan
sekitar tulang ekor. Artinya tempat duduk tidak menerima tekanan
yang besar dan terpusat di suatu tempat. Berat badan akan disebar
secara merata dan sedikit tekanan di bagian belakang dan samping
tubuh. Tekanan yang tinggi pada suatu tempat tertentu akan
menyebabkan bagian tubuh tersebut menjadi mudah lelah. Kelelahan
suatu bagian tubuh akan menurunkan daya tahan dan konsentrasi
pengemudi hingga kecenderungan terjadinya kecelakaan menjadi lebih
besar. Karena setiap pengemudi mempunyai bentuk tubuh yang
berbeda, maka diperlukan pengatur jarak dan kemiringan sandaran
yang dapat distel.

• Roda Kemudi, Pedal Rem, dan Pedal Kopling

Bentuk dan ukuran roda kemudi (steer) sangat mempengaruhi


kenyamanan pengemudi, karena keduanya berkaitan dengan kebutuhan
tenaga yang diperlukan untuk memutarkannya dan ruang gerak

Page | 7
pengemudi. Diameter roda kemudi yang besar dapat meringankan
kemudi, tetapi banyak memerlukan tempat (ruang). Sebaliknya jika
diameter roda kemudi terlalu kecil maka ruang kemudi lebih luas tetapi
diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memutarkannya sehingga
akan cepat melelahkan pengemudi. Namun diameter roda kemudi yang
kecil sangat sensitif terhadap setiap gerakan roda kendaraan, artinya
dengan gerakan yang sedikit mampu menggerakkan roda kendaraan.
Untuk itu perlu diciptakan roda kemudi yang tidak memerlukan tenaga
yang besar untuk memutarkannya.

Bentuk roda kemudi pada umumnya bulat, tetapi ada juga yang
berbentuk elips (oval). Roda kemudi bentuk elips ini dapat mengatasi
kelemahan seperti dijelaskan di atas. Dengan roda kemudi bentuk
elips, maka tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkannya pada saat
belok lebih kecil dan kemudi lebih sensitif pada saat mobil berjalan
lurus.

Untuk menyesuaikan ukuran tubuh pengemudi, maka diupayakan agar


posisi roda kemudi dapat distel. Dengan merubah kemiringan batang
(poros) kemudi, maka letak roda kemudi dikonstruksi sedemikian rupa
sehingga dapat mengkerut (collapsible) pada saat ada benturan yang
cukup keras (misal : jika terjadi tabrakan) sehingga pengemudi
terhindar dari himpitan roda kemudi saat terjadi kecelakaan.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pengemudi


terhindar dari himpitan saat kecelakaan. Seperti yang dilakukan
perusahaan mobil Volvo yang menerapkan konsep “safety cage”(ruang
aman), yaitu ruang penumpang yang sangat kokoh, tetapi bagian depan
dan belakang mobil berfungsi sebagai peredam. Jika terjadi tabrakan
frontal (saling berhadapan) yang fatal, kap mesin terlipat ke atas,
spatbor (slebor) terlipat ke sisi, mesin dan bak transmisi (presnelling)
jatuh ke bawah. Dengan demikian ruang penumpang tetap aman dari

Page | 8
kemungkinan terdesak mesin/bak transmisi. Pada mobil Saab 9000
dilengkapi dengan bumper yang mampu menahan benturan tanpa
mengakibatkan kerusakan hingga kecepatan 12,5 mil/jam. Bumper
dirancang khusus dengan pemakaian pegas yang mampu meredam
energi bila terjadi tumbukan pada kecepatan rendah. Pedal kopling dan
pedal rem juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi.
Posisi pedal terhadap kaki pengemudi akan mempengaruhi kerja kaki
pada saat mengemudi.

• Medan Pandang dan Kemampuan Pandang

Medan pandang pengemudi meliputi : bagian depan, belakang


samping, atas dan bawah. Untuk memonitor semua medan pandang
tersebut maka diperlukan kaca spion yang cukup lebar. Kemampuan
yang merefleksikan keadaan yang tidak dapat dilihat secara langsung
oleh mata mutlak harus dimiliki oleh kaca spion. Penempatannyapun
harus memenuhi prinsip ergonomi, artinya dapat dengan jelas
menggambarkan situasi yang sesungguhnya.

Kemampuan pandang pengemudi dapat dipengaruhi oleh lingkungan


di sekitarnya. Misalnya saja pada saat turun hujan, adanya kabut
tebal,dan sebagainya. Terlebih lagi pada malam hari, seringkali
berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan dengan sinar (sorot)
lampu yang tidak memenuhi standard. Untuk meningkatkan
kemampuan pandang dan memberikan tingkat ergonomi yang lebih
baik, maka perlu dilakukan beberapa perbaikan atau penambahan
perlengkapan khusus. Cara yang dapat ditempuh antara lain dengan
memakai kaca depan dan bagian interior yang tidak memantulkan sinar
sehingga pengemudi tidak silau. Kemampuan pandang di malam hari
dipengaruhi oleh terangnya lampu dan arah penyinaran. Lampu jenis
“halogen” dapat memberikan penerangan yang lebih baik dibanding
lampu biasa. Arah sinar lampu sebaiknya tidak terlalu pendek atau

Page | 9
terlalu tinggi. Masing-masing jenis kendaraan memiliki spesifikasi
(ukuran) arah sinar terhadap garis horisontal dan tergantung posisi
lampu terhadap permukaan tanah. Dengan arah sinar yang tepat akan
memperbaiki kemampuan pandang dan tidak mengganggu pengemudi
dari arah yang berlawanan. Berkurangnya kemampuan pandang akibat
adanya kabut dapat diatasi dengan menempatkan lampu kabut (lampu
berwarna kuning). Sinar lampu kabut mampu menembus kabut sampai
beberapa meter sehingga dapat memperbaiki kemampuan pandang saat
terjadi kabut. Apabila hanya mengandalkan lampu depan untuk
menembus kabut, maka pengemudi akan merasa cepat lelah karena
kemampuan pandang berkurang.

Pada saat hujan turun, kemampuan pandang terhalang oleh air hujan
dan kabut (embun) yang menempel pada dinding kaca depan dan
belakang bagian dalam. Untuk (wiper) yang mampu mengikis air
hujan. Kecepatan gerak wiper dapat disesuaikan dengan banyaknya air
hujan yang menempel pada dinding kaca. Untuk mobil-mobil mewah
ada yang telah dilengkapi dengan pengatur otomatis penggerak wiper
dengan interval waktu tertentu. Misalnya pada saat hujan gerimis,
wiper dapat diatur gerakannya hanya sesekali saja, namun saat hujan
deras gerak wiper dapat dipercepat. Sebagai contoh seperti pada mobil
Volks Wagen telah menggunakan penghapus kaca yang terprogram.
Pada kecepatan tertentu kadang-kadang hanya diperlukan satu
penghapus kaca, tetapi jika diperlukan bantuan yang lain maka tinggal
memijit tombol sekali lagi sehingga kedua wiper akan bekerja
bersama-sama. Untuk waktu penghapusan pun dapat diprogram ulang
berapa waktu yang diperlukan.

• Kontrol Yang Ergonomis

Terdapat beberapa jenis alat kontrol yang digunakan pada mobil antara
lain : sistem tombol tekan (push-buuton), sistem saklar towel (toggle

Page | 10
switch), sistem tombol putar (rotary selector switch), dan lain-lain.
Pemilihan jenis kontrol disesuaikan dengan frekuensi pemakaian,
tempat yang tersedia dan jenis instrumen yang dikendalikan (Mark S.
Sanders dan Ernest J. Mc Cormick, 1987).

Sistem tombol-tekan hanya memerlukan tempat yang sempit dan dapat


dengan mudah dibedakan dengan variasi warna. Permukaannya harus
agak cembung dan diameternya cukup besar sehingga jika
dioperasikan dengan ujung jari tidak meleset.

Sistem saklar towel mudah dikenali dan menjamin kecermatan yang


tinggi untuk mengendalikan. Biasanya saklar tersebut mempunyai tiga
atau dua posisi (on-off). Dalam pemasangannya, saklar ini banyak
memerlukan tempat jika dibanding sistem tombol tekan. Sebaiknya
saklar ini ditempatkan dalam satu baris dan dalam arah tegak.

Sistem tombol putar ada beberapa bentuk antara lain : bentuk bulat,
balok dan kerucut. Apapun bentuknya tombol ini harus mudah diraba
dan mempunyai pegangan yang handal. Apabila beberapa tombol putar
dipakai sebuah panel instrumen, tombol bergigi, (pointed knob) akan
lebih baik karena posisi yang dikehendaki mudah distel. Contoh
pemakaian tombol ini yaitu pada pengatur AC, radio, wiper, lampu
depan dan lain-lain.

Tata letak dan jenis saklar mempengaruhi kenyamanan pengemudi.


Letak saklar hendaknya dirancang supaya mudah dijangkau dan
disesuaikan dengan berbagai ukuran pengemudi hingga cocok pada
segala keadaan. Selain mudah dijangkau. Pergerak-an tangan harus
nyaman dan tidak terganggu oleh perlengkapan lainnya. Letak yang
mudah di- ingat juga sangat penting sehingga tanpa melihatpun
pengemudi dapat menjangkau alat kontrol yang ada. Untuk saklar-

Page | 11
saklar yang paling sering digunakan hendaknya ditempatkan sedekat
mungkin dengan pengemudi.
• Instrumen Pada Panel Yang Mudah di Baca

Apabila pengemudi menginginkan mengendarai mobilnya dengan


aman, sebelumnya harus mengerti bagaimana instrumen dan meter-
meter bekerja. Di samping itu perlengkapan tersebut harus akurat dan
mudah dibaca. Untuk mengetahui kemampuan pengemudi dalam
membaca instrumen, dilakukan pengujian dengan menggunakan
metode EOG (Electro Ocolugraphy). Metode ini menggunakan
perangkat yang bentuknya seperti helm pengaman yang dipasang pada
kepala pengemudi. Dengan menggunakan dua elektrode yang
ditempatkan di sekeliling mata, maka dapat diketahui ukuran,
terangnya suatu warna, dan posisi dari meter-meter yang dikehendaki
pengemudi.

Dari hasil berbagai pengujian dikembangkan “dual vision meter“, yaitu


salah satu dari tipe meter yang mampu mengurangi waktu untuk
melihat informasi yang diberikan. Untuk memperbaiki kemampuan
pandang biasa digunakan cara pemantulan dari perangkat meter
dengan menggunakan cermin. Cara tersebut sangat menguntungkan
karena mata tidak perlu memperbaiki fokus setelah membaca meter.
Kesan yang sama jauh dengan jarak pandang keluar diberikan oleh
meter tersebut sehingga sangat menguntungkan pada saat kendaraan
berjalan dengan kecepatan tinggi.

Hasil pengujian menunjukkan, bahwa waktu yang diperlukan untuk


membaca dan kembali ke posisi pandang awal dengan pola meter
dipantulkan dengan menggunakan dual meter vision jauh lebih cepat
sekitar 10%. Kecepatan ini dibandingkan dengan pembacaan langsung
tanpa pantulan. Dari hasil pengujian terhadap beberapa pengemudi
dengan cara pantulan, ternyata menghasilkan kecepatan yang sama

Page | 12
dalam pembacaan sehingga cara ini baik untuk mobil yang mampu
bergerak cepat atau saat melaju di jaan bebas hambatan (jalan tol).

Indikator yang dianggap penting dapat diberikan lampu peringatan jika


terjadi gangguan. Misalnya indikator pengukur bahan bakar akan
menyala bila menunjukkan angka kritis (bensin hampir habis),
demikian pula pengukur putaran mesin. Tekanan pelumasan, pengukur
kapasitas minyak rem dalam reservoir, indikator pengisian baterai,
juga penting untuk diberi tambahan lampu peringatan. Dengan
demikian pengemudi tidak perlu melihat angka instrumen, sehingga
memudahkan bagi pengemudi jika terjadi gangguan/kerusakan dalam
sistem. Penentuan warna pada panel/dashboard (tempat meter-meter)
dan sekitar pengemudi perlu mendapat perhatian dalam menciptakan
lingkungan pengendalian yang ergonomis. Susunan panel dengan
warna hitam nampak lebih gelap dan mampu mengurangi pantulan
cahaya. Dengan cara ini, kelelahan pengemudi dapat dikurangi
terutama pada malam hari.

• Aspek Psikologis

Dengan penerapan prinsip ergonomi di atas diharapkan dapat


mengurangi tingkat stress yang diakibatkan karena kelelahan ketika
melakukan perjalanan jauh pada pengguna kendaraan beroda empat.
Selain itu, dengan berkurangnya tingkat stress maka unsur keamanan
dan keselamatan pun akan lebih meningkat.

Kesimpulam

Menyadari pentingnya penerapan ergonomi bagi semua orang di manapun berada


maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap
perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya aspek-aspek ergonomi bagi kemajuan perusahaan

Page | 13
menjadi prioritas dan komitmen semua pihak baik pemerintah maupun swasta dari
tingkat pimpinan sampai ke seluruh karyawan dalam manajemen perusahaan.
Dengan hal tersebut tingkat kesehatan dan keselamatan kerja akan lebih baik
karena sakit akan menurun, biaya pengobatan dan perawatan akan menurun,
kerugian akibat kecelakaankan berkurang, tenaga kerja akan mampu bekerja
dengan produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan akan meningkat dan pada
akhirnya kesejahteraan karyawan maupun pemberi kerja akan meningkat.

Daftar Pusataka

1. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Jilid 1 untuk SMK oleh
Bambang Suhardi —- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
2. Dewa Putu Sutjana, “Hambatan dalam penerapan K3 dan ergonomic di
perusahaan”, Bali, Peneletian Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
3. ref: wells dkk, 2003. Participative Ergonomic Blueprint, www.iwh.on.ca
4. Fitrihana, Noor, 2008, “Evaluasi dan Analisi Resiko Ergonomi”.
5. Fitrihana, Noor, 2008, “Partisipatori Ergonomi”.
6. Fitrihana, Noor, 2008, “Tentang Ergonomi”.

Page | 14

You might also like