You are on page 1of 25

TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI

TEMA
Masyarakat Pedesaan

Judul Makalah:

PERUBAHAN SOSIAL DAN EROSI NILAI-


NILAI KEARIFAN LOKAL
PADA MASYARAKAT PEDESAAN DI NTB

Oleh:
Dwi Sentot (NIM110172)
Yusron (NIM110173)
Khaerul Muslim (NIM110174)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
OKTOBER, 2010

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas petunjuk dan rahmat yang
diberikan Nya kepada kelompok kami, untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Perubahan Sosial dan Erosi Nilai-nilai Kearifan Lokal pada Masyarakat
Pedesaan di NTB”.
Makalah ini tersusun berkat adanya rujukan yang diperoleh dari Mata
Kuliah Sosiologi serta berbagai sumber bacaan yang tersedia secara online di
internet dan atau buku-buku sosiologi lainnya.
Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen pengampu Mata Kuliah Sosiologi, Bapak Dr. Muhaimin,
SH., yang memberikan arahan untuk membuat makalah ini.
Terima kasih yang mendalam kami sampaikan kepada para penyusun
buku sosiologi dan penulis masalah sosiologi secara online di intenet, sehingga
rujukan kami cukup lengkap. Juga terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa
Fakultas Hukum Reguler Sore UNRAM, yang sempat memberikan masukan
terhadap makalah yang disusun ini.
Demikian pengantar kami, semoga makalah ini bermanfaat.

Penyusun

Halaman Pengesahan

2
Makalah ini merupakan bagian dari proses interaksi perkuliahan dan penilain
pada Mata Kuliah Sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Mataram Reguler Sore.

Telah diterima pada

…………………….2010 di Mataram

Dosen Pengampu Mata Kuliah Sosiologi,

(_________________________________)

Diserahkan oleh:

Dwi Sentot (NIM110172) : _____________________________

Yusron (NIM110173) :______________________________

Khaerul Muslim (NIM110174) :______________________________

Daftar Isi

3
Definisi Operasional

Di dalam makalah ini ada beberapa terminologi yang perlu dibuatkan


definisi operasionalnya, dengan maksud agar tidak terjadi perbedaan
persepsi di dalam memahami isi makalah ini. Definisi operasional
dimaksud adalah:

4
1. Perubahan Sosial
Adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan
pola-pola perilakuan di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat
2. Erosi
Dalam makalah ini, yang dimaksud dengan erosi adalah proses
terkikisnya nilai-nilai yang hidup dan berkembang di dalam sebuah
komunitas masyarakat akibat adanya pengaruh faktor-faktor
eksternal.
3. Nilai-nilai kearifan lokal
Nilai-nilai kearifan lokal adalah segala bentuk adat kebiasaan,
perilaku, petuah dan kaida-kaidah atau norma yang berlaku
ditengah-tengah sebuah komunitas masyarakat, yang telah tumbuh
dalam periode waktu tertentu, berkembang dan menjadi milik khas
komunitas masyarakat setempat.
4. Desa
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Bisa juga diartikan bahwa desa adalah suatu wilayah yang ditempati
oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di
dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi
pemerntahan terendah langsung dibawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
5. Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan merupakan komunitas masyarakat yang
bertempat tinggal dan berinteraksi diantara sesamanya di dalam
satu atau beberapa di desa dalam satu wilayah kecamatan. Dari
aspek pemerintahan, masyarakat pedesaan adalah komunitas
masyarakat yang tinggal pada wilayah-wilayah yang bersatus desa.
Secara umum, masyarakat pedesaan umumnya bermukim di
wilayah-wilayah yang relatif berada “jauh” dari pusat pemerintahan
kabupaten/kota.
6. Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat adalah bagian dari
wilayah kesatuan Negara Republik Indonesia, Berdiri: 14 Agustus 1958,
Dasar Pendirian : UU No 4 Tahun 1958, Ibu Kota: Mataram, Luas
Wilayah : Kurang lebih 20.153,15 km2, Posisi/Letak Geografis : 8
derajad - 9 derajat LS dan 115 derajat - 119 derajat BT. Terdiri atas
2 pulau besar: Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok, dengan jumlah
kabupaten/kota saat ini : 9 Kabupaten / kota.

5
A.PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kajian mengenai masyarakat pedesaan merupakan hal yang menarik
banyak pihak, khususnya para sosiolog. Hal ini salah satunya disebabkan oleh
karena begitu spesifiknya situasi sosial dan budaya, adat istiadat maupun
norma-norma serta nilai-nilai yang dimiliki oleh mereka, yang membuatnya
berbeda dengan masyarakat di perkotaan. Sementara disatu sisi, masyarakat
perkotaan merupakan masyarakat yang tumbuh dan berkembang dari
masyarakat pedesaan atau berasal dari orang-orang berasal dari
desa/pedesaan.
Menurut Soetardjo Kartohadikoesoemo (1) istilah desa dapat
diartikan ke dalam tiga istilah yaitu desa, dusun, dan desi yang semuanya
berasal dari suku kata swa desi. Istilah ini sama maknanya dengan negara,
negeri, nagari yang berasal dari kata nagaram. Istilah ini berasal dari kata
sanskrit yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran.
Indonesia yang saat ini terdiri atas 33 provinsi, diantaranya Nusa
Tenggara Barat, sangat kaya akan keragaman masyarakat pedesaannya.
Secara spesifik keadaan sosial budaya Indonesia sangat kompleks, mengingat
penduduk Indonesia kurang lebih sudah di atas 200 juta dalam 30 kesatuan
suku bangsa. Oleh karena itu pada bagian ini akan dibicarakan keadaan
sosial budaya Indonesia dalam garis besar. Kesatuan politis Negara Kesatuan
Republik Indonesia terdiri atas 6000 buah pulau yang terhuni dari jumlah
keseluruhan sekitar 13.667 buah pulau.
Kenyataan ini mengakibatkan tidak mudah untuk membuat
generalisasi terhadap terjadinya perubahan sosial serta erosi nilai-nilai
kearifan lokal yang ada. Sebagai jalan keluarnya, maka identifikasi terjadinya
perubahan dimaksud harus dilakukan secara parsial berdasarkan wilayah dan
atau berdasarkan kesamaan ciri dari masyarakat pedesaan.
Terkait dengan adanya perubahan sosial dan terjadinya erosi nilai-
nilai kearifan lokal masyarakat desa/pedesaan, hal ini harus dilihat sebagai
sebuah kejadian yang alamiah. Masyarakat sebagai kumpulan manusia tidak
pernah tidak berubah, sebagai bukti bahwa masyarakat itu dinamis.
Perubahan sosial maupun berbagai perubahan lainnya, sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor.
Faktor-faktor menjadi penyebab terjadinya perubahan dimaksud,
antara lain: perkembangan yang pesat dari teknologi komunikasi dan
informasi, perubahan kemampuan ekonomi, majunya kualitas pendidikan,
semakin baiknya sistem dan alat transportasi, serta semakin intensnya
masyarakat pedesaan berinteraksi dengan pihak lain diluar komunitas
mereka sendiri.
Kesemua faktor yang diuraikan tersebut di atas, baik secara sendiri-
sendiri maupun bersinergi satu sama lain, mengakibatkan proses perubahan
sosial maupun erosi nilai-nilai kearifan lokal terjadi secara perlahan maupun
secara cepat.
Persoalan yang menjadi pertanyaan bersama adalah: (1) Apa saja
macam proses perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan lokal yang

6
terjadi?; (2) Indikator apakah yang digunakan untuk mengidentifikasikan
terjadinya proses perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan lokal
dimaksud?; (3) Seberapa cepatkah proses perubahan sosial dan erosi nilai-
nilai kearifan lokal itu terjadi?;(4) Faktor apa yang paling dominan
mempengaruhi terjadinya perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan pada
masyarakat pedesaan?;
__________________
1
Soetardjo Kartoadikoesoemo. Dalam Potensi Pembangunan Desa, Buku Sekolah
Elektronik Online
Untuk menjawab ke empat macam pertanyaan tersebut, tentu tidak
mudah. Diperlukan serangkaian penelitian yang mendalam dengan metode
yang tepat dan sistematis, serta dilakukan oleh peneliti yang tepat.
Oleh sebab itu, maka penyusunan makalah ini merupakan langkah awal
yang bersifat sederhana untuk membahas proses perubahan sosial dan erosi
nilai-nilai kearifan lokal yang diduga sudah, sedang dan akan terjadi pada
masyarakat pedesaan di Nusa Tenggara Barat, serta menghasilkan
kesimpulan awal atas dugaan terjadinya proses perubahan sosial dan erosi
nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat pedesaan di Nusa Tenggara Barat

2. Manfaat dan Tujuan


a. Makalah ini disusun dengan harapan dipereoleh manfaat:
a.1. Mahasiswa fakultas hukum Unram reguler sore peserta mata kuliah
sosiologi terlatih mencara bahan rujukan dan bacaan yang terkait
dengan tugas yang diberikan, dari berbagai sumber dengan berbagai
cara.
a.2. Melatih mahasiswa fakultas hukum Unram reguler sore agar mampu
menyusun tulisan sesuai dengan standar penulisan ilmiah.
b. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk:
b.1. Memenuhi tugas dan tanggungjawab yang diberikan oleh dosen
pengasuh mata kuliah Sosiologi.
b.2. Mengolah informasi dari berbagai sumber bacaan untuk membahas
dan menyimpulkan masalah yang diangkat sesuai dengan topik yang
diberikan serta judul yang ditetapkan.
b.2. Memenuhi persyaratan menyelesaikan mata kuliah sosiologi.

7
B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Perubahan Sosial

Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahan


yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju
ke arah kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung
dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya”
bagi masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan,
seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
1) Peralatan dan perlengkapan hidup mencakup pakaian, perumahan,
alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan transportasi. Sebagai
contoh, pada zaman nenek moyang kita memasak makanan dengan cara
membakarnya, sekarang di zaman modern memasak makanan
menggunakan alat modern seperti oven atau membeli makanan yang
diawetkan.
2) Mata pencaharian dan sistem ekonomi meliputi pertanian,
peternakan, dan sistem produksi. Sebagai contoh, kaum laki-laki bekerja
dengan cara berburu atau pekerjaan lainnya, sedangkan kaum perempuan
tinggal di rumah mengurus rumah tangga dan mengasuh anak. Sekarang
kaum perempuan dapat juga bekerja dan mata pencaharian untuk kaum
laki-laki tidak hanya berburu saja, tetapi sudah beragam jenisnya.
3) Sistem kemasyarakatan mencakup sistem kekerabatan, organisasi
politik, sistem hukum, dan sistem perkawinan. Sebagai contohnya, pada
masa kehidupan belum begitu kompleks orang-orang yang ada ikatan darah
atau keluarga selalu hidup bersama dalam satu rumah. Saat ini ikatan
masyarakat tidak hanya berdasarkan hubungan kekerabatan, tetapi juga

8
karena profesi, dan hobi yang sama seperti ikatan motor gede (MOGE), orari
(radio amatir).
4) Bahasa dahulu disampaikan secara lisan. Sekarang bahasa dapat
disampaikan melalui beragam media, seperti tulisan, sandi, dan
sebagainya.
5) Kesenian mencakup seni rupa, seni suara, dan seni tari. Sebagai
contoh, orang Jawa menganggap bahwa sebuah rumah yang indah jika
bernuansa gelap, sekarang masyarakat Jawa banyak menyukai rumah yang
bernuansa terang ataupun pastel.
6) Sistem pengetahuan berkaitan dengan teknologi. Dahulu kala
sistem pengetahuan hanya berpedoman pada alam atau peristiwa alam.
Sekarang ini sistem pengetahuan terus berkembang seiring
berkembangnya teknologi.
7) Religi atau sistem kepercayaan dahulu kala berwujud sistem
keyakinan dan gagasan tentang dewa, roh halus, dan sebagainya. Oleh
karena itu, segala kegiatan manusia dikaitkan dengan kepercayaan
berdasarkan getaran jiwa. Namun, sekarang aktivitas manusia banyak yang
dikaitkan dengan akal dan logika.

Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial


dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara
bersamaan. Meskipun demikian perubahan sosial dan budaya sebenarnya
terdapat perbedaan. Ada yang berpendapat bahwa perubahan sosial dapat
diartikan sebagai sebuah transformasi budaya dan institusi sosial yang
merupakan hasil dari proses yang berlangsung terus-menerus dan memberikan
kesan positif atau negatif. Perubahan sosial juga diartikan sebagai perubahan
fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan
tertentu ke keadaan lain.
Ada banyak pendapat tentang definisi perubahan sosial yang disampaikan
oleh beberapa sosiolog.

2. Definisi Perubahan Sosial dan Budaya


Berikut ini beberapa ilmuwan yang mengungkapkan tentang definisi dan
batasan perubahan sosial.
N Pendapat Tentang Perubahan Sosial
Tokoh
o
1 Gillin dan Gillin Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah

9
diterima, baik karena perubahan kondisi
geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi
penduduk, ideologi, ataupun karena adanya
penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat
Modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-
2 Samuel Koenig pola kehidupan manusia, yang terjadi karena
sebab intern atau ekstern
Segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
Selo
3 memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
Soemardjan
dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat
Perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai
4 Max Iver perubahan terhadap keseimbangan hubungan
sosial
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
5 Kingsley Davis
struktur dan fungsi masyarakat
Perubahan struktur sosial dalam organisasi sosial
sehingga syarat dalam perubahan itu adalah
6 Bruce J. Cohen
sistem sosial, perubahan hidup dalam nilai sosial
dan budaya masyarakat
Roucek dan Perubahan dalam proses sosial atau dalam
7
Warren struktur masyarakat

Lalu apakah perubahan sosial budaya? Berikut ini ada beberapa pengertian dari
perubahan sosial budaya.
1. Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah
perubahan situasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian
unsur-unsur (dalam buku Sociological Writings).
2. W. Kornblum berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah
perubahan suatu budaya masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu
lama (dalam buku Sociology in Changing World).

3. Karakteristik Perubahan Sosial dan Budaya


Dengan memahami definisi perubahan sosial dan budaya di atas, maka
suatu perubahan dikatakan sebagai perubahan sosial budaya apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut.
1. Tidak ada masyarakat yang perkembangannya berhenti karena setiap
masyarakat mengalami perubahan secara cepat ataupun lambat.

10
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan diikuti
perubahan pada lembaga sosial yang ada.
3. Perubahan yang berlangsung cepat biasanya akan mengakibatkan kekacauan
sementara karena orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi.
4. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja
karena keduanya saling berkaitan.

4. Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya


Sebuah perubahan bisa terjadi karena sebab dari dalam (intern) atau
sebab dari luar (ekstern). Dalam sebuah masyarakat, perubahan sosial dan
budaya bisa terjadi karena sebab dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari
luar masyarakat.

1) Sebab Intern

Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:
a. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan
penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk akan menyebabkan
perubahan pada tempat tinggal. Tempat tinggal yang semula terpusat
pada lingkungan kerabat akan berubah atau terpancar karena faktor
pekerjaan. Berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan perubahan
sosial budaya. Contoh perubahan penduduk adalah program transmigrasi
dan urbanisasi.
b. Adanya penemuan-penemuan baru yang
berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru
(discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari
bentuk penemuan lama (invention).
c. Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict)
dalam masyarakat.
d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga
mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya,
Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan
kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang
dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan
perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan
dalam keluarga.

11
2). Sebab Ekstern
Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:
a. Adanya pengaruh bencana alam.
Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk
mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat
tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus
menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru
tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan
pada struktur dan pola kelembagaannya.
b. Adanya peperangan.
Peristiwa peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara
dapat menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya
akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang
kalah.
c. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan
perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa
paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu
kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain,
maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur
kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur
kebudayaan baru tersebut.

5. Bentuk Perubahan Sosial Budaya


Perubahan adalah sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya.
Perubahan itu bisa berupa kemajuan maupun kemunduran. Bila dilihat dari sisi
maju dan mundurnya, maka bentuk perubahan sosial dapat dibedakan menjadi 2
yakni:
1). Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress)

12
Perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang memberi
dan membawa kemajuan pada masyarakat. Hal ini tentu sangat diharapkan
karena kemajuan itu bisa memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan
pada manusia. Perubahan kondisi masyarakat tradisional, dengan kehidupan
teknologi yang masih sederhana, menjadi masyarakat maju dengan berbagai
kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan merupakan sebuah
perkembangan dan pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi,
pembangunan dalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah
kemajuan (progress).
Perubahan dalam arti progress misalnya listrik masuk desa, penemuan
alat-alat transportasi, dan penemuan alat-alat komunikasi. Masuknya jaringan
listrik membuat kebutuhan manusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan
alat-alat elektronik meringankan pekerjaan dan memudahkan manusia
memperoleh hiburan dan informasi; penemuan alat-alat transportasi
memudahkan dan mempercepat mobilitas manusia proses pengangkutan; dan
penemuan alat-alat komunikasi modern seperti telepon dan internet,
memperlancar komunikasi jarak jauh.
2). Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress)
Tidak semua perubahan yang tujuannya ke arah kemajuan selalu berjalan
sesuai rencana. Terkadang dampak negatif yang tidak direncanakan pun muncul
dan bisa menimbulkan masalah baru. Jika perubahan itu ternyata tidak
menguntungkan bagi masyarakat, maka perubahan itu dianggap sebagai sebuah
kemunduran. Misalnya, penggunaan HP sebagai alat komunikasi. HP telah
memberikan kemudahan dalam komunikasi manusia, karena meskipun dalam
jarak jauh pun masih bisa komunikasi langsung dengan telepon atau SMS. Disatu
sisi HP telah mempermudah dan mempersingkat jarak, tetapi disisi lain telah
mengurangi komunikasi fisik dan sosialisasi secara langsung. Sehingga teknologi
telah menimbulkan dampak berkurangnya kontak langsung dan sosialisasi antar
manusia atai individu.

Jika dilihat dari segi cepat atau lambatnya perubahan, maka perubahan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(1). Evolusi dan Revolusi (perubahan lambat dan perubahan cepat)
Evolusi adalah perubahan secara lambat yang terjadi karena usaha-usaha
masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan
kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

13
Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat.
Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun
karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana
tersebut akan berubah menjadi kompleks.
Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali
perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam
masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin
berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi
memerlukan persyaratan tertentu, antara lain:
a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya pemimpin/kelompok yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta
menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang
diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi. Contoh
perubahan secara revolusi adalah peristiwa reformasi (runtuhnya rezim
Soeharto), peristiwa Tsunami di Aceh, semburan lumpur Lapindo (Sidoarjo).
(2). Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti
bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut
atau perubahan mode pakaian.
Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi
masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan
dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.

(3). Perubahan yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan


Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan
perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh
pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak
tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang
yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu

14
sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan
pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan
tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan
merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan. Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak
direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang
masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde
Baru ke Orde Reformasi.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya


Terjadinya sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar,
meskipun perubahan tersebut diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor
yang mendorong sehingga mendukung perubahan, tetapi juga ada faktor
penghambat sehingga perubahan tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
 Faktor pendorong perubahan
Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya
perubahan. Menurut Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong
terjadinya perubahan sosial, yaitu:
1) Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.
Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi
dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik
dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal
ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya
kebudayaan yang ada.
2) Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat
kemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan
membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan
memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah
perubahan atau tidak.
3) Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.

15
Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya.
Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk
mengembangkan diri.
4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak
pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.
Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang
kreatif.
5) Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial
vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat.
Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin
hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para
individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
6) Penduduk yang heterogen.
Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang
berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan
kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya
perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan
sosial.
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan
menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan
revolusi untuk mengubahnya.
8) Orientasi ke masa depan
Kondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan
menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke
masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong
terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
9) Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.
Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.

 Faktor penghambat perubahan

16
Banyak faktor yang menghambat sebuah proses perubahan. Menurut
Soerjono Soekanto, ada delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya
perubahan sosial, yaitu:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
3. Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan
cenderung konservatif.
4. Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam
kuat (vested interest).
5. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan
menimbulkan perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal
dari Barat.
7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
8. Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung
sukar diubah.

C. PERMASALAHAN

Sesuai dengan judul “ Perubahan Sosial dan Erosi Nilai-nilai Kearifan


Lokal pada Masyarakat Pedesaan di NTB” , permasalahan yang sangat menarik
untuk dibahas adalah:
(1) Apa saja macam proses perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan lokal
yang terjadi?;
(2) Indikator apakah yang digunakan untuk mengidentifikasikan terjadinya
proses perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan lokal dimaksud?;
(3) Seberapa cepatkah proses perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan
lokal itu terjadi?;
(4) Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi terjadinya perubahan
sosial dan erosi nilai-nilai kearifan pada masyarakat pedesaan?;

17
D.PEMBAHASAN

1. Macam proses perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan lokal


yang terjadi.

Untuk memilah macam-macam proses perubahan sosial yang


terjadi termasuk terjadinya erosi nilai-nilai kearifan lokal, bisa dilakukan
berdasarkan pendekatan atau sudut pandang yang digunakan ooleh setiap
orang khususnya para ahli sosiologi.
Dalam makalah ini, pengkategorian jenis perubahan yang terjadi,
dilakukan berdasarkan perspektif umum pandangan masyarakat yang
melihat dan merasakan adanya perubahan tersebut. Oleh sebab itu, maka
ada lima macam proses perubahan yang dianggap sedang terjadi:

a. Prose perubahan Pola Makan dan Berpakai


b. Proses perubahan Pola dan Model tempat tinggal
c. Proses Perubahan Pola Berinteraksi, Berkomunikasi dan
Transportasi
d. Proses Perubahan Pola Berfikir, Pendidikan dan Wawasan
e. Proses Perubahan Pola Penokohan Seseorang

Prose perubahan Pola Makan dan Berpakaian

18
Terjadinya proses perubahan pola makan dan berpakaian pada
masyarakat pedesaan, bisa diketahui dengan membandingkan penampilan
masyarakat poedesaan pada lima atau sepuluh tahun yang lalu, dengan
penampilan berpakaian masa kini. mSatu contoh sederhana, jika dulu
menggunakan celana jeans, masih merupakan hal aneh. Tetapi saat ini
bercelana jeans, merupakan bagian dari cara berpakaian masyarakat di
pedesaan. Contohlainya lagi, kalau dulu masyarakat pedesaan tidak begitu
perdui bahkan tidak mengenal salon kecantikan, saat sekaranmg sudah
menjadi bagian dari pola berpakaian mereka.
Dalam hal pola makan, masyarakat pedesan mengalami perubahan
juga. Makanan-makanan cepat saji yang dulu tidak pernah ada di dalam
pikirannya, kini bahkan menjadi bagian bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Proses perubahan Pola dan Model tempat tinggal

Rumah tinggal masyarakat di pedesaan mengalami perubahan


cukup signifikan dalam hal model atau ukuran. Saat ini bukan hal yang
aneh, jika rumah-rumah masyarakat dipedesaan sudah jauh berbeda
dengan apa yang terlihat pada kurun waktu sepuluh tahun yang lalu.

Proses perubahan Pola Berinteraksi, Berkomunikasi dan


Transportasi

Pola interaksi, komunikasi dan tarnsportasi yang terjadi di kalangan


masyarakat pedesaat, sudah sangat jauh berbeda dengan yang terjadi
dalam lima tahun sebelumnya. Kemajuan di bidang peralatan
komunikasi,media komunikasi dan sistem transportasi, mengakibatkan
masyarakat pedesaan saat ini sangat berubah. Informasi yang dulu sangat
lambat di akses, sekarang dalam hitungan detik bisa diterima, salah
satunya karena adanya handphone dan televisi.

Perubahan Pola Berfikir dan Pendidikan dan Wawasan

Masyarakat kita di pedesaan bukan lagi masyarakat yang dianggap


lugu, sederhana dan polos sebagaimana beberapa tahun silam.
Pemahaman mereka terhadap berbagai aspek sosial, politik dan lain-lain,
telah mengalami kemajuan. Ini adalah bentuk nyata terjadinya perubahan
pola berfikir mereka yang diakibatkan secara langsung atau tidak langsung
oleh perubahan semangat dan keinginan untuk bersekeloh lebih tinggi.
Akibatnya maka wawasanmereka juga semakin baik.

Perubahan Pola Penokohan Seseorang

19
Dalam konteks ini, penokohan seseorang tidak lagi terjadf
sebagaimana lazimnya masa lalu. Penokohan masa lalu terjadi dalam waktu
yang cukup lama disertai teruji tidaknya seseorang sebagai seorang tokoh
yang patut di ikuti dan didengar pendapatnya.
Masa sekarang, penokohan seseorang terjadi secara instan,
disebabkan oleh faktor ekonomi, politik dan faktor-faktor lain seperti
keberanian seseorang di dalam mengumpulkan dan mengerahkan masa.
Hal ini bisa terjadi, karena dari generasi sebelumnya ke generasi
berikutnya sampai ke generasi sekarang, prilaku dan ketokohan seseorang
yang dahulu terjadi secara alami, kini berubah secara instan sebagaimana
yang disebutkan diatas, akibat faktor-faktor instan pula.

2. Indikator yang digunakan untuk mengidentifikasikan terjadinya


proses perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan lokal di NTB.

Sulit membuat indikator standar untuk menentukan terjadinya


perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan. Setiap ahli tentu memiliki
alasan logis untuk membuat indikator terjadinya perubahan tersebut. Tetapi
meskipun sulit, bukan berarti tidak bisa. Oleh sebab itu, dalam makalah ini,
ada 2 macam indikator dimaksud yang di buat hanya berdasarkan
pertimbangan praktis, yakni:
1. Indikator Visual, yakni sebatas kemampuan panca indra manusia untuk
melihat, merasakan dan atau mendengar mengenai terjadinya perubahan
sosial dan erosi nilai kearifan yang dimaksud.
2. Indikator Faktual, maksudnya alat ukur yang didasarkan pada kenyataan
yang terjadi, dengan membandingkan peristiwa masa kini dengan
berbagai peristiwa masa sebelumnya.

Kedua indikator tersebut memang sangat subyektif, tetapi paling tidak


dapat diuji secara subyektif dan obyektif, yakni dengan melakukan telaah
perbandingan terhadap berbagai peristiwa yang terjadi saat ini dan saat
sebelumnya.
Berdasarkan pada dua macam indikator tersebut, dapat disusun dan diolah
tentang terjadinya prose perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan lokal
masyarakat pedesaan di NTB.

3. Mengukur kecepatan proses perubahan sosial dan erosi nilai-nilai


kearifan lokal yang terjadi.

Kecepatan terjadinya proses perubahan sosial dan erosi nilai-nilai


kearifan lokal, sesungguhnya tidak dapat dilakukan secara pasti dan valid.
Yang bisa kita lakukan, hanya menyajikan fakta-fakta tentang sebuah
kejadian serta mengelompokkannya di dalam kurun waktu tertentu. mOleh
sebab itu, di dalam membuat penilaian terhadap kecepatan perubahan yang
terjadi, bisa dilakukan dengan membuat periodesasi waktu, kemudian

20
berbagai kategori perilaku masyarakat di masukkan dan klasifikasikan sesuai
dengan waktu yang ada.
Sebagai contoh, bisa dibuat kurun waktu setiap lima tahun atau
setiap sepuluh tahun, antara 1990-2000. Kemudian di dalam kurun waktu
tersebut, dibuatkan deskripsi tentang pola makan msyarakat pedesaan,
dibandingkan dengan pola makan di dalam kurun waktu 2001-2010.
Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran bagaimana perubahan
itu terjadi, apakah dalam waktu lima tahun atau dalam waktu sepuluh tahun.
Jika terjadinya cukup dalam lima tahun, berarti cukup cepat. Atau terjadinya
dalam sepuluh atau dua puluh tahun, berarti cukup lambat.

4. Faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya perubahan


sosial dan erosi nilai-nilai kearifan pada masyarakat pedesaan di
NTB.

Menentukan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya


perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan lokal termasuk pekerjaan tidak
mudah. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk memastikan faktor tersebut.
Untuk menentukan faktor apa yang paling dominan, bisa dilakukan
melalui pendekatan sederhana secara empiris yang bisa diuji secara logika,
bahwa informasi dan komunikasi merupakan dua hal utama yang
menyebabkan terbentuknya opini seseorang. Asumsi ini tentu bisa diuji.
Namun pada akhirnya ada kesimpulan yang sama, bahwa pengaruh cepatnya
perkembangan system dan peralatan informasi dan komunikasi telah
mengakibatkan prilaku orang berubah. Perubahan ini bisa ke arah positif atau
sebaliknya ke arah negaif.

Secara umum, dari ke empat faktor yang diuraikan diatas, perubahan


sosial dan erosi nillai-nilai kearifan lokal masyarakat di Nusa Tenggara Barat,
berbeda perwujudannya antara satu kultur dengan kultur lainnya maupun antara
satu wilayah dengan lainnya.
Sebagai pembanding, masyarakat pedesaan di P. Sumbawa yang terdiri
atas etnis: Bima-Dompu dan Sumbawa, berbeda pola perubahannya
dibandingkan dengan kultur dan etnis Sasak di P. Lombok.
Perbedaan ini disebabkan banyak hal, seperti kondisi alam serta
keragaman akulturasi etnis yang terjadi. Di P. Sumbawa, akulturasi etnis dan
budaya, relatif tidak berlangsung secara cepat, dibandingkan di Pulau Lombok,
yang relatif lebih banyak etnis lainnya.
Meskipun demikian, secara umum, berdasarkan uraian adanya lima
macam perubahan sosial yang terjadi, dampaknya adalah terjadinya erosi nilai-
nilai kearifan lokal pada masyarakat di NTB, baik yang di P. Sumbawa maupun di
P. Lombok. Adapun nilai-nilai kearifan lokal tersebut, sudah tumbuh dan
berkembang sejak lama, mengalami perubahan dan penyesuain, ada yang tetap
bertahan, adapula yang hilang.

21
Kalau dilakukan identifikasi, maka nilai-nilai kearifan lokal yang hidup
ditengah-tengah masyarakat di P. Sumbawa dan Pulau Lombok, dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Larangan eksplisit untuk menebang pohon yang tumbuh disekitar
mata air. Dalam bahasa eksplisit, para orang tua
mengatakan.”Jangan memotong pohon di sekitar mata air. Nanti
penunggunya marah, kita bisa di ganggu” Padahal secara implisit,
terkandung makna agar kita harus menjadi kelestarian lingkungan.
2. Larangan eksplisit untuk jangan duduk di bantal. Konsekuensinya bisa
bisulan. Makna implisit di balik larangan ini, agar bantal sebagai
tempat untuk kepala tidak cepat rusak, serta gunakanlah sesuatu
pada tempatnya.
3. Larangan eksplisit agar perempuan jangan telat bangun pagi atau
jangan duduk di depan pintu, bisa berakibat jodoh menjauh. Padahal
pesan implisitnya agar para wanita jangan menjadi malas dan
membiasakan diri untuk bangun pagi.
4. Larangan eksplisit bagi anak-anak agar tidak mandi di sungai yang
dalam, karena ada penunggunya. Padahal makna implisitnya, agar
anak-anak terhindar dari berbagai macam resiko bahaya dan
penyakit.
5. Larangan eksplisit agar anak-anak tidak bermain-main saat maghrib,
karena bisa ditampar oleh setan. Padahal makna implisitnya, agar
anak-anak cepat beribadah (bagi yang islam agar cepat sholat) dan
tidak menimbulkan kebisingan saat maghrib.
6. Kebiasaan mendongeng kan anak-anak, yang secara langsung atau
tidak langsung sebagai media pendidikan mengajar prilaku dan sopan
santun.

Masih banyak nilai-nilai kearifan lokal yang saat ini tidak lagi
terdengar sebagai kebiasaan yang dilakukan para orang tua. Hal ini
tergantikan oleh berbagai hasil pekembangan teknologi informasi, seperti
televisi dan handphone.
Situasi ini tidak bisa terhindarkan, karena terjadi secara alamiah,
sesuai perkembangan faktor-faktor eksternal yang semakin tumbuh dan
berkembang. Yang patut menjadi perhatian adalah, bagaimana menerima
kemajuan yang terjadi tanpa mengabaikan nilai-nilai kearifan lokal yang
sesungguhnya sangat baik dan efektif mewarnai perilaku anak-anak dan
generqasi muda.

22
E. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pendahuluan, pustaka dan pembahasan di


atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perubahan sosial dan erosi nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat di


Nusa Tenggara Barat, sudah, sedang dan terus akan terjadi. Perubahan
tersebut terbagi atas 5 macam:
(1). Prose perubahan Pola Makan dan Berpakai
(2). Proses perubahan Pola dan Model tempat tinggal
(3).Proses Perubahan Pola Berinteraksi, Berkomunikasi dan Transportasi
(4) Proses Perubahan Pola Berfikir, Pendidikan dan Wawasan
(5). Proses Perubahan Pola Penokohan Seseorang

2. Faktor yang paling dominan mempangaruhi terjadinya perubahan sosial


dan kearifan nilai-nilai lokal masyarakat pedesaan di Nusa Tengara Barat
adalah dampak dari tumbuh dan berkembangnya sistm dan alat
komunikasi dan informasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. Cambridge : Harvard University Press
Anderson, Benedict. 2001. Imagined Communities (Komunitas-komunitas Terbayang).
(terj. Omi Intan Naomi) Yogyakarta: Inist.
Brown, Peneloe and S.C. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals in Language
Usage. Cambridge: Cambridge University Press.
Budiman, Maneke 1999. ‘Jati Diri Budaya dalam Proses Nation Building di Indonesia:
Mengubah Kendala Menjadi Aset’, Jurnal Wacana FSUI.No.1 April 1999. Vol 1.
hal. 3
Hallahan, Kirk (2003). Community as A Foundation for Public Relations Theory
and Practices. Boulder: Colorado State University
Hamengkubuwono X. 2001. ‘Implementasi Budaya Jawa dalam Menjaga Keutuhan dan
Persatuan Bangsa, Mungkinkah?’ Makalah seminar Nasional. Surakarta: Univet.
Jayadinata, T Johara dan Pramandika, IGP (2006). Pembangunan Desa dalam
Perencanaan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Jatman, Darmanto. Psikologi Jawa. Yogyakarta: Bentang
Jefkins, frank (1987). Public Relation untuk Bisnis. Jakarta, Pustaka Binaman
Presindo.
Kleden, Ignas.1987. Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3 Es.
Kingsley Davis, Human.
Koentjaraningrat (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta, Jakarta.
Mac Iver, ociety ; A Textbook of Sociology, Farrar and Rhinehart, Newyork 1937
pp 272.
Roeder, O.G. 1987. Indonesia. A Personal Introduction. Jakarta :
Gramedia.Society, cetakan ke-13, The Macmillan.
Sayogya. 1995. Sosiologi Pedesaan, Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soeparmo, dkk. 1986. Pola Berpikir Ilmuwan dalam Konteks Sosial Budaya Indonesia.
Surabaya: Unair Press.
Soekanto Soerjono,1987. Sosiologi Suatu Pengantar.Rajawali press: Jakarta

24
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi, edisi
pertama Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta,1964, halaman 486,497
Tampubolon, Daulat. 2000. ‘Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa’. Jurnal MLI.
hal.69.
Tasmara, Toto. 1999. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta : Gema Insani.
Tim Lembaga Riset Kebudayaan. 1986. Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia.
Bandung: Alumni
Widdowson, H.G, 1995. Stilistika dan Pengajaran Sastra (terj. Sudijah). Surabaya: Unair
Press.
William F.Ogburn dan Meyer F. Nimkoff: Sociology, edisi ke-4, A.Feffer and Simon
International University Edition, 1964. Bagian 7
Yanti, Yusrita. 1999. ‘Tindak tutur Maaf di dalam Bahasa Indonesia di Kalangan Penutur
Minangkabau’. Jurnal MLI. hal. 93

25

You might also like