You are on page 1of 20

JO U R N A L R E A D IN G

Free grafting of autogenous


coronoid process for
condylar reconstruction in
patients with
temporomandibular joint
ankylosis
Tujuan & Model Studi

l Tujuan : menjelaskan dampak klinis rekonstruksi


condylar dengan free grafting dari proses
koronoideus spontan pada pasien dengan
ankilosis rahang (TMJ.
l Model studi : 15 kasus uni - atau bilateral ankilosis
TMJ selama tiga tahun sejak Maret 2004 - Maret
2007 dirawat pembedahan, dan periode
pengamatan rata-rata adalah 22 bulan. Semua
pasien dirawat dengan rekonstruksi condylar
dari proses langsung koronoideus cangkok
autogenous. Temporal otot flap myofascial atau
disk artikular asli digunakan sebagai jaringan
interpositional. Pemeriksaan klinis, radiografi
dan foto-foto pasca operasi digunakan untuk
Hasil & Kesimpulan
l Hasil : Pembukaan mulut yang memuaskan
dicapai dalam 14 kasus dan 1 pasien
menunjukkan tanda-tanda reankylosis
( membuka mulut 20mm). Pemeriksaan
radiografi menunjukkan bahwa penyatuan
tulang terjadi antara cangkokan dan ramus
dalam semua kasus. Beberapa resorpsi
tulang dari proses koronoideus transplantasi
diamati pada semua pasien, tetapi tidak ada
perubahan oklusal dicatat.
l Kesimpulan : Hasil klinis yang memuaskan
didapat setelah rekonstruksi condylar oleh
free grafting proses spontan koronoideus.
Oleh karena itu, proses autogenous
koronoideus dapat menjadi sumber tulang
l TMJ (temporomandibular joint) ankilosis
ditandai oleh kesulitan atau ketidakmampuan
untuk membuka mulut.
l Rekonstruksi dari TMJ setelah pelepasan
ankilosis menjadi sebuah masalah yang
menantang dalam bedah mulut dan wajah,
karena sulit untuk membangun struktur dan
fungsi neocondyle yang memuaskan.
l Sekarang ini, autogenous costochondral graft
umum digunakan sebagai alternatif
disamping permasalahannya yang terkenal,
seperti explorasi situs bedah kedua, situs
donor yang tidak sehat, resorpsi tulang, dan
pertumbuhan yang tidak terduga.
l Kekurangan costochondral graft inilah yang
membimbing kita untuk mencari solusi lain
l Prosesus coronoid mandibula sebagai graft tulang
telah dipakai luas dalam cranial-maxillofacial
untuk waktu yang lama.
l Pada pasien dengan ankilosis TMJ,wajib untuk
dilakukan reseksi lengkap dari prosesus coronoid
mandibula untuk menghindari kemungkinan
ankilosis kembali.
l Jika prosesus coronoid yang direseksi dapat
digunakan sebagai sumber donor yang baru
untuk rekonstruksi kondil, maka explorasi situs
bedah kedua dan situs donor yang tidak sehat
dapat dihindari.
l Hasil yang menjanjikan telah dicapai dalam
percobaan sebelumnya pada kambing, dimana
autogenous coronoid process digunakan dalam
rekonstruksi kondil. Namun, kurang diketahui
mengenai dampak klinis dari pendekatan ini,
karena laporan yang relevan terbatas.
l Karena itu, dalam studi ini akan dilaporkan
autogenous caronoid process graft pada pasien
METODE DAN PASIEN
l 2004-2007: 15 pasien (6 wanita, 7 pria; 7
dewasa, 8 anak) menjalani rekonstruksi
kondil dengan graft autogenus prosesus
koronoid di departemen bedah mulut dan
maksilofasial, Universitas Sinchuan.
Semua pasien belum pernah dioperasi
sebelumnya.
l *Tabel 1*
l Kriteria klinik yang dilakukan untuk
evaluasi: Foto frontal dan lateral, rontgen
panoramik, dan pengukuran pembukaan
mulut maksimal.
l
Prosedur Bedah
PROSEDUR BEDAH
l Semua pasien dioperasi dengan anestesi umum
dengan teknik nasal intubasi.
l Pendekatan ke daerah TMJ dilakukan melalui
kombinasi insisi retromandibular dan insisi
diperpanjang di depan daerah aurikular.
l Insisi retromandibular sepanjang 5 cm, sudut
mandibula dan bagian posterior dari ramus
terekspose.
l Insisi yang diperpanjang di depan aurikular, dengan
kedalaman yang menghindari cidera pada
pembuluh darah temporal superfisial dan saraf
fasial.
l Periosteum pada lengkung zigoma dipotong dan
diangkat. Setelah dilakukan blok tulang, tulang
yang mengalami ankilosis dibuang dengan
menggunakan round bur sampai tertinggal tulang
kortikal tipis
l Gunakan chisel untuk memisahkan kedua segmen,
PROSEDUR BEDAH
l Semua jaringan tulang pada daerah operasi dan
pinggiran yang tidak beraturan dihaluskan
menggunakan bur.
l Buat jarak minimal 1,5-2 cm antara lengkung
zigoma dan permukaan atas dari ramus.
l Glenoid fosa dibentuk dengan menggunakan
bur yang sesuai ukurannya.
l Kemudian prosesus koronoid dilepaskan dengan
gergaji reciprocating. Panjang dari graft
disesuaikan ukurannya dengan tinggi ramus
yang asli.
l Posisi akhir dari prosesus koronoid pada glenoid
fossa ditentukan oleh posisi dari ramus saat
gigi dalam keadaan oklusi, kemudian graft
tulang difiksasi dengan miniplate titanium
PROSEDUR BEDAH
l Pada 4 pasien, disc aurikular yang asli
ditemukan setelah pelepasan ankilosis
dan dimasukkan sebagai jaringan
interposisional, dan pada 11 pasien lain
digunakan otot temporal.
l Setelah operasi, semua pasien didorong
untuk melatih fungsi dari mandibula
secara penuh. Untuk tujuan ini, metalik
mouth gag digunakan untuk
meningkatkan pembukaan mulut dengan
menggunakan bantuan dari jack screw.
l
Diskusi
DISKUSI
l Prinsip utama dalam penanganan ankylosis
TMJ:
• Membuang seluruh bagian yang
mengalami ankylosis.
• Fisioterapi dilakukan sebelum dan sesudah
operasi.
• Arthroplasty dengan / tanpa interposisi dari
jaringan autologous atau graft
heterologous dengan permukaan
artikular.

l Koronoid mandibula adalah bahan graft dari


tulang autogenous yang efektif dan dapat
terus hidup untuk tujuan rekonstruksi
mandibula, khususnya pasien dengan
DDISKUSI
isk u si
l Beberapa kekurangan dalam proses
koronoid mandibula:

- Resopsi tulang terjadi pada awal operasi,
tetapi akan stabil seiring berjalannya waktu.
Kondisi ini tidak mengakibatkan terjadinya
maloklusi.
• - Resopsi tulang pada orang dewasa lebih
cepat daripada orang muda. Setelah
dilakukan observasi, ukuran bahan graft
pada daerah transplantasi terlihat lebih kecil
daripada saat proses grafting. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya perbedaan
potensi perkembangan individu dewasa dan
muda.
• - Masalah yang dijumpai pada pasien anak-
DISKUSI

l Cara: penggunaan graft costo chondral


sebagai pusat pertumbuhan untuk
perkembangan mandibula.
l Kekurangan: perkembangan graft costo
chondral tidak dapat diperbaiki.
l Studi klinis dan eksperimen terbaru:
• Cara untuk memperoleh perkembangan
mandibula yang normal selain dengan
rekonstruksi TMJ atau transplantasi
adalah dengan memperbaiki fungsi
normal mandibula
DISKUSI

l Ankylosis yang rekuren  masalah yang


penuh tantangan dalam perawatan
ankylosis pada TMJ. Walaupun periode
rata-rata observasi rata-rata tidak cukup
lama untuk menentukan rasio dari
reankylosis, hasil yang menjanjikan telah
tercapai.
l Pembukaan mulut maksimal setelah
pembedahan hanya ditemukan pada satu
pasien (6,7%) 28 bulan setelah tindakan
lanjutan yang terfokus pada operasi
bilateral.
l Hasil dari pemeriksaan menunjukkan bahwa
dalam kasus ini, timbulnya ankylosis
DDISKUSI
isk u si
l Cara menurunkan derajat resiko dan
mengurangi kemungkinan terulangnya
ankylosis adalah
• Hambatan pada ankylosis dihilangkan
dengan meletakkan materi atau
bahan dan melakukan fisioterapi
yang berkesinambungan.
• Bagian atas dari processus coronoideus
yang berbentuk runcing dapat
mengurangi permukaan tulang di
antara graft dan permukaan
artikular.
l
DDISKUSI
isk u si
l Keuntungan dari menggunakan processus coronoideus:
• - Menghindari operasi pada tempat yang sama
serta donor yang tidak sehat.
• - Processus coronoideus pada pasien ankylosis
lebih panjang dan tebal  dapat menyediakan
panjang yang cukup untuk penggantian kondil dan
ramus dengan kekuatan yang cukup untuk menahan
gaya dari TMJ.
• - Apabila dibandingkan dengan graft
costochondral, processus coronoideus lebih keras,
mendukung digunakannya fiksasi internal yang rigid
& memungkinkan pergerakan rahang segera setelah
dilakukannya operasi.

l Kelemahan dari penemuan ini adalah processus


coronideus tidak dapat digunakan untuk
menggantikan rekonstruksi kondil apabila processus
HASIL
HASIL

l Pada pasien tidak ditemukan komplikasi selama


pengamatan.
l Pada semua kasus, gambaran radiografi
menunjukkan bahwa graft posessus
koronoideus tetap ada pada fossa glenoid.
l Pada pasien di usia pertumbuhan terjadi sedikit
resorpsi pada graft posessus koronoideus
setelah 1 tahun pascaoperasi, tetapi tidak
ditemukan ketidaksesuaian oklusi.
l Selain itu, resorpsi ini cenderung mengasilkan
kepala prosesus koronoideus yang tipis dan
secara radiografis graft prosesus koronoidus
cenderung mengalami pembentukan.
HASIL
l Pada 4 pasien muda, terjadi regenerasi
sebagian dari prosesus koronoideus. Pada 5
kasus pasien dewasa ditemukan resorpsi
sedang pada prosesus koronoideus.
l Pada semua pasien, nilai MMO sebelum
operasi dan sesudah operasi berbeda, dan
hasil yang memuaskan dicapai.
l Pemulihan fungsi TMJ secara keseluruhan
dicapai pada 14 kasus. Kestabilan didapat
selama periode selanjutnya.


HASIL

l Harapan pada sebagian besar pasien yaitu


dapat membuka mulut dan mampu
mengunyah. Hanya 1 pasien yang dapat
membuka mulut 20 mm setelah 28 bulan
pascaoperasi.
l Tidak ada sakit TMJ atau ketidaknyamanan
yang berhubungan dengan prosedur yang
direkam pada setiap pasien.
l Perawatan ortodonti dan operasi ortognatik
dilakukan tergantung pada keinginan
pasien. Hanya 5 pasien yang ingin
mendapatkan perawatan ortodonti dan
ortognatik setelah arthroplasty.
• Disusun oleh:
• Harry Ardiyanto
• Katherine Helen
• Marianne
• Phimatra Jayaputra
• Yemima Tirza

KYoan

AHermawan
SIH

You might also like