You are on page 1of 13

Ulumul Hadits (Ikhtisar)

Definisi

‫َّاوي و ْال َمرْ َوي‬ َّ ‫ َِِرفَةُ ْالقَ َوا ِع َد الَّتِ ْي يَتَ َو‬/َ ‫ث هُ َو َم ْع‬
ِ ‫ص ُل بِهَا إِلَى َمع‬
ِ ‫ْرفَ ِة الر‬ ِ ‫ِع ْل ُم ْال َح ِد ْي‬
Ilmu Hadits adalah pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang menghantar-kan kepada
pengetahuan tentang rawi (periwayat) dan marwi (materi yang diriwayatkan).

Pendapat lain yang menyatakan bahwa,

‫هُ َو ِع ْل ُم بِقَ َوانِ ْينَ يَ ْع َرفُ بِهَا أحْ َوا ُل ال َّسنَ ِد َو ْال َم ْت ِن‬
Ilmu Hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad dan
matan.

Penjelasan Definisi

Sanad adalah rangkaian rijal/rawi (periwayat hadits) yang menghantarkan kepada matan
(teks) hadits.

Matan adalah perkataan (teks/isi berita) yang terletak di penghujung sanad.

Contoh-contoh :

Al-Bukhari meriwayatkan hadits berikut, di dalam kitabnya yang bernama ash-Shahih,


Bab Kayfa kana bad’ al-wahyi ila Rasulillah saw, jilid 1, hal. 5

‫ َأخبرنِيم‬:‫ َقال‬،‫نصاري‬ ‫ حدثَنا يحيى بن س ِعي ٍد اأَْل‬:‫ َقال‬،‫ حدَثنا س ْفيان‬:‫ َقال‬،‫حدثَنا ْالحمي ِدي عبد هَّللا ِ بن الزبير‬
ِ ِ
‫رضي هَّللا عنهم‬ ِ ‫ص اللَّيثِي يُقول س ِمعت عمر بن ْالخطَّا‬ َْ
ِ ‫ب‬ ٍ ‫َق َمة بن وقَّا‬/‫محمد بن إِبرا ِهيم التي ِمي َأنه س ِمع عْل‬
.‫ وإنما المرئ ما نوى‬.‫ إنما األعمال بالنية‬:‫نبر َقاَل س ِمعت رسول هَّللا ِ صلَّى هَّللا عَلي ِه و سلَّم يُقول‬ ِ ‫عَلى ْال ِم‬
‫ ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو أمرأة‬.‫ فهجرته إلى هللا ورسوله‬،‫فمن كانت هجرته إلى هللا ورسوله‬
‫ فهجرته إلى ما هاجر إليه‬،‫يتزوجها‬

Telah menceritakan kepada kami al-Humaidi, Abdullah bin az-Zubair, ia berkata; Telah
menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Sa’id al-Anshari, ia berkata; Telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin
Ibrahim at-Taimi bahwasannya ia mendengar ‘Alqamah bin Waqqash al-Laitsi berkata;
Aku mendengar Umar bin Khaththab ra berkata di atas mimbar; Rasulullah saw bersabda;
"Sesungguhnya semua perbuatan itu disertai dengan niat, dan sesungguhnya setiap
orang akan dibalas sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan)
kepada dunia yang akan diperolehnya, atau perempuan yang akan dinikahinya, maka
hijrahnya (dibalas) kepada apa yang ia niatkan"
Yang dinamakan Sanad pada hadis di atas adalah

‫ َأخبرنِيم‬:‫ َقال‬،‫نصاري‬ ‫ حدثَنا يحيى بن س ِعي ٍد اأَْل‬:‫ َقال‬،‫ حدَثنا س ْفيان‬:‫ َقال‬،‫حدثَنا ْالحمي ِدي عبد هَّللا ِ بن الزبير‬
ِ ِ
‫رضي هَّللا عنهم‬
ِ ‫ب‬
ِ ‫ا‬َّ ‫لخط‬ ْ
‫ا‬ ‫بن‬ ‫عمر‬ ‫عت‬ ‫م‬
ِ ‫س‬ ‫ُقول‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ث‬
ِ ٍ‫ي‬َّ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ص‬‫ا‬َّ ‫ق‬ ‫و‬ ‫بن‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ق‬َ َْ
/
‫ْل‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫محمد بن إِبرا ِهيم التي ِمي َأنه س ِم‬
َ
‫نبر َقاَل س ِمعت رسول هَّللا ِ صلَّى هَّللا عَلي ِه و سلَّم يُقول‬ ِ ‫عَلى ْال ِم‬
Telah menceritakan kepada kami al-Humaidi, Abdullah bin az-Zubair, ia berkata; Telah
menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Sa’id al-Anshari, ia berkata; Telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin
Ibrahim at-Taimi bahwasannya ia mendengar ‘Alqamah bin Waqqash al-Laitsi berkata;
Aku mendengar Umar bin Khaththab ra berkata di atas mimbar; Rasulullah saw bersabda

Sedangkan Matan pada hadits di atas adalah;

.‫ فهجرته إلى هللا ورسوله‬،‫ فمن كانت هجرته إلى هللا ورسوله‬.‫ وإنما المرئ ما نوى‬.‫إنما األعمال بالنية‬
‫ فهجرته إلى ما هاجر إليه‬،‫ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو أمرأة يتزوجها‬
"Sesungguhnya semua perbuatan itu disertai dengan niat, dan sesungguhnya setiap
orang akan dibalas sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan)
kepada dunia yang akan diperolehnya, atau perempuan yang akan dinikahinya, maka
hijrahnya (dibalas) kepada apa yang ia niatkan"

Tujuan mempelajari ilmu hadits adalah untuk membedakan antara hadits shahih dan
dla’if serta memahami bagaimana imam hadits menentukan suatu hadits yang dinyatakan
shahih olehnya.

Secara gampangnya, sanad itu diibaratkan sebagai tangga, sedangkan rawi-rawi (perawi)
dalam sanad sinonim dengan anak tangga.

Umumnya, jika mau naik loteng tentulah anda harus naik tangga terlebih dahulu, karena
jika tidak, bagaimana anda bisa mencapai loteng ?

Demikian juga dengan sanad, ia adalah seperti tangga yang menjadi jalan bagi kita agar
bisa sampai ke loteng (tujuan) yang dalam hal ini adalah rasulullah saw sebagai sumber
khabar/berita.
Definisi Hadits, Khabar Dan Atsar

Dilihat dari asal sumber beritanya, maka berita/kabar terbagi dalam 3 istilah, yaitu :
Hadits, Khabar, Atsar

ً‫صفَة‬
ِ ْ‫ًََرا أو‬/ً ‫ًَ أوْ تَ ْق ِر ْي‬/ً‫ًَ أوْ فِ ْعَال‬/ً‫ َس َوا ًء َكانَ قًوْ َال‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ُ ‫ْالح ِدي‬
َ ‫ْث َما َجا َء ع َِن النَّبِي‬
Hadits, adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi saw, baik yang berupa perkataan,
perbuatan, persetujuan, ataupun sifat
َ ُ‫ْال َخبَ ُر َما َجا َء َع ْنه‬
‫ ُِِرهُ ِم ْن أصْ َحابِ ِه أوْ التَابِ ِع ْينَ أوْ تَابِ ِع التَّابِ ِعيْن َأو َم ْن ُدوْ نَهُ ْم‬/ُ ‫صلَّى هللاُ عَل ْي ِه َوسلَّ َم و ع َْن َغ ْي‬
Khabar, adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi saw ataupun yang lainnya, yaitu
shahabat beliau, tabi’in, tabi’ tabi’in, atau generasi setelahnya.

َ ‫األَثَ ُر َما َجا َء ع َْن َغي ِْر النَّبِي‬


َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن ال‬
‫ص َحابَ ِة أوْ التَّابِ ِعيْن أوْ تَابِ ِع التَّابِ ِع ْينَ أوْ ِم ْن ُدوْ نَهُ ْم‬

Atsar, adalah segala sesuatu yang datang selain dari Nabi saw, yaitu dari shahabat,
tabi’in, atau generasi setelah mereka.

Contah-contoh

1. Contoh hadits qauly (perkataan) :

‫إنما األعمال بالنية‬


Sesungguhnya setiap amal itu dengan niat

2. Contoh hadits fi’ly (perbuatan) adalah hadits yang diriwayatkan dari 'Aisyah ra.

‫صالَ ِة‬ َ ‫ُب غ َِس َل فَرْ َجهُ َو تَ َو‬


َّ ‫ضأ لِل‬ ْ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا أ َرا َد‬
ٌُ/Ž ُّ‫أن يَنَا َم َو هُ َو ُجن‬ َ ‫َكانَ النَّبِي‬
Nabi saw apabila akan tidur, sedangkan beliau dalam keadaan junub maka beliau
berwudlu seperti wudlu untuk shalat

3. Contoh hadits taqriry (persetujuan) adalah hadis dari Ibnu Abbas ra,

َ‫ًَا َو أ ْقطًا فَأ َك َل ِمنَ ال َّس ْم ِن َو ِمنَ األ ْق ِط و‬/ً‫صلَّى هللاُ عَل ْي ِه َو َسلَّ َم َس ْمنًا َو أضْ َب‬ َ ِ‫َلَى َرسُوْ ُل هللا‬/َِ‫َت ِإ‬ ْ ‫َّن خَالتَهُ أَ ْهد‬
ِ‫ َولَوْ َكانَ َح َرا ًما َما أُ ِك َل َعلَى َمائِ َد ِة َرسُوْ ُل هللا‬،‫صلَّى هللاُ عَل ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ًََرا َو أ ِك َل َعلَى َمائِ َدتِ ِه‬/ً ‫ب تَ ْقَ ُّذ‬َ ْ‫ك األض‬ َ ‫تَ َر‬
َّ‫صلَّى هللاُ عَل ْي ِه َو َسل َم‬ َ
Bahwa bibinya memberi hadiah kepada Rasulullah saw berupa mentega, daging biawak
dan keju, lalu beliau memakan mentega dan keju dengan meninggalkan daging biawak
karena merasa jijik, tetapi daging itu dimakan di meja makan rasulullah saw, seandainya
haram maka tak akan dimakan di meja Rasulullah saw

4. Contoh hadits sifat, yaitu hadis yang memuat sifat pribadi nabi saw, adalah hadis dari
Anas ra;

َ ‫ير َح َسنُ ْال ِجس ِْم َو َكانَ َش ْع ُرهُ لَي‬


َ‫ْس‬ ِ ‫ص‬ِ َ‫ق‬/َ‫يل َو الَ بِا َْْل‬ َ ‫ًَ لًي‬/ً‫صلَّى هللاُ عَل ْي ِه َو َسلَّ َم َر ْب َعَة‬
ِ ‫ْس بِالطَّ ِو‬ َ ِ‫انَ َرسُوْ ُل هللا‬
ُ ‫بِ َج ْع ٍد َوالَ َسب ٍْط أ ْس َم ُر اللَّون ِإ َذا َم َشى يَتَ َكفَّأ‬
ِ
Rasulullah itu tingginya sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, tubuhnya bagus,
rambutnya tidak keriting dan tidak lurus, warnanya coklat, apabila berjalan rambutnya
bergoyang.

Maka dapat disimpulkan bahwa :


Khabar (‫ ) ْال َخبَ ُر‬berita yang bisa datang dari siapa saja baikd ari nabi saw atau selain nabi
saw, sedangkan hadits (‫ْث‬ ُ ‫ ) ْالح ِدي‬adalah berita yang bersumber dari Nabi saw, sedangkan
Atsar (‫ )األَثَ ُر‬adalah berita yang bersumber selain dari Nabi saw.

Namun perlu diketahui bahwa pembagian di atas adalah pembagian secara umum, karena
Atsar (dalam ilmu musthalahul hadits) terkadang disebut sebagai hadits mauquf,
sedangkan hadits disebut sebagai hadits marfu'.

Istilah mauquf dan marfu' adalah ditujukan kepada dari mana sumber berita tsb diambil.
Jika diambil dari shahabat nabi saw maka disebut hadits mauquf, sedangkan jika diambil
dari nabi saw maka disebut hadits marfu'.

Perbedaan penyebutan hadits marfu' dengan hadits atau hadits mauquf dengan atsar
terjadi dari kebiasaan penyebutan istilah dan berdasarkan pemakaian umum dan khusus
saja.
Tambahan sedikit sebelum melanjutkan.

Mungkin kita pernah mendengar hadits (cerita) israiliyat, apa itu hadits israiliyat ?

Hadits israiliyat adalah suatu cerita/berita yang bersumber dari bani israil dan terkait
dengan kisah-kisah bani israil.

Umumnya, yang disebut hadits israiliyat adalah hadits-hadits yang tidak memiliki sanad
ataupun yang sanadnya mauquf (terhenti) kepada tabi'in dan tidak sampai kepada nabi
saw atau shahabat.

Dapat dikatakan bahwa hadits israiliyat adalah hadits dha'if (lemah) bahkan maudlu'
(palsu) sehingga tidak dapat digunakan sebagai hujjah dalam hal syar'i (hukum islam).

Sanad hadits memiliki peranan yang penting dalam menilai suatu hadits apakah shahih
atau dha'if, sehingga ‘Abdullah ibn Mubarak pernah berkata:

‫ ولوال االسناد لقال من شاء ما شاء‬، ‫االسناد من الدين‬


Isnad itu sebagian dari agama. Tanpanya siapa saja akan mengatakan apa yang dia mau
kata.(Dikeluarkan Imam Muslim di dalam muqaddimah Shahihnya Bab Bayaani Anna al-
Isnada Min Diini, jld.1, h.38)

Sanad atau isnad ini penting bagi memastikan pesan, berita, kisah atau hadits itu sendiri
benar-benar sampai (tsabit) kepada Rasulullah saw.

Namun sanad yang bersambung hingga ke para Sahabat dan Rasulullah saw bukanlah
satu-satunya syarat bagi sebuah hadits itu shahih. Ini disebabkan karena telah adanya
pendusta-pendusta yang berusaha menciptakan "sanad" palsu. 'Ulama hadits lebih
berhati-hati dalam menilai setiap individu yang meriwayatkan hadits itu dan membagi
mereka kepada bermacam kategori.

Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:

‫ فينظر إلى أهل السنة فيؤخذ‬.‫ سموا لنا رجالكم‬:‫ قالوا‬،‫ فلما وقعت الفتنة‬.‫لم يكونوا يسألون عن اإلسناد‬
‫حديثهم وينظر إلى أهل البدع فال يؤخذ حديثهم‬
(Dahulunya) mereka tidak pernah menanyakan tentang isnad/sanad. Akan tetapi setelah
munculnya fitnah, maka mereka berkata 'sebutkanlah para rijalmu (pembawa beritamu)'.
Setelah itu dilihat; apabila mereka termasuk dari Ahlus-Sunah, maka diambil hadisnya;
dan bila dari ahlul bid'ah, maka tidak diambil haditsnya. (Dikeluarkan Imam Muslim di
dalam muqaddimah Shahihnya Bab Bayaani Anna al-Isnada Min Diini, jld.1, hal.38)
__________________
Pemahaman mengenai isnad/sanad

Al-Isnad (‫)اإلسند‬

Al-Isnad (‫ )اإلسند‬artinya "menyandarkan", sebagaimana disebut asnadal hadits ila


qa’ilihi (‫ )أسند الحديث إلي قائله‬yaitu : "menyandarkan hadits kepada pengucapnya".

Ringkasnya isnad adalah rangkaian para perawi (periwayat hadits) yang menghubungkan
kepada matan (teks/isi kandungan hadits).

Satu lagi perkataan yang lebih kurang sama maksudnya dengan perkataan isnad adalah
sanad.

As-Sanad (‫)السند‬

‫( السند‬as-sanad), dari segi bahasa artinya "yang menjadi sandaran" atau "bukit di lereng
gunung". Dalam pengertian ilmu hadits adalah "jalan yang dapat sampai kepada matan",
atau "rangkaian perawi yang sampai kepada matan". [Kamus Istilah-Istilah Hadits, Abdul
Mannan ar-Rasaikh, hal.105]

Dengan demikian, isnad itu sinonim dengan sanad dan tidak ada perbedaan dalam
pemahaman maksud.

Untuk lebih memudahkan memahami istilah sanad/isnad, berikut adalah ilustrasinya :

A : Fulan mengatakan, 'bahwa jika ayam berkokok tandanya fajar telah datang'.
B : Siapa yang beritahu kamu tentang hal tsb ?
A : C yang beritahu aku

kemudian B berjumpa dengan C,


B : C, siapa yang beritahu kamu bahwa Fulan berkata, 'jika ayam berkokok tandanya
fajar telah datang'.
C : D yang beritahu aku

Kemudian B menjumpai D,

B : D, siapa yang beritahu kamu bahwa Fulan berkata, 'jika ayam berkokok tandanya
fajar telah datang'.
D : Aku dengar dari E

Kemudian B menjumpai E,

B : E, siapa yang beritahu kamu bahwa Fulan berkata, 'jika ayam berkokok tandanya fajar
telah datang'.
E : aku dengar sendiri dari Fulan semalam.

Dari ilustrasi di atas dapat dikatakan bahwa sanad hadits (ucapan) tsb awalnya dari A,
dikabarkan dari C, dikabarkan dari D, dikabarkan dari E bahwa E mendengar langsung
dari si Fulan berkata, 'jika ayam berkokok tandanya fajar telah datang'.

Dengan melihat ilustrasi di atas dapat dikatakan bahwa setiap perawi hadits harus
disyaratkan saling bertemu dan melihat/mendengar langsung perbuatan/perkataan dari
sumber berita yaitu si Fulan.

Dalam musthalahul hadits, kondisi di atas disebut : musnad mutashil, yaitu sanad yang
bersambung sampai kepada sumber berita.

Ilustrasi di atas hanya mengambarkan kondisi rawi-rawi (para periwayat) dalam 1 kurun
waktu/generasi, hal ini akan menjadi sulit ketika terjadi perbedaan masa hidup atau
generasi dari masing2 rawi. Untuk itu diperlukan suatu parameter lain yang dapat
dipercaya untuk menguji kebenaran berita/kabar tsb.
__________________
HADITS SHAHIH

Definisi Hadits Shahih


‫ ِم ْن َغي ِْر ُش ُذوْ ٍذ َو الَ ِعلَّ ٍة‬،ُ‫ ع ْ َِن ْال َع ْد ِل الضَّابِ ِط إِلَى ُم ْنتَهَاه‬،‫ بِن ْق ِل ْال َع ْد ِل الضَّابِ ِط‬،ُ‫ص ُل إِ ْسنَا ُده‬
ِ َّ‫ ْال ُمت‬،ُ‫هُ َو ال ُم ْسنَد‬
Hadits sahih adalah hadits yang musnad, bersambung sanadnya, dengan penukilan
seorang yang adil dan dlabith dari orang yang adil dan dlabith sampai akhir sanad, tanpa
ada keganjilan dan cacat.

Untuk memudahkan memahami definisi tersebut, dapat dikatakan, bahwa hadis shahih
adalah hadits yang mengandung syarat-syarat berikut;
Quote:
Syarat hadits dikatakan shahih adalah :
1. Hadisnya musnad
2. Sanadnya bersambung
3. Para rawi (periwayat)nya adil dan dlabith
4. Tidak ada syadz (keganjilan)
5. Tidak ada 'illat (cacat)

Haditsnya Musnad, maksudnya hadits tersebut dinisbahkan kepada nabi saw dengan
disertai sanad.

Sanadnya bersambung, bahwa setiap rawi (periwayat) dalam sanad hadits tsb
mendengar hadits itu secara langsung dari gurunya/orang yang menyampaikan hadits
tsb kepadanya.

Para rawi (periwayat)-nya adil dan dhabith, yaitu setiap (rawi) periwayat di dalam
sanad itu memiliki sifat adil dan dhabith. Adil adalah sifat yang membawa seseorang
untuk memegang teguh taqwa dan kehormatan diri, serta menjauhi perbuatan buruk,
seperti syirik, kefasikan dan bid’ah. Sedangkan dlabith (akurasi/kekuatan hapalan),
adalah kemampuan seorang rawi untuk menghafal hadits dari gurunya, sehingga
apabila ia mengajarkan hadits dari gurunya itu, ia akan menga-jarkannya dalam bentuk
sebagaimana yang telah dia dengar dari gurunya/orang yang menyampaikan hadits tsb
kepadanya.

Tidak ada syadz (keganjilan). Syadz secara bahasa berarti yang tersendiri, secara
istilah berarti hadits yang diriwayatkan oleh seorang periwayat bertentangan dengan
hadits dari periwayat lain yang lebih kuat darinya.

Tidak ada 'illat, dimana di dalam hadis tidak terdapat cacat tersembunyi yang merusak
keshahihan hadis.

Dari kriteria di atas, maka matan hadits bukanlah salah satu kajian utama untuk
menentukan keshahihan suatu hadits.
Itulah 5 kriteria utama yang diterapkan oleh 'ulama hadits untuk menilai derajat suatu
hadits.

Untuk menilai rawi-rawi dalam suatu sanad hadits diperlukan biografi masing-masing
rawi-rawi hadits.

Untuk download kitab-kitab yang membahas rawi-rawi hadits dapat di download di :


http://www.almeshkat.net/books/list.php?cat=23

Contohnya adalah tarikhul kabir : http://www.almeshkat.net/books/open.php?


cat=23&book=456
yang merupakan kitab kumpulan rawi-rawi yang disusun oleh imam Bukhari

atau tahdzib at-tahdzib : http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=23&book=458

yang merupakan kumpulan rawi yang disusun oleh ibnu Hajar Asqalani
erikut adalah kitab-kitab yang membahas Biografi para perawi berdasarkan thabaqat :

a. Kitab Ath-Thabaqat, karya Muhammad bin ‘Umar Al-Waqidi (wafat tahun 207 H).
Ibnu Nadim telahmenyebutkannya dalam kitab Al-fahrasaat. Dan Muhammad bin Sa’ad,
juru tulis Al-Waqidi, dalam bukunya Ath-Thabaqat Al-Kubra banyak menukil dari kitab
tersebut.

b. Kitab Ath-Thabaqat Al-Kubraa, karya Muhammad bin Sa’ad (wafat tahun 230 H),
dicetak dalam 14 jilid.

c. Kitab Thabaqat Ar-Ruwat, karya Khalifah bin Khayyath (wafat tahun 240 H).Ibnu
Hajar mengambil darinya, dan terdapat manuskripnya hingga kini.

d. Kitab Ath-Thabaqaat, karya Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi (wafat tahun 261 H)
dan tedapat manuskripnya hingga kini.

e. Kitab Ath-Thabaqat, karya Abu Bakar Ahmad bin Andillah Al-Barqi (wafat tahun 270
H), mengambil darinya Ibnu Hajar dalam Tahdzib Al-tahdzib.

f. Kitab Thabaqat Al-Muhadditsiin, karya Abul-Qasim Maslamah bin Qasim Al-Andalusi


(wafat tahun 353 H).

g. Kitab Thabaqat Al-Muhadditsiin bi Ashbahan wal Wariidina ‘Alaiha, karya Abu


Syaikh bin Hayyan Al-Anshary (wafat tahun 369 H) dan terdapat manuskripnya hingga
kini.

h. Kitab Thabaqaat Al-Muhadditsiin, karya Abul-Qasim Abdurrahman bin Mandah


(wafat tahun 470 H).

Banyak karya yang sudah hilang, dan yang sampai ke tangan kita hanya sebagian kecil
saja. Dan yang paling tinggi nilainya adalah kitab Ath-Thabaqat Al-Kubra karya Ibnu
Sa’ad.

Dan di antara para penyusun ada yang menulis berdasarkan negeri-negeri, seperti :

a. Tarikh Naisabur, karya Imam Muhammad bin Abdillah Al-Hakim An-Naisabury


(wafat tahun 405 H), dia termasuk kitab yang hilang.

b. Tarikh Baghdad, karya Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Baghdadi yang dikenal dengan
Al-Khathib Al-Baghdadi (wafat tahun 463 H), dicetak, dan dia termasuk kitab yang
paling menonjol dan paling banyak manfaatnya.

c. Tarikh Dimasyq, karya seorang ahli sejarah Ali bin Al-Husain yang dikenal dengan
Ibnu ‘Asakir Ad-Dimasyqi (wafat tahun 571 H).

Untuk Biografi para shahabat Rasulullah saw :

a. Kitab Ma’rifat Man Nazala minash-Shahabah Sa’iral-Buldan, karya Imam Ali bin
Abdillah Al-Madini (wafat tahun 234 H). Kitab ini tidak sampai kepada kita.

b. Kitab Tarikh Ash-Shahabah, karya Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari (wafat tahun
245 H). Kitab ini juga tidak sampai kepada kita.

c. Al-Isti’ab fii Ma’rifaatil-Ashhaab, karya Abu ‘Umar bin Yusuf bin Abdillah yang
masyhur dengan nama Ibnu ‘Abdil-Barr Al-Qurthubi (wafat tahun 463 H). dan telah
dicetak berulang kali, di dalamnya terdapat 4.225 biografi shahabat pria maupun wanita.

d. Ushuudul-Ghabah fii Ma’rifati Ash-Shahabah, karya ‘Izzuddin Bul-Hasan Ali bin


Muhammad bin Al-Atsir Al-Jazari (wafat tahun 630 H), dicetak, di dalamnya
terdapat.7554 biografi.

e. Tajrid Asmaa’ Ash-Shahabah, karya Al-Hafidh Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad


bin Ahmad Adz-Dzahabi (wafat tahun 748 H), telah dicetak di India.

f. Al-Ishaabah fii Tamyiizi Ash-Shahaabah, karya Syaikhul-Islam Al-Imam Al-Hafidh


Syihabuddin Ahmad bin Ali Al-Kinani, yang masyhur dengan nama Ibnu Hajar
Al-‘Asqalani (wafat tahun 852 H). Dan dia adalah orang yang paling banyak melalukan
pengumpulan dan penulisan. Jumlah kumpulan biografi yang terdapat dalam Al-Ishaabah
adalah 122.798, termasuk dengan pengulangan, karena ada perbedaan pada nama
shahabat atau ketenarannya dengan kunyah-nya, gelar, atau semacamnya; dan termasuk
pula mereka yang disebut shahabat, namun ternyata bukan.
__________________
ontoh Hadits Shahih

Hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari di dalam kitab Shahih-nya :

‫ َكانَ النَّبِي‬: ‫ قَا َل‬،‫ضي هَّللا َع ْنهُ ْم‬ ِ ‫َِس ْبنَ َمالِ ٍك َر‬ ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ْت أبِي قَا َل‬
َِ /َ ‫ْت أن‬ ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ قَا َل‬،ُ‫ َح َدثَنَا ُم ْعتَ ِمر‬،‫ٌُُد‬/Ž ‫َح َدثَنَا ُم َس َّد‬
َ ِ‫ َو أ ُعوْ ُذ ب‬،‫ َو ْالهَ َر ِم‬،‫ َو ْال ُجب ِْن‬،‫وال َك َس ِل‬
‫ك ِم ْن فِ ْتنَ ِة‬ ْ ،‫ك ِم ْن ْال َعجْ ِز‬
َ ِ‫ اللَّهُ َّم إِنّي َأ ُعوْ ُذ ب‬: ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُقوْ ُل‬َ
َ َْ
‫قب ِْر‬/‫ب اْل‬ َ
ِ ‫ك ِمن َعذا‬ْ ُ
َ ِ‫ أ ُعوْ ذ ب‬،‫ت‬ ِ ‫ْال َمحْ يَا َو ال َم َما‬
ْ
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Mu’tamir,
ia berkata; Aku mendengar ayahku berkata; Aku mendengar Anas bin Malik ra berkata,
Rasulullah saw berdo’a : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu perlindungan dari
kelemahan, kemalasan, sifat pengecut dan dari kepikunan, dan aku memohon kepada-Mu
perlindungan dari fitnah (ujian) di masa hidup dan mati, dan memohon kepada-Mu
perlindungan dari azab di neraka"
Hadits tersebut di atas telah memenuhi persyaratan sebagai hadis shahih, karena :

1. Ada sanadnya hingga kepada Rasulullah saw (dimulai dari Al-Bukhari yang menerima
hadits dari Musaddad, dari Mu'tamir, dari ayah Mu'tamir, dari Anas bin Malik, dari
Rasulullah saw).
2. Ada persambungan sanad dari awal sanad hingga akhir sanad, dimana Anas bin Malik
adalah seorang shahabat, telah mendengarkan hadits dari nabi saw. Sulaiman bin
Tharkhan (ayah Mu’tamir), telah menyatakan menerima hadits dengan cara mendengar
dari Anas. Mu’tamir, menyatakan menerima hadits dengan mendengar dari ayahnya.
Demikian juga guru imam Bukhari yang bernama Musaddad, ia menyatakan telah
mendengar dari Mu’tamir, dan Bukhari -semoga allah merahmatinya- juga menyatakan
telah mendengar hadits ini dari gurunya.
3. Terpenuhi keadilan dan kedhabitan dalam para periwayat di dalam sanad, mulai dari
shahabat, yaitu Anas bin Malik ra hingga kepada orang yang mengeluarkan hadits, yatu
imam Bukhari dimana :
a. Anas bin Malik ra, beliau termasuk salah seorang shahabat Nabi saw, dan semua
shahabat dinilai adil.
b. Sulaiman bin Tharkhan (ayah Mu’tamir), dia tsiqah 'abid (terpercaya lagi ahli ibadah).
c. Mu’tamir, dia tsiqah (terpercaya)
d. Musaddad bin Masruhad, dia tsiqah hafidz (terpercaya dan terjaga hapalannya)
e. imam Bukhari –penulis kitab as-Shahih-, namanya adalah Muhammad bin Isma’il al-
Bukhari, dia dinilai sebagai jabal al-hifdzi (gunungnya hafalan), dan amirul mu’minin fil
hadits.
4. Hadits ini tidak syadz (bertentangan dengan riwayat lain yang lebih kuat)
5. Hadits ini tidak ada 'illat-nya

Dengan demikian jelaslah bahwa hadits tersebut telah memenuhi syarat-syarat hadits
shahih, Karena itulah imam Bukhari menampilkan hadits ini di dalam kitabnya ash-
Shahih.
__________________
HADITS HASAN

Definisi (ta'rif)

‫ضب ِْط بِ َما الَ يَ ْخ ِر ُجهُ ع َِن‬


َّ ‫ْح فِي ال‬
ِ ‫َّحي‬ ِ ‫ضهُ ْم ُدوْ نَ َر‬
ِ ‫اوي الص‬ َّ َّ‫َما ا ْستوْ فَى ُشرُوْ طُ الصِّ َح ِة إِال‬
َ ‫أن أ َح َد ُر َواتِ ِه أوْ بَ ْع‬
‫اج بِ َح ِد ْيثِ ِه‬
ِ ‫َحي ِِّز اإلحْ تِ َج‬
Adalah hadits yang memenuhi syarat sebagai hadis shahih, hanya saja kualitas dhabth
(keakuratan/kekuatan hapalan) salah seorang atau beberapa orang rawinya berada di
bawah kualitas rawi hadiys shahih, tetapi hal itu tidak sampai mengeluarkan hadits
tersebut dari kebolehan berhujjah dengannya.
Hadits seperti ini disebut hasan li dzatihi (hasan karena dzatnya)

Penjelasan Definisi

Hadits hasan harus memenuhi syarat sebagai hadits shahih kecuali sifat dhabth. Dalam
hal ini syarat hadits shahih adalah :

1. Hadisnya musnad
2. Sanadnya bersambung
3. Para rawi (periwayat)nya adil dan dhabith
4. Tidak ada syadz (keganjilan)
5. Tidak ada 'illat (cacat)

Sedangkan syarat dhabth (kekuatan hapalan) menjadi titik pembeda antara keduanya.
Rawi hadits hasan tingkat dhabth-nya berada di bawah kualitas rawi hadits shahih.

Periwayat hadits hasan biasanya disebut dengan istilah, shaduq (jujur), Ma’mun
(dipercaya), mahalluhu ash-shidq (ia tempatnya kejujuran),laa ba’sa bihi (tidak apa-apa),
tsiqah yukhthi’ (terpercaya tetapi suka salah), atau shaduq lau awham (jujur tetapi
diragukan)

Istilah-istilah di atas adalah untuk menunjukkan sifat seorang rawi yang masih dapat
dipercaya dalam haditsnya tetapi kurang kuat hapalannya namun tidak pernah berdusta
dalam meriwayatkan suatu hadits.

Contoh hadits hasan; Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Quththan di dalam Ziyadah
‘ala Sunan Ibni Majah (2744) dengan jalan

‫ٌُُر‬/Ž ‫صلَّى هللاُ عَل ْي ِه َو َسلَّ َم ُك ْف‬


َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ قَا َل‬،‫ ع َِن أبِ ْي ِه ع َِن َج ِّد ِه‬،‫ب‬ ٍ ‫ ع َِن َع ْمرُوْ ب ِْن ُش َع ْي‬،‫يَحْ َي ب ِْن َس ِع ْي ٍد‬
‫ٌُُن‬Ž/ ‫ َو َسنَ َدهُ َح َس‬،‫ق‬
َّ ‫ َو إِ ْن َد‬،ُ‫ أوْ َج َّح َده‬، ُ‫ْرفُه‬ِ ‫ب الَ يَع‬ َ ‫ئ ا َّدعَا نَ َس‬ ٍ ‫بِا ْم ِر‬
Yahya bin Sa’id, dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, berkata; Rasulullah
saw bersabda : “kafirlah orang yang mengaku-ngaku nasab orang yang tidak
diketahuinya, atau menolak nasab (yang sebenarnya), meskipun samar”.

Hadits ini sanadnya hasan, karena di dalam sanad hadits ini terdapat Amr bin Syu’aib bin
Muhammad bin Abdullah bin Amr bin al-Ash. al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab at-
Taqrib (2/72) mengatakan, bahwa ia adalah shaduq.

Dari segi hukumnya, baik hadits shahih ataupun hadits hasan tergolong kepada hadits
maqbul (yang diterima dan diamalkan).
HADITS DHA'IF
Definisi

‫ف ْق ِد َش َر ٍط ِم ْن ُشرُوْ ِط ِه‬/ََِ‫ت ْالقُبُوْ ِل ِب‬ ِ ‫َما لَ ْم يَجْ َم ْع‬


ِ ‫صفَا‬
Apabila tidak terkumpul sifat-sifat (yang menjadikannya dapat) diterima (shahih), karena
hilangnya salah satu dari syarat-syarat (hadits sahih)

Penjelasan Definisi

Tidak terkumpul sifat-sifat yang menjadikannya dapat diterima; syarat diterima suatu
hadits, sebaimana yang telah dibahas, antara lain;
1. Haditsnya musnad
2. Sanadnya bersambung
3. Para rawi (periwayat)nya adil dan dhabith
4. Tidak ada syadz (keganjilan)
5. Tidak ada 'illat (cacat)

Hilangnya salah satu syarat diterimanya hadits adalah :

a. Apabila hilang syarat yang pertama, maka hadis itu tidak bisa dinisbahkan kepada nabi
saw, melainkan disandarkan kepada shahabat (mauquf), tabi’in (maqthu') atau tabi’
tabi’in, sesuai dengan nama yang tercantum di dalam sanad tersebut.

b. Apabila tidak terpenuhi syarat kedua, maka hadits itu dinamakan mursal.

c. Apabila tidak terpenuhi bagian pertama dari syarat yang ketiga, yaitu sifat ‘adil, maka
hadits itu termasuk matruk atau maudlu’, dan jika tidak ada syarat ketiga bagian yang
kedua yaitu dlabth maka hadis tersebut disebut dla’if, matruk, atau bahkan maudlu’ yang
disebabkan oleh kelemahan rawi.

d. Apabila hilang syarat yang keempat, maka hadis itu dinamakan syadz atau matruk

e. Dan apabila tidak memenuhi syarat yang kelima, maka hadis itu dinamakan mu’allal.
Quote:
Originally Posted by Sikhasep Jr
HADITS SHAHIH

Definisi Hadits Shahih


َ‫ ِم ْن َغي ِْر ُش ُذوْ ٍذ َو ال‬،ُ‫ ع ْ َِن ْال َع ْد ِل الضَّابِ ِط إِلَى ُم ْنتَهَاه‬،‫ بِن ْق ِل ْال َع ْد ِل الضَّابِ ِط‬،ُ‫ص ُل إِ ْسنَا ُده‬
ِ َّ‫ ْال ُمت‬،ُ‫هُ َو ال ُم ْسنَد‬
‫ِعلَّ ٍة‬
Hadits sahih adalah hadits yang musnad, bersambung sanadnya, dengan penukilan
seorang yang adil dan dlabith dari orang yang adil dan dlabith sampai akhir sanad,
tanpa ada keganjilan dan cacat.

Untuk memudahkan memahami definisi tersebut, dapat dikatakan, bahwa hadis shahih
adalah hadits yang mengandung syarat-syarat berikut;

Itulah 5 kriteria utama yang diterapkan oleh 'ulama hadits untuk menilai derajat suatu
hadits.

Untuk menilai rawi-rawi dalam suatu sanad hadits diperlukan biografi masing-masing
rawi-rawi hadits.

Untuk download kitab-kitab yang membahas rawi-rawi hadits dapat di download di :


http://www.almeshkat.net/books/list.php?cat=23

Contohnya adalah tarikhul kabir : http://www.almeshkat.net/books/open.php?


cat=23&book=456

yang merupakan kitab kumpulan rawi-rawi yang disusun oleh imam Bukhari

atau tahdzib at-tahdzib : http://www.almeshkat.net/books/open.php?


cat=23&book=458

yang merupakan kumpulan rawi yang disusun oleh ibnu Hajar Asqalani

You might also like