You are on page 1of 29

Tekstil

Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk dengan
cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam
pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun ada sedikit
perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang
terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa
digunakan.

Bahan pewarna

Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna yang
memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya
memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan
menggunakanmordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna.

Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang
tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat
larut, dan tidak memiliki afinitas terhadap substrat.

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa, khususnya di India dan Timur Tengah, pewarna telah
digunakan selama lebih dari 5000 tahun. Bahan pewarna dapat diperoleh
dari hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan ini tidak
memerlukan proses pengolahan yang rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan pewarna
adalah tumbuhan, khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu,daun, dan kayu. Sebagian
dari pewarna ini digunakan dalam skala komersil.

Pewarna organik

Pewarna organik pertama yang dibuat oleh manusia adalah mauveine. Pewarna sintetik ini
ditemukan oleh William Henry Perkin pada tahun 1856. Sejak itu, berbagai jenis pewarna
sintetik berhasil disintesis.

Pewarna sintetik secara cepat menggantikan peran dari pewarna alami sebagai bahan
pewarna. Hal ini disebabkan karena biaya produksinya yang lebih murah, jenis warna yang
lebih banyak, dan kemampuan pewarnaan yang lebih baik. [1] Pewarna sintetik
diklasifikasikan berdasarkan cara penggunaan di proses pewarnaan. Secara umum, pewarna
sintetik digolongkan sebagai pewarna asam, pewarna basa,pewarna direct, pewarna
mordant, pewarna vat, pewarna reaktif, pewarna disperse, pewarna azo, dan pewarna sulfur.

Pewarna makanan

Jenis lain penggunaan bahan pewarna adalah sebagai bahan pewarna makanan. Pewarna
makanan digolongkan sebagai aditif makanansehingga diproduksi dengan standar tinggi-tidak
seperti pewarna untuk industri. Pewarna makanan dapat berupa pewarna
jenis direct,mordant dan vat, dan penggunaannya secara ketat dikontrol hukum. Pewarna
makanan dapat juga berasal dari alam.
Bahan pewarna penting lainnya

Selain penggolongan yang disebutkan di atas, terdapat pula penggolongan bahan pewarna
sebagai berikut:

 Oksidasi basa, terutama untuk rambut dan bulu

 Pewarna kulit, untuk bahan kulit

 Pencerah floresens, untuk serat tekstil dan kertas

 Pewarna solven, untuk kayu, solven tinta

 Pewarna karbin, metode pewarnaan yang baru dikembangkan untuk mewarnai


berbagai jenis substrat.

Klasifikasi secara kimia

Berdasarkan kromofornya, pewarna dibagi menjadi:[2]

 Kategori:pewarna akridin, senyawa turunan akridin

 Kategori:pewarna antrakuinon, senyawa turunan antrakuinon

 Pewarna arylmetan

 Kategori:pewarna diarilmetan, berdasarkan difenil metan

 Kategori:pewarna triarilmetan, senyawa turunan trifenil metan

 Kategori:pewarna azo, berdasarkan struktur -N=N- azo

 Pewarna sianin, senyawa turunan ptalosianin

 Pewarna Diazonium, berdasarkan garam diazonium

 Pewarna nitro, berdasarkan gugus fungsional nitro -NO2

 Pewarna nitroso, berdasarkan gugus fungsional nitroso -N=O

 Pewarna ptalosianin, senyawa turunan ptalosianin

 Pewarna kuinon-imin, senyawa turunan kuinon

 Kategori:pewarna azin

 Kategori:pewarna eurodin

 Kategori:pewarna safranin, senyawa turunan safranin

 Indamin

 Kategori:pewarna indofenol, senyawa turunan indofenol


 Kategori:pewarna oksazin, senyawa turunan oksazin

 Pewarna Oksazon, senyawa turunan oksazon

 Kategori:pewarna tiazin, senyawa turunan tiazin

 Kategori:pewarna tiazol, senyawa turunan tiazol

 Pewarna Xantene, senyawa turunan xantene

 Pewarna fluorin, senyawa turunan fluorin

 Pewarna pironin

 Kategori:pewarna fluoron, berdasarkan fluoron

 Kategori:pewarna rodamin, senyawa turunan rodamin

Batik Print
Batik print merupakan salah satu jenis batik yang baru muncul. Tidak diketahui pasti kapan
mulai dikenal, tetapi kini menjadi produksi batik dengan jumlah paling banyak jika dibanding
batik cap apalagi batik tulis.
Teknik pembuatan batik print relatif sama dengan produksi sablon, yaitu menggunakan
klise(kassa) untuk mencetak motif batik di atas kain. proses pewarnaannya sama dengan
proses pembuatan tekstil biasa yaitu dengan menggunakan pasta yang telah dicampur
pewarna sesuai keinginan, kemudian diprintkan sesuai motif yang telah dibuat. Jenis batik ini
dapat diproduksi dalam jumlah besar karena tidak melalui proses penempelan lilin dan
pencelupan seperti batik pada umumnya, hanya saja motif yang dibuat adalah motif batik.
oleh karena itu batik print merupakan salah satu jenis batik yang fenomenal, kemunculannya
dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena dianggap merusak tatanan
dalam seni batik, sehingga mereka lebih suka menyebutnya kain bermotif batik.
Secara kasat mata kita dapat membedakan batik print dan batik tulis/cap dengan melihat
permukaan di balik kain, biasanya kain batik print warnanya tidak meresap ke seluruh serat
kain, dan hanya menempel pada permukaan kain, sehingga di balik kain masih terlihat sedikit
berwarna putih.
Belakangan muncul perkembangan baru pada batik print, dengan adanya metode print
malam.Metode ini dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. pada print malam,
materi yang di printkan pada kain adalah malam (lilin) dan bukan pasta seperti batik print
konvensional. setelah malam menempel, kemudian kain tersebut melalui proses pencelupan
seperti pembuatan batik pada umumnya.
PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH TEKSTIL
APAKAH LIMBAH TEKSTIL ITU ?
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses
penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan
proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang lebih
banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis.
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan
tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1
sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk
lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari
25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah
produksi kecil batik tradisional belum ditemukan.

PROSES PEMBUATAN TEKSTIL


Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstil dengan menggunakan
serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi benang. Pemintalan
mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan
maupun kapas dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan
adalah pati, perekat gelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa
(CMC). Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.
Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati) atau hanya air
(untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapat memakai enzim. Sering pada
waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan pengikisan (pemasakan) dengan larutan
alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi
dengan perendaman dalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam
untuk meningkatkan kekuatannya.
Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetat dan asam borat
akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan. Kapas memerlukan
pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan (seperti pendidihan dengan soda
abu dan peroksida).
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan memakai proses
kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun. Di Indonesia denim biru
(kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara kegiatan pemberian warna. Pencetakan
memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa.
SUMBER LIMBAH
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia
pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya
memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan
merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang
menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses
ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban
pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan
pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan
lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam. Di Indonesia zat warna berdasar
logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih
sedikit daripada pewarnaan.
JENIS LIMBAH
1. Logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn.
2. Hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing)
3. Pigmen, zat warna dan pelarut organic
4. Tensioactive (surfactant)

PENANGANAN LIMBAH
1. Langkah pertama untuk memperkecil beban pencemaran dari operasi tekstil adalah
program pengelolaan air yang efektif dalam pabrik, menggunakan :
○ Pengukur dan pengatur laju alir
○ Pengendalian permukaan cairan untuk mengurangi tumpahan
○ Pemeliharaan alat dan pengendalian kebocoran
○ Pengurangan pemakaian air masing-masing proses
○ Otomatisasi proses atau pengendalian proses operasi secara cermat
○ Penggunaan kembali alir limbah proses yang satu untuk penambahan (make-
up) dalam proses lain (misalnya limbah merserisasi untuk membuat penangas
pemasakan atau penggelantangan)
○ Proses kontinyu lebih baik dari pada proses batch (tidak kontinyu)
○ Pembilasan dengan aliran berlawanan
2. Penggantian dan pengurangan pemakaian zat kimia dalam proses harus diperiksa pula
:
○ Penggantian kanji dengan kanji buatan untuk mengurangi BOD
○ Penggelantangan dengan peroksi da menghasilkan limbah yang kadarnya
kurang kuat daripada penggelantangan pemasakan hipoklorit
○ Penggantian zat-zat pendispersi, pengemulsi dan perata yang menghasilkan
BOD tinggi dengan yang BOD-nya lebih rendah.
3. Zat pewarna yang sedang dipakai akan menentukan sifat dan kadar limbah proses
pewarnaan. Pewarna dengan dasar pelarut harus diganti pewarna dengan dasar air
untuk mengurangi banyaknya fenol dalam limbah. Bila digunakan pewarna yang
mengandung logam seperti krom, mungkin diperlukan reduksi kimia dan
pengendapan dalam pengolahan limbahnya. Proses penghilangan logam menghasilkan
lumpur yang sukar diolah dan sukar dibuang. Pewarnaan dengan permukaan kain
yang terbuka dapat mengurangi jumlah kehilangan pewarna yang tidak berarti.
4. Pengolahan limbah cair dilakukan apabila limbah pabrik mengandung zat warna,
maka aliran limbah dari proses pencelupan harus dipisahkan dan diolah tersendiri.
Limbah operasi pencelupan dapat diolah dengan efektif untuk menghilangkan logam
dan warna, jika menggunakan flokulasi kimia, koagulasi dan penjernihan (dengan
tawas, garam feri atau poli-elektrolit). Limbah dari pengolahan kimia dapat dicampur
dengan semua aliran limbah yang lain untuk dilanjutkan ke pengolahan biologi.
Jika pabrik menggunakan pewarnaan secara terbatas dan menggunakan pewarna tanpa krom
atau logam lain, maka gabungan limbah sering diolah dengan pengolahan biologi saja,
sesudah penetralan dan ekualisasi. Cara-cara biologi yang telah terbukti efektif ialah laguna
aerob, parit oksidasi dan lumpur aktif. Sistem dengan laju alir rendah dan penggunaan energi
yang rendah lebih disukai karena biaya operasi dan pemeliharaan lebih rendah. Kolom percik
adalah cara yang murah akan tetapi efisiensi untuk menghilangkan BOD dan COD sangat
rendah, diperlukan lagi pengolahan kimia atau pengolahan fisik untuk memperbaiki daya
kerjanya.
Untuk memperoleh BOD, COD, padatan tersuspensi, warna dan parameter lain dengan kadar
yang sangat rendah, telah digunakan pengolahan yang lebih unggul yaitu dengan
menggunakan karbon aktif, saringan pasir, penukar ion dan penjernihan kimia.
PEMANFAATAN LIMBAH
Industri tekstil tidak banyak menghasilkan banyak limbah padat. Lumpur yang dihasilkan
pengolahan limbah secara kimia adalah sumber utama limbah pada pabrik tekstil. Limbah
lain yang mungkin perlu ditangani adalah sisa kain, sisa minyak dan lateks. Alternatif
pemanfaatan sisa kain adalah dapat digunakan sebagai bahan tas kain yang terdiri dari
potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga digunakan sebagai isi bantal dan boneka
sebagai pengganti dakron.
Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan saringan plat atau
saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak mengandung krom atau logam
lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah. Jika lumpur mengandung logam, maka ia harus
disimpan ditempat yang aman, sampai ada suatu tempat pengolahan limbah berbahaya yang
dikembangkan di Indonesia, dan yang ada pada saat ini adalah Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B-3) di Cilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Daur Ulang Malam


Pada umumnya para pembatik dapat mendaur ulang sisa malam yang telah digunakan
menjadi malam baru yang dapat dipakai kembali. Setelah batik dilorod (direbus), maka
malam akan terlepas dari kain dan terdapat di permukaan air. Hal ini terjadi karena malam
(lilin) yang merupakan lemak memiliki massa jenis lebih kecil dari air. Jika air telah dingin
maka malampun akan beku dan dapat diambil. Diusahakan air yang terbawa seminimal
mungkin, kemudian malam bekas tersebut dicampur dengan BPM (Paraffin/kendal) yang
merupakan sisa/ampas dari pembuatan minyak goreng. Bahan lainnya adalah Gondorukem
yaitu getah pohon pinus. Jika ingin membuat batik dengan motif garis yang sangat tipis dan
halus (ngawat) maka dapat dicampur dengan damar yaitu getah dari pohon meranti. Semua
bahan tersebut direbus hingga larut semua yaitu sekitar 5-7 jam. Setelah itu malam yang telah
jadi dicetak dan siap digunakan.
Jenis kain seragam berdasarkan proses pembuatannya

Pada bahasan kemarin saya memberikan tips untuk mengenali jenis kain berdasarkan asal
bahan, Kali ini saya akan mencoba membahas sedikit mengenai jenis kain berdasarkan proses
pembuatannya secara sederhana, yang sering di pakai dalam pembuatan seragam kerja supaya
kita dapat dan sesuai dalam menggunakan jenis kain baik untuk kebutuhan seragam ataupun
kebutuhan lainnya.

A. Kain dengan proses di Tenun.

1. Kain Polos / Plat / Plain


-Kain dengan anyaman ini paling sering di pakai karena memiliki permukaan kain yang rata
karena anyamannya berpola naik turun antar benangnya, bagian depan dan belakangnya
terlihat sama, kain dengan tenunan jenis ini mempunyai daya mengkeret lebih tinggi di
banding dengan tenunan lainnya dan kekuatan sobeknya rendah. Kalau untuk seragam kerja
kain ini lebih sering di pakai untuk membuat kemeja kantor, kemeja formal, kemeja PDH,
blazer, Jas dan lainnya.
2. Kain Drill / Twill
- Kain drill memiliki permukaan kain terlihat garis garis diagonal, permukaan kain antara
bagian depan dan belakang berbeda, tenunannya lebih rapat dan kuat. Kain drill ini lebih
lembut dan tahan kusut. Dalam pembuatan seragam kerja kain drill ini lebih banyak di
gunakan untuk kemeja lapangan, kemeja mekanik, kemeja sales, berbagai jenis celana, jacket
dan lainnya.

3. Kain Satin
- Kain satin ini permukaannya rata dan licin, berkilau karena sifatnya yang bisa memantulkan
cahaya, tenunan rapat namun kurang kuat karena floatnya panjang sehingga mudah putus jika
di tarik, ketahan gosoknya rendah. Kain jenis ini lebih sering di gunakan untuk pembuatan
gaun- gaun, kain pelapis / puring, kain penghias rumah dan lainnya.

B. Kain dengan proses di Rajut.

1. Kain Rajut Polos / Single Knit


- Memiliki permukaan kain yang rata, untuk bagian atas dan bawah kain ini berbeda,
memiliki sifat strech ke arah panjang dan lebar, pada permukaan kain atas terlihat jeratan
kanan dan pada bagian bawah terlihat jeratan kiri,bila di potong bagisan pinggir kain
cenderung meluntung dan jeratan kain mudah lepas apabila benang rajut putus. Kain jenis ini
sering di pakai untuk kaos oblong, kaos promosi, kaos santai, poloshirt dan lainnya.

2. Kain Rajut Rib


- Kain ini memiliki double muka bagian atas dan bawah terlihat sama, memiliki daya
elastisitas yang tinggi, memiliki strech kearah lebar dan panjang. Kain Rib ini sering di
gunakan untuk Rib leher, manset tangan, hem bawah pada bahan rajut, pembuatan sweater
dan lainnya.

3. Kain Rajut Rangkap / Double knit / DK


- Kain ini permukaan atas dan bawah sama, kokoh struktur kain rapat, ketahanan dan
stabilitasnya baik, tidak mudah melentur, tidak bergelombang pada awal rajutan ataupun
potongan kain. Kain ini biasanya sering di pakai untuk pembuatan seragam olahraga, pakaian
bayi, kaos oblong fashion dan lainnya.

Mungkin itu saja yang bisa saya bahas pada kesempatan ini, karena masih ada beberapa jenis
kain lagi yang belum saya bahas berdasarkan proses pembuatannya dan akan saya bahas pada
kesempatan lainnya.

DAUR ULANG LIMBAH GARMEN

1. PENDAHULUAN
Di wilayah Bandung terdapat lebih dari 300 perusahaan tekstil yang tersebar di tiga wilayah,
yaitu di Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi. Di Kabupaten Bandung
industri tekstil terkonsentrasi di tiga wilayah, yaitu wilayah timur (sepanjang Jalan Cileunyi-
Cicalengka-Majalaya), wilayah tengah (sepanjang Jalan Mohammad Toha–Dayeuhkolot–
Majalaya), dan wilayah barat (sekitar Nanjung dan Padalarang). Di Kota Cimahi, lokasi
industri tekstil terkonsentrasi di sekitar Leuwigajah. Untuk wilayah Kota Bandung
penyebaran industri tekstil berbeda dengan penyebaran dengan Kabupaten Bandung maupun
Kota Cimahi. Di Kota Bandung, penyebarannya cenderung tidak terkonsentrasi dalam satu
sentra.
Daerah Majalaya selama ini sudah dikenal sebagai sentra penghasil tekstil sejak tahun 1950-
an yang mampu menghasilkan aneka ragam produk tekstil seperti sarung, kain untuk bahan
pakaian, handuk, benang, kain kasur dan lain-lain. Saat itu betul-betul merupakan masa
keemasan bagi Majalaya. Bahkan saking makmur dan terkenalnya tekstil Majalaya, kota ini
pun mendapat julukan baru sebagai Kota Dollar. Kemajuan dan ketenaran Majalaya sebagai
kota kecil penghasil industri tekstil membuat kepincut Wakil Presiden RI saat itu, Bung
Hatta, untuk meninjau secara langsung keberadaan industri tekstil di Majalaya.
Saat ini, peralatan produksi yang digunakan para pengusaha umumnya bervariasi mulai dari
aplikasi teknologi alat tenun bukan mesin (ATBM) hingga mesin tenun modern. Dan dari
data Persatuan Pengusaha Tekstil Majalaya (PPTM), anggota PPTM yang tercatat adalah 220
perusahaan namun yang aktif hanya 52 perusahaan dengan tingkat utilisasi mesin sekitar
60%..
Kegaiatan proses produksi yang berlangsung didaerah Majalaya dan sekitarnya tersebut
menghasilkan sampah yang mayoritas berupa sampah anroganik yakni sampah dari sisa-sisa
produksi seperti sisa benang, kain potongan, kones bekas gulungan benang, kardus bekas
pengepak benang, dan masih banyak jenisnya lagi. Barang-barang sisa tersebut apabila dapat
dimanfaatkan oleh penduduk sekitar melalui upaya daur ulang menjadi produk yang memiliki
nilai jual maka akan dapat memberi keuntungan dan mengatasi beragai masalah ekonomi
setempat.

2. DAUR ULANG LIMBAH INDUSTRI GARMEN

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang dianggap sudah tidak
memiliki nilai ekonomis yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai menjadi produk baru. Produk
baru tersebut pada umumnya memiliki kualitas yang lebih rendah karena sudah kehilangan
sebagian karakteristik bahannya.

Secara garis besar, kegiatan daur ulang digambarkan seperti terlihat pada Gambar 1. Untuk
masyarakat Majalaya dan sekitarnya dimana daerah mereka dipenuhi oleh industri garmen,
kegiatan pendaur-ulangan dapat berada pada tingkat pengolahan yang menghasilkan produk
antara untuk disuply ke industri pengolah atau produk jadi dengan menggunakan proses dan
peralatan sederhana. Kegiatan pada tingkat ini diperkirakan dapat menyerap 40 hingga 50
orang per lokasi kegiatan, tergantung ketersediaan modal yang ada dan jenis limbah garmen
yang diprosesnya
2.1. Produk Daur Ulang: Keset
Keset berbahan baku limbah garmen memiliki kekuatan dan penampilan yang tidak kalah
bersaing dengan yang berbahan baku non-limbah. Bahan bakunya berupa pinggiran kain yang
sudah dibauang oleh industri garmen dan disebut tali. Tali yang sudah terkumpul dan dipisah
menurut jenis warna dan jenis kainnya kemudian diproses/tenun dengan menggunakan alat
tenun yang disebut Tustel. Untuk memberi ikatannya digunakan bahan yang disebut Lusi.
Untuk pekerja yang sudah mahir dapat menghasilkan produk keset sebanyak 1,5 kodi atau
sejumlah 30 keset per hari atau sekitar 40 kodi per bulan. Pemasaran produk keset tidaklah
sulit karena disamping harganya murah juga sudah banyak Bandar/pengepul yang siap
menampung hasil keset terseut untuk selanjutnya didistribusikan.dipasarkan ke seluruh
pelosok Indonesia. Diagram proses pembuatannya dapat digambarkan sebagai berikut:

2.2. Produk Daur Ulang: Celana Pendek/ Kolor


Celana pendek/kolor menggunakan bahan baku kain sisa produksi pabrik dengan berbagai
ukuran antara lain: 0.5 meter atau kurang, 1.0 m, dan 2 meter keatas, Bahan-bahan tersebut
dapat dijadikan produk dengan berbagai ukuran, mulai dari kecil, sedang, besar, dan jumbo.
Proses pembuatannya adalah sebagai berikut:

2.3. Produk Daur Ulang: Lap dari Benang Sisa


Terdapat berbagai jenis dan warna benang dari sisa produksi yang masih menempel pada
kones. Benang-benang tersebut dikelompokkan menurut jenis dan warnanya kemudian
disambung dan digulung ulang melalui mesin Reel hingga didapat gulungan besar hasil
gabungan dari sisa-sisa benang. Gulungan besar benang sisa ini selanjutnya digunakan
sebagai bahan baku pada alat tustel. Produk setengah jadi yang keluar dari alat ini kemudian
diberi perlakuan akhir dengan cara merapikan bagian pinggirnya dengan mesin obras dan
mesin jahit. Dan setelah diberi label serta kemasan maka produk ini sudah dapat dilempar ke
pasar. Rangkaian prosesnya adalah sebagai berikut:

Lampiran Photo:
Gambar 5: Limbah majun tali dari industri garmen

Gambar 6: Limbah majun tali yang sudah disambung-sambung dan digulung

Gambar 7: Majun tali gulungan yang sudah dimasukkan ke Coban


Gambar 8: Proses pembentukan keset dari limbah majun tali

Gambar 9: Produk keset dari limbah majun tali yang siap dijual

Urgensi Pengetahuan Evaluasi Tekstil


Teknologi finishing (Penyempurnaan tekstil) yang semakin maju memungkinkan para
produsen tekstil/industri tekstil membuat kain yang seperti sutera padahal bukan sutera,
memproses kain dalam larutan kimia tertentu sehingga sifatnya baik, memberi efek kilau,
warna kilap dan langsai namun hanya bersifat sementara (ketika masih di produsen/toko)
sehingga setelah sekali dicuci (di tangan konsumen) sifatnya berubah.
Didukung berkembangnya teknologi serat sintetis yang semakin pesat sehingga sangat
memungkinkan melakukan teknik mixing (pencampuran serat) pada komposisi struktur
benang (serat alam dan sintetis) yang akan dibuat kain sehingga memiliki sifat sifat
khusus. Ditambah lagi ketersediaan beragam obat bantu tekstil (zat-zat kimia), macam
macamproses penyempurnaan tekstil, teknologi permesinan serta teknologi proses kimia
tekstil sangatmemungkinkan rekayasa sifat sifat kain, baik bersifat sementara (hilang setelah
satu kali pencucian) maupun bersifat permanent (tidak hilang walaupun dicuci berkali kali).
Untuk itu konsumen tekstil perlu memiliki pengetahuan tentang kualitas bahan tekstil
sehingga mampu memilih bahan tekstil yang tepat dan sesuai syarat-syarat penggunaan dan
keinginannya. Pengetahuan tersebut antara lain pengetahuan sifat dan jenis
serat tekstil, pegangannya, ketahanan luntur warna, tekstur, kenampakannya dan labelisasi
tekstil. Berbagai pengetahuan tersebut akan sangat membantu konsumen tekstil untuk
memilih bahan tekstil yang tersedia dalam beragam kualitas dari yang paling murah hingga
yang sangat mahal dengan tepat dan terhindar dari penipuan serta kekeliruan pembelian baik
dari aspek harga maupun kualitas.
Pengetahuan tentang kualitas dan pemilihan bahan tekstil ini tidak hanya penting bagi
konsumen tekstil tetapi juga sangat diperlukan bagi para produsen, pedagang, pelajar,
maupun akademisi. Bagi produsen pengetahuan kualitas bahan tekstil sangat penting untuk
pedoman, pelaksaanaan dan pengambilan keputusan produksi. Bagi pedagang sangat berguna
untuk memudahkan proses pemesanan dan pembelian dari produsen, pengenalan jenis mutu
dan kualitas. Bagi pelajar dan akademisi pengetahuan kualitas bahan tekstil sangat penting
untuk pengembangan keilmuan seperti kegiatan eksperimen dan penelitian.
Pemilihan kualitas bahan tekstil pada umumnya dilakukan dengan metode:
1. Metode uji sensoris
Metode ini biasanya dilakukan oleh konsumen tekstil (masyarakat umum) ketika membeli
bahan tekstil dari toko, pasar, pedagang atau lainnya. Dalam memilih bahan tekstil biasanya
konsumen melakukan dengan cara dilihat, dipegang, diraba, diremas, diterawang, dibentang
dan lainya yang hanya mengandalkan kemampuan panca indera manusia. Disamping itu
biasanya konsumen juga melihat berdasar struktur harga (semakin mahal semakin baik), merk
yang telah dikenal dan lainnya. Validitas metode uji sensoris ini sangat tergantung pada
pengalaman si konsumen
2. Metode uji teknis/ laboratories
Metode ini dilakukan oleh para produsen (industri), pedagang, akademisi dan pelajar untuk
menentukan kualitas bahan tekstil. Metode uji teknis/laboratories ini memerlukan peralatan
pengujian, standar pengujian, ruang pengujian di samping kemampuan panca indera. Untuk
pengujian teknis ini dibedakan menjadi pengujian secara fisika dan pengujian secara kimia.
Hasil pengujian teknis ini dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki tingkat validitas yang
tinggi serta memenuhi standar-standar kualitas (SII/SNI, ISO, JIS, ASTM, AATCC dll) yang
berlaku pada tingkat lokal, nasional dan internasional

Proses Penyempurnaan Tekstil.


Proses penyempurnaan tekstil ini pada umumnya terbagi menjadi 3 tahapan yaitu:

1. Proses Persiapan penyempurnaan (Pre Treatment)

Dalam proses persiapan penyempurnaan ini bahan tekstil yang masih mentah (kain grey)
diolah menjadi kain putih sehingga dapat diproses lanjut celup, cap ataupun finishing agar
memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

2. Proses Pencelupan dan Pencapan


Pada proses ini dilakukan proses pemberian warna dan motif pada bahan tekstil sehingga
bahan memiliki warna dan motif tertentu.

3. Proses Finishing (penyempurnaan khusus)

Pada proses ini dilakukan pengolahan bahan tekstil agar memiliki sifat-sifat khusus sehingga
memenuhi syarat-syarat penggunaan tertentu seperti anti kusust, anti air, anti susut, anti api,
anti bakteri, efek creep, efek kilap dan lainnya.
PENGETAHUAN TEKSTIL
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai
bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian
tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat,
benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan
tekstil dikelompokkanmenurut jenisnya sebagai berikut:

1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi
(pakaian / produk kerajinan dll)
2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran
3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar
4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir
Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil merupakan modal dasar bagi mereka yang
akan terjun di Industri tekstil dan fashion Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil
sangat diperlukan untuk mengenali, memilih, memproduksi,menggunakan dan merawat
berbagai produk tekstil seperti serat, benang, kain, pakaian dan tekstil lenan rumah tangga
lainnya. Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat
serat penyusunnya. Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses
pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang ditenun menjadi kain
kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi produk jadi. Oleh karena itu
untuk memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan tentang
karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik pengolahannya menjadi bahan tekstil.
Untuk lebih jelasnya proses pengolahan mekanik dan kimia dari serat menjadi produk tekstil
dapat dilihat pada tabel berikut.

Teknologi
Proses Produksi Hasil
Mekanik Kimia

Serat Alam Pertanian (kapas, Pupuk Organik Serat alam seperti


yute,linen) Nonorganik sutera, kapas,
wool, yute, linen,
Peternakan
sisal dll
(sutera, wool)

Pemintalan leleh Filamen/staple


serat polyester ,
Serat Sintetis Pemintalan kering Polymerisasi nilon, rayon,
Benang nylon,
Pemintalan basah polyester

Pemintalan Benang kapas,


Benang Tidak benang sutera,
Mesin Blowing,
Bahan dari serat alam dan Carding Drawing, membutuhkan benanhg wool,
serat campuran dalam ring zat kimia secara benang campuran
bentuk serat pendek(staple) spinning/sistem signifikan (alam dan
rotor. sintetis)

Mesin Penganjian

Mesin warping, Proses


mesin cucuk, penganjian Kain grey tenun
Kain tenun/rajut Mesin tenun, Mesin dengan kanji
sintetis dan Kain rajut
rajut, Mein tenun
jacquard, dobby kanji alam
dsb

Resin, kimia
analisis, kimia Kain non woven
Mesin kempa
Kain non woven organic, Seperti kulit
(mesin pres)
polimer.Proses sintetis dsb
kimia,

Teknologi zat
Mesin Cap (screen
warna, Kimia
Pewarnanaan printing dll), Mesin Kain berwarna
Tekstil, obat
celup (padding,
(Pencelupan dan Pencapan) Bantu, kimia Kain bermotif
Jigger Box, Jet
fisika, kimia
dyeing dll ),
analisis

Finishing (penyempurnaan) Mesin Kimia Tekstil, Kain halus,


penyempurnaaan, Resin, berkilau , langsai,
sebagain proses dilakukan bakar bulu, bioteknologi, kain dengan
sebelum proses pewarnaan ( desizing, bleaching, kimia organic, tujuan khusus
Proses bakar bulu,
scouring,
pemasakan,
mesrcerisasi , kimia anti api, anti air,
desizing,bleaching,scouring) mesin fisika,kimia kain dengan sifat
sanforis, spreading, analisis sifat khusus.dsb
heat setting, anti
air, anti susut

Pembuatan disain,
Tidak ada
pola, Mesin jahit,
proses kimia Pakaian ,
Pakaian (Garmen) pasang kancing,
secara kemeja , celana
mesin potong,
signifikan
mesin prres

Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses pengolahannya baik dari sisi
penmilihan peralatan , prosedur pengerjaan maupun jenis zat-zat kimia yang
digunakan. Selama proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang. Proses
pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan, menambah dan
mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehingga menjadi bahan tekstil berkualitas sesuai
tujuan pemakaiannya.
Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk dapat diolah menjadi
produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut
1. Perbandingan panjang dan lebar yang besar
2. Kekuatan yang cukup
3. Fleksibilitas tinggi
4. Kemampuan Mulur dan elastis
5. Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat
6. Memiliki daya serap terhadap air
7. Tahan terhadap sinar dan panas
8. Tidak rusak dalam pencucian
9. Tersedia dalam jumlah besar
10. Tahan terhadap zat kimia tertentu
Klasifikasi Serat Tekstil

Textile Manufacturing

Tabel disamping merupakan alur produlsi


tekstil dari serat hingga menjadi pakaian

Pemilihan Zat Warna dan Serat


Tabel berikut dapat dijadkan panduan untuk memilih zat warna tekstil dengan serat
RI Pasok Bahan Tekstil untuk Tentara
NATO
Bahan baku tekstil tersebut berjenis anti infrared.

VIVAnews - Indonesia ternyata juga memasok bahan baku tekstil untuk pakaian tentara NATO.
Bahan baku tekstil tersebut berjenis anti infrared, yang dapat digunakan untuk menyamarkan
panas tubuh di jarak tertentu.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudradjat menjelaskan, untuk jenis
tekstil tersebut, Indonesia telah mengimpor ke Jerman senilai US$ 10 hingga 20 juta per tahun.

"Tekstil anti infrared kita sudah digunakan tentara Jerman di NATO. Saat ini Perancis lagi tender,"
kata Ade ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Kamis, 25 Februari 2010.

Meski demikian, tekstil jenis ini belum memiliki standar nasional Indonesia (SNI) wajib, dan masih
menggunakan standar negara pengimpor. Itu karena, kata Ade, tekstil anti infrared belum banyak
digunakan di Indonesia sehingga urgensi untuk menotifikasikan SNI ke WTO belum ada.

Padahal, kata dia, SNI sangat penting bagi tekstil terutama di tekstil teknik dan militer.

Dari seluruh SNI tekstil di Indonesia yang berjumlah 1.038 standar, yang sudah wajib SNI baru 60
persen.

Di Indonesia, kata dia, kesadaran masyarakat atas pentingnya SNI masih sangat rendah karena
hanya mempertimbangkan aspek harga murah ketimbang kualitas.

"Dikuatirkan dengan ACFTA ini, tekstil China akan mengancam untuk kalangan menengah ke
bawah," ujarnya.

Tak hanya di Indonesia, kain tekstil Indonesia dipercaya internasional untuk menjadi perlengkapan
militer. Selain tekstil anti infrared, juga diekspor kain tekstil loreng dengan spesifikasi untuk hutan
dan padang pasir.
Selintas Sejarah Serat Tekstil

* Awal pembuatan tekstil dari serat telah di mulai sejak sekitar 4.000 tahun sebelum
masehi.
* Penanaman tumbuhan Flax (salah satu jenis serat alam) di Eropa.
* Sekitar tahun 3000 sebelum masehi ditemukan tenunan kapas pada suatu vas perak di
Pakistan
* Alat pemintalan tangan dan tenun meja digunakan.
* Material serat seperti wol, flax, kapas dan sutera di proses dengan alat-alat manual.
* Tahun 1665 seorang Inggris bernama Robert Hooke datang dengan suatu pemikiran
untuk membuat suatu benang buatan dari suatu zat yang kental. Kemudian dicari
berbagai alternatif pengembangan teknologi untuk menghasilkan benang tersebut.
* Mulai tahun 1850 terjadi perkembangan kimia selulosa.
* Pada tahun 1884, Graf Chardonnet untuk pertama kalinya membuat sutera buatan dari
selulosa. Sutera buatan ini dibuat dengan proses pemintalan menggunakan nitroselulosa
(larut dalam larutan organik). Akan tetapi sayang sekali sutera buatan ini mudah
terbakar dan karenanya tidak dapat digunakan untuk pakaian.

* Pada tahun 1927 seorang ahli kimia Jerman bernama Hermann Staudinger
menyatakan bahwa serat alam sebenarnya tersusun dari suatu rantai molekul yang
besar. Penemuan ini menjadi dasar pengembangan kimia serat dan menempatkan
Hermann Staudinger sebagai peraih penghargaan Nobel untuk bidang kimia. Staudinger
mengetahui bahwa selulosa adalah suatu rantai Molekul!!!
* Tahun 1931 terjadi pengembangan serat PVC (polyvinyl chloride).
* Tahun 1935 Lahirnya serat yang kemudian diberi nama Nylon atau nilon. 5 tahun
kemudian orang dapat membeli kaus kaki pertama yang terbuat dari bahan serat Nilon.
* Tahun 1938 pengembangan Nylon 6 (Perlon) oleh P. Schlack.
* Tahun 1941 penemuan polyethylene terephthalate (PET) oleh Winfield dan Dickson
melalui polikondensasi dari etil glikol dan asam tereftalat.
* Tahun 1948 pengembangan lebih lanjut serat poliamida (PA 11) oleh J. Zeltner dan M.
Genas.
* Tahun 1959 produksi pertama serat polypropylene oleh G. Natta, P. Pinni. dan G.
Mazzanti.
* 1962 pengembangan serat Aramid oleh Du Pont.
* 1985 penemuan Lyocell oleh seorang Amerika bernama Enka.
* Serat-serat kimia atau serat buatan (polyamide, polyester, polyacrylonitrile) dalam
kurun waktu 20 tahun selanjutnya terus berkembang.
Revolusi Tekstil:TEKSTIL SEKUAT BETON

Salah satu revolusi atau inovasi baru dalam perkembangan sains dan teknologi tekstil
kini benar-benar telah lahir. Produk inovasi itu bernama textilbewehrter beton atau
tekstil beton. Pada awalnya ia lahir sebagai suatu jawaban atas tantangan yang kian
nyata bahwa biaya untuk pembelian baja kian lama kian bertambah mahal ditambah
dengan semakin berkurangnya persediaan. Di Jerman sendiri , setiap tahunnya lebih dari
6 juta ton baja dipergunakan sebagai material penguat untuk membangun suatu
bangunan atau yang biasa disebut beton.

Jawaban terhadap tantangan itu datang dari para ilmuwan tekstil. Para peneliti di
Sächsischen Textilforschungsinsitutes (STFI) di tahun 1982 mulai merintis ke arah itu.
Mereka mengembangkan suatu metoda dengan cara menggunakan limbah tekstil
berbahan baku serat sintetik untuk digunakan sebagai material penguat beton.
Penelitian ini rupanya menyisakan banyak ruang-ruang kosong dan juga belum begitu
optimal.

Di awal tahun 1990 para peneliti yang juga adalah dosen di Technische Universität
Dresden lebih lanjut mulai mengembangkan tekstil beton yang ringan tetapi sangat kuat
dengan menggabungkan sekumpulan serat dalam bentuk roving lalu dirajut dengan
menggunakan benang dari serat gelas atau karbon pada mesin perajutan multiaxial
sehingga terbentuk suatu struktur material tekstil multiaxial yang memiliki kekuatan
tinggi. Penelitian terus berlanjut, dan sampai saat ini umumnya material textile
multiaxial yang digunakan sudah tidak lagi memerlukan tambahan roving, tetapi cukup
dengan benang karena penelitian di bidang pembuatan serat dan benang telah semakin
maju dan mampu menghasilkan benang dengan kekuatan sangat tinggi.

Kini dengan bahan penguat tekstil multiaxial ini telah dihasilkan beton yang kuat dengan
berbagai keunggulan tambahan yaitu tidak berkarat, lebih tipis dan bisa lebih mudah
dibentuk ke arah manapun dengan daya tekan jauh lebih baik dibanding beton baja.
Dalam suatu acara di televisi Jerman diperlihatkan suatu uji coba antara beton yang
menggunakan baja dengan beton yang menggunakan tekstil yang hasilnya ternyata
lebih baik. Cuplikannya bisa dilihat pada gambar di bawah ini :
Sementara itu, suatu pengujian tekanan pada beton yang dilakukan di laboratorium
teknik sipil TU Dresden menunjukkan pola pecahan tekstil beton yang ternyata jauh
lebih baik, yaitu tidak serta merta pecah berkeping-keping dibanding beton yang tidak
menggunakan material tekstil seperti terlihat pada gambar di bawah ini (kiri: beton baja,
kanan: beton tekstil):

Aplikasi nyata dari tekstil beton ini sudah mulai dilakukan. Pada tahun 2005 misalnya,
telah dibuat jembatan pertama di dunia yang seluruh bahannya terbuat dari tekstil beton
di Chemnitz, Jerman oleh para ilmuwan TU Dresden seperti terlihat pada urut-urutan
proses pembuatannya pada gambar di bawah ini.

Sementara itu beberapa bangunan yang rusak pun mulai diperbaiki dengan
menggunakan material teksil beton ini karena dengan ketebalan 3 mm saja bisa
menghasilkan bangunan atau tembokan yang kuat, gambar di bawah ini menunjukkan
bangunan rusak sebelum dan sesudah perbaikan menggunakan tekstil beton.

Kini aplikasi tekstil beton ternyata makin dilirik oleh banyak kalangan terutama para
arsitek yang biasa bergelut dengan dunia bangunan dan juga karena sifat tekstil beton
yang bisa dibentuk secara fleksibel dan juga tipis tidak seperti beton baja. Sifat-sifat
unggul tersebut juga menarik minat para seniman dan desainer. Beberapa foto di bawah
ini menunjukan pada kita aplikasi lain dari tekstil beton untuk desain struktur bangunan,
kursi dan lukisan dengan media tekstil beton.

Pemerintah Jerman sendiri lewat Bundesministerium für Wirtschaft und Technologie


(BMWi) atau Kementrian Perekonomian dan Teknologi rupanya sangat serius dan terus
membiayai proyek penelitian potensial ini hingga mencapai tingkat optimal dari sisi
teknologi, ekonomi, keselamatan untuk selanjutnya ditransfer ke dunia industri. Suatu
contoh revolusi atau inovasi teknologi yang juga menarik untuk diamati (dan ditiru)
tentang bagaimana para ilmuwan tekstil mengembangkan sains dan teknologi tanpa
kenal henti, berkolaborasi dengan sesama peneliti dari berbagai disiplin ilmu, pemerintah
dan industri sehingga menghasilkan karya revolusioner ini.

Nanotekstil, Pakaian Masa Depan Berserat Fiber


Indonesia, kini telah cukup siap untuk mengembangkan industri tekstil (nanotekstil) dan
keramik (nanokeramik) yang berbasis teknologi nano sehingga sangat memungkinkan
bagi industri tekstil dan keramik di Indonesia menjadi lebih unggul. Ketua Umum
Masyarakat Nanoteknologi Indonesia, Dr. Nurul Taufiqu Rohman, mengungkapkan
bahwa bahan tekstil berkarakter nanotekstil merupakan bahan pakaian yang unggul,
sedangkan bahan keramik berkarakter nanokeramik tidak bisa kotor dan penampilannya
lebih baik.

Menurut Nurul, material nano dalam bentuk bubuk, seperti ZnO yang berukuran nano
atau satu per miliar meter, yang kemudian ditorehkan serat-serat fiber tekstil.
Nanotekstil dan nanokeramik merupakan generasi pertama dalam nanoteknologi, yang
lebih mengarah kepada pembuatan partikel nano, seperti pada kandungan kosmetik
atau bedak anti sinar matahari atau minuman suplemen.

Sedangkan untuk teknologi assembling dari partikel nano merupakan generasi kedua
dari nanoteknologi, seperti pada pembuatan monitor sehingga layar monitor menjadi
lebih terang, kemudian pada chip computer, atau memori pada ponsel. Untuk generasi
ketiga, nanoteknologi memiliki material nano dengan presisi yang sangat tinggi, seperti
ketika membuat sistem yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia untuk membunuh sel
kanker. Beberapa negara maju kini mulai mengembangkan nanoteknologi generasi
ketiga ini dalam taraf riset dan pengembangan prototipe.

Sementara untuk generasi keempat, merupakan nanomolekuler atau rekayasa molekul


yang dapat mengubah suatu benda ke bentuk lain, seperti mengubah kayu menjadi roti
atau arang menjadi intan. Bahan kayu dan roti pada dasarnya sama, ada hydrogen,
karbon, hydrogen dan sebagainya, sehingga tinggal memecah unsure dalam kayu dan
disusun kembali sesuai dengan komposisi ketika membuat roti.

Nurul mengemukakan, bahwa pihaknya akan melakukan survey ke 30 industri dan


membuat mapping roadshow-nya, berkaitan dengan prospek material dan teknologi
nano di masa depan kelak.
Linen

Linen merupakan bahan yang terbuat dari serat tumbuhan rami (Linum usitatissimum). Biasanya diguakan
untuk membuat pakaian.

Linen sering digunakan dalam membuat pakaian ringan dan taplak meja.

Sejarah
Rami merupakan salah satu tumbuhan yang sudah dibudidayakan dan digunakan oleh manusia.
Pakaian dari linen sudah dibuat setidaknya 6.000 tahun yang lalu di Mesir Kuno dan Mesopotamia.
Hal ini menjadikan linen sebagai salah satu serat dan pakaian tertua yang digunakan oleh manusia,
di samping wol dan rami. Linen dan rami merupakan tanaman serat penting di Eropa selama
beberapa waktu. Di Mesir Kuno, linen populer sebagai bahan pembalut mumi.

Rayon

Rayon atau kain rayon adalah kain yang dibuat dari serat hasil regenerasi selulosa. Serat yang
dijadikan benang rayon berasal dari polimer organik, sehingga disebut serat semisintesis karena tidak bisa
digolongkan sebagai serat sintetis atau serat alami yang sesungguhnya.[1] Dalam industri tekstil, kain rayon
dikenal dengan nama rayon viskosa atau sutra buatan. Kain ini biasanya terlihat berkilau dan tidak mudah
kusut. Serat rayon memiliki unsur kimia karbon,hidrogen, dan oksigen.

Penggunaan

Kain rayon digunakan secara luas dalam industri garmen untuk bahan pakaian dan perlengkapan busana,
seperti daster, jaket, jas, pakaian dalam, syal, topi, dasi, kaus kaki, dan kain pelapis sepatu. Kain jenis ini
juga dipakai sebagai kain alas dan pelengkap perabot rumah tangga (seprai, selimut, tirai) dan alat-alat
kebutuhan industri (kain untuk perabot rumah sakit, benang ban), serta barang kesehatan pribadi
(pembalut wanita dan popok). Di Indonesia, kain rayon merupakan bahan baku untuk industri kain dan
baju batik.

Tekstur

Sampel kain rayon dari sebuah rok. Rok lain dengan tekstur berbeda. Blus dengan tekstur serupa dengan gambar nomor

dua.

Serat
Serat (Inggris: fiber) adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang
membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai adalah serat
pada kain. Material ini sangat penting dalam ilmu Biologi baik hewan maupuntumbuhan sebagai pengikat
dalam tubuh. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal: untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat
dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan manusia). Serat
sintetis dapat diproduksi secara murah dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami memiliki
berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.

Serat alami

Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis. Serat
jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat alami dapat digolongkan ke dalam:

 Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan kadang-kadang
mengandung pula lignin. Contoh dari serat jenis ini yaitu katun dan kain ramie. Serat tumbuhan
digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil. Serat tumbuhan juga penting bagi nutrisi
manusia.
 Serat kayu, berasal dari tumbuhan berkayu.

 Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat hewan yang dimanfaatkan
oleh manusia adalah serat laba-laba(sutra) dan bulu domba (wol).

 Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah satu-satunya mineral yang
secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
Serat sintetis

Serat sintetis atau serat buatan manusia umumnya berasal dari bahan petrokimia. Namun demikian, ada
pula serat sintetis yang dibuat dari selulosa alami seperti rayon.

Serat mineral
 Kaca serat/Fiberglass, dibuat dari kuarsa,

 Serat logam dapat dibuat dari logam yang duktil seperti [[tembaga], emas, atau perak.

 Serat karbon
Serat polimer
 Serat polimer adalah bagian dari serat sintetis. Serat jenis ini dibuat melalui proses kimia. Bahan yang
umum digunakan untuk membuat serat polimer:

 polyamida nilon,

 PET atau PBT poliester, digunakan untuk membuat botol plastik,

 fenol-formaldehid (PF)

 serat polivinyl alkohol (PVOH)

 serat polivinyl khlorida (PVC)

 poliolefin (PP dan PE)

 polyethylene (PE),

 Elastomer, digunakan untuk membuat spandex,

 poliuretan.

Songket
Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu. Songket biasanya ditenun dengan tangan dengan
benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi.

Asal-usul kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang
Tionghoa menyediakan sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak. Akibatnya,
jadilah songket.
Kain songket ditenun pada mesin tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan
memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.

Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara
tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan
dengan flora dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan
tepung talam, yang diduga merupakan favorit raja.

Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kwalitasnya,yang
berjuluk The queenn of Clothes.

Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket
biasa hanya membutuhkan sekitar 3 hari.

Mulanya laki-laki menggunakan songket sebagai destar atau ikat kepala. Kemudian barulah wanita Melayu
mulai memakai songket sarung dengan baju kurung. Di masa kini songket adalah pilihan populer untuk
pakaian perkawinan Melayu dan sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai
salah satu hadiah perkawinan.

Ditilik dari harganya, songket tidak dimaksudkan hanya untuk masyarakat berada saja karena harganya
yang bervariasi dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat
tinggi.

Tenun ikat
Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari
helaianbenang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna
alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan
pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah.

Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan corak atau pola
hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan
terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari menenun benang pakan dan benang lungsin yang keduanya
sudah diberi motif melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke dalam pewarna.

Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terkenal
dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba,Flores,
dan Timor. Kain gringsing dari Tenganan, Karangasem, Bali adalah satu-satunya kain di Indonesia yang
dibuat dari teknik tenun ikat ganda (dobel ikat).[1]

Kain ikat dapat dibedakan dari kain songket berdasarkan jenis benang. Songket umumnya memakai
benang emas atau perak. Motif kain songket hanya terlihat pada salah satu sisi kain, sedangkan motif kain
ikat terlihat pada kedua sisi kain.

You might also like