You are on page 1of 3

c 

 
 
 

Di negara-negara yang sudah maju, human relations (hubungan manusiawi) dan public
relations (hubungan masyarakat) banyak dipraktekkan untuk memperkembangkan organisasi
kekaryaan (work organization) dan meningkatkan daya karya para karyawannya. Tidak
mengherankan, apabila banyak buku diterbikan mengenai kedua pengetahuan tersebut yang
merupakan pembahasan dan hasil penelitian para ahli di bidang itu.
Di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, kedua pengetahuan tersebut termasuk
kurikulum berbagai perguruan tinggi, dan merupakan mata kuliah tersendiri. Akan tetapi
materi ini sangat diperlukan juga untuk pemimpin organisai dan kelompok kekaryaan di
masyarakat.



  
 
Tidak mudah untuk mencari sebuah perkataan dalam bahasa Indonesia yang benar-benar
tepat sebagai terjemahan dari istilah human relations. Ada yang mengartikannya menjadi
³hubungan manusia´ atau ³hubungan antar manusia´
Secara harafiah terjemahan tersebut mungkin tidak salah. Tetapi, tidak kedua-duanya
mengandung makna yang sebenarnya dari human relations. Karena pada kedua terjemahan
tersebut tidak terkandung makna yang hakiki dari human relations, yaitu ³human´ yang
bermakna proses kerohanian yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat,
perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku, dan lain-lain dari aspek kejiwaan yang terdapat
pada diri manusia. Karena itu, terjemahan yang paling mendekati makna danmaksud human
relations adalah hubungan manusiawi atau hubungan insani.



    
 
Di negara-negara yang sudah maju human relations semakin mendapat perhatian para
manajer dalam organisasi apapun, karena semakin dirasakan perntingnya dalam rangka
memecahkan berbagai masalah yang menyangkut faktor manusia dalam manajemen.
Benturan-benturan psikologis dan konflik-konflik antara kepentingan organisasi sering
terjadi, bukan saja antara manajer dengan karyawan tetapi juga antara karyawan dengan
karyawan, yang benar-benar menganggu jalannya roda organisasi dalam mencapai tujuan.
Human relations juga dirasakan pentingnya oleh para manajer untuk menghilangkan ³luka-
luka´ akibat salah komunikasi (mis-communication) dan salah interppretasi (mis-
interpretation) yang terjadi antara manajer beserta karyawannya dengan publik di luar
organisasi.

   
 
Telah disinggung di atas bahwa masalah human relations adalah masalah rohaniah, yaitu
proses rohaniah yang menyangkut watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap dan tingkah laku
menuju suatu kebahagiaan atau kepuasan hati. Proses rohaniah dengan perasaan bahagia ini
berlangsung pada dua atau tiga orang yang terlibat dalam hubungan komunikatif, yakni
komunikasi antar persona yang karena sifatnya dialogis, maka masing-masing tahu, sadar dan
merasakan efeknya. Jika kesemuanya merasa bahagia, maka orang yang melakukan kegiatan
human relations itu berhasil. Apabila tidak menimbulkan rasa puas, human relations itu
gagal.
Bahwa human relations sebagai aktivitas itu tidak mudah dilaksanakan, adalah benar. Karena
itu senantiasa menjadi bahan studi. Kesukaran utama dalam kegiatan human relations itu
dikarenakan pelik dan rumitnya rohani manusia. Karena, demikian banyaknya manusia di
bumi tetapi tidak ada dua pun yang sama dan serupa dalam segala hal, bahkan di antara yang
kembar pun.
Berdasarkan paparan di atas, maka jika seseorang ingin sukses dalam kehidupannya, human
relations adalah salah satu cara untuk dapat dipergunakan. Terlebih lagi bagi seorang
pemimpin dalam bidang apapun. Dalam hubungan ini ia seyogyanya memahami ilmu
komunikasi dan ilmu jiwa, meskipun hanya pengetahuan mendasar. Akan lebih baik lagi
apabila ia mempelajarinya secara mendalam. Dengan demikian, ia akan disenangi, disegani,
dan dihormati, baik oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan organisasinya atau
bidangnya, maupun yang di luar lingkungan tersebut.

h   
 
Kunci aktivitas human relations adalah motivasi, memotivasikan para karyawan untuk
bekerja giat berdasarkan kebutuhuan mereka secara memuaskan, yakni kebutuhan akan upah
yang cukup bagi keperluan hidup keluarganya sehari-hari, kebahagiaan keluarganya,
kemajuan dirinya sendiri, danlain sebagainya.
Seseorang memasuki suatu organisasi, karena ia berpikir organisasi akan dapat membantu dia
mencapai tujuannya. Demikian pula para karyawan. Mereka mempunyai organisasi. Mereka
anggota organisasi kekaryaan di mana mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pemimpin organisasi tersebut dapat mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas para karyawan dan
mengkooperasikan hasrat-hasrat mereka untuk bekerja bersama-sama. Ini semua tertuju
kepada sasaran yang direncanakan. Dan di sini komunikasi memegang peranan penting.
Human relations seperti ditegaskan di muka adalah komunikasi persuasif.
Dengan melaksanakan human relations itu pemimpin organisasi atau pemimpin kelompok
melakukan komunikasi dengan para karyawannya secara manusiawi untuk menggitakan
mereka bekerja bersama-sama, seghingga hasilnya memuasakan di samping mereka bekerja
dengan hati puas.

        
 
Titik sentral human relations adalah manusia. Dan titik sentral human relations dalam
organisasi kekaryaan adalah karyawan. Manusia karyawan ini harus ditinjau dari segi
manusiawinya. Untuk mempraktekan human relations, seorang pemimpin perlu sedikit
banyak mempelajari sifat tabiat manusia karyawan tadi. Juga tingkah laku mereka dalam
hidup berkelompok dan bermasyarakat.
Bahwa manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lain bahkan memiliki kelebihan dari
makhluk lain, sudah diakui sejak dahulu kala. Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan
vegetatif (makan dan berkembang biak, bukan hanya memiliki kemampuan sensitif
(bergerak, mengamat-amati, bernafsu dan berperasaan) tetapi juga berkemampuan ntelektif
(berkemauan dan berkecerdasan).
Kemudian yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain adalah sifat-sifat
rohaniahnya. Dalam pertumbuhannya, manusia bukan saja mengalami perkembangan dalam
segi jasmaniahnya, tetapi juga rohaniahnya. Dan perkembangan ini membentuk jiwanya, sifat
tabiat dan tingkahnya.
Extravert, Intravert dan Ambivert
Berdasarkan funsi phisis di atas, ahli jiwa Jung membedakan manusia menjadi dua golongan
menurut arah perhatiannya. Jika perhatiannya terutama ditujukan ke luar, yakni ke
sekelilingnya, ini dinamakan type extraverse. Dan orangnya disebut extravert. Seorang
extravert lebih mementingkan lingkungannya daripada dirinya sendiri, lebih mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Orang semacam ini umumnya berhati
terbuka, gembira, ramah-tamah, lancar dalam pergaulan dan memancarkan sikap hangat,
sehingga cepat mendapat banyak kawan.
Golongan yang kedua ialah orang yang perhatiannya terutama diarahkan ke dalam dirinya
sendiri. Ini disebut type intraverse. Dan orangnya dinamakan intravert. Orang yang bertipe ini
lebih memntingkan dirinya sendiri daripada kepentingan umum. Dirinya sendiri menjadi
primer, lingkungannya sekunder. Seorang intravert biasanya pendiam, egoistis, suka
merenung, senang mengasingkan diri, tidak bisa bergaul.
Yang penting ialah jika seorang extravert hidup bersama seorang intravert, maka antara
kedua orang tersebut akan terjadi ketegangan psikologis.
Akan tetapi kenyataannya perbedaan yang eksrim itu hanya terdapat pada sebagian kecil
manusia saja, sebab antara kedua golongan itu ada segolongan yang menjadi perantara, yakni
type ambiverse. Dan ternyata, bahwa orang-orang ambivert jauh lebih banyak daripada
orang-orang extravert dan intravert.
Sebagai manusia karyawan juga terdiri dari orang-orang extravert, ambivert dan intravert
dengan kebiasaan-kebiasaan berpikir dan berperasaan yang berbeda. Ini semua perlu
diketahui oleh para manajer atau pemimpin eksekutif. Dengan demikian para pemimpin
kelompok kekaryaan akan dapat memahami, mengapa seorang karyawan mempunyai sifat
tabiat tertentu. Dan ini akan memudahkan memecahkan masalah yang dihadapi para
karyawan. Maslah-masalah yang dihadapi para karyawan, baik di rumahnya maupun di
tempat pekerjaannya, akan berpengaruh besar kepada pelaksanaan tujuan organisasi. Dengan
berhasilnya memecahkan masalah para karyawan, berarti seorang manajer telah sukses
melaksanakan human relatuios. Dan ini besar artinya bagi manajemen.

  
Prestasi kerja seorang karyawan kadang-kadang tidak sama dengan kecakapan yang
dimilikinya. Memang faktor penyebabnya tidak sama antara karyawan yang satu dengan yang
lainnya, Faktor penyebab ini tergantung dari orangnya sendiri atau lingkungan kerjanya.
Tidak sesuainya prestasi kerja dengan kecakapannya itu bagi seseorang karyawan mungkin
karena tidak mempunyai kemauan bisa juga karena tidak menyukai pimpinannya atau dapat
juga disebabkan oleh kurangnya energi dan lain sebagainya.
Dalam psikologi keadaan seperti itu dikatakan sebagai berikut; bukan kecakapan (ability)
yang kurang, melainkan motivasi yang kurang atau bahkan tidak ada. Motif yang tidak kuat,
sehingga hasil pekerjaannya tidak sesuai dengan kecakapannya.
Motif adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau
mencapai tujuan. Dapat juga dikatakan bahwa motif adalah daya gerak yang mendorong
sesorang untuk berbuar sesuatu.
Sedang motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri
untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Jadi motivasi berarti membangkitkan
motif, daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk bertindak dalam
rangka mencapai suatu kepuasaan atau suatu tujuan.
Y

You might also like