You are on page 1of 10

ORGANISASI BIMBINGAN dan KONSELING

PAPER
disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen : Bapak Suharso

oleh:
Defri Restian Yulistiono
4301408010

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah agar dapat berjalan
seperti yang diharapkan anatara lain perlu didudkung oleh adanya organisasi
yang jelas dan teratur. Organisasi yang demikian itu secara tegas mengatur
kedudukan, tugas dan tanggung jawab para personel sekolah yang terlibat.
Demikian pula, organisasi tersebut tergambar dalam struktur atau pola
organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan dan karakteristik
sekolah masing-masing. Sebagai contoh, untuk sebuah sekolah jumlah
siswanya sedikit dengan jumlah guru pendamping yang terbatas maka pola
organisasinya bisa bersifat sederhana. Sebaliknya, jika sekolah tersebut
siswanya berjumlah banyak dengan didukung oleh personel sekolah yang
memadai diperlukan sebuah pola oganisasibimbingan dan konseling yang
lebih kompleks.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Pada umunya, pola organisasi bimbingan dan konseling, yang dewasa
ini banyak disarankan adaalah seperti tampak pada gambar berikut ini

Keterangan:
1. Unsur Kan Depdiknas, adalah personel yang bertugas
melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
2. Kepala sekolah (bersama wakil kepala sekolah)
adalah penanggung jawab pendidikan pada satuan pendidikan (SMP, SMA,
SMK) secara keseluruhan, termasuk penanggungjawab dalam membuat
kebijakan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konesling.
3. Koordinator bimbingan dan konseling (bersama guru
pembimbing / konselor sekolah) adalah pelaksana utama pelayanan
bimbingan dan konseling.
4. Guru (mata pelajaran atau praktik), adalah pelaksana
pelajaran dan praktik atau latihan.
5. Wali kelas, adalah guru yang ditugasi secara khusus
untuk mengurusi pembinaan dan administrasi (seperti nilai rapor kenaikan
kelas, kehadiran siswa) dalam satu kelas tertentu.
6. Siswa, adalah peserta didik yang menerima pelayanan
penagajaran, praktik atai latihan, dan bimbingan di SMP, SMA, dan SMK.
7. Tata Usaha, adalah pembantu kepala sekolah dalam
penyelenggaraan administrasi dan ketata usahaan.
8. Komite Sekolah, adalah organisasi yang terdiri dari
unsur sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat, yang berperan membantu
penyelenggaran satuan pendidikan yang bersangkutan.

B. Tugas dan Tanggungjawab Personel Sekolag dalam Program


Bimbingan dan Konseling
Secara operasional, pelaksana utama layanan bimbingan dan konseling
disekolah adalah para guru pembimbing atau konselor sekolah dibawah
koordinasi seorang koordinator bimbingan dan konseling. Namun, bimbingan
dan konseling di sekolah yang oleh banyak pakar dikatakan sebagai team
work (Shetzer dan Stone, 1985) dalam penyelenggaraannya mau tidak mau
akan melibatkan personel sekolah lainnya agar lebih berperan sesuai batas-
batas kewenangan dan tanggungjawabnya.
Personel yang dimaksudkan tersebut mencakup: kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, guru
pembimbing(konselor sekolah), guru, wali kelas, staf administrasi. Berikut ini
akan diuraikan secara rinci tugas dan tanggungjawab masing-masing personel
tersebut diatas.
1. Kepala Sekolah
Sebagai penanggungjawab pendidikan di sekolah, tugas kepala
sekolah adalah:
a.
Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan
pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dan konseling di sekolah.
b.
Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
c.
Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan
kosenling di sekolah.
d.
Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah.
e.
Menetapkan koordinator guru pembimbing yang bertanggung jawab atas
koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
berdasarakan kesepakatan bersama guru pembimbing (konselor).
f.
Mebuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan
konseling pada setiap awal semester.
g.
Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan
konseling sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing
(konselor).
h.
Mengadakan kerjasama dengan instansi lain yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
i.
Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap minimal 40
siswa bagi kepala sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan
dan konseling.
2. Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah bertugas membantu kepala sekolah dala hal:
a.
Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada
personel sekolah.
b.
Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.
c.
Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa, bagi
wakil kepala sekolah yang berlatarbelakang bimbingan dan konseling.
3. Koordinator Guru
Pendamping (konselor)
Tugas koordinator guru pendamping sebagai berikut:
a.
Mengkoordinasikan para guru pembimbing (koneslor) dalam:
• Memasyarak
atkan layanan bimbingan dan konseling.
• Menyusun
program.
• Melaksanaka
n program.
• Mengadmini
strasikan kegiatan bimbingan dan konseling.
• Menilai
program.
• Mengadakan
tindak lanjut.
b.
Membuat usulaan kepada sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga
sarana dan prasarana.
c.
Mempertanggungjawabkan pelaksanaa kegiatan bimbingan dan konseling
lepada sekolah.

4. Guru Pembimbing (konselor)


Guru pembimbing (konselor), bertugas:
a.
Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling.
b.
Merencanakan program bimbingan dan konseling.
c.
Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling.
d.
Melaksanakan layanan pada berbagai bidang bimbingan terhadap sejumlah
siswa yang menjadai tanggungjawabnya.
e.
Melaksankan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling.
f.
Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
g.
Menganalisis hasil evaluasi.
h.
Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis evaluasi.
i.
Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling.
j.
Mempertanggung jawabkan kegiatan kepada koordinator guru
pembimbing.
5. Guru mata pelajaran
Guru mata pelajaran bertugas:
a.
Membantu memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
b.
Melakukan kerjasama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasi
siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
c.
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru
pembimbing.
d.
Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan(program perbaikan
dan program pengayaan).
e.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan
bimbingan dan konseling dari guru pembimbing.
f.
Ikut serta dalam program layanan bimbingan.
g.
Berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konveresni kasus.
h.
Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam
pengembangan potensi.
6. Wali Kelas
Sebagai mitra kerja guru pembimbing, wali kelas mempunyai
tugas:
a.
Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi
tanggungjawabnya.
b.
Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususya
dikelas yang menjadi tanggungjawabnya, untuk mengikuti layanan
bimbingan.
c.
Memberikan informasi tentang siswa dikelas yang menjadi
tanggungjawabnya untuk memperoleh layanan bimbingan.
d.
Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu
diperhatikan khusus.
e.
Ikut serta dalam konverensi kasus.
7. Staf Tata Usaha /
Administrasi
Staf tata usaha atau administrasi adalah personel yang bertugas:
a.
Membantu guru pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasikan
seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
b.
Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
c.
Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan
dan konseling.
d.
Membantu melengkapai dokumen tentang siswa seperti catatan kumulatif
siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Unnes.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah

You might also like