Pendidikan yang Berbasis pada Peningkatan Kualitas
Penduduk [Opini]
Oleh Camelia CH Lubis
PEMBANGUNAN ekonomi, pertumbuhan penduduk dan pendidikan
merupakan komponen yang saling berkaitan di dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk .Selama ini pembangunan bangsa dan negara hanya bertumpu pada pembangunan ekonomi dengan menitikberatkan pada eksploitasi sumber daya alam .
Setelah 58 tahun merdeka (1945 – 2003) kemiskinan di Indonesia
masih menjadi masalah nasional. Sedangkan ketersedian sumber daya alam kita mulai kelihatan berkurang. Bahkan tidak jarang pengambilan sumber daya alam (SDA) kita sudah mulai menimbulkan permasalahan, seperti adanya banjir, kekeringan dan terjadinya pencemaran air, tanah dan udara.
Negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah bahwa
pertumbuhan ekonomi dapat dipacu semata–mata dengan pemanfaatan sumber daya alam dan investasi modal (Kapital) tanpa upaya peningkatan produktivitas penduduk. Anggapan ini sebenarnya sangat keliru, dalam jangka pendek seolah–olah tidak menjadi masalah, namun dalam jangka panjang akan timbul masalah besar dalam pembangunan . Utamanya bila SDA tersebut sudah habis terkuras.
Kita harus menyadari keadaan Indonesia sudah mulai memasuki
tahap ini. Di beberapa daerah sumber daya alam sudah banyak terkuras sedangkan penduduk miskin ternyata makin banyak jumlahnya. Pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan sumber daya alam dan investasi kapital terutama pinjaman luar negeri dan belum bertumpu pada produktivitas penduduknya , sebenarnya pertumbuhan semu , pertumbuhan yang tidak berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi seperti ini rentan terhadap goncangan global
dan kondisi konkritnya seperti yang kita hadapi pada tahun (1997). Krisis global tahun 1997 ikut menterpurukkan pencapaian ekonomi Indonesia . Semua kemajuan , kemajuan yang dicapai sebelum tahun 1997 seolah–olah tidak berarti apa apa. Manakala sumber daya alam telah terkuras dan investasi makin terbatas maka pertumbuhan ekonomi akan melemah dan pada gilirannya tidak mampu mendukung kehidupan penduduk, dampaknya adalah makin banyak penduduk yang tidak berdaya karena produktivitasnya yang rendah dan menjadi miskin . Penduduk miskin dalam jumlah besar dan telah menderita selama bertahun–tahun akan dapat menjadi ancaman yang serius bagi pemerintah ,bahkan perpecahan bangsa dapat berasal dari kemisikinan.
Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan merupakan ciri
negara , wilayah atau daerah yang membangun tetapi tidak menyiapkan penduduk yang berkualitas .Ciri seperti ini makin menonjol manakala di negara, wilayah, daerah tersebut terdapat banyak penduduk miskin .Jika pemerintah bertekad mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan untuk memperoleh pendapatan, apalagi bila penduduk miskin memanfaatkan sumber daya alam untuk mempertahankan hidupnya, yang terlihat kemudian adalah terjadinya kerusakan lingkungan yang sangat parah.
Pertumbuhan ekonomi yang menitikberatkan pada pengelolaan
sumber daya alam ,makin kelihatan menurunkan kualitas hidup penduduk. Banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran hutan sudah menjadi langganan beberapa daerah setiap tahunnya,setiap kali peristiwa–peristiwa ini terjadi kita hanya bisa mengungkapkan bahwa alam sedang tidak bersahabat dengan manusia. Kita tidak pernah mencari korelasi antara peristiwa banjir ,kekeringan dan kebakaran hutan dengan upaya kita mengeksploitasi alam secara serampangan untuk tujuan ekonomi.
Pengambilan sumber daya alam secara serampangan tanpa
pertimbangan jangka panjang, akan melahirkan kondisi penduduk miskin di masa depan. Hidup penduduk sangat bergantung pada alam ditambah dengan tingginya angka pertumbuhan penduduk dan rendahnya kualitas penduduk . Sehingga memperbaiki hubungan timbal balik antara alam dengan manusia semakin sulit. Timbulnya pemukiman–pemukiman di bantaran sungai yang lebih didominasi penduduk miskin merupakan kenyataan bagaimana sulitnya memperbaiki kembali hubungan timbal balik itu.
Pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada sumber daya
alam (SDA) sudah terbukti tidak mampu mengangkat taraf hidup penduduk, malahan menimbulkan permasalahan lingkungan yang pada akhirnya lebih menurunkan kualitas hidup penduduk. Sedangkan tugas mewujudkan kesejahteraan rakayat merupakan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
Oleh karena itu perlu dicarikan model pembangunan ekonomi yang
tidak menitikberatkan pada Sumber Daya Alam (SDA), tetapi lebih difokuskan pada kualitas penduduk. Model pembangunan yang menitikberatkan pada peningkatan kualitas penduduk hanya akan terwujud melalui pembenahan pendidikan. Untuk itu perlu dirancang sistem pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas penduduk. Sistem pendidikan yang dapat merubah penduduk dari hanya sekedar beban pembangunan menjadi aset dalam pembangunan. Sistem pendidikan yang lebih berorientasi produktif yakni sistem pendidikan yang tidak hanya sekedar menempatkan penduduk sebagai subsistem pembangunan tetapi lebih merupakan subyek dalam pembangunan itu.
Pendidikan sebagai pranata (means) utama dalam membangun
Sumber Daya Manusia (SDM), harus jelas berperan membentuk penduduk menjadi aset bangsa , yakni sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional, produktivitas serta mandiri dalam menghadapi pasar bebas.
Untuk lebih jelasnya seperti apa gambaran pendidikan yang
berbasis pada peningkatan kualitas pendududuk tersebut, Berikut ini diuraikan dengan ciri–ciri sebagai berikut:
Pendidikan lebih diarahkan pada pembentukan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memiliki keahlian profesional dalam bidang– bidang tertentu. Dalam hal ini peran lembaga pendidikan kejuruan sangat penting artinya.
Kurikulum pendidikan dirancang untuk menumbuhkan insan
manusia yang yang produktif, pendidikan yang dikembangkan diarahkan bagi pembentukan watak produktif menggantikan sifat komsumtif yang selama ini sangat semarak dalam dunia sekolah. Hendaknya semua mataajar dalam kurikulum lembaga pendidikan dapat menumbuhkan watak produktif ini.
Pendidikan dirancang untuk menumbuhkan sikap mandiri. Sikap
mandiri merupakan watak yang positif untuk menghindari ketergantungan. Pendidikan harus bisa melahirkan manusia yang mandiri .Kemandirian merupakan prasyarat menuju kemajuan bangsa. Penduduk yang mandiri dapat melepaskan dirinya dari kebiasaan tergantung pada alam. Kurikulum pendidikan diarahkan untuk lahirnya pemikiran– pemikiran yang inovatif.Metoda pengajaran, materi ajar dikembangkan sedemikian rupa sehingga peserta didik terbiasa menemukan hal–hal yang baru.
Proses pembelajaran harus dapat menumbuhkan semangat
kewiraswastaan yang pada akhirnya menumbuhkan pengusaha pada semua tingkatannya.
Memperbanyak program–program spesialisasi sesuai dengan
tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbanyak paket–paket keahlian sehingga diharapkan dapat membekali peserta agar siap memasuki dunia kerja.
Pendidikan diarahkan menuju terbentuknya kepribadian manusia
yang utuh, yang memiliki norma–norma sebagai anggota masyarakat dan memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri, wawasan seperti ini sangat penting agar proses pembelajaran tidak hanya dipandang sebagai proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga merupakan proses pembentukan watak, kepribadian, sikap serta kemandirian penduduk. Pembentukan sikap nilai harus diupayakan melalui proses internalisasi yaitu penghayatan dan keteladanan, dan pendidik lebih berperan sebagai fasilisator.
Pembangunan dalam bidang pendidikan harus juga memikirkan
tersedianya banyak sarana bagi siswa untuk beraktivitas, berkreativitas termasuk adanya kesempatan mengikuti perlombaan dan pameran hasil belajar peserta didik.
Kurikulum pendidikan harus memuat kesadaran akan lingkungan
hidup dan pentingnya kesehatan bagi penduduk. Melalui pendidikan diharapkan dapat ditingkatkan mutu lingkungan hidup serta kualitas kesehatan masyarakat.
Beberapa ciri sistem pendidikan yang berbasis pada peningkatan
kualitas penduduk tidak dikemukakan di atas. Tentu ciri–ciri itu tidak hanya terbatas pada hal–hal yang dikemukakan ,namun syarat minimal ini harus diadopsi dunia pendidikan kita, agar pendidikan dapat berperan meningkatkan kualitas penduduk yang jumlahnya cukup banyak,
Pendidikan harus dapat menjawab tantangan ini, oleh karena itu
pendidikan tidak boleh dilaksanakan setengah hati. Kita harus dapat memusatkan tenaga dan mengalokasikan sumber dana yang cukup agar pendidikan dapat meningkatkan kualitas penduduk kita.Penduduk harus ditambahkan potensinya menjadi aset bagi pembangunan.
Rendahnya kualitas penduduk menyebabkan mereka tidak akan
mampu berpartisipasi secara optimal dalam proses pembangunan . Banyak kesempatan kerja yang tidak dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat, hanya mereka tidak mampu memenuhi standar yang ditetapkan oleh bidang pekerjaan tertentu. Akibatnya dibutuhkan tenaga–tenaga terampil yang didatangkan dari daerah atau negara lain dan penduduk setempat hanya menjadi penonton di negaranya sendiri.
Kondisi seperti di atas mudah diprediksi dari sudut ekonomi, karena
itu jika tidak diantisipasi melalui pembenahan pendidikan, maka pemberdayaan dan penigkatan produktivitas penduduk tidak akan pernah ada. Pada akhirnya akan menimbulkan gejolak sosial dalam bentuk pengrusakan dan penyerangan terhadap sentra–sentra produksi dan pusat perdagangan. Keadaan ini dapat membahayakan kondisi bangsa dan stabilitas sosial politik.
Bagi sebagian penduduk yang umumnya penduduk miskin akan
menempuh segala jalan untuk meningkatkan taraf hidup, dalam hal ini banyak menempuh jalan ilegal yaitu menjadi tenaga kerja ilegal ke luar negeri ( TKI ilegal). Tingkat pendidikan formal yang rendah, minimnya keterampilan serta tidak adanya perlindungan hukum bagi TKI ilegal, hal ini akan menimbulkan permasalahan– permasalahan hukum yang akan menyulitkan TKI serta hubungan bilateral kedua negara. Pemulangan TKI dari negara tetanga Malaysia baru–baru ini merupakan pelajaran yang berharga bagi Indonesia.
Berangkat dari uraian di atas sudah seharusnya kita mengambil
suatu keputusan politik untuk membenahi dunia pendidikan kita yang tekanannya pada pemberdayaan dan peningkatan produktivitas penduduk. Pendidikan harus kita lihat sebagai investasi jangka panjang, dibenahi sekarang akan menuai hasilnya di kemudian hari. Semua pihak yakni DPR sebagai pengambil kebijakan pendidikan. Depdiknas sebagai eksekutor pendidikan dan masyarakat hendaknya dapat berbuat yang terbaik untuk kemajuan pendidikan di tanah air. (Penulis adalah seorang pendidik)